Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaeni Fajar
"Subjektivitas telah menjadi salah satu isu yang diperhatikan banyak orang, termasuk orang-orang industri musik folk. Hasilnya, subjektivitas sebagai tema dalam sebagian besar lagu musik folk. Sebagai genre musik yang ideologi awalnya adalah untuk melawan pemerintah, musik folk mengabaikan ideologinya sendiri dengan membuat lagu-lagu narsistik. Salah satu lagu tersebut adalah Helplessness Blues oleh Fleet Foxes, yang cukup kuat mengangkat subjektivitas sebagai tema. Jurnal ini akan menganalisa subjektivitas dalam lagu Helplessness Blues oleh Fleet Foxes. Dengan menggunakan teori subjektivitas Lacan, lagu ini akan diamati dengan menggunakan fase triadik Lacanian; the Imaginary, the Symbolic, and the Real. Dengan menghubungkan analisa lagu dengan wawancara dengan Robin Pecknold mengenai masyarakat, akan dibuktikan bahwa subjektivitas sebenarnya telah menjadi isu yang muncul dewasa ini.

Subjectivity has become one of the issues of which people are aware. People in the contemporary folk music industry are also concerned about this issue, resulting in the use of subjectivity as the theme in most of the songs. As a music genre whose initial ideology was to go against the government, folk music neglects its own ideology by making narcissistic songs. One of those songs is Fleet Foxes’ Helplessness Blues, in which subjectivity emerges as a theme rather strongly. This article will analyze the subjectivity in Fleet Foxes’ Helplessness Blues. By applying Lacan’s theory of subjectivity, this song will be scrutinized by using Lacanian triadic phase; the Imaginary, the Symbolic, and the Real. Relating the analysis of the song with the interview of Robin Pecknold about society, it will be proven that subjectivity actually has become an issue which occurs in this day.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Freud, Sigmund, 1856-1939
Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2002
150.195 FRE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia, 2003
801.92 PSI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dian May Fitri
"ABSTRAK
Psikoanalisis adalah istilah yang digunakan dalam studi mengenai fungsi dan perilaku psikologis manusia. Awalnya studi ini diperkenalkan oleh seorang dokter Austria bernama Sigmund Freud pada tahun 1896. Freud dengan teorinya mengenai penis envy telah memberikan kerangka yang kurang menguntungkan bagi kaum perempuan. Teori ini mengklaim bahwa tubuh perempuan dilemahkan oleh tidak adanya organ penis. Oleh karena itu, kepercayaan publik terbentuk dengan paradigma bahwa maskulinitas lebih baik daripada feminitas. Selain itu, hal ini juga mempengaruhi masalah psikologis pada perempuan, terutama masalah neurosis yang sangat dipengaruhi oleh dominasi budaya patriarkal ketika perempuan berada dalam tahap awal perkembangannya. Menurut Freud, gangguan psikologis pada perempuan umumnya disebabkan oleh penentuan biologis yang berkaitan dengan masalah seksual. Pernyataan tersebut menekankan bahwa inferioritas perempuan diwakili oleh ketiadaan penis pada tubuh. Film ini dipilih sebagai korpus penelitian untuk menunjukkan penerapan teori feminisme psikoanalisis Karen Horney sebagai kritik terhadap teori psikoanalisis Sigmund Freud. Selanjutnya, analisis film A Dangerous Method ini akan dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui analisis pada beberapa adegan dan dialog. Analisis juga akan dikembangkan melalui eksplorasi representasi karakter-karakter dalam film ini dengan teori feminisme psikoanalisis yang dikemukakan oleh Karen Horney.
ABSTRACT
Psychoanalysis is a term used as a study of human psychological functions and behaviors which was initially introduced by an Austrian doctor named Sigmund Freud in 1896. Freud with his theory of penis envy has given less favorable frames for women. The theory claims that the female body is weakened by the absence of a penis; hence, that public trust is formed with the paradigm that masculinity is better than femininity. Furthermore, this affects psychological problems in women, especially neurosis problems that are strongly influenced by the dominance of patriarchal culture when women are in their infancy. According to Freud, women s psychological disorders are generally caused by biological determination related to sexual problems. The statement stressed out that women s inferiority is represented by penile absence in the body. The film A Dangerous Method was chosen as the corpus of research to demonstrate the application of Karen Horney s psychoanalysis feminism theory as a criticism of Sigmund Freud s psychoanalytic theory. Moreover, the analysis of this film will be done by using qualitative descriptive methods through analysis on means of scenes and dialogues. The analysis also will be carried out through exploring representation of characters in the film with particular theories put forward by Karen Horney.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Riyadi
"Perilaku-perilaku tak wajar seorang tokoh tertentu di dalam sebuah karya sastra atau film terkadang menimbulkan pertanyaan apakah perilaku-perilaku tersebut dapat dipercaya atau tidak. Terkadang memang tidak mudah untuk memahami alasan yang membuat tokoh tersebut berperilaku sebagaimana digambarkan dalam cerita di karya sastra atau film tersebut. Di sinilah pendekatan psikoanalisis bisa menjadi alat yang sesuai untuk memahami hal tersebut.
Kajian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip psikoanalisis dapat digunakan untuk lebih memahami sebuah film yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet!, terutama tokoh utamanya, yaitu Adjeng. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menemukan bagaimana (1) unsur-unsur naratif dan sinematografis film ini mencerminkan prinsip-prinsip psikoanalisis Freud, dan (2) bagaimana gejala-gejalan neurosis tokoh utama di dalam film ini ditunjukkan di dalam film, dan bagaimana gejala-gejala tersebut terkait dengan masa lalunya.
Dari hasil analisis unsur-unsur naratif film (tema, alur, penokohan, simbol, metafor, ironi, dan alegori) ditemukan bahwa semua unsur naratif tersebut sangat terkait dengan prinsip-prinsip psikoanalisis Freud. Keterkaitan yang sama juga ditemukan pada unsur-unsur sinematografisnya (gambar, gerakan, dan suara). Keterkaitan unsurunsur sinematografis ini mungkin tidak sejelas keterkaitan dengan unsur-unsur naratif. Meski begitu, unsur-unsur sinematografis tetap mempertegas keterkaitan antara struktur film ini dengan prinsip-prinsip psikoanalisis.
Sementara itu, analisis gejala-gejala neurosis pada tokoh utama film ini, Adjeng, menemukan adanya dua macam gejala neurosis yang diderita Adjeng, yaitu ketakutan akan keintiman dan ketakutan akan ditinggalkan (ditelantarkan). Gejala-gejala tersebut ditunjukkan oleh sekuen-sekuen yang menunjukkan hubungannya dengan orang-orang terdekatnya, seperti ibunya, kekasih-kekasihnya, dan teman-teman dekatnya. Gejala-gejala neurosis tersebut terkait erat dengan kejadian-kejadian traumatis yang dialami Adjeng ketika masih kecil dulu, khususnya saat ia mengalami kompleks Oedipus.

Uncommon behaviors of a certain character in a literary work or movie sometimes raise a question if such behaviors are really believable or not. In fact, it is sometimes difficult to understand why such character does the things s/he does in the story told by the literary work or movie. In this case, a psychoanalysis approach can be a very effective tool to understand such thing.
This study aims at showing how psychoanalysis principles can be used to get a better understanding of a movie entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! (They Say, I am a Monkey!), in general, and its character(s), in particular. To be more specific, the objective of this qualitative research is to find out (1) how the narrative and cinematographic elements of this movie reflect Freud's Psychoanalysis principles and (2) how the neurosis symptoms of the main character in this movie, Adjeng, which are related to her childhood memories, are shown in the movie.
The analysis of its narrative elements (theme, plot, characterization, symbolism, metaphor, irony, and allegory) shows that all the elements are closely related to Freud's Psychoanalysis principles. The same finding also goes to the analysis of its cinematographic elements (picture, motion, dan sounds). Such relation might not be as vivid as the one found in its narrative elements, but cinematographic elements certainly give strong emphasis on such principles.
As for the neurotic symptoms of the main character, Adjeng, it is found that there are basically 2 kinds of neurotic symptoms that she suffers from; fear of intimacy and fear of abandonment. Such symptoms are shown by the sequences that show her relationship with the people she is close to, including her mother, her lovers, and her close friends. These neurotic symptoms are deeply rooted to her traumatic experiences in her childhood when Oedipus Complex took place.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nixon
"Peaky Blinders Season 5 (2019) merupakan musim kelima dari serial "Peaky Blinders", yang merupakan serial Netflix yang mengisahkan tentang sebuah kelompok kriminal di kota Birmingham, Inggris, pada masa Perang Dunia pertama. Artikel ini akan menganalisis tindakan Thomas Shelby, penjahat dan karakter utama dalam serial Netflix Peaky Blinders musim ke-5 (2019), menggunakan teori Psikoanalisis Freud. Thomas Shelby adalah seorang penjahat, tetapi dia juga dianggap pahlawan oleh karakter lain di Peaky Blinders musim ke-5. Saya menemukan bahwa kondisi psikologis Thomas Shelby dapat digunakan untuk menjelaskan setiap tindakan agresifnya dan dapat mengubah cara pandang orang-orang di sekitarnya terhadap kejahatannya menggunakan metode yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Saya menyimpulkan bahwa alasan psikologis di balik tindakan agresif Thomas Shelby dapat mengubahnya dari penjahat menjadi pahlawan bagi orang-orang yang terpinggirkan di sekitarnya karena Id dan Superego yang muncul secara seimbang dan bersamaan. Situasi ini dijelaskan oleh Sigmund Freud dalam “Mekanisme Pertahanan” yang masih menjadi bagian dari teori Psikoanalisis. Kemunculan Id dan Superego secara bersamaan dapat menimbulkan pembenaran tindak pidana bagi pelaku kejahatan dan memperoleh simpati dari masyarakat.

Peaky Blinders Season 5 (2019) is the fifth season of "Peaky Blinders" series, which is a Netflix series that tells the story of a criminal group in the city of Birmingham, England, during the first World War. This article will analyze the actions of Thomas Shelby, a criminal and main character in Netflix series Peaky Blinders Season 5 (2019), using Freud’s Psychoanalysis theory. Thomas Shelby is a criminal, but he is also considered a hero by other characters in Peaky Blinders season 5. I find that the psychological condition of Thomas Shelby could be used to explain each of his aggressive actions and it could change the perspective of people surrounding him towards his crime using the method developed by Sigmund Freud. I conclude that the psychological reasons behind the aggressive acts of Thomas Shelby could turn him from a criminal into a hero for marginalized people surrounding him because the Id and Superego that appear in balance and simultaneously. This situation is described by Sigmund Freud in “Defense Mechanism,” which is still a part of Psychoanalysis theory. The simultaneous appearance of Id and Superego can lead to justification of criminal acts for criminals and gain sympathy from people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Essy Syam
"ABSTRACT
This writing analyzes narcisism and oedipus complex as reflected in work entitles Pygmalion written by George Bernard Shaw objective of this analysis is to show and to analyze how narcisim and Oedipus complex are suffered from the protagonist of this work that objective, this analysis applies psychoanalitical analysis to demonstrate the mental condition of the main character. Related to that idea, this analysis applies descriptive analysis method in which the result of the analysis will be described clearly from the presented description, it will show how the main character of this work lives his life and in his interaction characters will describe his mental condition."
Pekanbaru: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, 2017
020 JPB 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Gramedia, 2006
150.195 PSI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2016
150.195 PSI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu kemungkinan penelitian karya sastra dalam kajian psikologi adalah studi tipe-tipe hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dalam "Breath of Scandal", fenomena psikologi mewarnai jalan ceritanya."
490 KAN 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>