Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 227240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andina Setyawati
"ABSTRAK
Relaksasi otogenik merupakan diduga dapat mengatasi hipertensi dan hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi otogenik terhadap tekanan darah dan kadar gula darah. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Jumlah responden 30 orang dibagi dalam dua kelompok. Pada kelompok intervensi dilakukan relaksasi otogenik sebanyak tiga kali dan diukur tekanan darah dan kadar gula darah sebanyak dua kali. Pada kelompok kontrol hanya diukur tekanan darah dan kadar gula darah sama dengan kelompok intervensi. Uji statistik yang digunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan Mann Whitney U.
Hasil penelitian ini didapatkan ada pengaruh relaksasi otogenik terhadap penurunan tekanan darah (p=0,001) dan penurunan kadar gula darah (p=0,011). Kesimpulan penelitian ini, ada pengaruh relaksasi otogenik terhadap penurunan tekanan darah dan kadar gula darah pada klien DM tipe 2 dengan hipertensi.

ABSTRACT
Autogenic relaxation is a therapy predicted for handling hypertension and hyperglycemia. The purpose of this study was necessary to know the effect of autogenic relaxation on hypertension and level of blood glucose. The design of this research was quasi experiment. The samples have used the way of simple random sampling. The number of samples were 30 persons, divided into two groups. At the intervention group was done autogenic relaxation twice, and blood pressure and level of blood glucose were measured before and after autogenic relaxation. At control group wasn?t done autogenic relaxation and blood pressure and level of glucose was measured the same as intervention group. Statistical tests used Wilcoxon Sign Rank Test and Mann Whitney U.
The result of this research are there were some effects of autogenic relaxation, namely the decreasing of blood pressure (p=0,001) and the decreasing level of blood glucose (p=0,011). It was concluded that there was effect of autogenic relaxation on decreasing blood pressure and level of blood glucose on the DM clients with hypertension.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28472
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Elvia Amelia
"Penyakit tidak menular masih menjadi persoalan penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah masalah kesehatan yang umum terjadi pada keluarga. Hipertensi dapat menyebabkan stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal ginjal, dan kematian jika tidak ditangani secara dini dan efektif. Swedish massage menjadi salah satu tatalaksana non farmakologi untuk membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberi gambaran hasil penerapan Evidence Based Practice Swedish massage pada pengelolaan hipertensi melalui asuhan keperawatan pada keluarga Ibu A. Metode penulisan karya ilmiah ini menggunakan case study report. Terapi Swedish massage dilakukan dengan menerapkan 3 teknik yaitu effleurage, petrisage, dan friction sebanyak 6 kali intervensi dengan durasi 15 menit setiap sesi. Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap sebelum dan sesudah intervensi. Hasil evaluasi objektif terapi Swedish massage menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 5,33 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 5,34 mmHg setelah 6 kali intervensi. Evaluasi subjektif menunjukkan bahwa klien merasa lebih nyaman dan rileks setelah pemijatan. Berdasarkan hasil temuan ini dapat disimpulkan bahwa Swedish massage dapat memberikan efek relaksasi dan menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggabungkan intervensi keperawatan lain dalam pemberian asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan faktor risiko paling dominan.
Non-communicable diseases are still an important problem for developing countries like Indonesia. Hypertension or high blood pressure is a health problem that commonly occurs in families. Hypertension can cause stroke, myocardial infarction (heart attack), kidney failure and death if not treated early and effectively. Swedish massage is a non-pharmacological treatment to help lower blood pressure in hypertension sufferers. The aim of writing this scientific paper is to provide an overview of the results of applying Evidence Based Practice Swedish massage in the management of hypertension through care for Mrs. A's family. The method for writing this scientific paper uses a case study report. Swedish massage therapy is carried out by applying 3 techniques, namely effleurage, petrisage, and friction, 6 interventions with a duration of 15 minutes per session. Blood pressure measurements were carried out before and after each intervention. The results of the evaluation of the aims of Swedish massage therapy showed that there was an average reduction in systolic blood pressure of 5.33 mmHg and diastolic blood pressure of 5.34 mmHg after 6 interventions. Subjective evaluation shows that clients feel more comfortable and relaxed after the massage. Based on these findings, it can be concluded that Swedish massage can provide a relaxing effect and lower blood pressure for hypertension sufferers. Future research is expected to combine other surgical interventions in providing care that is tailored to the most dominant risk factors."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Fitri Astuti
"Hipertensi merupakan faktor utama penyebab kematian lansia secara global. Berbagai upaya telah dilakukan namun belum optimal. Kondisi tersebut mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan terapi non farmakologis guna melengkapi terapi farmakologis salah satunya dengan relaksasi otot progresif dan terapi musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh RESIK terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment dengan pendekatan pre-post test with control group. Seratus lansia dengan hipertensi dibagi menjadi dua kelompok menggunakan stratified random sampling dan purposive sampling. Setelah dilakukan 11 sesi terapi RESIK dalam 6 hari, analisis t-test menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sebesar 29,2 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 16,2 mmHg pada tekanan darah diastolik. Kesimpulannya, RESIK dapat menurunkan tekanan darah sistolik (p value = 0,000; α = 0,05) namun tidak signifikan menurunkan tekanan darah diastolik (p value = 0.167; α = 0,05). Terapi ini disarankan untuk diterapkan sesuai dengan prosedur dan dilakukan secara rutin untuk mendapatkan pengaruh yang maksimal.

Hypertension is a major factor causes the death of older people globally. Various efforts have been made but are not optimal. These conditions encouraged scientists to develop nonpharmacological therapies to complement pharmacological therapy, one of them was progressive muscle relaxation and music therapy. The purpose of this study was to determine the influence of RESIK toward blood pressure in older people with hypertension in Depok. This study used quasi experimental design with pre-post test with control group approach. One hundred older people with hypertension divided into two groups using stratified random sampling and purposive sampling. After 11 RESIK therapy sessions in 6 days, t-test analysis showed the decrease of blood pressure in 29.2 mmHg at systolic blood pressure and in 16.2 mmHg at diastolic blood pressure. In conclusion, RESIK could decrease systolic blood pressure (P value = 0,000; α = 0,05) but it could not significantly decrease diastolic blood pressure (P value = 0.167; α = 0,05). This therapy was recommended to be applied in accordance with the procedure and done regularly to get the maximum influence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Ayu Setiady
"Lansia akan mengalami penurunan fungsional tubuh, salah satunya pada sistem kardiovaskuler. Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum pada lansia adalah hipertensi. Karya ilmiah ini menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam menurunkan tekanan darah yakni intervensi foot massage dan relaksasi tarik napas dalam. Intervensi foot massage dan relaksasi tarik napas dalam menjadi salah satu intervensi non farmakologis. Karya ilmiah yang dibahas ini menerapkan intervensi foot massage dan relaksasi tarik napas dalam selama 9 hari dengan waktu 40 menit setiap sesinya. Dari hasil intervensi telah menunjukkan bahwa intervensi foot massage dan relaksasi tarik napas dalam sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah yang ditandai dengan adanya penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12,3 mmHg dan penurunan tekanan darah diastolik sebesar 14,3 mmHg. Berdasarkan hal ini penerapan intervensi foot massage dan relaksasi tarik napas dalam menjadi pilihan dalam menurunkan tekanan darah pada lansia. Penurunan tekanan darah yang dilakukannya dengan intervensi foot massage dan relaksasi tarik napas dalam juga dapat semakin efektif dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin dan mengontrol faktor risiko hipertensi. Diharapkan intervensi ini dapat memberikan manfaat kepada perawat di lahan praktik untuk menerapkan secara rutin dalam manajemem hipertensi pada lansia.

The elderly will decrease a functional of the body, one of which is the cardiovascular system. One of the most common cardiovascular diseases in the elderly is hypertension. This research analyzes the application of evidence-based practices which the form of superior interventions in reducing blood pressure, constitute foot massage and deep breath relaxation interventions. Foot massage and deep breath relaxation interventions are one of the non-pharmacological interventions. This research discussed applies foot massage and deep breath relaxation interventions for 9 days with 40 minutes each session. The results of the intervention have shown that the intervention of foot massage and deep breath relaxation are very effective to reduce blood pressure characterized by a decrease in systolic blood pressure by 12.3 mmHg and a decrease in diastolic blood pressure by 14.3 mmHg. Based on this, the application of foot massage and deep breath relaxation interventions are an option to reduce blood pressure in the elderly. The decrease in blood pressure with the intervention of foot massage and deep breath relaxation can also be more effective by doing regular physical activity and controlling risk factors for hypertension. It is hoped that this intervention can provide benefits to nurses in the practice area to apply routinely in managing hypertension in the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Nurul Hidayah
"Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan dunia yang dapat memengaruhi kualitas kesehatan individu dalam keluarga. Faktor risiko yang mendominasi penyebab hipertensi adalah gaya hidup tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan stres. Kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats menjadi salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah. Karya Ilmiah Akhir Ners akhir ini bertujuan untuk menggambarkan efektivitas kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats dalam menurunkan tekanan darah pada keluarga Bapak P. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan analisis kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Hasil intervensi menunjukkan terjadi penurunan tekanan sistolik sebanyak 6,25 poin (5-10 mmHg) dan tekanan darah diastolik sebesar 3,75 poin (0-5 mmHg), serta rerata penurunan frekuensi nadi sejumlah 4,63 poin (4-6 kali). Kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats diberikan dalam rentang 10 menit selama 8 kali kunjungan. Penelitian ini merekomendasikan penerapan kombinasi relaksasi napas dalam dan terapi musik binaural beats pada klien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.

Hypertension is still a health problem in Indonesia and the world that can affect the quality of health of individuals in the family. The risk factors that dominate the cause of hypertension are an unhealthy lifestyle, lack of physical activity, and stress. The combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy is one way to reduce high blood pressure. This final scientific paper aims to describe the effectiveness of the combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy in reducing blood pressure in Mr. P's family. The method used is family nursing care and case analysis from the assessment stage to the evaluation stage. The results of the intervention showed a decrease in systolic pressure of 6.25 points (5-10 mmHg) and diastolic blood pressure of 3.75 points (0-5 mmHg), and an average decrease in pulse rate of 4.63 points (4-6 times). The combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy was given in a span of 10 minutes for 8 visits. This study recommends the application of a combination of deep breathing relaxation and binaural beats music therapy in hypertensive clients to lower blood pressure. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alyani Yasmin
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertensi di masyarakat ialah menganjurkan pengobatan rutin sesuai anjuran dokter serta modifikasi gaya hidup, meliputi pola diet, aktivitas fisik, serta pengelolaan stress. Tindakan Relaksasi Otot Progresif diberikan dengan tujuan menurunkan tekanan darah, manajemen stress, serta mengurangi ketegangan otot. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, terlihat perubahan perilaku pada keluarga dengan adanya asuhan keperawatan serta intervensi Relaksasi Otot Progresif. Penurunan tekanan darah juga terjadi setelah dilakukannya rangkaian intervensi keperawatan. Pengelolaan diet, pelaksanaan aktivitas fisik rutin, serta manajemen stres perlu dilakukan keluarga untuk mengendalikan tekanan darah. Tindakan Relaksasi Otot Progresif yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dapat dilakukan oleh tenaga terlatih demi meningkatkan kesehatan keluarga.

Hypertension is a health issue that often occured in Indonesia. Recommendation to reduce hypertension problem is by suggesting medication therapy to a physician and lifestyle modification, including maintenance of good diet pattern, routine physical activity, stress management. The Act of Progressive Muscle Relaxation is administered by the aim of reducing high blood pressure, stress management, and lessen muscle stiffness. Based on the given evaluation, behavioral changes are occurred after the application of nursing care and Progressive Muscle Relaxation. Diet, routine physical activity, and stress management is essential to reduce blood pressure. Progressive muscle relaxation have to used by professionals to increase the state of family health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nabila
"Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Globalisasi pada masyarakat perkotaan dengan perubahan gaya hidup perkotaan meningkatkan faktor risiko hipertensi. Apabila hal tersebut dilanjutkan, akan terjadi peningkatan prevalensi dan prognosis hipertensi di wilayah perkotaan. Salah satu upaya nonfarmakologi penatalaksanaan hipertensi adalah manajemen stress dengan relaksasi otot progresif (ROP). Tujuan penelitian ini untuk menganalis keefektifan penerapan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Metode praktik melakukan intervensi ROP sederhana selama 30 menit dilakukan 2 kali sehari dalam 5 hari. Intervensi dikombinasikan dengan pendidikan kesehatan, patuh minum obat, pengaturan diet dan peningkatan aktivitas. Setelah pemberian intervensi terjadi penurunan tekanan darah dari hipertensi derajat II menjadi I dengan rata-rata penurunan sistolik 3 mmHg dan diastolik 3,8 mmHg setelah ROP. ROP direkomendasikan dapat diaplikasikan secara mandiri di rumah dengan membuat media yang dapat disebarluaskan baik dalam bentuk poster ataupun leaflet melalui program KPLDH di wilayah DKI Jakarta.

Hypertension is a non-communicable disease which is one of the causes of death in the world. Globalization in urban communities with changes in urban lifestyles increases the risk factors for hypertension. If this is continued, there will be an increase in the prevalence and prognosis of hypertension in urban areas. One of the non-pharmacological efforts to manage hypertension is stress management with progressive muscle relaxation (ROP). The purpose of this study was to analyze the effectiveness of the application of progressive muscle relaxation in reducing blood pressure in patients with hypertension. The practical method of conducting a simple ROP intervention for 30 minutes is done 2 times a day for 5 days. The intervention was combined with health education, adherence to medication, diet management and increased activity. After the intervention, there was a decrease in blood pressure from hypertension grade II to I with an average decrease in systolic of 3 mmHg and diastolic of 3.8 mmHg after ROP. It is recommended that ROP can be applied independently at home by making media that can be disseminated either in the form of posters or leaflets through the KPLDH program in the DKI Jakarta area. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aravinda Pravita Ichsantiarini
"Hipertensi sebagai penyebab kematian terbanyak di dunia seringkali disertai beberapa penyakit lain, di antaranya ialah diabetes melitus (DM) tipe 2. Beberapa studi sebelumnya menunjukkan DM tipe 2 berpengaruh terhadap ketidakterkendalian tekanan darah pada pasien hipertensi, meningkatkan komplikasi kardiovaskular dan serebrovaskular. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara keduanyasehingga membantu dalam pencegahan, penatalaksanaan, serta deteksi dini komplikasi hipertensi. Penelitian yang dilakukan menggunakan menggunakan data sekunder dari rekam medik Poliklinik Ginjal Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Ciptomangunkusumo pada tahun 2013 dengan metode cross sectional. Melalui consecutive sampling didapatkan 117 jumlah sampel, diperoleh karakteristik berupa usia, jenis kelamin, kendali hipertensi, dan keberadaan diabetes melitus (DM) tipe 2. Didapatkan proporsi penderita DM tipe 2 pada pasien hipertensi ialah 30,8% dengan proporsi hipertensi tidak terkendali lebih tinggi (58,3%) dibandingkan proporsi hipertensi terkendali (41,7%). Sementara itu, pada pasien tanpa DM tipe 2, proporsi hipertensi tak terkendali (33,3%) lebih rendah dibandingkan proporsi hipertensi terkendali (66,7%) (p= 0,011; RP= 1,750; dan 95% CI= 1,157 ? 2,646). Dapat disimpulkan bahwa DM tipe 2 merupakan faktor risiko tekanan darah yang tidak terkendali pada pasien hipertensi.

Hypertension as a major health problem causing death in the world is often accompanied by several other diseases, including type 2 diabetes mellitus (DM). Several previous studies indicated that type 2 DM strongly correlated with uncontrolled hypertension, increased cardiovascular and cerebrovascular complications. Therefore, this study was conducted to determine the relation between them, so that help in the prevention, management, and early detection of complications of hypertension. Research conducted using secondary data from medical records of Kidney Hypertension Polyclinic, Internal Medicine Department of Ciptomangunkusumo Hospital in 2013 with a cross sectional method. Through consecutive sampling 117 the number of samples obtained, acquired the characteristics of age, gender, blood pressure control, and the presence of type 2 DM. Analyzed using SPSS 20.0 obtained the proportion of patients with type 2 DM in hypertensive patients was 30.8% with the proportion of higher uncontrolled hypertension (58.3%) compared to the proportion of uncontrolled hypertension (41.7%). Meanwhile, in patients without type 2 DM, the proportion of uncontrolled hypertension (33.3%) was lower than the proportion of uncontrolled hypertension (66.7%) (p = 0.011; RP = 1.750, and 95% CI = 1.157 to 2.646). It can be concluded that type 2 DM is a risk factor for uncontrolled blood pressure in hypertensive patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Hamarno
"Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk merilekkan otot dan menurunkan kecemasan sehingga menyebabkan tekanan darah menurun pada hipertensi primer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah klien hipertensi primer di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain quasiexperiment dengan tehnik pengambilan sampel consecutive sampling. Besar sampel adalah 40 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapat latihan relaksasi otot progresif selama 15 menit setiap latihan, sehari dua kali latihan dan dilakukan selama 6 hari. Kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah latihan hari ke II, IV dan ke VI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah latihan relaksasi otot progresif ada penurunan tekanan darah sistolik sebesar 16,65 mmHg dan tekanan darah diastolik mengalami penurunan sebesar 3,8 mmHg. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan relaksasi otot progresif secara bermakna dapat menurunkan tekanan darah sistolik hipertensi primer (p value = 0,0075 ; α = 0,05), sedangkan pada tekanan darah diastolik, latihan relaksasi otot progresif ini tidak menurunkan tekanan darah secara bermakna (p value = 0,058; α = 0,05).

Progressive muscle relaxation is one of non-pharmacological therapies to relaxing muscles and reduce anxiety so make lowering blood pressure in clients with primary hypertension. The purpose of this study was to identify the effects of progressive muscle relaxation exercises to decrease blood pressure for clients with primary hypertension in Malang. This study used a quasi-experimental design with a consecutive sampling. Sample size was 40 respondents, divided into two groups: treatment and control groups. The treatment group received progressive muscle relaxation exercises for 15 minutes each time, twice a day and conducted for six days. The blood pressure measurements was obtained for both groups before and after on day II, IV and VI.
The results showed that a decrease of systolic blood pressure is 16.65 mmHg and diastolic blood pressure is 3.8 mmHg occur after exercise. The conclusion a progressive muscle relaxation exercise can significantly reduce systolic blood pressure (p value = 0.0075; α = 0.05), on the other hand, there is no reduced blood pressure significantly (p value = 0.058, α = 0.05) in diastolic blood pressure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T41460
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Burnout merupakan salah satu respon terhadap lingkungan dan kondisi kerja yang penuh dengan stres, dapat terjadi dalam beberapa bidang pekerjaan, terutama diantara para pekerja/petugas kesehatan yang secara emosional berulang-ulang kontak dengan seseorang yang memerlukan pelayanan perawatan. Burnout dapat terjadi sebagai suatu kelelahan fisik, mental dan emosional, kehilangan komitmen, melepaskan diri dari pekerjaan dan in-efisiensi dalam beradaptasi terhadap kebutuhan melayani lingkungan kemanusiaan.
Intervensi relaksasi progresif merupakan salah satu cara atau tehnik yang dapat dipakai untuk menurunkan gejala/ sindrom burnout yang terdiri dari mental exhaustion, depersonalization dan personal accomplishment. Relaksasi progresif dari Soewondo (1993) bersumber dari Jacobson (1934), yaitu suatu teknik intervensi perilaku untuk mengurangi atau menurunkan derajat ketegangan yang terjadi pada seseorang. Penulis ingin meneliti apakah ada perubahan perilaku burnout pada subjek penelitian, khususnya perawat dimana secara rutin dan monoton menangani pasien jiwa yang cenderung kronik dan tingkat kesembuhannya. Penulis juga ingin mengetahui bagaimana berlangsungnya program intervensi relaksasi hubungannya dengan modifikasi perilaku perawat dj RSMM atas sindrom burnout yang dialami, apa saja yang terjadi pada subjek penelitian selama menjalani intervensi, bagaimana proses berlangsung dan hal lainnya yang dialami perawat dalam menjalani intervensi relaksasi progresif. Metode yang dipakai adalah studi kasus tunggal dengan desain kuasi eksperimen ABA yang terdiri dari fase baseline A, yaitu masa sebelum perlakuan/treatment, fase treatment B yaitu masa menjalani program intervensi relaksasi dan fase follow-up A, yaitu masa setelah intervensi diberikan Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, dimana subjek dipilih berdasarkan kebutuhan peneliti. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penilaian subjektif dengan menggunakan self rating scale, alat bantu lainnya lainnya ialah inventory burnout MBI, kuesioner tambahan, petunjuk relaksasi dari Soewondo (1993), fasilitas lain pendukung intervensi relaksasi dan alat-alat yang diperlukan untuk pencatatan. Analisis hasil dilakukan dengan melihat gambaran umum dan bentuk grafik dan table hasil intervensi berdasarkan kepada persyaratan yang dikemukakan Kazdin (1992) tentang studi kasus tunggal kuasi eksperimen. Hasil peneiitian menunjukkan bahwa intervensi relaksasi progresif dapat menurunkan derajat ketegangan yang terjadi pada tujuh orang perawat yang mengalami burnout dalam menghadapi pasien jiwa yang tingkat kesembuhannya minimal. Atas dasar hasil penelitian ini, disarankan agar program intervensi relaksasi progresif dikembangkan di bidang psikologi kesehatan, bagi instansi yang membutuhkan serta para profesional yang melakukan program ini juga diharapkan untuk memperhatikan pentingnya kualitas hubungan antar professional dan klien/partisipan, dengan penuh empati, kerjasama dan pendekatan yang efektif sehingga program intervensi relaksasi dapat dilakukan secara optimal."
[Depok;Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>