Ditemukan 92330 dokumen yang sesuai dengan query
M. Sahari Besari
Jakarta : Salemba Teknika , 2008
600 SAH t
Buku Teks Universitas Indonesia Library
M. Sahari Besari
Jakarta: Salemba Teknika, 2008
600 SAH t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Simorangkir, Victor
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Laloan, Johan F.
"Masa jangkauan hidup (expectation of life ) dari penduduk di kebanyakan negara miskin hampir separuh dari yang dialami o¬leh kebanyakan negara maju. Hilangnya separuh kehidupan itu mem¬punyai alasan yang banyak, tetapi satu alasam yang kuat adalah akibat dari kondisi saaitasi yang buruk (Pacey, ed.1978: xiii). DI Bangladesh misalnya, 50% dari kasus penyakit gastroin-testi¬n.al atau penyakit saluran pencernaan merupakan sebab utama dari kematian anak-anak. Sedangkan penyakit infeksi parasit yang me¬landa penduduk kota-kotanya mempunyai prevalensi yang kurang le¬bih sama demgam kasus penyakit anak-anak tersebut di atas (Pacey ed.197&:2).
Bila kita melihat penyakit-penyakit serupa yang melanda du¬nia secara global, maka keadaannya lebih memprihatinkan lagi. Diperkirakan 80% penyakit yang me terserang penduduk dunia berkait¬an dengaa air yang tidak terlindung dari bahaya penyakit dan da¬ri keadaan sanitasi yang buruk. Pada tahum 1981 diperkirakan terdapat lebih dari pada 100 juta penduduk dunia ketiga minum air yang tidak bersih dan 400 juta penduduknya lagi tidak mem¬punyai sanitasi yang baik (Agarwal et a1.1981: 2) . Lebih lanjut Agarwal dam kawan-kawannya menggambarkan bahwa lebih dari sepa¬ruh penduduk dunia ketiga tidak mempunyai air minuet yang terlin¬dung dari bahaya penyakit. Sejumlah, tiga perempat penduduk tersebut tidak mempunyai sistem sanitasi sama sekali bahkan ti¬dak mempunyai sebuah jamban pun."
Depok: Universitas Indonesia, 1983
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rosiana Indrawati
"Gula merah merupakan produk olahan nira kelapa. Kabupaten Tasikmalaya merupakan kebupaten penghasil gula merah di Jawa Barat. Peluang pasar gula semut di Tasikmalaya belum diimbangi kemampuan pelaku usaha gula semut sekitarnya yang merupakan usaha berskala IKM. Promosi masih terbatas mulut ke mulut, variasi produk terbatas, motivasi pengembangan usaha yang rendah sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga usaha berskala IKM tidak dapat mengembangkan usahanya. Harga penjualan rendah karena dikuasai oleh tengkulak yang melakukan penadahan terhadap produk industri gula semut. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh kedua mitra, solusi yang ditawarkan: Membuat mesin pengolahan berskala IKM untuk meningkatkan mutu produk gula semut itu sendiri, penerapan teknologi pengembangan mesin pengolahan gula semut skala IKM menjadi produk tepat guna sehingga meningkatkan pelaku usaha gula semut di Kabupaten Tasikmalaya. Pembuatan alat disesuaikan kebutuhan mitra, dan diujicobakan pada salah dua mitra yaitu Amis Budi dan Penyadap bagja yang berlokasi di Kp.Gunung Pendeuy, Kel.Sukamenak Kec.Purbaratu Kota Tasikmalaya. Kegiatan dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan. Antusias warga penggiat gula semut pada saat tim melakukan sosialisasi dan pelatihan terlihat sangat antusias. Kemampuan mitra dan masyarakat penggiat semut terkait penggunaan teknologi pengolahan gula semut semakin meningkat dan kegiatan pembuatan gula semut menjadi lebih ringan dari segi waktu dan tenaga."
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, 2020
600 JPM 3:1 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Malang: Inteligensia Media, 2021
025.56 INO
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ario Tejo Utomo
"Masyarakat dan kebudayaan manusia seringkali mengalami perubahan. Penyebab terjadinya proses perubahan tersebut ada beberapa macam, dan salah satu di antaranya adalah melalui inovasi. Dalam setiap usaha inovasi tentunya akan berhadapan dengan rangkaian masalah sosial-budaya yang bukan hanya bersumber pada masyarakat sebagai penerima program inovasi, namun juga pada pihak perencana sebagai suatu birokrasi dan para petugas pembawa inovasi itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12678
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Monita Indah Amalia
"Sebagai negara adidaya, Cina telah mencapai banyak kemajuan di bidang teknologi tinggi; termasuk peningkatan dalam jumlah SDM yang berkualitas, penelitian dan pengembangan (R&D), hingga publikasi ilmiah dan hak paten. Semua peningkatan ini membawa Cina sebagai salah satu negara superior dalam sains dan teknologi. Studi ini memberikan ilustrasi bahwa peran pemerintah sangat signifikan sebagai penentu dibalik kesuksesan Cina, sebagaimana dimulai pada masa pemerintahan sebelumnya. Sejak akhir 1970-an, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah besar kebijakan yang dirancang untuk mereformasi sistem teknologi, dengan memberikan dukungan penuh dalam bentuk investasi bagi pengembangan R&D dan mendorong peningkatan jumlah sarjana, ilmuwan dan insinyur, di samping melibatkan pihak swasta dalam bentuk investasi modal ventura. Keberhasilan Cina saat ini tidak terlepas dari strategi politik dan ekonomi jangka panjang oleh pemerintah Cina khususnya dalam pengembangan teknologi. Strategi ini dicanangkan kali pertaman saat Cina dipimpin oleh Deng Xiaoping yang kemudian membuka diri ke dunia luar pada akhir tahun 1970-an. Keberhasilan pemerintah Cina sebagai aktor utama di balik modernisasi teknologi merupakan inti dalam tulisan yang dijelaskan dengan menggunakan teori ‘developmental state’ Chalmers Johnson
As a superpower, China has shown many achievements in terms of high technology; such as increasing the number of research and development (R&D), number of qualified human resources, and producing scientific publications and patents. All these improvements show that China is noted as one among quite a few advanced-technological countries in the world. This achievement was obviously due to a role of the Chinese government in the past. Since the late 1970s, the government has issued a large number of policies designed to reform their technological systems, giving overwhelming endorsement to R&D, fully funding a number of scientists and engineers, and encouraging venture capital investment. The success story of China today especially in technology development cannot be separated from the way of the Chinese Government did in the past, especially in terms of long-terms political and economic strategy. That strategy was launched for the first time under President Deng Xiaoping, who started to open up China for all around the world in the late 1970s. The Chinese government undeniably as a main actor behind the modernization process of technology in the country, which is explained by using Chalmers Johnson's theory of 'developmental state'."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Christiany Juditha
"Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kini menjadi bagian dari masyarakat modern, tetapi tidak demikian pada masyarakat tradisional seperti suku Bajo. Bajo merupakan suku di Indonesia yang unik karena tinggal dan mencari nafkah di laut, sederhana dan tidak mudah menerima pengaruh dari luar wilayahnya. Mengadopsi sesuatu hal baru (difusi inovasi) termasuk TIK bukan perkara gampang dilakukan oleh masyarakat tradisional. Banyak kendala yang dialami seperti kearifan lokal yang dianut. Padahal penguasaan TIK akan membantu peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang difusi inovasi TIK pada nelayan tradisional Bajo di Wakatobi. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Kesimpulan penelitian ini terdapat dua kelompok adopter. Kelompok pertama adopter TIK (telepon selular), jumlahnya sangat sedikit, terdiri dari nelayan berpenghasilan tinggi yang disebut Ponggawa (pemilik kapal/rnodal), Kelompok ini mas uk kategori late majority. Alasan mereka menerima inovasi ini karena pertimbangan ekonomi (bisnis perikanan). Kelompok kedua adalah nelayan biasa dan awi (nelayan yang bekerja kepada Ponggawa) yang mengetahui atau belum mengetahui tentang telepon selular dan tidak pernah menggunakannya. Sebagian besar nelayan Bajo di desa Mora Selatan masuk kelompok kedua ini dengan kategori laggards atau kelompok kolot karena masih tradisional, wawasan terbatas, bukan opinion leaders dan sumber daya terbatas. Kelompok ini cenderung lama dalam menerima inovasi ini karena sistem sosial yang ada (struktur sosial, sistem norma, budaya) dan TIK belum rnenjadi fungsional bagi rnereka. Sernentara untuk TIK lainnya (komputer dan internet) sebagian besar kelornpok pertama rnaupun kedua belurn rnengadopsinya dan rnasuk kategori laggards."
Puslitbang Aptika IKP Balitbang SDM Kominfo, 2016
384 JPPKI 7:1 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library