Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muthahhari, Murtadha
Jakarta : Lentera Basritama , 2002
297.211 MUT m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shariati, Ali
Yogyakarta: Shalahuddin Press, 1982
297.6 SHA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu bentuk kerjasama di bidang ekonomi antar negara
ASEAN adalah SIJORI yang dipromosikan sebagai growth triangle
atau segi tiga pertumbuhan yang terdiri dari Singapura,
Johor, dan Riau khususnya Batam.
Pemerintah Indonesia telah berusaha mengembangkan fungsi
pulau Batam guna menyambut realisasi konsep kerja sama
tersebut. Fungsi pulau Batam yang akan dikembangkan tersebut
adalah bonded warehouse atau kawasan berikat, kawasan
industri, transhipment point atau alih kapal, logistic
centre, serta kawasan pariwisata.
Perkembangan fungsi pulau Batam erat kaitannya dengan
peningkatan arus infmrmasi, arus medal, arus barang dan jasa,
arus manusla, serta arus teknmlagi yang menuntut' layanan
sarana transpmrtasi yang memadai. Sektur transpnrtasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
eknnnmi suatu wilayah.
Meningkatnya kebutuhan terhadap layanan sarana transportasi
tersebut meningkatkan pula jumlah ruas jalan dan jembatan
yang akan menyebabkan berkurangnya jumlah lahan hijau,
sehingga kapasitas kerja alami paru-paru kata menurun.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pula
konsumsi BBM yang berkaitan erat dengan peningkatan emisi gas
dan partikel. Pada saatnya nanti, daya dukung lingkungan
akan terlampaui sehingga pada akhirnya menyebabkan
pencemaran udara.
Pencemaran udara yang terjadi dapat menimbulkan dampak
fisiologis, estetika, dan psikologis. Kondisi-kondisi
lingkungan yang obyektif, dalam hal ini pencemaran udara
akibat kendaraan bermotor akan dipersepsi oleh individu,
sehingga individu akan bertingkah laku tertentu terhadap
kondisi lingkungan yang obyektif tersebut. Bila pencemaran
udara dirasakan sebagai stimulasi yang berlebihan, maka akan
menimbulkan satu atau beberapa keadaan psikologis seperti
perasaan tidak menyenangkan, agresivitas, penurunan
aktivitas, penurunan sensitifitas, dan stress.
Penelitian ini melihat persepsi masyarakat pulau Batam
terhadap pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan
bermotor. Informasi tersebut sangat perlu untuk diketahui
karena pada dasarnya upaya penanggulangan pencemaran udara
sangat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri selaku agen
perusak lingkungan."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Budyatna
"Studi mengenai reduksi ketidakpastian dengan subyek pasangan suami-isteri kawin campur mencoba menganalisis mengenai bagaimana suatu interaksi awal terjadi dalam konteks reduksi ketidakpastian. Ternyata interaksi awal terjadi antar individu berbeda latarbelakang kultural tanpa hambatan bahkan secara mulus meningkat kepada hubungan yang romantis. Hambatan itu baru terjadi manakala individu yang bersangkutan berhadapan dengan kelompok yang diwarnai dengan berbagai stereotip sosial oleh kelompok yang satu terhadap yang lain secara timbal balik.
Prilaku pencarian informasi dengan berbagai strategi seperti pasif, aktif dan interaktif sebagai konsep Barat kurang adanya relevansi terhadap studi pasangan suami-isteri kawin. campur. Strategi pasif ternyata tidak digunakan sama sekali karena meriang tidak diperlukan. Begitu pula strategi aktif hampir tidak digunakan karena hambatan psikologis bentuk kawin campur semacam itu pada proses perkenalannya tidak mendapat dukungan dari jaringan sosial keluarga maupun lingkungannya. Sedangkan strategi interaktif dalam bentuk pengungkapan diri kurang dimanfaatkan oleh pihak pria pasangan tersebut. Hal ini antara lain disebabkan karena strategi tersebut tidak dirancang untuk masyarakat penganut budaya high-context di mana individu lebih banyak mengandalkan bahasa isyarat dalam suatu interaksi.
Pada eskalasi hubungan pada tingkat yang paling akrab yang ditandai oleh suatu perkawinan antar individu pasangan tersebut tidak selalu menunjukkan tahap pertukaran yang stabil dengan ciri-ciri saling keterbukaan dan mengenal pribadi masing-masing. Hal ini disebabkan karena pasangan yang bersangkutan pada proses perkenalannya tidak atau kurang memanfaatkan tahapan hubungan berdasarkan teori Altman dan Taylor. Hal ini Brat kaitannya dengan pola budaya yang berbeda di mana teori tersebut tidak dimaksudkan atau dirancang untuk masyarakat high-context culture. Begitu pula model hubungan dari Thibaut dan Kelley (1959) dalam menganalisis evaluasi hubungan yang dilakukan oleh masing-masing individu pasangan suami-isteri baru ada relevansinya kalau secara konsisten mengikuti tahapan hubungan dari Altman dan Taylor (1973).
Konflik yang terjadi antara anggota pasangan suami-isteri kawin campur pribumi dan non-pribumi Cina bukanlah merupakan konflik yang bersifat antar budaya. Tni disebabkan karena konflik tersebut bukan karena adanya perbedaan dalam mengekspresikan dan menginterpretasikan tindakan simbolis yang sama. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
D52
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Suprihadi Sastrosupeno
Jakarta: Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/Majalah. Pengetahuan Umum dan Profesi. Depdikbud, 1984
304.2 SAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
S. Partiwi Arianto
"ABSTRAK
Dalam tesis ini saya akan memaparkan corak hubungan pria dan wanita Afro-Amerika dalam kehidupan keluarga sebagaimana terungkap dalam keempat karya-karya penulis wanita Afro-Amerika, Alice Walker dan Toni Morrison. Pada umumnya keempat novel itu mengungkapkan hubungan yang tidak serasi; pria kulit hitam cenderung menekan wanita dalam keluarga.
Alice Walker dan Toni Morrison adalah dua diantara penulis Afro-Arerika yang terkenal sejak tahun 1970, malahan Alice Walker mendapat Pulitzer Prize for Fiction tahun 1983, Toni Morrison mendapat National Book Critics Awards (Mari Evans, 1984 :370).
Penulis-penulis wanita Afro-Amerika myenyuarakan kesadaran akan ketidakadilan dan diskriminasi ras serta diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, yang mereka alami, baik dari masyarakat kulit putih Amerika yang dominan, maupun dari sesama kulit hitam, di dalam komuniti Afro-Amerika sendiri. Sejak abad ke delapan belaspun, kaum wanita Afro-Amerika telah menulis sajak, catatan harian, pengalaman-pengalaman yang berisi nilai-nilai budaya Afrika yang ada dalam kehidupan mereka seperti misalnya: Lucy Terry Prince, Phillis Wheatley, Ann Plato, dan Harriet E.Wilson 1).
Di dalam tulisan-tulisan tersebut, mereka makin sering mengungkapkan kondisi mereka yang menyedihkan, terutama dalam hubungan mereka dengan para pria dalam keluarga, seperti ayah, suami dan saudara lelaki. Hubungan mereka dengan kaum pria tampak sebagai penekanan, karena anggapan pria kulit hitam bahwa wanita lebih rendah kedudukannya, seperti yang diungkapkan oleh penulis wanita Maya Angelou.
If we look out of our eyes at the immediate world around us, we see whites and males in dominant rules (Angelou, in Claudia Tate, 1981: 2).
Pandangan tentang dominasi pria (kulit putih maupun kulit hitam) yang menyebabkan penderitaan terhadap kaum wanita Afro-Amerika semakin sering tampak dalam karya-karya fiksi yang ditulis oleh kaum wanita Afro-Amerika sendiri. Mereka berusaha untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran kaumnya dan ternyata memang hal inilah yang ingin mereka baca. Hal itu menunjukkan adanya kesadaran akan kondisi mereka serta adanya kebutuhan untuk memperbaiki kondisi tersebut."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrahma Sukmaya Kalamsari
"Menjalani hubungan romantis merupakan salah satu tugas perkembangan pada dewasa muda. Hubungan romantis yang memuaskan dapat dilihat dari pola attachment pada pasangan dan bagaimana resolusi konflik yang digunakan saat menghadapi masalah dalam hubungan. Pola attachment merupakan salah satu faktor individual yang secara konsisten ditemukan dapat mempengaruhi kepuasan hubungan. Resolusi konflik yang positif juga terbukti dapat meningkatkan kepuasan hubungan. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) yang bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh pola attachment dan resolusi konflik terhadap kepuasan hubungan berpacaran pada dewasa muda dan bagaimana pengaruh tidak langsung antara attachment terhadap kepuasan hubungan melalui resolusi konflik. Terdapat sebanyak 824 partisipan dewasa muda (18-36 tahun) dalam penelitian ini. Pola attachment diukur menggunakan Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Freley & Shaver, 2000); resolusi konflik diukur menggunakan Conflict resolution Styles Inventory (Bonache et al., 2016); dan kepuasan hubungan diukur menggunakan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Anxious dan avoidant attachment dan resolusi konflik berupa keterlibatan konflik dan sikap positif secara signifikan berpengaruh terhadap kepuasan hubungan dan (2) Pola attachment dapat mempengaruhi kepuasan hubungan melalui resolusi konflik.

Having a romantic relationship is one of the developmental tasks of young adults. A satisfying romantic relationship can be seen from the patterns of attachment to partners and how conflict resolution is used when dealing with problems in relationships. Attachment pattern is one of the individual factors that can consistently influence relationship satisfaction. Positive conflict resolution has also been shown to increase relationship satisfaction. This study uses path analysis, which aims to see how patterns and conflict resolution influence the satisfaction of dating relationships in young adults and the indirect effect of attachment on relationship satisfaction through conflict resolution. There were 824 young adult participants (18-36 years) in this study. Attachment patterns were measured using the Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Freley & Shaver, 2000); conflict resolution measured using the Conflict Resolution Styles Inventory (Bonache et al., 2016); and relationship assessment measured using the Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). The results showed that: (1) anxious attachment, avoidance attachment, conflict engagement and positive attitudes significantly affect relationship satisfaction and (2) attachment patterns can influence relationship satisfaction through conflict resolution."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Pembentukan hubungan romantis pada usia dewasa muda sangat penting karena pada usia ini individu cenderung mencari pasangan untuk seumur hidup. Keberfungsian keluarga asal individu merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kepuasan hubungan berpacaran dengan melalui faktor individual, seperti tipe attachment yang dimiliki individu dengan pasangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran tipe attachment dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Data diperoleh dari kuesioner yang disebarkan secara daring. Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga, Relationship Assessment Scale (RAS) untuk mengukur kepuasan hubungan dan Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) untuk mengukur attachment. Responden pada penelitian ini berjumlah 824 responden berusia 18-36 tahun dan sedang berpacaran minimal selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat memprediksi kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Selain itu, tipe attachment, baik anxious attachment maupun avoidant attachment dapat memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran.

The formation of romantic relationships in young adulthood is very important because they tend to find a partner to live with. The functioning of the individual's family of origin is an important factor in influencing the relationship satisfaction, which through individual factors, such as the attachment that individual has with their partner. This study aims to look at the role of attachment in mediating the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults. This study is a correlational study. Data were obtained from online questionnaires. This study used three measurement tools, Family Assessment Device (FAD) to measure family functioning, Relationship Assessment Scale (RAS) to measure relationship satisfaction and Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) to measure attachment. There were 824 respondents aged 18-36 years and have been in a romantic relationship for at least 6 months. The results showed that family functioning can predict relationship satisfaction in young adults. Moreover, attachment types, both anxious attachment and avoidant attachment, can mediate the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawestri Bayu Utari
"Dalam hubungan romantis berpacaran, individu menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam menjalani hubungannya tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan individu dalam hubungan romantis, diantaranya tekanan dari luar yang menimbulkan stres sehingga berdampak negatif terhadap kepuasan hubungan. Sikap yang ditunjukan antar pasangan dalam menghadapi stres menjadi salah satu faktor yang mendorong kelanggengan hubungan romantis, dimana kedua pasangan terlibat dalam proses self-disclosure dan adanya respon yang sesuai diberikan oleh lawan bicara, disebut juga perceived partner responsiveness (PPR). Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk menguji efek PPR sebagai moderator antara self-disclosure dan kepuasan hubungan romantis. Sebanyak 441 dewasa muda (18-30 tahun) berpartisipasi dalam penelitian ini. Self-disclosure diukur menggunakan Self-disclosure Scale (Wheeless & Grotz, 1976); PPR diukur dengan Perceived Partner Responsiveness Scale (Reis & Shaver, 1988) dan kepuasan hubungan diukur dengan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aspek amount factor dan honesty-accuracy factor pada proses self-disclosure dapat memprediksi kepuasan hubungan secara signifikan; (2) aspek understanding dan validating pada PPR tidak signifikan memoderatori hubungan antara honesty-accuracy factor dalam proses selfdisclosure; dan (3) aspek understanding dalam PPR signifikan memoderatori hubungan antara amount factor pada proses self-disclosure dan kepuasan hubungan. Dapat disimpulakan dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa yang memandang pasangannya secara akurat menangkap kebutuhan (understanding) dari informasi yang diungkapkan cukup banyak dan mendalam (amount factor), maka akan memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

In a romantic relationship, individuals want happiness and satisfaction in their relationship. There are several factors that affect the level of individual satisfaction in relationships, such as external pressure that cause stress which negatively impacts relationship satisfaction. The attitude that is shown between partners in dealing with stress is one of the factors that encourages the romantic relationships satisfaction, where both couples are involved in self-disclosure process and they receive responses given by their partner are in accordance with their expectations, also called perceived partner responsiveness (PPR). This quantitative study aims to examine the effect of PPR as a moderator between self-disclosure and romantic relationship satisfaction. A total of 441 young people (18-30 years) in this study. Self-disclosure is measured using the Selfdisclosure Scale (Wheeless & Grotz, 1976); PPR is measured by the Perceived Partner Responsiveness Scale (Reis & Shaver, 1988) and relationship satisfaction is measured by the Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). The results showed that (1) amount factor and honesty-accuracy factor of self-disclosure significantly predicted relationship satisfaction; (2) the understanding and validation aspects of PPR do not significantly moderate the relationship between honesty-accuracy factor of self-disclosure; and (3) the understanding aspect in PPR significantly moderates the relationship between amount factor of self-disclosure process and relationship satisfaction. This study shows that individuals who perceive their partners as accurately capture their needs (understanding) of the deep and private information about themselves (the number factor), will have a higher level of relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>