Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40079 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marthin Hadi Juliansah
"Tesis ini membahas mengenai keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang Bekasi yang memiliki pengaruh terhadap keadaan penduduk wilayah setempat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dampak dengan metode kualitatif serta analisis biaya - manfaat dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Terjadinya Eksternalitas di lingkungan masyarakat Bekasi terutama eksternalitas negatif yang merupakan bagian dari dampak akibat keberadaan TPST ini tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak/pemerintahan saja, kerjasama antar pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait dinilai dapat mengurangi permasalahan yang terjadi. Selain itu dampak sosial merupakan dampak yang paling dirasakan akibat keberadaan TPST Bantar Gebang baik dari sisi biaya maupun sisi manfaat dan kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pihak swasta merupakan strategi kebijakan yang dinilai sebagai yang terbaik.

This Thesis study about the impact of existence of Waste Integrated Process Bantar Gebang Bekasi for local environment. The analysis used in this research Impact Analysis by using qualitative method and Cost & Benefit Analysis by using Analysis Hierarchy Process (AHP) method. Externalities rise in Bekasi, especially negative externalities, because side effects of the existence of Waste Integrated Process Bantar Gebang cannot be finished by one party - governance only - partnership between government and other stakeholder expected to less the problems. Social impact represent the most effect of the existence of Waste Integrated Process Bantar Gebang either from cost or benefit side and partnership between Government of DKI Jakarta and private sector represent the best policy strategy."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27842
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inas Fadhilah
"Latar belakang: Sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir dapat mengakibatkan tercemarnya lingkungan dan berisiko terhadap kesehatan penduduk setempat. Salah satu penyebab tercemarnya adalah air lindi. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST Bantar Gebang terletak di Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. TPST Bantar Gebang mengolah air lindi diInstalasi Pengolahan Air Sampah IPAS.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui efisiensi pengolahan air lindi serta mengetahui kadar kadmium dan beberapa parameter lainnya. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel pada inlet, outlet dan air permukaan pada hari berbeda. Penelitian ini juga ditambah data pengukuran yang dilakukan TPST Bantar Gebang. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan baku mutu PerMenLH nomor 5 tahun 2014 dan PerMenLHK nomor 59 tahun 2016 untuk air lindi sedangkan air permukaan dengan baku mutu PP nomor 82 tahun 2001. Baku mutu air bersih mengacu pada PerMenKes nomor 416 tahun 1990.
Hasil: Pada penelitian menunjukkan kadar kadmium, suhu, pH, TSS, TDS, BOD dan COD pada outlet tidak melebihi baku mutu. Namun pada air permukaan kadar BOD dan COD tinggi, hal tersebut dapat disebabkan adanya limbah industri dan rumah tangga. Tingkat efektivitas pada hari senin, TDS 87,76; TSS 82,58; BOD 98,28; COD98,24. Pada hari rabu, TDS 77,84; TSS 78,02; BOD 95,61; COD 95,92. Pada hari jumat, TDS 85,47; TSS 78,7; BOD 97,43; COD 97,58. Hasil pengukuran oleh TPST Bantar Gebang pada September 2017 pada IPAS 1, IPAS 2 dan IPAS3, menunjukkan ada beberapa parameter yang kadar outletnya lebih tinggi dibandingkan inlet. Hasil pengukuran oleh TPST Bantar Gebang pada Oktober 2017 pada hulu, tengah dan hilir sungai Asem dan sungai Ciketing, menunjukkan pada hulu dan hilir, parameter yang diukur kadarnya tinggi. Hasil pengukuran Bantar Gebang pada September 2017 pada air sumur masyarakat, pada beberapa titik sampel, kadar TDS dan coliform tinggi.
Kesimpulan: Pengolahan air lindi dilakukan menggunakan bak ekualisasi, bak fakultatif, bak aerasi, polishing pond, bak pengendap, bak pengolahan kimia dan biologi, kolam lumpur dan sand filter.

Waste which accumulates in landfills can lead to contamination ofthe environment and risk to the health of the local population. One cause of contamination is leachate. Integrated Waste Treatment Plant TPST Bantar Gebang is located in Bantar Gebang District, Bekasi, West Java. Bantar Gebang TPST treated leachate water in Waste Water Management Site IPAS.
Method: This research was conducted to know leachate water treatment efficiency and toknow cadmium content and some key parameters. This study was conducted by sampling on inlet, outlet and surface water on different days. This study also added measurement data conducted by TPST Bantar Gebang. The results were analyzed and compared to the regulatory standards of the Minister of Environment No. 5 of 2014 and No. 59 of 2016 for leachate water, while the surface water with the quality standard of PP number 82 of 2001. The standard of clean water quality refers to the regulatory of the Minister of Health No. 416 of1990.
Result: The results showed cadmium, temperature, pH, TSS, TDS, BOD and COD at outlets do not exceed the quality standard. However, in surface waterwhose high of BOD and COD, it can be caused by industrial and house hold waste. The effectiveness level on Monday, TDS 87.76 TSS 82.58 BOD98.28 COD 98.24. Effectiveness level on Wednesday, TDS 77.84 TSS78.02 BOD 95.61 COD 95.92. Effectiveness level on Friday, TDS85.47 TSS 78.7 BOD 97.43 COD 97.58. The results of Bantar Gebangmeasurement in September 2017 on IPAS 1, IPAS 2 and IPAS 3, indicate thatthere are some parameters whose outlet content is higher than inlet. The results of Bantar Gebang measurement in October 2017 on upstream, middle anddownstream of Asem and Ciketing rivers show upstream and downstream, measured parameters are high. The results of Bantar Gebang measurement in September 2017 on community clean water, at some sample points, TDS and coliform levels are high.
Conclusion: Leachate treatment is using equalization basin, facultative basin, aeration basin, polishing pond, sedimentation basin,chemical and biological treatment basin, mud pool and sand filter.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rouli Sonika
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S26838
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Dewi Kurniawati
"Pemulung merupakan populasi berisiko tinggi yang memiliki perilaku kebersihan diri yang buruk yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada pemulung di Bekasi. Studi cross sectional dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di kawasan Bantar Gebang, Bekasi. Sampel penelitian adalah 107 pemulung dengan rentang usia 19 hingga 70 tahun dengan rata-rata usia 36 tahun. Sampel diambil menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan pemulung 77,86 dengan nilai terendah 51,43 dan tertinggi 100. Standar deviasi tingkat pengetahuan 10,28. Pemulung dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 50,5% (54 orang) dengan rerata nilai pengetahuan 82,64 sedangkan yang berperilaku buruk rerata skor 72,99 (53 orang). Hasil uji independent sample t-test menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene (p = 0,001). Tingkat pengetahuan higiene perorangan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku higiene perorangan yang baik atau buruk pada pemulung. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat di masyarakat meningkatkan upaya promosi dan preventif terkait cara menjaga personal hygiene agar pemulung dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Scavengers are a high-risk population who have poor personal hygiene behavior which can cause serious health problems. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and personal hygiene behavior among scavengers in Bekasi. The cross sectional study was conducted at an Integrated Waste Processing Site in the Bantar Gebang area, Bekasi. The research sample was 107 scavengers ranging in age from 19 to 70 years with an average age of 36 years. Samples were taken using non probability sampling method with purposive sampling technique. The instrument used was an instrument for the level of knowledge and personal hygiene behavior. The results showed that the average level of knowledge of scavengers was 77.86 with the lowest score of 51.43 and the highest was 100. The standard deviation of the knowledge level was 10.28. Scavengers with good personal hygiene behavior were 50.5% (54 people) with a mean knowledge value of 82.64 while those with bad behavior had an average score of 72.99 (53 people). The results of the independent sample t-test showed a significant relationship between the level of knowledge and personal hygiene behavior (p = 0.001). The level of knowledge of personal hygiene can influence the formation of good or bad personal hygiene behavior among scavengers. This study recommends that nurses in the community improve their promotional and preventive efforts related to maintaining personal hygiene so that scavengers can improve their quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Kurniawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya investasi pengolahan sampah akhir di Marunda, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Secara khusus hal-hal yang didentifikasi adalah teknologl yang digunakan dalam pengolahan sampah, aiternatif pemilihan lokasi dan besarnya biaya investasi serta kelayakan suatu proyek pembangunan tempat pengolahan sampah akhir.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan deskriftif analitik. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dilapangan, sehubungan dengan penempatan lokasi, disamping itu dilakukan pula wawancara dengan para pihak (staekholder) yang terkait dengan pengelolaan sampah, terutama pegawai Pemda DKI Jakarta yang terbentuk dalam Tim Asistensi Persampah Provinsi DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pembangunan tempat pengolahan sampah akhir (TPST teknologi incenerator skala besar), waste to energy dengan kapasitas produksi 1500 ton sampah/hari, menghabiskan biaya investasi lebih kurang sebesar Rp. 128.186.549.000,- dan dari hasil perhitungan didapat total present value selama 20 tahun sebesar Rp. 248.429.789.000,-, maka dihasilkan Net Present Value sebesar Rp. 120.243.240.000,- (bernilai positif), maka pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu teknologi incenerator skala besar (waste to energy) di Marunda Jakarta Utara, layak untuk dilaksanakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"Telah dilakukan penelitian terhadap empat spesies pohon yang berpotensi sebagai pohon penyerap polusi udara di dua lokasi berbeda yaitu Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan Kampus Universitas Indonesia (UI). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan anatomi daun Cerbera odollam, Polyalthia longifolia, Swietenia macrophylla, dan Terminalia mantaly di dua lokasi tersebut, sehingga dapat memberikan informasi spesies yang memiliki kemampuan yang paling baik dalam penyerapan polutan udara. Tiga individu dari masing-masing spesies pohon dipilih secara acak di kedua lokasi, dan dari tiap individu diambil dua helai daun untuk dibuat sampel sayatan anatomi. Sayatan melintang daun dibuat dengan hand sliding microtome, sedangkan sayatan paradermal dibuat dengan metode pengerikan (scraping). Berdasarkan pengukuran parameter lingkungan, TPST Bantargebang memiliki iklim mikro yang lebih panas, kering, dan terang serta cenderung memiliki polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan di Kampus UI. Hasil pengamatan anatomi menunjukkan, T. mantaly memiliki ketebalan kutikula, kutikula, dan indeks stomata yang lebih rendah di TPST Bantargebang dibandingkan Kampus UI. Ketebalan lapisan kutikula dan epidermis mengindikasikan pertahanan terhadap polutan, kekeringan dan pembelokan sinar matahari berlebih agar tidak merusak jaringan internal daun. Oleh karena itu, diduga T. mantaly sensitif terhadap perubahan lingkungan. Spesies C. odollam dan S. macrophylla memiliki ketebalan dari lamina, epidermis adaksial dan abaksial, mesofil, tinggi parenkim palisade, dan kerapatan stomata yang lebih tinggi di TPST Bantargebang dibandingkan Kampus UI (P<0,05). Kerapatan stomata tertinggi terdapat pada S. macrophylla dan memiliki indeks stomata yang lebih tinggi di TPST Bantargebang. Kerapatan dan indeks stomata dapat menjadi parameter tumbuhan disebut sebagai penyerap polutan udara dan bioindikator. Semakin tinggi kerapatan dan indeks stomata di area terpolusi menunjukkan tumbuhan tersebut merupakan bioindikator yang baik. Spesies dengan kategori paling baik sampai kurang baik sebagai penyerap polutan dan bioindikator yaitu S. macrophylla, C. odollam, P. longifolia, dan T. mantaly.

Research has been conducted on four tree species that have the potential to absorb air pollution at two locations, namely Bantargebang integrated waste management site (landfill) and Universitas Indonesia (UI) campus. This study aims to determine and analyze the anatomical differences of the leaves of Cerbera odollam, Polyalthia longifolia, Swietenia macrophylla, and Terminalia mantaly in Bantargebang landfill and UI campus to provide information on species that have the best ability to absorb air pollutants. Three individuals were selected randomly from each species at each location, and two leaves were taken from each individual. Cross section of leaf anatomy was made using the hand sliding microtome, while paradermal section were made using the scraping method. Based on the measurement of environmental parameters, Bantargebang landfill has a microclimate that is hotter, drier, and brighter and tends to have higher air pollution than the UI campus. The results of anatomical observations showed that T. mantaly had a lower cuticle thickness, cuticle, and stomatal index in Bantargebang landfill compared to UI Campus. The thickness of cuticle and epidermis layer indicates a defense against pollutants, and also helps the plant to retain leaf moisture and deflect excess sunlight from damaging the leaf tissue. Therefore, it is suspected that T. mantaly is sensitive to environmental changes. Cerbera odollam and Swietenia macrophylla had a thickness of lamina, adaxial and abaxial epidermis, mesophyll, palisade parenchyma height, and higher stomatal density in Bantargebang landfill than UI Campus (P<0.05). The highest stomatal density was found in S. macrophylla and had a higher stomatal index in Bantargebang landfill. Stomatal density and stomatal index can be used as plant parameters, which are known as air pollutant absorbers and bioindicators. The higher the density and the stomatal index in the polluted area, the more suitable the plant are to be used as absorber of air pollution and biondicator. The results showed that species with good to poor categories as as pollutant absorbers and bioindicators were S. macrophylla, C. odollam, P. longifolia, and T. mantaly."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Letti Annasari
"Air lindi IPAS 3 TPST Bantar Gebang merupakan air lindi dari zona penimbunan sampah yang telah ditutup dan berusia lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Air lindi ini memiliki karakteristik stabil yang ditunjukkan dari rasio BOD5/COD yang rendah, pH cenderung basa, kandungan senyawa organik rekalsitran yang tinggi, kandungan ammonia yang tinggi, dan kandungan logam yang rendah. Pengolahan air lindi eksisiting di IPAS 3 belum efektif karena beberapa parameternya masih melebihi standar baku mutu yang ditetapkan Pemerintah, salah satunya parameter COD. Dalam tesis ini dibahas mengenai penggunaan proses kavitasi ozonasi untuk mendegradasi senyawa organik rekalsitran yang diindikasikan melalui penurunan konsentrasi COD dan peningkatan biodegradabilitas (rasio BOD5/COD) pada air lindi. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kondisi pengolahan optimum pada pH 11, debit ozon 3 L/menit, dan waktu kontak 30 menit dengan persentase penurunaan COD sebesar 20,37% dan peningkatan BOD5 sebesar 52,06%. Rasio BOD5/COD meningkat 1,9 kali lipat dari 0,098 menjadi 0,188. Reaksi penyisihan senyawa organik rekalsitran diidentifikasi sebagai reaksi orde 2, dengan laju penyisihan COD (k) sebesar 5x10-8 M-1.s-1.

Landfill leachate from Leachate Treatment Plant 3 TPST Bantar Gebang was produced from the landfill zone that has been closed and ages over 10 (ten) years. It has shown stable characteristics from its low BOD5/COD ratio, alkaline pH, high recalcitrant organic matter concentration, high ammonia concentration, and low metal concentration. Existing landfill leachate treatment has not been effective. Some parameter still exceeds the regulatory limit. This study was focused on the application of cavitation ozonation process to degrade recalcitrant organic matter which showed from a decrease in COD concentration indicator and increase in BOD5/COD ratio indicator. The optimum condition was obtained at pH 11, ozone discharge 3 L/minute, and contact time 30 minutes. COD removal was 20,37%. Increasing in BOD was 52,06%. BOD5/COD ratio increase 1,9 times from 0,098 to 0,188. COD removal reaction is identified as the second-order reaction, with the rate (k) 5x10-8 M-1.s-1."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Haslinda
"ABSTRAK
Sampah merupakan barang-barang sisa, barang yang sudah rusak atau barang yang tidak dipakai dan harus dibuang. Dalam jumlah yang besar, sampah memerlukan perhatian dalam penanganannya, dan hal ini pada umumnya muncul pada wilayah perkotaan atau wilayah industri. Berdasarkan Laporan Pengelolaan Kebersihan pada tahun 1995, volume sampah di DKI Jakarta mencapai 7.360 ton/hari.
Komposisi sampah terdiri dari 73,90% sampah organik dan 26,10% sampah anorganik. Dari 26,14% sampah anorganik terdapat sampah kulit sebesar 1,75%, plastik 7,86%, logam 2,04% dan batu baterai 0,29%.
Sampah ini dibuang secara sanitary landfill di TPA Bantar Gebang Bekasi.
Di sekitar TPA sampah Bantar Gebang, banyak terdapat pemukiman penduduk, baik penduduk setempat maupun pendatang yang menggunakan air sumur gali mereka untuk keperluan air bersih dan air minum. Dengan demikian maka dimungkinkan terjadi pencemaran bahan polutan dari lindi TPA pada air sumur gali mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lokasi pembuangan sampah Kota Jakarta dan Bekasi dengan sistem Sanitary Landfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang terhadap kualitas air tanah, serta mempelajari pola kecenderungannya melalui pendekatan kualitas air tanah. Di samping itu untuk mengetahui kemungkinan penyebaran berbagai jenis pencemar yang membahayakan kesehatan manusia, serta pengaruhnya terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Pengamatan dilakukan terhadap air sumur gali penduduk di tiga desa yaitu Desa Ciketing Udik, Sumur Batu dan Cikiwul dengan 4 level jarak yaitu pada jarak lebih kurang 200 m, 400 m, 600 m dan 800 m dari pinggir TPA. Untuk mengetahui pengaruh TPA terhadap masyarakat di sekitarnya dilakukan, wawancara terencana terhadap 104 responden dari tiga desa dan pengelola TPA sampah Bantar Gebang, sedangkan untuk mengetahui kualitas air dibandingkan dengan Baku Mutu Air Bersih yaitu Permenkes RI Nomor 4161MENKES/PER/IX/1990 dan Kep-51/MENLHI/110/1995 untuk air limbah.
Dari hasil peneiitian yang dilakukan tentang hubungan tempat pembuangan akhir sampah secara sanitary landfill dengan kualitas air tanah dan kesehatan masyarakat (studi kasus di TPA sanitary landfill Bantar Gebang, Bekasi) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kualitas air limbah (lindi) TPA sampah sanitary landfill Bantar Gebang berdasarkan hasil analisis sifat fisik, kimia dan bakteriologi termasuk kategori buruk jika dibandingkan dengan baku mutu air limbah KEP/511MENLH/1995.
2. Berdasarkan analisis sifat fisika air, diketahui bahwa parameter warna kekeruhan dan zat padat terlarut belum melampaui baku mutu pada semua jarak pengamatan di semua desa. Untuk sifat kimia parameter yang melampaui baku mutu air bersih seperti ditetapkan dalam PERMENKES RI No.416/MENKES/PEFU/XI 1990 adalah pH, besi (Fe), Cd, Cr, Mn, Pb dan zat organik (KMnO4) untuk jarak 200 m dari TPA sampah, sedangkan untuk jarak 400 m dan 800 m parameter kimia yang melampaui baku mutu adalah zat organik pada Desa Sumur Batu dan Cikiwul. Kandungan bakteriologi disemua lokasi penelitian termasuk kategori buruk. Kualitas air sumur penduduk berdasarkan sistem STGRET termasuk buruk sebanyak 33 persen dan 67 persen termasuk sedang.
3. Hasil analisis regresi dan uji t memperlihatkan bahwa kualitas air tanah dilokasi penelitian dipengaruhi oleh jarak dari pusat TPA sampah sanitary landfill, yaitu semakin jauh jarak dari pusat TPA sampah semakin baik kualitas air.
4. Dari segi lingkungan dan kesehatan masyarakat, dengan adanya TPA sampah ini kondisi hunian semakin buruk, karena banyak lalat dan sampah yang beterbangan, demikian juga penyakit yang timbul seperti gatal-gatal, dan diare. Namun demikian masyarakat makin lama makin terbiasa dengan kondisi tersebut.

ABSTRACT
The Correlation Between Sanitary Landfill With Ground Water Quality And Community's Health (A Case Study at TPA Bantar Gebang, Bekasi)As the biggest city in Indonesia, DKI Jakarta faces serious problem regarding its waste treatment. The large number of its population and the very busy trade and industry have produced waste which could not be treated within Jakarta area.
According to "Laporan Pengelolaan Kebersihan" in 1995 the amount of waste to 7,350 ton/day. This waste is composed of 73.90% organic waste and 26.10% inorganic waste. This inorganic waste consists of 1.75% leather, 7.85% plastic, 2.04% metal and 0.29 battery. This waste is disposed in Bantar Gebang, Bekasi, using the sanitary landfill method.
Community live around this leachate use ground water for drinking and other need of clean water. It is very possible that their ground water is polluted by the waste which is treated nead their homes.
This research is conducted to explore the correlation between sanitary landfill and well water quality, and influence the health of the community living near it. We try to find any trend related to the quality of well water, such as the spreading of any disease, and socio-economic condition.
In this research, well water in three villages (Ciketing Udik, Sumur Batu and Cikiwul) are observed. This distance of each village is consecutively ± 200 m, ± 400 m, ± 800 m from the landfill. It's water quality is compared to the standard described in PERMENKES No.416/MENKES/1X11990 for clean water and Kep-511MENLH1111011995 for waste water. interviewed to 104 respondents from those three villages and asked the influence of the leachate to the community. We also interview the people, who in charge that manages the landfill.
The results of this research a summarized as follow :
1. The quality of leachate from sanitary landfill does not fulfill the standard described in KEP/511MENLH/10/1995.
2. The quality of physical ground water especially well water from all distance from landfill are fulfill the standard as described in PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, but for chemical there are some indicator does not fulfill the standard, like pH, Fe, Cd, Cr, Mn, Pb and organic matter (KMnO4) for the distance 200 m from the landfill, but for 400 m and 800 m from landfill all indicator are fulfill the standard except for organic matter in Desa Batu and Desa Cikiwul. The bacteriological in well water in this study are bad for all distance and village. The category of well water in this study by STORET system of 33% is bad, and 67% is fair.
3. The regression analysis result shows that the quality of ground water especially for well water is affected by the distance from the landfill; farther location from the landfill, the better quality of water is.
4. From the environmental aesthetics and the people healthy present of view the existence of the landfill have made the house and surrounding become worse. There are many fly and waste in every places and also diseases like diarrhea and morbilli. But by the time the people become familiar with the condition.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>