Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147650 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: The Fatwa Center,
FAMMNME
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: The Fatwa Center, 2008
BUFCMNM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Goldman, Alan H.
London: Routledge, 1990
170 GOL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Syaiful, 1958-
"Buku ini menguraikan salah satu dari pilar pendidikan di Indonesia yang terkadang terabaikan, yaitu ETIKA dan MORAL dalam pendidikan. Didalammnya di perbincangkan berbagai isu penting terkait etika dalam dunia pendidikan dan kaitan serta integrasi nilai-nilai tersebut dengan berbagai unsur yang menyusub sistem pendidikan Indonesia"
Jakarta : Kencana, 2013
174.2 SAG e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rachels, James, 1941-2003
New York: McGraw-Hill , 2012
170 RAC e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baihaqi Musyafa
"Effective altruism (Altruisme efektif) yang diusung Peter Singer dalam upayanya mewujudkan dunia yang lebih baik melalui etika terapan memang mampu menarik perhatian dan mengubah cara pandang banyak orang. Terutama mengenai prinsipnya dalam bagaimana menggunakan asas utilitarian untuk memaksimalkan kegiatan berdonasi. Semangat utilitarian yang diaplikasikan di gerakan ini adalah rasionalisasi dan kalkulasi dalam berderma. Hal ini diharapkan dapat menjadikan kegiatan donasi sebagai sesuatu yang efektif dan paling menimbulkan dampak ke orang banyak. Namun, semangat dominasi rasio dalam tindakan moral ini memunculkan anggapan bahwa ada keharusan untuk meminggirkan emosi dalam keputusan etis. Padahal emosi tidak bisa dicabut begitu saja dalam suatu keputusan moral. Seperti apa yang diargumenkan oleh Hume dan Westermarck, emosi berperan penting dalam setiap tindakan moral dan juga dibuktikan dengan adanya bias-bias yang muncul dalam kegiatan beraltruis. Meniadakan emosi ini juga mempunyai dampak lain yaitu melahirkan pandangan moralitas yang sempit. Tulisan ini akan memperlihatkan bagaimana emosi terus berperan dalam keputusan moral serta apa yang dimaksud dengan moralitas yang sempit sebagai hasil dari dominasi rasionalisasi dan kalkulasi yang berlebihan di dalam altruisme efektif.

Peter Singers effective altruism (effective Altruism) in its efforts to create a better world through applied ethics is indeed able to attract attention and change the perspective of many people. Especially regarding the principle in how to use the utilitarian principle to maximize donation activities. The utilitarian concept that is applied in this movement is the rationalization and calculation in giving. This is expected to make donation activities as something that is effective and has the most impact on the people. However, this dominance of rationality in moral action raises the assumption that there is a necessity to marginalize emotions in ethical decisions. Though emotions cannot be revoked in a moral decision. As Hume and Westermarck argue, they always present in moral decisions and is proven by the existence of biases in the activities of the altruism. Eliminating this emotion also has another effect, namely giving birth to a narrow view of morality. This paper will show how emotions continue to play a role in moral decisions and what is meant by narrow morality as a result of the dominance of rationalization and excessive calculation in effective altruism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Dien
"Video games have improved significantly throughout the years, enabling a development in its narrative aspects that derive real-life issues such as morality. Aside from the story perspective, game designs also enable people to participate in a variety of gameplay that challenge their moral thinking. However, some scholars argue that video games are still unable to grasp moral complexity in real life. In order to see how such a view is altered, this paper examines how morality is depicted in Red Dead Redemption 2 (2018). Applying textual analysis with the game’s narrative and mechanics as texts, it can be concluded that Red Dead Redemption 2 (2018) has managed to create a narrative that avoids moral binary depiction as well as a set of mechanics that provides an immersive, morally engaging experience for players to apply their own moral thinking.

Pertumbuhan yang pesat dari tahun ke tahun membuat video games berkembang banyak dalam aspek pembawaan cerita, merujuk ke tema permasalahan hidup seperti moral. Selain dari sisi narasi, video games juga didesain agar pemain dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai jenis taktik permainan untuk mengasah penalaran moral mereka. Namun, beberapa peneliti berargumen bahwa video games belum mampu untuk menggambarkan kompleksitas moral di dunia nyata. Untuk membuktikan bahwa pemikiran tersebut dapat diubah dan dikembangkan, makalah ini akan meneliti bagaimana persoalan moralitas digambarkan di video game Red Dead Redemption 2 (2018). Menggunakan analisis tekstual dengan narasi dan mekanisme game sebagai teks, dapat disimpulkan bahwa Red Dead Redemption 2 (2018) telah berhasil membuat narasi yang menghindari penggambaran moral secara biner. Kemudian, game ini pun dapat memberikan pengalaman bermain yang menarik dan mendalam secara moral serta mampu mengasah penalaran moral pemain melalui mekanismenya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penulisan makalah adalah untuk mengetahui bahwa perilaku hukum dan moral bagian yang tidak terpisahkan dari pemantapan kultur,karena hukum merupakan dari nilai-nilai moral yang wajib direlaalisir oleh seseorang dalam sikap perilakunya....."
REHUKUM
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
David Kusuma Wijaya
"Dengan menggunakan model komunikasi encoding/decoding Stuart Hall (1980), artikel ini mengkaji penggambaran moralitas dalam cerita video game Fate/Grand Order dan interpretasi moralitas tersebut oleh para pemainnya. Video game telah lama melewati periode di mana tujuan utamanya adalah untuk hiburan. Saat ini, banyak video game yang menawarkan pengalaman dan keterlibatan tingkat tinggi yang dipoles untuk para pemainnya, yang berkontribusi besar sebagai media yang memberikan kesempatan untuk merefleksikan banyak topik penting seperti agama atau moralitas. Artikel ini mengakui keterlibatan budaya dan sosial dalam bermain video game dan membantu mengeksplorasi batas-batas yang difasilitasi oleh struktur naratif dari game itu sendiri. Dengan menganalisis dan mengkritik cara narasi dalam game ini dibuat dan pemahaman para pemainnya, penulis berpendapat bahwa narasi game ini memunculkan sesuatu yang sering diabaikan dalam game-game lain dengan cerita yang serupa.

Using Stuart Hall’s (1980) encoding/decoding model of communication, this article examines the portrayal of morality in the story of the video game Fate/Grand Order and the interpretation of said morality by its players. Video games have long since passed the period where their sole purpose is for entertainment. Nowadays, many video games offer a polished, high-level experience and engagement to the players, considerably contributing as a medium that provides a chance for reflection on many important topics such as religion or morality. This article acknowledges the cultural and social involvement of playing video games and helps to explore the bounds that are facilitated by the narrative structure of the game itself. By analyzing and criticizing the way the narrative in this game is crafted and its players’ understanding of it, The writer argues that the game’s narrative brings forth something that is often neglected in other games with stories that are similar in nature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>