Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218660 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simarmata, Oster Suriani
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol tidak berpadanan. Jumlah sampel 2500 orang terdiri dari 500 orang ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR (kasus) dan 2000 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang buruk kemungkinan berisiko melahirkan BBLR 2,22 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang baik setelah dikontrol pendidikan ibu. Variabel lain yang terbukti signifikan berhubungan adalah jenis kelamin, umur ibu, pendidikan ibu, paritas, dan komplikasi kehamilan.

ABSTRACT
This study is depth analysis data of IDHS 2007. The design of this study is nonmatching case-control with, the number of sample was 2500 that consisted of 500 mothers who gave birth with LBW as a case group birth and 2000 mothers who gave birth normal weight.
The result of this study showed that mothers who utilized bad (low) quality of ANC had the tendency to have LBW 2.22 times higher compared to mothers who utilized good quality ANC, controllod by education?s mother. Significant variabel with LBW occurence statistically is baby gender, mother?s age, mother?s education, parity, complication during pregnancy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28445
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Sarita
"ABSTRAK
Berat badan lahir bayi merupakan salah satu indikator bayi bertahan hidup. Bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami
kematian di usia neonatal. Ibu hamil yang melakukan antenatal care dengan baik
akan memiliki risiko yang semakin rendah untuk melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah. Papua merupakan salah satu propinsi yang memiliki angka ibu tidak
melakukan antenatal care cukup tinggi bila dibandingkan dengan propinsi lain di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan ANC dengan berat lahir bayi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan kehamilan. Metode penelitian
adalah studi potong lintang dengan consecutive sampling kepada subjek yaitu
anak berusia 0-60 bulan dan ibu sebagai responden di daerah Pegunungan
Jayawijaya, Papua. Data didapatkan melalui wawancara yang kemudian dianalisis
dengan uji Chi square. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan
frekuensi antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 1,000), tidak ada hubungan
kelengkapan antenatal care dengan berat lahir bayi (p = 0,561). Perlu dilakukan
penelitian yang lebih baik untuk mengetahui keterbatasan pelaksanaan antenatal
care di Papua

ABSTRACT
Birth weight indicates survival rate of babies. Babies with low birth weight are at
risk of mortality at neonatal age. Pregnant women who do the antenatal care well
will have least risks of giving birth to a baby with low birth weight. The number of
mothers without antenatal care in Papua is likely higher than most of the
provinces in Indonesia. The aim of this research is to know the correlation
between the antenatal care implimentation and the birth weight, and also to raise
people?s awareness of the importance of antenatal care. This research is using
cross sectional study with consecutive sampling to the subjects, which are
children aged 0-60 months and mothers, as the respondent in Jayawijaya, Papua.
Data were obtained through interviews, which were later analyzed with Chi
square test. As a result of this research, there are no correlation between the
frequency of antenatal care and birth weight (p = 1,000), no relevancy between
the completeness of antenatal care and birth weight (p = 0,561). Further and
better research is needed to find out the limited implementation of antenatal care
in Papua."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Karmanto
"Dari laporan Rumah Sakit di kota Cirebon diperoleh data mengenai jumlah BBLR tahun 2000 sebesar 333 bayi dari 3388 bayi yang lahir hidup (11,55 %). Data tersebut memang belum menggambarkan keadaan BBLR di kota Cirebon yang sesungguhnya oleh karena data yang ada dan terkumpul hanya berasal dari rumah sakit saja, belum mencakup semua Puskesmas di kota Cirebon. Sedangkan dan pola kematian bayi umur 0 - 28 hari yang rawat inap di rumah sakit kota Cirebon tahun 2000 menunjukkan bahwa BBLR merupakan penyebab kematian nomor 3 dari penyebab kematian bayi umur 0 - 28 hari yang rawat inap di rumah sakit kota Cirebon.
Kegiatan pelayanan antenatal tingkat kota Cirebon dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena masih di bawah target angka cakupan pelayanan antenatal nasional dan selisih antara K1 dan K4 masih besar yaitu diatas 10%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas pemanfaatan pelayanan antenatal dengan kejadian BBLR di kota Cirebon dengan mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol tidak. berpadanan. Responden pada penelitian ini berjumlah 250 orang yang terdiri dari 125 orang ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR (kasus) dan 125 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (kontrol) selama periode .fanuari 2001 ski Juni 2002. Data diolah dengan analisis statistik univariat, bivariat dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Penelitian menunjukkan bahwa kejadian BBLR pada ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan antenatal dengan kualitas rendah mempunyai peluang 2,92 (1,40 - 6,06) kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan antenatal dengan kualitas baik setelah dikontrol variabel jarak kelahiran.
Perlu diadakan kunjungan rumah terutama pada kelompok ibu hamil yang mempunyai riwayat pemanfaatan pelayanan antenatal yang jelek dan jarak kelahiran yang kurang dari 24 bulan untuk memotivasi agar pada kehamilan berikutnya mau memanfaatkan pelayanan antenatal dengan baik, demikian juga dalam perencanaan maupun kebijakan Dinas Kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pemanfaatan pelayanan antenatal sebaiknya mengalokasikan anggaran Puskesmas lebih memprioritaskan pada ibu hamil yang mempunyai riwayat pemanfaatan pelayanan antenatal yang jelek dan jarak kelahiran yang kurang dari 24 bulan.
Selain itu perlu juga diadakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kualitas pemanfaatan pelayanan antenatal dan kejadian BBLR dengan menggunakan rancangan penelitian kohort prospektif.

The Relationship between the Quality of Antenatal Care Utilization and the Prevalence of Low Birth Weight at Health Centers in Cirebon City, 2001-2002Based on hospital reports in Cirebon City, the number of Low Birth Weight (LBW) in the year 2000 is. 333 out of 3,388 live birth infants (11.55%). The data could not describe the real situation of Low Birth Weight in Cirebon City, since the data is only collected from hospitals, not from the entire Health Centers in Cirebon City. Based on the hospital data in Cirebon City in the year 2000, Low Birth Weight was the third highest caused of inpatient neonatal (infant's age 0-28 days) death.
Data between 1999 - 2001 showed that Antenatal Care (ANC) in Cirebon City was not satisfactory. The percentage was still below the national target of ANC and the gap between K1 and K4 was still high (more than 10%), The objective of this study is determine the relationship between the quality of Antenatal Care utilization and the prevalence of Low Birth Weight at Health Centers in Cirebon City by controlling its confounding factors.
The design of this study is non-matching case control with. The number of respondents in this study was 250 that consisted of 125 mothers who gave birth with LBW as a case group birth and 125 mothers who gave birth normal weight infant during the period of January 2001 - June 2002. Bivariate and univariate analysis was conducted as well as multivariate analysis by using logistic regression analysis.
The result of this study showed that mothers who utilized bad (low) quality of ANC had the tendency to have LBW 2.92 times higher (L40-6.06) compared to mothers who utilized good (high) quality ANC, controlled by distance of birth variable.
The study recommended to provide neonatal visit especially to mothers with bad quality of ANC history and the distance of birth less than 24 months. The activities aimed to motivate mothers to conduct good ANC in the next pregnancy. It is also suggested that in term of the improvement of quality of ANC utilization, the Local Health Service plan and policy will allocate health services budget, and should give priority to those mothers who is having bad ANC.
In addition, it is also needed to conduct a further study related to quality of ANC utilization and prevalence of LBW by using cohort perspective design.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 11662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primades Atriyanto
"Angka kematian bayi (AKB) sebagai salah satu indikator mortalitas derajat kesehatan di Indonesia telah menurun cukup berarti, namun masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN serta negara-negara maju. Angka kematian neonatal merupakan sekilar 40% dari AKB, dengan penyebab utama adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 29% (SKRT, 2001). Berbagai studi menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR, faktor kualitas pelayanan antenatal merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting, disamping faktor-faktor lain seperti paritas, jarak kelahiran, riwayat kehamilan terdahulu, pertambahan berat badan selama hamil, tingkat aktifitas fisik ibu, komplikasi selama hamil, perilaku merokok, umur ibu, tinggi badan ibu, tingkat pendidikan ibu, etnis atau ras, tingkat sosial ekonomi dan jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terhadap kejadian BBLR di Indonesia.
Penelitian dirancang secara kasus kontrol dengan menggunakan data terdokumentasi basil SDKI 2002-2003. Kasus adalah subjek dengan atribut efek positif (BBLR) dicarikan kontrolnya yaitu subjek dengan atribut efek negatif (Tidak BBLR). Populasi studi adalah seluruh sampel SDKI 2002-2003 yaitu semua wanita berusia 15-49 tahun yang sudah pernah kawin dan melahirkan dengan lahir hidup dalam lima tahun terakhir sebelum survei, dengan kriteria inklusi kasus dan kontrol adalah kelahiran tunggal, ditimbang saat lahir, dan bapak juga diwawancarai, sedangkan kriteria eksklusinya adalah data terdokumentasi tidak tersedia lengkap. Dengan menggunakan rumus Batas minimal sampel untuk kasus kontrol tidak berpadanan didapatkan kasus sebanyak 82 dan kontrol 328. Dengan analisis regresi logistik ganda, model akhir pengaruh kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR didapatkan nilai OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), artinya bahwa responden yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) dengan kualitas buruk kemungkinan berisiko 2,71 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mcndapatkan kualitas pelayanan antenatal balk setelah dikontrol dengan komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi. Variabel yang terbukti signifikan secara statistik dengan kejadian BBLR adalah komplikasi selama hamil (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), umur ibu (OR = 1,98 atau 95% CI: 1,02-3,85), dan jenis kelamin bayi (OR = 1,93 atau 95% CI: 1,14-3,28), sedangkan variabel yang tidak terbukti berpengaruh signifikan secara statistik adalah paritas, riwayat kehamilan, dan pendidikan ibu.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi pelayanan, jadwal pelayanan, dan konseling) terbukti mempunyai pengaruh bermakna secara statistik terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol dengan variabel komplikasi selama hamil, umur ibu, dan jenis kelamin bayi, sehingga perlu menjadi bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan dalam upaya menurunkan kejadian BBLR di Indonesia.

Infant Mortality Rate (IMR) as one of mortality indicators of health level degraded in Indonesia significantly, but it is higher than many countries in ASEAN and also development countries. Neonatal mortality is almost 40% of infant mortality rate with main reason of low birth weight is 29% (SKRT, 2001). Various study mentioned many factors which caused a low birth weight occurrence, antenatal service quality factor is one of the important risk factors compared with other factors such as parity, birth interval, past pregnancy history, weight increased during pregnancy, activity level of mother's physic. Complication during pregnancy, smoking behavior, mother's age, mother's tall, education level of mother, ethnic or race, social and economic level, and baby gender which is born. This Research purpose is to know effect of antenatal service quality factor (according to service frequency, service schedule, and counseling) to low birth weight occurrence.
Research designed with a control case by using result of documentation data SDKI 2002-2003. Case is subject with positive effect attribute (low birth weight) by looking for its control that is subject with negative effect attribute (no low birth weight). Study population are all samples of SDKI 2002-2003 that are all women 15-49 years old who have married and born with life birth in last five years before survey, with inclusion criterion of case and control are single birth, weighted when she born, and father is also held an interview, while its inclusion criterion of available documentation data is not complete. By using a minimum limit formula of samples for non match control case, it founded 82 cases and 328 controls. By analysis of multiple logistic regression, final model effect of antenatal service quality to low birth weight occurrence got a value of OR = 2,71 (95% CI: 1,60-4,58), this means responders who got antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) with a bad quality of risk possibility are 2,71 times bigger to bear with low birth weight compared with mother who got good quality of antenatal service after controlled with a complication during pregnancy, mother's age, and baby gender. Significant variable with a low birth weight occurrence statistically is complication during pregnancy (OR = 3,98 atau 95% CI: 2,06-7,67), mother's age (OR = 1,98 or 95% Cl: 1,02-3,85), and baby gender (OR = 1,93 or 95% CI: 1,14-3,28), while variables who does not significant effect statistically are parity, pregnancy history, and mother?s education.
It is concluded that antenatal service quality (according to service frequency, service schedule, and counseling) have significant effects statistically to low birth weight occurrence after controlled with complication variable during pregnancy, mother?s age, and baby gender, so it is important to become consideration for all policies makers decreasing effort of low birth weight occurrence in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 19040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Kartika
"Dewasa ini sekitar 45% kematian bayi terjadi pada bayi berumur kurang dari satu bulan, dan 20% kematian bayi tersebut disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Dilihat dari segi kesehatan masyarakat BBLR turut berperan di dalam menentukan sukses tidaknya pembentukan generasi mendatang (Population Report, 1998), karena BBLR dapat mengakibatkan tumbuh kembang bayi dan anak terhambat, serta menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi yang dilahirkan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko BBLR, antara lain dengan meningkatkan pelayanan antenatal care (ANC).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terjadinya BBLR yang berhubungan dengan frekuensi ANC, pemberian vaksinasi tetanus toxoid, pemberian tablet besi, tinggi fundus uteri, berat badan ibu, tinggi badan ibu, tekanan darah ibu, umur ibu, pendidikan ibu, lingkar lengan atas ibu, kadar Hb ibu, paritas, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi.
Penelitian ini merupakan studi observasional dari data sekunder laporan data maternal perinatal dasar RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 863 ibu yang melahirkan tunggal dan cukup umur selama tahun 2000. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multi variat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR dari 863 kelahiran tunggal dan cukup umur adalah sebanyak 53 kelahiran (6,1%), sedangkan kejadian BBLR dan total populasi yaitu dari 2684 kelahiran, termasuk tunggal, kembar prematur dan cukup umur, sebanyak 462 kelahiran (17,2%). Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa yang frekuensi ANCnya tidak adekuat sebesar 14,63%, tinggi fundus uteri yang tidak normal adalah sebesar 34,62%, tinggi badan kurang dari 145 cm sebesar 14,75%, tekanan darah tidak normal sebesar 12, 42%, paritas > 4 sebesar 8,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut dengan kejadian BBLR (p < 0,05), sedangkan variabeI vaksinasi tetanus toxoid, berat badan ibu, umur ibu, pendidikan ibu, LLA ibu, kadar Hb ibu, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi tidak mempunyai hubungan yang bermakna.Variabel tablet tablet besi tidak dapat dianalisis karena datanya kurang bervariasi. Dari model regresi logistik diketahui ternyata variabel yang paling besar peranannya terhadap kejadian BBLR adalah frekuensi ANC, tinggi fundus uteri, dan tekanan darah ibu, sedangkan yang paling kuat hubungannya dengan kejadian BBLR adalah tinggi fundus uteri, dengan OR 15,46 ( CI 95 % ).
Disarankan agar rumah sakit melakukan pemantauan yang ketat terhadap ibu yang terdeteksi mempunyai risiko BBLR, dan menyiapkan ruangan bersalin khusus dengan sarana yang lengkap untuk persalinan BBLR Untuk petugas lapangan atau penyuluh kesehatan, agar dapat menyebarluaskan informasi mengenai tanda-tanda yang menunjukkan BBLR, serta memberikan informasi mengenai penanganan kejadian BBLR Bagi praktisi kesehatan terutama bidan praktek swasta, agar dapat melakukan deteksi dini kejadian BBLR.

Nowadays about 45% infant mortality occurs to infant in the age less than 1 month, and 20% as stated above caused by low birth weight (LBW) (Depkes, 1996). From the view of public health, LBW has its role to determine the successful future generation formation (Population Report, 1998), because LBW can cause retardation to child growth, also can cause health birth infant problem. There are efforts had been done to reduce LBW risk, such as increase antenatal care (ANC).
This research aim is to know the description LBW occurred which related to the frequency of ANC, tetanus toxoid vaccination, iron tablet distribution, fundus uteri height, mother's weight, mother's height, mother's blood pressure, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's Hemoglobin level, parity, interval of pregnancy, and infant gender.
This research is observational study by secondary data analyzed. Secondary data is taken from the audit maternal prenatal dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in year 2000. The design used in this study is cross sectional with 863 mothers who deliver single baby and mature during year 2000. The analysis of this research is using univariate, bivariate with chi square test and multivariate with logistic regression test.
The research showed that from 863 single and mature births, 53 infants are LBW (6,1%), while L13W from total of population from 2684 births, including single, preterm twin and mature, are 462 births (17,2%). The result of univariate test showed that the inadequate ANC are 14,63%, abnormal fundus uteri height are 34,62%, less than 145 cm height are 14,75%, abnormal blood pressure are 12,42%, parity > 4 are 8,9%. The result of statistics analysis showed that there is meaningful relationship between stated variables with LBW (p< 0,005), while tetanus toxoid vaccination, mother's weight, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's hemoglobin content, spacing of pregnancy, and infant gender, are not related to LBW and the ferrum distribution cannot analyzed because the data is not representatives to analyzed. From the logistic regression is known that the determinant factor to LBW is ANC frequency, fundus uteri height, and mother's blood pressure.
It is suggested that hospital carry out the tight supervision to LBW detected mother, and preparing special delivery room with fully equipped for LBW delivery. Health worker is hoped to spread out the information about the LBW symptom, also spread out the information about taking care of LBW. For the private health practitioners especially private midwife, it is necessary to detect LBW early, and refer immediately if there is no ability to deliver LBW infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rochman
"Anglz Bayi Bent Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia maslh cukup tinggi. Keadaan
BBLR meningkatkan risiko kematian dan kesakitan perinatal & bayi. 'Iujuan penelitian
lmtuk mengetahui lmbnngan antara perawatan antenatal (pemerisaan kohamilan
pertama Kali, frekuensi pemeriksaan, komumsi tablet besi) dan bayi berat _lahtr rendah
dengan mengontrol faktor jenis kelamin bayi, usia ibu melahirkan, pendidikan ibn,
paritas, jarak kelahix-an dan riwayat abortus.
Dinin penelitian adalah kann kontrol tidal; berpadanan menggunakan data has Survei
Demograli dan Kesehatan Indonesia 1997 (SDKI 1997) dengan jnmlah kann 748 dan
kontrol 1496 bayi kelahiran tunggal.
Hasil penelitian menemukan bahwa pemeriksaan kehamilan pertama kali pada trimester
II atau III mempunyai risiko BBLR 1.29 kali sesudah mengontrol usia ibn melahirkan,
pendidikan ibu dan jarak kelahiran. Frelmemi pemeriluaan kehamilan < 4 kali
mempunyai ritiko BBLR 1.81 kali sesudah mengontrol mia ibn melahlrlun dan jarak
kelahiran. Konsumsi < 90 tablet besi mempnnyai rixlko BBLR 189 semdah
mengontrol frekuensi pemeriksaan kehamilan, usia ibn melahirkan, pendidikan ibn dan
jarak kelahiran. Risiko atrlbut pemeriksaan kehamllan pertama kali 225 %, frelmensl
pemeriksaankehami1an44.8 % dan konxnmsitablet besi 47.1 %.
Bordasarkan hasil penelitian disarankan: 1). memantau pengadaan dan diztribusi tablet
best secara teratur 2). menzmbahkan pertanyaan tentang tekanan darah, TB, BB dan
status anemia ibu pada knesioner SDH 3). melaknkan penyuluhan tentang reproduksi
sehat bagi remaja putri dan ibn muda dengan pesan utama usia menikah/melahirkan &
pengatmnan jan-ak kelahiran 4). menganalisis data basil SDIC[terbarn.

Abstract
Low birth weight rate is still high. Low birth weight increased the risk of perinatal and
infant mortality and morbidity. This study aims to know the relation between antenatal
care (first visit, frequency, iron pill consumption) and low birth weight controlling for
infant?s gender, maternal age, maternal education, parity, birth space and history of
abortion. 5
The study design is unmatched case-control nsed Indonesia Demographic and Health
Survey 1997 (IDHS 1997) data wherein 748 cases and 1496 controls were selected among
singleton infants were carried out in IDHS 1997-
This study found: the mother of cases have 1.29 times having first visit at the second or
third trimester of pregnancy compared to the controls controlling for maternal age,
maternal education and birth space. The mother of cases have 1.81 tlmes having visit
frequency less than 4 times compared to controls controlling for maternal age and birth
space. The mother of cases have 1.89 times having iron pill consumption less than 90 pill
compared to the controls controlling for visit frequency, maternal age, maternal education
and birth space. The attributable risk of first visit was 22.5 %, visit freqneudy was 44.8 %
and iron pill consumption was 47.1 %.
This study recommend: 1). to control for the availability and distribution of iron pill 2).
to add other questions into IDRS questionnaire, eg. maternal blood tension, height, weight
and anemia?s status 3). to give informations for girls and young mothers about the
reproduction health with the main messages are marriage age/birth age and birth space
4). to analyze the last IDHS data."
Universitas Indonesia, 2001
T6438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Terry Yuliana R.P.
"Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian ibu. Berat badan lahir rendah (BBLR) terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Kunjungan antenatal menjadi faktor penting terjadinya komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian kunjungan antenatal, komplikasi persalinan, dan BBLR banyak dilakukan dengan beragam metode statistik. Tujuan penelitian menghasilkan evidence based recommendation kepada pemegang program berdasarkan perbandingan hasil analisis tiga alternatif pilihan metode statistik tentang pengaruh kunjungan antenatal terhadap komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sumber data berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian sebagian wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam 5 tahun terakhir sebanyak 12.035 responden. Variabel dependen: komplikasi persalinan dan BBLR, variabel independen: kunjungan antenatal. Analisis data menggunakan regresi logistik, cox, dan poisson dengan varians robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi persalinan (47,40%) dan BBLR (6,56%). Kunjungan antenatal terbukti secara statistik berpengaruh terhadap komplikasi persalinan dan BBLR di Indonesia. Wanita yang melakukan kunjungan antenatal <8 kali berisiko 1,2 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi persalinan dan berisiko 5,48 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan wanita yang melakukan kunjungan ≥8 kali, persebaran dan kualitas sesuai. Berdasarkan perbandingan dari ketiga metode statistik, pada komplikasi persalinan sebagai contoh kasus dengan prevalensi tinggi, regresi cox maupun poisson dengan varians robust merupakan alternatif pilihan metode statistik yang lebih baik dibanding regresi logistik. Ukuran asosiasi PR lebih tepat digunakan daripada OR karena tidak overestimate. Sementara pada BBLR sebagai kasus dengan prevalensi rendah, ukuran asosiasi PR maupun OR dapat digunakan keduanya karena menghasilkan nilai yang hampir sama.

Childbirth complications are a direct cause of maternal death. Low birth weight (LBW) continues to be a global public health problem. The antenatal care visits is an important factor in occurrence of birth complications and LBW. Research on the frequency of antenatal visits, birth complications, and LBW has been carried out using various statistical methods. The purpose of the study is to produce evidence-based recommendations for the program based on a comparison of the results of the analysis of three alternative statistical methods for Indonesia regarding the influence of the of antenatal visits on birth complications and LBW. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data comes from the 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS). The sample of this study included 12,035 respondents of women of childbearing aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years. Dependent variables: birth complications and LBW, independent variables: frequency of antenatal care. Data analysis uses logistic regression, Cox, and Poisson regression with robust variance. The results showed that the prevalence of birth complications (47.40%) and LBW (6.56%). The antenatal care visits had been statistically proven to influence childbirth complications and LBW in Indonesia. Women who had <8 antenatal visits had a 1.2 times greater risk of experiencing birth complications and a 5.48 times greater risk of giving birth to an LBW baby compared to women who had ≥8 visits, appropriate of distribution and quality of antenatal care. Based on a comparison of the three statistical methods, for childbirth complications as an example of cases with high prevalence, Cox or Poisson regression with robust variance is a better alternative choice of statistical method than logistic regression. The PR measure of association is more appropriate to use than OR because it does not overestimate. Meanwhile, for LBW as a case with low prevalence, both PR and OR association measures can be used because they produce almost the same values."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maisaroh
"Penelitian ini merupakan analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif. Responden penelitian adalah seluruh ibu yang pernah melahirkan selama kurun waktu lima tahun sebelum survei dilakukan, pada kehamilan atau persalinan terakhir. Jumlah sampel 13.587 terdiri dari 1.100 ibu dengan kehamilan tidak diinginkan (terpapar) dan 12.487 ibu dengan kehamilan diinginkan (tidak terpapar).
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadap kejadian BBLR setelah mengendalikan berbagai faktor lain. Hasil penelitian menunjukkan, pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadap kejadian BBLR berbeda menurut status ekonomi responden.
Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan dan status ekonomi tinggi berisiko melahirkan BBLR 1,539 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan kehamilan diinginkan. Ibu dengan kehamilan tidak diinginkan dan status ekonomi rendah berisiko 0,658 kali lebih kecil untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan kehamilan diinginkan dan status ekonomi tinggi.
Ibu dengan kehamilan diinginkan dan status ekonomi rendah berisiko melahirkan BBLR 0,427 kali lebih kecil dibandingkan ibu dengan kehamilan diinginkan dan status ekonomi tinggi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenty Septiana
"Gangguan tidur yang dialami oleh BBLR akibat banyaknya stimulus selama perawatan akan menggangu proses perkembangan dan kematangan otak bayi. Selama ini perawatan metode kanguru PMK hanya dilakukan oleh ibu. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh PMK yang dilakukan oleh ayah dan ibu terhadap lama tidur tenang bayi berat lahir rendah BBLR . Rancangan penelitian ini menggunakan post test-only nonequivalent control group dengan 16 BBLR yang dirawat di tiga rumah sakit di Banda Aceh. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Analisis menggunakan uji Paired t-test. Tidak terdapat perbedaan lama tidur tenang BBLR selama dilakukan perawatan metode kanguru oleh ibu dan ayah dengan nilai p=0,77. PMK bisa dilakukan oleh ibu ataupun ayah sehingga keterikatan antara ibu/ayah dan anak akan meningkat, tidur tenang BBLR akan lebih lama, dan PMK dapat dilanjutkan di rumah dengan adanya dukungan keluarga.

Sleep disturbances experienced by low birth weight baby may disrupt the process of neural development and maturity of the babies rsquo brain due to various stimuli during their care. To date, kangaroo care is only performed by the mothers. The purpose of this study to identify the effect of kangaroo care performed by fathers and mothers on length of quiet sleep of low birth weight LBW babies. The research design was post test only nonequivalent control group using a consecutive sampling technique with 16 respondents of low birth weight babies hospitalized in three hospitals in Banda Aceh. Statistical analysis using Paired t test. There is no significant difference between the duration of quiet sleep of LBW babies given kangaroo care performed by fathers and mothers p value 0,77 . Kangaroo care can be done by either fathers or mothers so that the emotional attachment between babies and their mother or father will be deepened, quiet sleep period of LBW babies will be extended, and can be continued at home with their family support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T47492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Fajarini
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2500 gram saat lahir. Masalah ini terus menjadi perhatian utama dalam kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan terkait dengan sejumlah konsekuensi yang berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang. BBLR bukan hanya merupakan indikator utama kematian dan penyakit pada bayi baru lahir, tetapi juga meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular di masa depan. Menurut data SDKI, prevalensi BBLR di Indonesia pada tahun 2017 masih relatif tinggi yaitu sebesar 7,1%. Terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi BBLR ditinjau dari faktor ibu, janin dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel pendidikan ibu, jarak kehamilan, kehamilan kembar dan bahan bakar memasak. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian BBLR adalah ibu dengan kehamilan kembar dengan OR = 17,552.

Low birth weight infants (LBW) are babies who weigh less than 2500 grams at birth. This issue continues to be a major public health concern worldwide and is associated with a number of short and long-term consequences. LBW is not only a leading indicator of mortality and disease in newborns, but also increases the risk of developing non-communicable diseases in the future. According to IDHS data, the prevalence of LBW in Indonesia in 2017 was still relatively high at 7.1%. There are several risk factors that affect LBW in terms of maternal, fetal and environmental factors. This study uses a cross-sectional study that aims to see the relationship between maternal factors, fetal factors, and environmental factors with the incidence of LBW. The results of this study showed that there was an association between the variables of maternal education, gestational distance, multiple pregnancies and cooking fuel. The most dominant variable associated with LBW was mothers with multiple pregnancies with OR = 17.552."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>