Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bandung: ITB Press, 1991
574.072 MET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
T. Herawan
"The objective were to know the base medium, growth regulator concentration of Kinetin, and combination of this treatment that had the best response to rooting phase of Sandalwood. This study was expected to play role in contributing great advantages to support the plant material provision in operational scale.
Generally, the protocol of tissue culture of Sandalwood had been acknowledged, however there were still problems on rooting phase. Therefore the study wasfocused on 1/2 MS medium application, 1/2 GD, and 1/2 WPM, also application of Kinetin in different levels of concentration (0; 0,25; 0,50; 0,75; and 1 mg/1) on root development in Sandalwood.
Study result concluded that the base medium of 1/2 MS and application of Plant Growth Regulators IBA 20 mg/1 combined with IAA 1 mg/1, and treatment of 0,75 mg/1 Kinetin concentration had the best response to growth and enlargement of Sandalwood root."
Jakarta: Agrosains, 2006
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Putu Wibisana Wikananda
"

Tanaman Hevea brasiliensis merupakan tanaman yang banyak ditanam di Indonesia, karena lateks yang bernilai ekonomi tinggi. Alternatif metode konvensional budidaya H. brasiliensis adalah dengan metode kultur in vitro. Namun, penelitian kultur in vitro memiliki hambatan berupa rentannya kontaminasi, baik dari eksplan, medium, dan alat bahan yang diapaki. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimasi dan memilih antara enam jenis sterilan dan kombinasinya yang paling efektif terhadap kontaminasi dalam kultur tangkai daun H. brasiliensis. Hipotesis yang diajukan adalah perlakuan perendaman dengan NaOCl 5,25%, H2O2 20%, dan alkohol 70% selama masing-masing lima menit adalah perlakuan sterilisasi paling efektif dalam menghadapi kontaminasi. Eksplan tangkai daun diberi lima perlakuan dan satu kontrol, yakni kontrol dengan perendaman NaOCl 5,25%, perlakuan 1 dengan perendaman NaOCl 5,25% dan H2O2 20%, perlakuan 2 dengan perendaman NaOCl 5,25% dan alkohol 70%, perlakuan 3 dengan   perendaman NaOCl 5,25% dua kali dan H2O2 20%, perlakuan 4 dengan perendaman NaOCl 5,25%, alkohol 70%, dan H2O2 20%, dan perlakuan 5 dengan perendaman NaOCl 5,25% dua kali dan alkohol 70%.  Empat perlakuan memiliki efektivitas dalam mencegah kontaminasi, yakni perendaman dengan NaOCl 5,25% dan H2O2 20%, perendaman dengan NaOCl 5,25% sebanyak dua kali dan H2O2 20%, perendaman NaOCl 5,25%, alkohol 70%, dan H2O2 20%, serta perendaman NaOCl 5,25% dua kali dan alkohol 70%. Sementara itu, perlakuan NaOCl 5,25% dan alkohol 70% berhasil menahan pencokelatan pada persentase 50% di minggu kedelapan. Oleh karena itu, perlakuan yang lebih baik dalam mengurangi kontaminasi dan pencokelatan adalah perendaman dengan NaOCl 5,25% dan alkohol 70%.


Hevea brasiliensis is a plant that is widely grown in Indonesia, because its latex has high economic value. An alternative to the conventional method of cultivating H. brasiliensis is the in vitro culture method, but this method has a disadvantages, especially its risk to contamination from explant, medium, and tools. So, the aim of this research is to optimize and select between six types of sterilants and their combinations that are most effective against contamination in the culture of H. brasiliensis leaf stalks. The hypothesis proposed is that soaking treatment with 5.25% NaOCl, 20% H2O2 and 70% alcohol for five minutes each is the most effective sterilization treatment in dealing with contamination. Petiole explants were given five treatments and one control, namely control by immersion in 5.25% NaOCl, treatment 1 by immersion in 5.25% NaOCl and 20% H2O2, treatment 2 by immersion in 5.25% NaOCl and 70% alcohol, treatment 3 by soaking in 5.25% NaOCl twice and 20% H2O2, treatment 4 by soaking in 5.25% NaOCl, 70% alcohol and 20% H2O2, and treatment 5 by soaking in 5.25% NaOCl twice and 70% alcohol.  Four treatments were effective in preventing contamination, namely soaking with 5.25% NaOCl and 20% H2O2, soaking twice with 5.25% NaOCl and 20% H2O2, soaking with 5.25% NaOCl, 70% alcohol, and 20% H2O2 %, as well as soaking twice in 5.25% NaOCl and 70% alcohol. Meanwhile, treatment with 5.25% NaOCl and 70% alcohol succeeded in preventing browning at a percentage of 50% in the eighth week. Therefore, a better treatment in reducing contamination and browning is soaking with 5.25% NaOCl and 70% alcohol.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Nasir
Jakarta: Dikti, 2001
581.6 NAS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Netherlands: Springer, 2006
620 PLA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Santoso
"Latar Belakang : Konsep minimal intervention dentistry adalah membuang infected dentin dan meninggalkan affected dentin yang dapat mengalami remineralisasi. Berdasarkan cara terjadinya, remineralisasi affected dentin dapat melalui dua cara yaitu metode konvensional dan Guided Tissue Remineralization GTR . GTR adalah proses remineralisasi yang melibatkan Dentin Matrix Protein1 DMP1 . Peran DMP1 adalah mengikatAmorphous Calcium Phosphat ACP dalam skala nano, membentuk ikatan elektrostatik yang stabil menuju zona gap dalam fibril kolagen dan menghasilkan remineralisasi mineralisasi intrafibrilar.DMP 1 yang rusak oleh proses karies digantikan oleh protein analog Carboxymetil Chitosan/Amorphous Calcium Phosphate CMC/ACP . Tujuan: Melihat remineralisasi yang terjadi setelah peletakan CMC/ACP pada demineralized dentin dan diperiksa menggunakan micro-CTpada hari ke-7 dan hari ke-14.Metode: Dua kelompok dilakukan demineralisasi buatan, salah satunya diaplikasikan material CMC/ACP, evaluasi grey level dengan menggunakan micro-CT. Hasil: Terlihat remineralisasi pada permukaan demineralized dentin dengan naiknya grey level pada hari ke-7 dan hari ke-14. Kesimpulan: CMC/ACP berpotensi untuk remineralisasi metode Guided Tissue Regeneration pada demineralized dentin. Kata kunci : Carboxymethyl Chitosan/ Amorphous Calcium Phosphate, Remineralisasi Metode Guided Tissue Regeneration.

Background. The concept of minimal intervention dentistry showed that only the lsquo infected rsquo dentine needed to be removed as part of the cavity preparation process, and that the lsquo affected rsquo dentine could remain. Remineralization of affected dentine was possible through two methods conventional remineralization techniques and Guided Tissue Remineralization GTR . GTR is a process of remineralization involving Dentin Matrix Protein 1 DMP1 . Dentin matrix protein 1 DMP1 is a non collagenous calcium binding protein that plays a critical role in biomineralization at the nanoscale, forming stable electrostatic bonds to the gap zone in collagen fibrils and resulting in remineralization of intrafibrillar mineralization. DMP1 is replaced by an analog protein Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate CMC ACP . Objective to evaluate demineralized dentin remineralization after application CMC ACP using micro CT. Methods Two groups performed artificial demineralisation, one of which applied CMC ACP material whereas, the other group was not applied CMC ACP. Evaluation of remineralization with micro CT. Result After 7 days and 14 days CMC ACP application, remineralization was obsrved.Conclusions CMC ACP has the potential to remineralize the demineralized dentin.Key words Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate, Guided Tissue Regeneration "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Kasper, editor
"This book about the cell-surface interaction, studying cell-surface interactions In vitro : a survey of experimental approaches and techniques, harnessing cell-biomaterial interactions for obsteochondral tissue regeneration, interaction of cells with decellularized biological materials, evaluation of biocompatibility using In vitro methods : interpretation and limitations, artificial scaffolds and mesenchymal stem cells for hard tissues, bioactive glass-based scaffolds for bone tissue engineering, microenvironment design for stem cell fate determination, stem cell differentiation depending on different surfaces, designing the biocompatibility of biohybrids, interaction of cartilage and ceramic matrix, and bioresorption and degradation of biomaterials."
Heidelberg : Springer, 2012
e20406231
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
New Delhi: Narosa Publishing , 1989
581.87 APP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Narayanaswamy, S.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1994
631.53 NAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
"Kegiatan praktik tanam campuran yang dilakukan petani di Gurusinga memperlihatkan adanya pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara petani. Perbedaan pilihan itu terjadi dari satu waktu tanam ke beberapa waktu tanam berikutnya. Beberapa petani ini cenderung melakukan percampuran tanaman dalam bentuk pola tanam yang berbeda, yaitu campur-campur, tumpang tindih, tua-muda, sada-sada dan ragi-agi. Mengapa petani cenderung memilih jenis tanaman yang berbeda dari satu waktu tanam ke waktu tanam berikutnya?
Kajian ini berusaha membahas pilihan petani yang berbeda-beda atas jenis tanaman tersebut dengan menjelaskan bagaimana petani mengambil suatu keputusan untuk memilih jenis tanaman dan faktor-faktor apa yang mendasari pilihan petani tersebut. Penelitian di lapangan selama berkisar enam bulan (Juli - Desember 1999) dapat dimanfaatkan untuk mengamati dua periode waktu tanam dan panen dari satu jenis tanaman petani. Penulis menyadari bahwa dua waktu tanam yang diamati adalah merupakan periode singkat dari suatu periode panjang dalam pengalaman petani dengan beragam peristiwa khusus yang mereka alami. Namun, dari dua periode singkat ini, petani juga harus mengambil keputusan untuk memilih beberapa jenis tanaman yang harus ditanam untuk menggantikan beberapa tanaman lain yang telah siap panen.
Dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan, kajian ini sampai pada suatu pemahaman bahwa pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara beberapa petani dalam dua waktu tanam itu terkait erat dengan harapan-harapan mereka atas pilihan tersebut. Harapan-harapan tertentu akan memberikan prioritas-prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu. Dengan harapan yang berbeda atau sama atau juga prioritas pada pertimbangan yang berbeda atau pada pertimbangan yang sama, beberapa pilihan jenis tanaman petani dapat menjadi berbeda [dan beberapa pilihan mereka juga dapat menjadi sama]. Prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu tersebut akan diputuskan petani dengan proses evaluasi yang cenderung sama, yaitu setelah mereka mengevaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru yang berhubungan dengan faktor-faktor produksi, harga, distribusi, keputusan petani lain, hubungan dengan orang lain, dan penilaian mereka atas tinggi rendahnya tingkat ketidakpastian yang mereka hadapi. Hasil evaluasi tersebut adalah keputusan 'judi' dan keputusan hati-hati.
Keputusan 'judi' yang diambil sangat singkat sebelum penanaman akan dipilih petani dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat dan cenderung mengabaikan resiko kerugian 'putus modal'. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah sada-sada (rotasi) atau ragi-agi (bertingkat). Keputusan hati-hati dan yang selalu mengalamai penyesuaian secara terus-menerus dengan perkembangan kondisi baru akan dipilih petani dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang petani dan memperhitungkan resiko dan pertimbangan lainnya dengan lebih cermat. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah campur-campur, tumpang tindih dan tua muda.
Dengan pertimbangan tertentu., beberapa petani akan memilih melakukan dua jenis keputusan ini secara bersamaan dalam waktu tanam yang sama atau pada waktu tanam berikutnya. Perkembangan kondisi baru yang serba tidak pasti cenderung membuat petani melakukan evaluasi dalam setiap waktu tanam untuk memilih jenis tanaman yang akan ditanam. Percampuran tanaman yang 'biasa' mereka lakukan juga `ditampilkan' atas dasar evaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru. Hasil penelitan ini juga menunjukkan bahwa jenis keputusan apa pun yang dipilih petani, maka pertimbangan hubungan sosial, pinjam-meminjam, dan informasi baru cenderung menentukan keputusan akhir mereka, apakah akan mengganti jenis tanaman pilihan atau hanya mengurangi banyaknya jumlah yang akan ditanam dari beberapa pilihan tanaman tersebut. Hubungan-hubungan tersebut dapat merupakan hubungan dengan keluarga inti, keluarga luas, petani lain di luar lingkungan kerabat, dan dengan orang lain. Pertimbangan-pertimbangan petani ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan petani tidak terlepas dari lingkungan sosial dan budaya mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>