Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191608 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Toto Suharyanto
"Penelitian kohort prospective dengan pendekatan survey-observasional ini bertujuan mengidentifikasi efektifitas senam jantung terhadap kenyamanan biopsikososial klien berisiko mengalami serangan jantung di Lebak Bulus dan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Hasil penelitian pada 63 responden kelompok intervensi dan 63 responden kelompok kontrol ini menunjukan adanya peningkatan rasa nyaman fisiologis (pvalue= 0.029), psikologis (p-value= 0.032) dan sosial (p-value= 0.328) setelah kegiatan senam yang dilaksanakan selama satu bulan. Kelompok yang teratur melakukan kegiatan senam lebih merasa nyaman dibanding dengan kelompok yang tidak melakukan kegiatan senam secara teratur. Kegiatan senam jantung sebaiknya dapat disosialisasikan lebih luas dan dijadikan sarana untuk meningkatkan rasa nyaman fisiologis, psikologis, dan sosial.

Purpose of this cohort prospective research with observational-survey approach to identify the effectiveness heart gymnastic to bio, psycho, and social comfort on client with heart attack risk in Lebak Bulus and Kebayoran Baru, South Jakarta. Result of the research on 63 respondents intervene group and 63 respondents control group shown improvement physiological (p=0.029), psychological (p=0.032), and social (p=0.328) comfort after gymnastic activity during one month regular gymnastic group more comfortable to be compared with irregular gymnastic group. Heart gymnastic activity better earn to be socialized broader and made to increase physiological, psychological, and social comfort."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hando Wibowo
"Dalam kehidupan pedagang kaki lima di lingkungan Terminal Lebak Bulus Kodya Jakarta Selatan, terdapat corak keteraturan sosial yang terjadi dari hasil interaksi hubungan-hubungan sosial antara individu-individu atau kelompok yang berkepentingan sebagai pengguna fasilitas terminal, yang dipengaruhi oleh adanya hubungan patron Klien yang dijadikan pedoman, diyakini dan disepakati untuk dipatuhi dan dioperasionalkan dalam kegiatan perdagangan kaki lima. Metodologi yang digunakan adalah etnografi untuk mengungkapkan pola-pola keteraturan sosial yang terjadi dan dilakukan oleh para pedagang kaki lima dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Corak keteraturan sosial yang terdapat dalam kehidupan pedagang kaki lima adalah persaingan sehat, kerjasama dan tolong menolong. Keteraturan mengenai tempat lokasi lapak pedagang kaki lima yang lain, tidak akan ditempati atau direbut tanpa seizin pemilik lapak/lokasi dagang. Keteraturan dalam pembayaran pungutan baik resmi maupun tidak resmi diartikan sebagai jaminan keamanan dan ketenangan dalam berusaha. Waktu yang digunakan untuk berdagang menyesuaikan dengan jenis dagangan dan tempat atau lokasi berdagang. Sebuah komunitas yang mampu mengatur keteraturan sosial dalam kehidupannya melalui pranata yang diyakini kebenarannya dan dipatuhi, memerlukan pelayanan tugas polisi dalam kualitas dan kuantitasnya. Sebaliknya komunitas yang cukup kompleks di mana pranata yang berlaku tidak fungsional digunakan sebagai acuan dalam mengatur dan menjaga berlakunya keteraturan sosial, akan sangat memerlukan petugas kepolisian dalam mengatasi berbagai masalah sosial. Untuk menyusun strategi pembinaan masyarakat yang profesinya sebagai pedagang kaki lima dan corak keteraturan sosialnya dipengaruhi oleh para patron. Maka program Polmas tingkat Pospol (Pos Kepolisian), dapat menyertakan peranan para patron, dalam penciptaan situasi keamanan yang kondusif."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24557
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ridho Wikanarpati
"ABSTRAK
Iklim yang terus berubah cendrung menciptakan keadaan cuaca yang tidak bisa di perkirakan manusia. Salah satu akibat buruknya adalah banjir. Tapi bisa dicegah dengan persiapan yang matang. Jakarta sebagai Ibu Kota Negara sebagai pusat pemerintahan, ekonomi dan pendidikan dalam menjalankan tidak boleh terganggu dengan hal tersebut. Jakarta Selatan sebagai daerah resapan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai peranan penting dalam mencegah banjir. Untuk mencegah hal tersebut perlu dibangun sebuah Waduk di daerah Lebak Bulus. Maka diadakan pengadaan tanah guna pembanguna demi kepentingan umum. Pengadaan tanah guna kepentingan umum diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Nomor 65 Tahun 2006.
Pelaksanaan pengadaan tanah merupakan persoalan yang kompleks karena terdapat berbagai tahapan dan proses yang harus dilalui serta adanya kepentingan pihak-pihak yang saling bertentangan. Hal inilah yang akan dikupas dalam bentuk sebuah penulisan tesis yang berjudul Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Waduk Lebak Bulus Di Jakarta Selatan dengan tujuan untuk mengetahui proses, pelaksanaan pengadaan tanah guna proyek pembangunan Waduk Lebak Bulus di Jakarta Selatan dan kendala yang di hadapi dilapangan. Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris dan tipe penelitian Deskriptis Analitis yaitu prosedur atau pemecahan masalah penelitian dilakukan berdasarkan fakta-fakta aktual dalam pengadaan tanah ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa penetapan harga ganti rugi dalam pembangunan Waduk Lebak Bulus tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menginkan ganti rugi yang sesuai harga pasar tetapi tidak melihat bahwa lokasi tanah dan kondisi fisik bangunan mempengaruhi saat penilaian ganti rugi juga adanya unsur sosial atas tanah. Pemerintah yang lamban memberikan ganti rugi juga menciptakan ketidak adilan bagi masyarakat karena mereka sudah kehilangan tanah mereka tapi belum juga dibayarkan hak mereka.

ABSTRACT
The climate which always changed had been established the unpredictable weather. One of the worst impact is flood. But it could be overcome if human did a good preparedness regarding to this problem. Jakarta as the capital city, and also as the center of governance, economy and education is not allowed to get those threats. South Jakarta as the water infiltration area in Jakarta holds an importanta role in overcoming the flood. To overcome this problem, its very important to establish a reservoir in Lebak Bulus. Because of this reason, the land provision for development regarding to public needs is established. The land provision for public needs is regulated in President’s Decree No. 36/2005 jo No. 65/2006.
The implementation of land provision is a complex problem because there are lots of steps and processes that need to be done, thus many stakeholders have different interests in this issue. This problem will be solved in this thesis with title “The Land Provision for Development Lebak Bulus Reservoir Construction in South Jakarta and it aims to know the process, the obstacles that existed, and also the solution of land provision for Lebak Bulus reservoir construction in South Jakarta). The method that has been used in this research is juridical-empiric and the type of this research is analytical-descriptive; its a procedure or problem resolution that has been conducted based on the actual facts in land provision case. The result of this research shows the compensation rate in Lebak Bulus reservoir construction which is not appropriate with community’s needs. The community wants a compensation that suitable with market rate, but they do not concern with the location of land and the physical condition of the construction that would affected the compensation, and the social factor of the land. The government also has a slow action to give compensation, it creates the unfair sphere among community because community lost their land, but they still could not get their rights."
2013
T34862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Retno Asti Werdhani
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi program latihan Klub Jantung Sehat Pondalisa sekaligus mengetahui hubungan frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan tekanan darah yang terkendali pada anggota KJS Pondalisa khususnya dan masyarakat usia dewasa tua umumnya.
Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada buku anggota KJS Pondalisa. Digunakan pendekatan analisis Cox Regression untuk melihat efek frekuensi dan keteraturan senam yang telah dilakukan oleh para anggota KJS Pondalisa selama 1 tahun pertama keanggotaan terhadap penurunan tekanan darah. HR (hazard ratio) digunakan sebagai estimasi RR (risiko relatif) efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Anatisis multivariat digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel perancu.
Sebanyak 132 data anggota K7S Pondalisa dianalisis dalam penelitian ini. Dalam 1 tahun pertama keanggotaan terdapat 11,36% anggota yang melakukan senam 2x1minggu, 39,39 % anggota yang melakukan senam > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut, dan 11,36% anggota yang melakukan senam 2xlminggu selama > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut. Tidak ada anggota yang melakukan senam 3xlminggu sesuai program dan tidak ada anggota yang melakukan senam 2x1minggu selama < 8 minggu berturut-turut_ Keteraturan senam anggota maksimum selama 15 minggu. Didapatkan penurunan tekanan darah pada 32,58 % anggota dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolikldiastolik sebesar 6 mmHg/4 mmHg yang dapat dipertahankan minimal selama 1 bulan. Besarnya penurunan TD ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi; sedikitnya dapat memperlambat perjalanan penyakit hipertensi serta bermanfaat dalam pencegahan primer.
Efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 1 Va dibandingkan dengan frekuensi senam < 2xlminggu [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Efek senam teratur 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 36 % dibandingkan dengan senam teratur < 8 minggu berturut-turut [RR 1,36;95%CI [0,63-2,93]. Senam yang dilakukan 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-tunrt memberikan manfaat penurunan tekanan darah sebesar 34 % dibandingkan dengan senam <2xlminggu selama 8 minggu berturut-turut [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. Tidak ada perbedaan manfaat penurunan tekanan darah antara senarn < 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-turut dengan senam < 2xlminggu selama < 8 minggu berturut-turut [RR 0,99;95% CI [0,42-2,32].
Dan basil penelitian ini disimpulkan bahwa efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah tidak berbeda dengan efek frekuensi senam < 2xlminggu. Efek keteraturan senam 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah lebih besar dibandingkan efek frekuensi senam 2xlminggu. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertahankan keteraturan senam untuk mendapatkan basil penurunan tekanan darah yang lebih baik. Manfaat penurunan tekanan darah pada frekuensi senam 2xlminggu didapatkan bila dilakukan selama 9-15 minggu berturut-turut. Walaupun senam sudah dilakukan secara teratur sarnpai dengan 15 minggu berturut-turut, bila dilakukan dengan frekuensi < 2x1minggu tidak didapatkan manfaat penurunan tekanan darah.
Masih adanya faktor-faktor yang belum diperhitungkan seperti durasi dan intensitas latihan, peran obat anti hipertensi, dan adaltidaknya penyakit lain, serta masih lebar dan tidak konsistennya rentang interval kepercayaan yang dihasilkan, menyebabkan basil penelitian ini belum sepenuhnya menunjukkan efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah yang sebenarnya pada populasi. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan menggunakan berbagai nilai frekuensi dan keteraturan senam, dengan memperhitungkan berbagai faktor di atas dan jumlah sampel yang lebih besar, untuk memperoleh manfaat penurunan tekanan darah yang sebenarnya dan presisi yang lebih akurat.

The aim of this research is to evaluate the performance of `Klub Jantung Sehat Pondalisa' as well as the association of frequency and regularity of exercise with blood pressure reduction. The long-term benefit achieved will be adequate control of blood pressure among members of the club and adults as a whole.
Retrospective cohort study was conducted, using data found on the member's logbook. Cox Regression analysis approach was used to find the benefit of blood pressure reduction through exercise's frequency and regularity which have been done by all member of KJS Pondalisa during the first year of membership. HR (hazard ratio) was used to estimate the RR (relative risk) of both exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure. Confounders were adjusted by multivariate analysis.
There were 132 members analyzed in this research. In the first year of membership, there were 11.36% members doing exercise twice weekly, 39.39 % members doing exercise > 8 weeks (9-15 weeks) regularly, and 11.36% members doing exercise twice weekly in > 8 weeks (9-15 weeks) regularly. There were no member doing exercise thrice weekly as programmed. There were no member doing exercise twice weekly in < 8 weeks regularly. The maximum exercise's regularity was 15 weeks. There were 32.58 % blood pressure reduction among members. The mean systolic/diastolic reduction which can be maintained for at least I month were 6 mmHg/4 mmHg, This amount of BP reduction might reduce morbidity and mortality among hypertensives; at least might retard the natural history of hypertension and give benefit to primary prevention.
The effect of twice weekly's exercise on blood pressure reduction increase 1 % as compared to less than twice weekly's exercise [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Effect of doing 9-15 weeks regular exercise on blood pressure reduction increase 36 % as compared to members doing 8 weeks regular exercise [RR 1,36;95%CI [ 0,63-2,93]. Members doing exercise twice weekly in 9-15 weeks regularly get benefit on blood pressure reduction 34 % more as compared to members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks regularly [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. There were no difference in blood pressure reduction between members doing exercise less than twice weekly in 9-15 weeks regularly and members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks [RR 0,99;95% CI [ 0,42-2,32].
From this research, we conclude that there was no different effect of blood pressure reduction between twice weekly's exercise and less than twice weekly's exercise. The effect of exercise in 9-15 weeks regularly toward blood pressure reduction is bigger compared with effect of twice weekly's exercise. This fording shows the importance of maintaining exercise's regularity to get benefit of reducing blood pressure. The benefit of twice weekly's exercise for blood pressure reduction will be achieved when it is conducted in 9-15 weeks regularly. Although exercise has been conducted regularly up to 15 weeks, if done less than twice weekly, it will not yield the benefit of blood pressure reduction.
There are still many factors which have not been considered such as the duration and intensity of exercise, the role of anti hypertensive drugs, and the presence of other diseases. All of those factors together with the wide range and inconsistent of confidence interval, make the results of this study fail to show the maximal effect of exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure in population. Therefore, further research is needed using several degrees of exercise's frequency and regularity, considering also the above mentioned related factors and bigger number of sample size, to obtain the true benefit of blood pressure reduction and more accurate precision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1983
S8386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Farida
"Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan masukan oksigen yang diakibatkan karena sumbatan arteri koroner jantung. Latihan fisik yang teratur dapat mengurangi kejadian dan keparahan penyakit jantung dan pembuluh darah. Latihan fisik bagi penderita penyakit jantung koroner yang baru mengalami serangan jantung atau pasca bedah pintas koroner merupakan bagian dari rehabililasi. Latihan utama dari rehabilitasi penyakit jantung koroner adalah senam jantung sehat, yang dilakukan dengan taat dan teratur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan klien dengan penyakit jantung koroner untuk mengikuti senam jantung.
Guna dari peneIitian ini adalah memberikan masukan atau umpan balik pada keluarga dan tenaga keperawatan sehingga dapat meningkatkan ketaatan klien dalam mengikuti senam jantung. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Jantung RSUP. Fatmawati pada tanggal 1, 3, 6, 8, 10 Agustus 2001. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif sederhana dengan jumlah responden 30 orang.
Dari hasil analisa data didapatkan kesimpulan bahwa ketaatan klien untuk mengikuti senam jantung dipengaruhi oleh berbagai faktor : usia, pendidikan, pengetahuan ekonomi, motivasi dan support sistem. Dari faktor-faktor ini yang sangat mempengaruhi ketaatan adalah faktor motivasi intrinsik, faktor yang mempengaruhi adalah motivasi ekstrinsik dan pengetahuan, faktor support sistem dan ekonomi cukup mempengaruhi ketaatan klien untuk mengikuti senam jantung. Sedangkan untuk faktor usia dan pendidikan didapatkan dalam Persentase. Karena itu diharapkan adanya penelitan lanjut untuk menilai seberapa jauh faktor usia dan pendidikan dan mempengaruhi ketaatan klien untuk mengikuti senam jantung dengan metode korelasi dan sampel yang Iebih representatif baik jumlah maupun karakteristiknya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5057
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harmani Kalim
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0162
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Mardiarini Ismail
"Bidang kebutuhan dan perilaku pencarian informasi merupakan bagian dari kajian pemakai. Kajian ini merupakan salah satu bidang dari 12 kajian Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Penelitian mengenai perilaku pencarian informasi penyandang tuna netra pemah dilakukan oleh Kirsty Williamson et al dengan judul Information Seeking by Blind and Sight Impaired Citizen: an Ecological Study. Penelitian ini dilakukan terhadap penyandang tuna netra di Australia dan diterbitkan di Information Research, Vol.5 No.4 July 2000. Setiap orang pasti membutuhkan informasi agar tetap bisa mengikuti perubahan zaman. Masalah kebutuhan dan pencarian informasi pun dialami siswa tuna netra. Sebagai siswa, informasi utama berkaitan seputar pelajaran sekolahnya. Dengan segala keterbatasannya -- terutama berkaitan dengan mobilitasnya --, siswa tuna netra akan mencari informasi yang dibutuhkannya. Model perilaku pencarian informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Behavioral Model of Information Seeking Strategies yang dikenalkan oleh David Ellis. Model ini mengamati seorang pencari informasi mulai dari ia mengindentifikasi kebutuhan informasinya hingga ia menemukan informasi yang dibutuhkannya. Model tersebut terdiri dari tahap starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif interpretif dengan metode kualitatif berupa observasi dan wawancara. Informan terdiri dari 13 orang siswa tingkat SMP-SMA di SLBIA Pembina Tingkat Nasional. Pengambilan sampel sebagai informan menggunakan gabungan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Analisis data dilakukan dengan tiga alur: reduksi data, analisis serta interpretif, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah: 1) Ada lima kategori jenis kebutuhan informasi mereka. Dua kategori yang utama adalah kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya dan berdasarkan minatnya. Tiga lainnya adalah informasi tentang lawan jenisnya, berita-berita umum, dan orientasi arah/harga barang. 2) Sumber perolehan informasi andalan untuk kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya adalah informal (teman, keluarga, dan guru/pihak sekolah) dan formal (kaset, buku braille, radio, tv, internet). Sumber perolehan informasi untuk kebutuhan informasi andalan untuk kebutuhan informasi berdasarkan minat, lawan jenis, berita-berita umum, dan orientasi arah/harga adalah informal (teman dan keluarga). 3) Tidak tersedianya buku braille di perpustakaan umum menunjukkan kurang seriusnya perhatian pemerintah sehingga para penyandang tuna netra lebih mengandalkan kekuatan sendiri dan kerja sama dengan pihak swasta/luar negeri. 4) Tahap pencarian informasi untuk kebutuhan informasi berdasarkan pelajaran sekolahnya adalah starting, chaining, browsing, differentiating, extracting, dan ending. Tahap pencarian informasi untuk kebutuhan informasi berdasarkan minatnya adalah starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. 5) Hambatan yang dialami para siswa ini adalah hambatan personal (trauma dan psikologis karena perubahan daya fisik penglihatan) dan lingkungan (masyarakat, tak tersedianya akses atau fasilitas memadai ke dan di sumber perolehan informasi)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Sukawinaya
"Pelacuran pada hakekatnya adalah komersialisasi pelayanan seks yang pada umumnya dijajakan oleh perempuan untuk memenuhi kebutuhan biologis laki-laki dengan menerima imbalan materi berupa uang. Masalah pelacuran dicela dalam masyarakat karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Baik dari aspek moral dan sosial maupun dari aspek kesehatan dan hukum. Disisi lain nampaknya secara tersamar pemerintah seolah-olah mengakui keberadaan pelacuran. ini. Adanya komplek lokalisasi pelacuran dengan program rehabilitasi yang dibuat pemerintah. Ditengah sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, pelacuran dianggap sebagai salah satu alternatif pemecahannya paling tidak bagi pelakunya. Apalagi pelacuran kalau dibekingi kekuasaan akan tumbuh subur dan dibisniskan. Dan pada kenyataanya pelacuran tetap saja berlangsung.
Demikian juga dengan usaha pelacuran di JI.Prapanca Raya No.4 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Usaha pelacuran ini dikelola dengan profesional dan kalau dibandingkan dengan lokasi pelacuran lainnya belum ada yang menyaingi. Pelanggan dan usaha pelacuran ini adalah kelas atas dengan harga jual jasa yang cukup tinggi. Sehingga timbul pertanyaan mengapa usaha pelacuran ini dapat tetap berlangsung ? Bagaimana pengelolaannya dan strategi apa yang diterapkan dalam mempertahankan usaha pelacuran yang dikelolanya.
Oleh karena itu dalam kajian ini dibahas pengelolaan usaha pelacuran dan strategi yang diterapkan dan hubungan patron klien yang terjadi. Dengan asumsi saya bahwa dengan membina hubungan baik kepada pejabat pemerintah dan aparat penegak hukum serta strategi-strategi yang diterapkan dan hubungan patron klien, organisasi usaha pelacuran di JI.Prapanca Raya No.4 Kebayoran Baru Jakarta Selatan dapat beroperasi sampai saat ini.
Adapun tujuan dari pengkajian ini adalah untuk menunjukkan mengenai strategi yang diterapkan oleh pimpinan organisasi dalam pengelolaan usaha pelacuran sehingga dapat bertahan sampai saat ini dan pola hubungan yang terjadi serta kegiatan yang dilakukan dalam memasarkan jasa pelacuran dan mengikat pelanggan. Dengan mengetahui hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu kepolisian untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi khususnya yang timbul dari kegiatan pelacuran. Serta memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Jakarta Selatan tentang manfaat dari pelacuran serta dapat membandingkan program rehabilitasi yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dimana tehnik pengumpulan data menggunakan pengamatan terlibat termasuk didalamnya adalah wawancara mendalaml berpedoman. Hasil penelitian yang saya dapatkan adalah untuk dapat menjalankan usaha pelacuran ini Hartono Setiawan menerapkan manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) dan Total Quality Service yang berorientasi pada mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan. Walaupun penerapannya tidak secara seutuhnya karena usahanya bersifat illegal. Disamping itu untuk mengamankan usahanya ia membina hubungan dengan aparat baik sipil maupun militer dan polisi. Sehingga secara tidak langsung terbangun hubungan patron dan klien. Dimana Hartono Setiawan membutuhkan perlindungan (sebagai klien) dari aparat untuk tidak dilakukannya penindakan terhadap usaha pelacuran ini. Jadi aparat (pejabat maupun mantan pejabat) menjadi pelindung (patron) dari mucikari/germo(Hartono Setiawan)."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T7940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>