Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18200 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roy, Bimalendu Narayan
New York: John Wiley & Sons, 1992
548.5 ROY c (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bragg, Lawrence
London: G. Bell & Son, 1955
548 BRA c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam: North-Holland Publ. , 1975
548.81 DYN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam: North-Holland Publ. , 1974
548.81 DYN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Merci Monica Br
"ABSTRAK
Stunting merupakan kondisi malnutrisi pada anak yaitu tinggi badan menurut usia lebih dari minus 2 simpang baku. Indonesia menempati urutan kelima di dunia. Stunting berkorelasi dengan asupan makanan terutama protein, IGF-1 dan protein pengikat Insulin like Growth Factor Binding Protein IGFBP-3 , dan Zinc Zn . Kualitas protein dinilai dari profil asam amino bebas plasma Plasma Free Amino Acid = PFAA dan kuantitas dinilai dari jumlah asupan protein harian. Beberapa penelitian menemukan kadar IGF-1 dipengaruhi oleh polimorfisme SNP rs5742612, rs35767 dan rs35766. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran profil PFAA, IGF-1, IGFBP-3, polimorfisme IGF-1, Insulin, dan Zn pada anak.Penelitian ini merupakan studi comparative cross sectional dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo, Lembaga Biomolekular Eijkman, dan Labkesda DKI Jakarta. Subjek penelitian adalah anak usia 1 ndash;3 tahun berasal dari UPTD Puskesmas Jatinegara dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 101 anak stunted dan 101 anak nonstunted.Pada penelitian ini didapatkan kadar 8 dari 9 AA esensial, 2 AA esensial kondisional, dan 2 AA nonesensial lebih rendah bermakna kelompok stunted dibandingkan nonstunted. Profil PFAA yaitu jumlah anak di bawah nilai rujukan berbeda bermakna antara kelompok stunted dan nonstunted. Terdapat korelasi 8 AA esensial, 1 AA esensial kondisional, dan 2 AA nonesensial dengan tinggi badan anak. Pada kelompok anak stunted, IGF-1, IGFBP-3, insulin, Zn, energi total dan protein lebih rendah bermakna dari kelompok anak nonstunted. Terdapat korelasi bermakna AA esensial dengan IGF-1 dan IGFBP-3. Polimorfisme rs35766 genotipe AG kodominan memiliki pengaruh terhadap kadar IGF-1 pada kelompok nonstunted. Faktor yang memengaruhi kejadian stunting adalah energi atau protein, IGF-1 yang berinteraksi dengan genotipe kodominan AG, IGFBP-3, dan Zn.Simpulan: PFAA, IGF-1 yang berinteraksi dengan SNP rs35766 genotipe kodominan AG, memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pemberian pola makan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi anak stunted. Kata kunci: AA esensial, AA nonesensial, IGFBP-3, insulin, PFAA, stunting, Zn

ABSTRACT
Stunting is a malnourished condition in children defined by height for age is under minus 2 standard deviation. Indonesia ranked fifth in world for this condition. Stunting mainly corelates with low protein intakes, IGF-1 and its binding protein Insulin-like Growth Factor Binding Protein/IGFBP-3 , and zinc Zn . Plasma free amino acid profile PFAA measures quality of protein intake, whilst its quantity measured by daily protein intake records. Previous studies found IGF-1 level affected by single nucleotide polymorphism SNP on rs5742612, rs35767 and rs35766. This study aims to analyze the role of PFAA, IGF-1, IGFBP-3, and IGF-1 polymorphism, insulin, and Zn in children.This study is a comparative cross-sectional study held in Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Eijkman Institute for Molecular Biology, and Jakarta Provincial Public Health Laboratory. Subjects were children age 1 ndash;3 years old from Jatinegara Region Public Health Centre divided into two groups of 101 stunted children and 101 non-stunted children.Eight essential AA levels, 2 conditional essential AAs, 2 nonessential AAs were significantly lower in stunted groups than non-stunted. There was significant difference of profile PFAA below normal range between stunted and non-stunted group. Eight essential amino acids, 1 conditional essential amino acid, and 2 non-essential amino acid correlate with children rsquo;s height. IGF-1, IGFBP-3, insulin, Zn, total energy, and protein were significantly lower in stunted children compare to non-stunted children. Significant correlations found for all essential amino acids with IGF-1 and IGFBP-3. The rs35766 AG codominant polymorphism affects IGF-1 level in non-stunted group. Factors affects stunting condition were total energy or protein intake, IGF-1 that interacts with AG codominant genotype, IGFBP-3, and Zn.Conclusion: PFAA and IGF-1 that interacts with SNP rs35766 AG codominant genotype affect stunting. Further study needed to determine appropriate dietary habit for stunting prevention and treatsment. Keywords: Essential amino acid, IGFBP-3, insulin, non-essential amino acid, plasma free amino acid profile, stunting, zinc"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Igab Krisna Wibawa
"ABSTRAK
Latar Belakang. Ulkus Kaki Diabetik DFU adalah salah satu komplikasi dari Diabetes Mellitus, saat ini cenderung meningkat di seluruh dunia, khususnya di Jakarta, Indonesia. Beberapa penelitian mengindikasikan polimorfisme gen matrix metalloproteinases-9 MMP9 pada titik -1652C/T dan 836 A/G memiliki peranan penting dalam perkembangan dan patofisiologi Ulkus kaki diabetik yakni sebagai penanda inflamasi. Namun belum ada penelitian yang spesifik meneliti tentang MMP9 dalam hubungannya dengan DFU di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus tipe 2 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia.Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan case control study, subjek penelitian adalah semua penderita DM tipe 2 dengan atau tanpa DFU yang memenuhi kriteria inklusi dan berkunjung ke RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan juli 2016-Desember 2016. Data demografi, klinis, laboratorium, distribusi genotip dan distribusi alel dicatat serta peneliti mencari hubungan antara Polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.Hasil Penelitian. Terdapat seratus sembilan puluh tujuh pasien diabetes mellitus tipe dua laki-laki = 49,2 , dan perempuan = 50,8 . Faktor yang berpengaruh dan bermakna secara statistik yakni PAD p=0,001 , Nyeri Istirahat p=0,001 , Neuropati p=0,001 , Merokok p=0,001 , Hipertensi p=0,001 , Anemia p=0,001 , Leukositosis p=0,001 . Pada uji bivariat, diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 .Kesimpulan. Distribusi Alel Polimorfisme gen -1562C/T pada seluruh populasi, pada alel C = 74,6 , Alel T = 25,4 . Distribusi Alel Polimorfisme gen 836A/G, pada alel A = 41,4 , dan Alel G = 58,6 pada seluruh populasi. Diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Objectives. Diabetic Foot ulcer DFU as Diabetes complication, is increasing worldwide especially in Jakarta, Indonesia. Several studies indicated that matrix metalloproteinases 9 MMP9 play key roles in the progression of Diabetic Foot Ulcer as an important inflammatory marker involved in the pathophysiology of DFU. But there is no study specifically examining MMP9 associated with DFU in Jakarta. The aim of this study to analyze MMP9 gene polymorphism associated with DFU patients in Ciptomangunkusumo National General Hospital.Methods. This case control study included 197 patients diagnosed with T2DM with or without DFU as complication at the Ciptomangunkusumo National General Hospital between August 2016 and December 2016. Demography, Clinical, Laboratorium findings, Genotype distribution, Allel distribution, and Analysis Of Matrix Metalloprotein 9 Mmp 9 Gene Polymorphism Associated With Diabetic Foot Ulcer In Tipe 2 Diabetes Collected.Results. There are one hundred and ninty seven patiens with type 2 diabetes mellitus men 49,2 , women 50,8 . Factor that influence and statistically significant are PAD p 0,001 , Rest Pain p 0,001 , Neuropathy p 0,001 , Smoking p 0,001 , Hypertension p 0,001 , Anemia p 0,001 , Leucositosis p 0,001 . According to bivariat study, Found that MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 .Conclusion. Alel distribution in DM type 2 Alel C 74,6 , Alel T 25,4 , Alel A 41,4 , Alel G 58,6 . Found in MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andiani Wanda Putri
"Salah satu penyebab hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi pada neonatus adalah polimorfisme Gly71Arg gen UGT1A1 yang dapat menurunkan aktivitas enzim UDP Glukoronosil Transferase UGT , sehingga angka kejadiannya cukup tinggi pada neonatus hiperbilirubinemia di daerah Asia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil polimorfisme Gly71Arg di Indonesia pada populasi ras heterogen yang termasuk bagian Asia tenggara dengan menggunakan sampel pasien neonatus yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 42 sampel yang lahir pada periode Januari ndash; April 2017. Data sampel neonatus berupa total serum bilirubin diperoleh dari rekam medik serta penelusuran ras orang tua pasien neonatus melalui wawancara. Analisis dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction ndash; Restriction Fragment Length Polymorphism PCR-RFLP dengan enzim AvaII sebagai enzim restriksi. Dari 42 sampel yang dianalisis, 95,24 memiliki genotip G/G wild type dan 4,76 memiliki genotip G/A heterozigot. Tidak ditemukan satu pun sampel yang memiliki polimorfisme Gly71Arg genotip A/A homozigot. Terdapat pengaruh perbedaan intraetnik pada kelompok etnik tertentu terhadap polimorfisme Gly71Arg yaitu pada ras Betawi yang mendominasi kejadian heterozigot. Polimorfisme Gly71Arg secara keseluruhan mungkin tidak memengaruhi angka kejadian hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi pada populasi di Indonesia tetapi mungkin dipengaruhi oleh mutasi pada ekson 1 di situs lain atau mutasi pada promotor.

One of the risk factor of unconjugated hyperbilirubinemia in neonates is Gly71Arg polymorphism of UGT1A1 gene that can lead to reduced UDP Glucuronosyl Transferase UGT enzyme activity, so it has high incidence among neonates in East Asian population. The aim of this study, was to identify Gly71Arg polymorphism profile in Indonesia in the heterogeneous race population which is part of Southeast Asia, and 42 sample of neonates who were born in January ndash April 2017 that treated in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo were used. Neonatal sample data which is total serum bilirubin were obtained from medical records and tracing naonates parents race through interview. The analysis used was Polymerase Chain Reaction ndash Restriction Fragment Length Polymorphism PCR RFLP method with AvaII enzyme as restriction enzyme. From 42 samples that were analysed, 95,24 were found as G G genotype wild type, while 4,76 were G A genotype heterozygous. None of the sample has Gly71Arg polymorphism A A genotype homozygous. There is an influence of intra ethnic differences in certain ethnic groups against Gly71Arg polymorphisms, which is in the Betawi race that dominates heterozygous events. Overall, Gly71Arg polymorphism may not affect incidence of unconjugated hyperbilirubinemia in Indonesia population, yet may be affected by mutation in other site of exon 1 or mutation in promoter."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Felicia Thomas
"Terdapat berbagai macam kelas material yang dapat memberikan sifat atau karakteristik seperti feroelektrisitas dan piesoelektrisitas, yang mana pertama kali dipopulerkan pada tahun 1920. Kedua sifat ini dihasilkan oleh modulasi yang terdapat pada struktur kristal. Sejak itu, para ilmuan berusaha memahami asal muasal dari modulasi struktur. Hasil dalam percobaan membuktikan bahwa modulasi struktur menunjukan hamburan baur pada pola difraksi elektron atau pola deviasi berkas elektron. Dengan demikian, untuk lebih memahami sifat-sifat tersebut, adalah penting untuk mengerti dasar dari sebuah hamburan baur. Transmission electron microscope (TEM) memungkinkan untuk didapatkan nya hasil maupun penyelidikan data dalam bentuk ruang timbal balik dengan mengumpulkan pola-pola difraksi elektron yang diambil dengan pengaturan ukuran langkah kemiringan yang konstan pada sebuah sumbu sembarang. Keunggulan mengunaan TEM adalah kemapuan alat ini untuk menghasilkan distribusi hamburan baur yang lebih terpercaya keabsahannya untuk tujuan eksplorasi yang lebih sistematik, dikarenakan oleh kemampuan untuk menggabungkan teknik pemolaan objek lemah berkepekaan tinggi pada ruang timbal balik dengan sebuah alat yang memiliki jangkauan sudut miring yang besar. Oleh sebab itu, proyek percobaan ini berusaha untuk menghasilkan pola difraksi elektron yang akan digabungkan dalam permodelan 3 dimensi kemudian mengivestigasi hasil tersebut.

There are classes of material that can provide substantial properties like ferroelectric and piezoelectricity, which initially became popular way back in 1920. These properties exhibited from a modulation in their crystal structure. Ever since, scientists are trying to understand the origin of this modulated structure. Experimentally, modulated generates diffuse scattering in diffraction pattern. Thus to understand more about the properties, firstly it is important to understand the diffuse. Transmission electron microscope (TEM) allows generation as well as inspection of data in reciprocal space by collecting the electron diffraction pattern in fixed tilt steps around an arbitrary axis. The advantage of using electron diffraction in TEM is the ability of producing more systematic exploration with reliable diffuse scattering distribution by joining high sensitivity of weak features in reciprocal space patterning technique with a wide angular tilting range instrument. Therefore this experimental project tries to work with electron diffraction on producing pattern data to be combine 3D model and further investigate the result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofrijon Bin Imam Sofyan
"Telah dipelajari pengaruh Pb terhadap struktur kristal dan kerapatan elektron keramik Ba1_x PbxTiO3 dengan x (nominal) = 0,5. Sampel dalam percobaan ini didapat melalui sintesis metalurgi serbuk dari bahan asal BaC03, PbC03 dan TiO2, yang merupakan reagen dengan kemurnian lebih dari 99% yang tersedia secara komersial dari E-Merck. Difraktogram sinar-X yang diperoleh pada suhu kamar dianalisis menggunakan paket program kristallografi GSAS. Analisis struktur memperlihatkan bahwa kristalnya adalah Bao,7Pb0,3TiO3 dengan tipe struktur perovskife BaTiO3, grup ruang tetragonal P4mm, a = 3,943(1) A, c = 4,055(1) A, V = 63.035(63) A3, x2 = 2,115, Rp = 18,630 dan Rwp = 23,640 dengan jumlah variabel 19. Hal ini memberikan arti bahwa penambahan Pb terhadap keramik BaTiO3 tidak merubah struktur nonsentrosimetrik bahan, akan tetapi hanya sedikit berpengaruh terhadap kontraksi sumbu a dan b dan pemanjangan terhadap sumbu c. Analisis kerapatan elektron dalam bahan memperlihatkan bahwa ada konsistensi pengukuran kerapatan elektron dengan parameter struktur kalkulasi dengan ∆p max. 7.965 e A-3 dan ∆p min.-2.555 e A-3. Hasil akhir memperlihatkan bahwa, bila dibandingkan dengan barium titanat mumi yang dalam percobaan ini mempunyai kerapatan elektron p max. 115,129 e A-3 dan 112,467 a A-3 masing-masing untuk nilai observasi dan perhitungan, terjadi penambahan kerapatan elektron pada posisi ion subtitusi dengan p max. 180,069 e A-3 dan 172,105 e A-3 masing-masing untuk nilai observasi dan nilai perhitungan. Selanjutnya, pengukuran diferensial termal dari bahan Ba0,7Pbg,3TiO3 memperlihatkan bahwa kemungkinan titik lelehnya lebih rendah dari BaTiO3, sedangkan hasil pengukuran konstanta dielektrik memperlihatkan bahwa temperatur Curie dan konstanta dielektrik pada temperatur tersebut masing-masing adalah 210 °C dan 5440.
The effect of Pb on crystallographic structure and electron density of Ba1.xPbxTi03 ceramic, where x (nominal) = 0.5, has been investigated. The samples in this study were synthesized using powder metallurgy from BaCO3, PbCO3 and TiO2, which were reagents with purity better than 99% available commercially from E-Merck. The X-ray diffractograms, which were obtained at room temperature, were refined using the crystallographic software package GSAS. Structural analysis shows that the crystal is Bao.7Pba.3TiO3 with the perovskite-type BaTiO3 structure, the space group tetragonal P4mm, a = 3.943(1) A, c = 4.055(1), V=63.035(63) A3 with 19 refined variables, the goodness of fit x2 is of 2.115 and the residual parameters Rp and Rwp are 18.630% and 23.640% respectively. These results imply that Pb has no effect on the noncentrosymmetric structural change of barium titanate except to contract a and b axis and to extend c axis. Studies on electron density show that the electron density measurements are consistent with the calculated structural parameters with max ∆p = 7.965 e A-3 and min. ∆p = -2.555 e A-3. Final results show that, as compared to that of pure BaTi03, which in this study has the value of max. p 115,129 e A'3 and 112,467 e A-3 for the observed and the calculated value respectively, there is an increasing of electron density at the substitute ion positions with max. p 180.069 e A-3 and 172,105 e A-3 for the observed and the calculated value respectively. Furthermore, differential thermal analyzer measurements on Bao.7Pba.3TiO3 show that its melting point might be lower than that of BaTiO3, while dielectric constants measurement shows that the Curie temperature and corresponding dielectric constant are 210 °C and 5440 respectively."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>