Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wagner, Scott A.
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2009
614.1 WAG d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Lembaga Krimilogi UI, 1977
614.1 UNI l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Di Maio, Vincent J. M., 1941-
"Dr. Vincent Di Maio and veteran crime writer Ron Franscell guide us behind the morgue doors to tell a fascinating life story through the cases that have made Di Maio famous--from the exhumation of assassin Lee Harvey Oswald to the complex issues in the shooting of Florida teenager Trayvon Martin. Beginning with his street-smart Italian origins in Brooklyn, the book spans 40 years of work and more than 9,000 autopsies, and Di Maio's eventual rise into the pantheon of forensic scientists."--Book jacket.
"In this clear-eyed, gritty, and enthralling narrative, Dr. Vincent Di Maio and veteran crime writer Ron Franscell guide us behind the morgue doors to tell a fascinating life story through the cases that have made Di Maio famous-from the exhumation of assassin Lee Harvey Oswald to the complex issues in the shooting of Florida teenager Trayvon Martin. Beginning with his street-smart Italian origins in Brooklyn, the book spans 40 years of work and more than 9,000 autopsies, and Di Maio's eventual rise into the pantheon of forensic scientists. One of the country's most methodical and intuitive criminal pathologists will dissect himself, maintaining a nearly continuous flow of suspenseful stories, revealing anecdotes, and enough macabre insider details to rivet the most fervent crime fans"
New York: St. Martin's Press, 2016
616.070 92 DIM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bevel, Tom
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2008
363.256 2 BEV b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
";"
Boca Raton, Florida: CRC Press, [2011;2011;2011, 2011]
614.1 BRO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"La diagnosi è un processo indiziario in cui l’anamnesi suggerisce le ipotesi di malattia e gli esami strumentali forniscono le prove. Nel caso della medicina legale lo specialista realizza la sintesi finale esprimendosi sull’eventuale presenza e il grado di una menomazione. La "Guida alla valutazione medico-legale del danno neurologico” facilita il procedimento che, partendo dall’osservazione del periziando, ne diagnostica la sindrome e ne quantifica l’invalidità. È perciò rivolta al medico-legale e a tutti i professionisti che in ambito pubblico o privato (Responsabilità Civile, Assicurazione Privata, Infortunistica del Lavoro, Invalidità Civile) devono pronunciarsi sull'esistenza e sull’entità di un deficit invalidante."
Milan: Springer, 2012
e20426716
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Forensic entomology has not been acknowledged in Indonesia so far. Indonesia carrion insects are very rarely reported. Te aim of this study was to obtain the types of insects on pig carcasses that could be used for the estimation of post-mortem interval. Four domestic pigs sacrificed with different methods were used a model. The carcasses were observed twice daily (around 9 a.m and 4 p.m) during 15 days to assess the stages of decomposition and to collect insects, both in mature and immature stages. The immature insects were reared and the mature insects were indentified in the laboratory of pests and plant diseases, University of sam ratulangi, Manado. Chrysomya megacephala and C. rufifacies were identified both morphologically and with deoxyribose-nucleic acid (DNA) techniques. Five stages of decomposition (fresh, bloated, active decay, post-decay and skeletonization) were observed. A total of 11 diptera and 8 coleoptera species were found during a 15-days succession study. Chrysomya megacephala, C. rufifacies and hermetia illucens colonized in all carcasses. Insects found on four different pig carcasss consisted mainly of widespread diptera and coleoptera. Chrysomya megacephala, C. rufifacies and Hermetia illucens seemed to be primary candidates for the estimation of the post-mortem interval."
UI-MJI 24:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
"Latar Belakang
Penentuan usia seseorang memegang peranan penting dalam kedokteran forensik, tidak hanya untuk identifikasi tubuh, tetapi erat pula kaitannya dengan tindak kejahatan dan kecelakaan (1). Akibat dari tindak kejahatan dan kecelakaan ini, tidak jarang ditemukan kerangka manusia atau korban yang sulit diidentifikasi. Banyak prosedur dapat ditempuh dalam menentukan usia seseorang antara lain dari penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi geligi seseorang (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11).
Penentuan usia didasarkan pada gigi geligi seseorang menjadi sangat penting artinya terutama jika bahan lain yang diperlukan untuk identifikasi telah rusak, misalnya pada kasus kebakaran, kecelakaan pesawat terbang, atau telah terjadi proses pembusukan tubuh seseorang (7, 12). Pada keadaan tersebut biasanya gigi geligi merupakan jaringan satu-satunya yang relatif masih utuh (7,8,9), sehingga struktur maupun morfologinya tidak berbeda dengan orang hidup. Hal ini dapat terjadi karena gigi geligi dilapisi oleh email, yang merupakan jaringan tubuh yang paling keras (13,14,15). Oleh karena itu, perkiraan usia dan gigi geligi dapat merupakan sumbangan informasi yang amat berguna dalam hal penentuan usia tersebut, sehingga akan lebih memudahkan para ahli forensik melakukan identifikasi usia secara tepat (16).
Untuk menentukan atau memperkirakan usia didasarkan pada gigi geligi , ternyata gambaran radiografis memegang peranan penting (15,17, 18,19). Dengan foto radiografis dapat diketahui antara lain gambaran pertumbuhan gigi, urutan erupsi dan kalsifikasi gigi, yang semuanya berguna selain di bidang kedokteran gigi forensik, juga antropologi dan arkeologi, dalam kaitannya dengan identifikasi usia. Di bidang arkeologi ini biasanya gambaran radiografis digunakan untuk perkiraan usia pada penemuan sejumlah besar rangka, meskipun hal ini umumnya jarang digunakan untuk dasar pemeriksaan rutin (16). Selain itu, dengan foto radiografis identifikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat (18,19). Dan berbagai jenis foto radiografis, yang banyak digunakan adalah foto panoramik, karena dengan foto tersebut akan diperoleh seluruh gambaran gigi sulung maupun gigi tetap pada rahang atas dan bawah dengan jelas.
Beberapa penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis pertumbuhan gigi telah dilakukan, namun penelitian gigi molar 3 rahang bawah masih langka. Beberapa kemungkinan langkanya penelitian ini disebabkan karena waktu erupsi gigi molar 3 sangat bervariasi dibandingkan dengan gigi lainnya (20,21). Penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan pertumbuhan gigi molar 3 rahang bawah saja, akan mendapatkan kisaran usia yang pendek yaitu antara 14 - 20 tahun, sehingga hubungannya dengan identifikasi usia sangat terbatas.
Pembentukan akar gigi molar 2 rahang bawah sudah dimulai pada usia antara 7-8 tahun (22,23). Oleh karena itu gabungan penelitian tentang pembentukan akar gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah akan mempunyai kisaran usia yang lebih lebar, sehingga penggunaannya untuk identifikasi usia seseorang lebih luas.
Pada saat ini di Indonesia belum banyak acuan untuk memperkirakan usia dari gambaran radiografis gigi geligi. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mendapatkan data dasar untuk pedoman memperkirakan usia berdasarkan gambaran radiografis gigi geligi. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian perkiraan usia dari gambaran panoramik radiografis dengan metode pengukuran panjang dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. Dengan mengukur panjang gigi dan mengetahui stadium pertumbuhan gigi tersebut di atas, dapat diketahui perkiraan usia seseorang. Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari landasan pemikiran bahwa :
Gambaran radiografis merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan gigi (1,16,17,21,24). Dengan membuat foto panoramik radiografis bisa diperoleh gambaran gigi geligi pada seluruh rahang. Selain itu prosedur pembuatannya cepat dan murah.
Gambaran radiografis gigi molar rahang bawah biasanya lebih jelas dibandingkan dengan gigi molar rahang alas . Hal ini disebabkan tidak adanya struktur lain di rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas. Karena itu dengan memilih pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah untuk perkiraan usia, diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga perkiraan usia diharapkan bisa lebih akurat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kagan, Shelly
New Haven: Yale University Press, 2012
128.5 KAG d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>