Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"fish will experience a degradation process that leads to the decay process after its capture and death. This loss of quality is caused by bacterial activity,enzyme activity, or o combination of those factors. during the effort of decreasing the temperature by using cooling techniques, fish fishery business. In this study, the experiment will be conducted to determine the effect of different cooling media for quality fish. Cooling medium used is : (a) 99% salt and 1% water (b) 98% salt and 2% water (c)97% salt and 3% fresh and sea water. All media are included in the coolbox . Addition of salt can reduce the temperature of coling media coolbox below 0 derajatC. Ther higher the salt concentration in water, the lower temperatures in the coolbox and the higher salt concentration so that increasing the coolbox temperature will be faster. For sea water temperature is achieved at temperatures as low as 3- derajat C and quickly going up . Viewed from the best cooling media is a mixture of fresh water ice 99% + salt 1% protein content compared with most other cooling medium that is equal to 11.8 %."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Azharrisman
"Penelitian ini membahas mengenai perancangan dan perhitungan palka ikan untuk kapal ikan 30 GT menggunakan kapal yang dirancang khusus. Pada penelitian ini pendinginan palka ikan menggunakan sistem refrigerasi untuk mengoptimalkan volume ruangan palka karena, dalam pengoperasiannya palka berpendingin es membutuhkan 50% dari kapasitas ruang palka untuk memuat es. Dalam penelitian ini, dilakukan studi literatur guna menentukkan parameter perhitungan, desain geometrik palka, dan dilakukan simulasi CFD menggunakan Ansys Fluent untuk menilai bentuk aliran fluida pendingin dan waktu pendinginan produk, lalu dilanjutkan dengan perhitungan beban pendinginan dan kebutuhan daya listrik yang dibutuhkan untuk sistem pendingin yang telah dirancang. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan waktu pendinginan paling cepat terjadi ketika kecepatan inlet fluida pendingin 8 m/s pada kapasitas pemuatan 100% dengan waktu pendinginan ikan dari 27°C sampai 0°C membutuhkan waktu selama 4 jam 15 menit, serta kebutuhan daya total untuk sisterm refrigerasi yaitu 5,88 kW.

This study discusses the design and calculation of fish hold for 30 GT fishing vessels using specially designed vessels. In this study, fish hold cooling uses a refrigeration system to optimize the volume of the hold because, in its operation, the ice-cooled hatch requires 50% of the capacity of the hold to load ice. In this study, a literature study was conducted to determine the calculation parameters, geometric design of the hold, and a CFD simulation was carried out using Ansys Fluent to review the shape of the cooling fluid flow and product cooling time then continued with the calculation of the cooling load and the electrical power required for the cooling system has been designed. Based on the simulation results, the fastest cooling time occurs when the cooling fluid inlet velocity is 8 m/s at a loading capacity of 100% with a cooling time of fish from 27°C to 0°C which takes 4 hours 15 minutes, as well as the total power requirement for the refrigeration system is 5.88 kW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Luthfi Setyana
"Penilitian ini membahas tentang retrofit sistem pendingin mesin untuk kapal coaster 1200GT dengan menggunakan sistem keel cooler. Dimana proses untuk mengganti suatu sistem yang sudah ada yang disebut retrofiting. Kapal coaster 1200GT merupakan kapal pengangkut barang untuk pelayaran pantai. Kapal ini memiliki spesifikasi panjang keseluruhan ( ), panjang diantara garis tegak lurus ( ), lebar kapal ( ), tinggi kapal ( ), sarat kapal ( ), tenaga mesin utama ( ), kecepatan maksimum kapal ( ) dan dapat menampung penumpang sebanyak 400 orang. Tujuan penelitian ini adalah merancang kebutuhan keel cooler untuk kapal coaster 1200GT. Langkah-langkah kegiatan perancangan dan perhitungan keel cooler ini adalah sebagai berikut: menghitung kebutuhan keel cooler dengan variasi diameter ½ - 2 ½ inch untuk mengetahui berapa panjang (L) minimal dan nilai optimal dari nilai pelepasan panas (q). Variasi diameter menghasilkan beberapa nilai panjang dan nilai koefisien perpindahan panas yang bervariasi. Pada diameter 2½ inch memiliki nilai panjang minimal dan nilai pelepasan panas yang optimal.

This research discusses about retrofit of the engine cooling system for coaster ship 1200GT with a keel cooler system. Where the process to replace an existing system called Retrofitting. 1200GT coaster ship is a freighter ship to cruise the beach. This ship has the following specifications: length overall specification ( ), the length between perpendiculars ( ), the breadth ( ), height ( ), draft ( ), the main engine power ( ), the maximum speed of the ship ( ) and can accommodate as many as 400 passengers. The purpose of this research is to design requirements for ship's keel cooler coaster 1200GT. Step-by-step activities keel cooler design and calculation are as follows: calculate the keel cooler needs to variation in diameter ½ - 2 ½ inch to know how long ( ) minimum and the optimal value of the heat release ( ). Variations in diameter produced some length value and the value of heat transfer coefficient varies. At a diameter of 2½ inch has a minimum long value and optimal value of the heat release.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Renaldy Abdurachman
"Pengkondisian udara dengan maksud untuk mengatur nilai temperatur dan kelernbaban udara sangat penting untuk mendapatkan suatu udara yang nyaman bagi ma usia dan mandukung proses industri. Dengan metode pandinginan evaponatif udara dapat dikondisikan agar mempunyai temperatur dan kelembaban relatif yang tartentu.
Pendinginan evaporatif bertujuan untuk menurunkan temperatur bola kenng udara dan menaikkan kelembaban relatif dengan temperatur bola basah yang konstan. Tujuan penufisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari alat eksperimen pendingin evaporatif iangsung dengan menvanasikan peletakan penyearah aIiran pada posisi 0 cm dan dimajukan sejauh 20 cm dan posisi awal.
Alat eksperimen pendingin evaporatif langsung dengan menggunakan fan sentrifuga! sebgai komponen pengolah udara untuk menghembuskan udara melewati media basah yang dibasahi oleh air. Dengan melakukan pengujian pada alat eksperimen didapafkan data-data temparatur bola kering dan temperatur bola basah.
Dari data-data tersebut dilakukan perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus yang diketahuf dan diagram psikometri. Dan hasil pengujian didapatkan penumnan iemperatur bola kering yang disertai juga dengan penurunan temperatur bola basah sehingga kelembaban relatif udara tersebut juga rnengalami penurunan Dan hasif parhitungan juga didapat penumnan nano humiditas yang berarti kandungan uap air dafam udara berkurang atau berubah menjadi aiu Kesalahan pengujian disebabkan oleh kesalahan pengukuran temperatur bofa basah dengan menggunakan termokopal, dimana penempatan dan penggunaan kain basah sebagai pembasah tidak bekerja dengan efektif.
Alat eksperimen menunjukkan penurunan temperatur bola kering rata-rata sebesar 0,88 °C, temperatur bofa basah sabesar 0,38 °C pada posisi penyearah aliran di 0 Cm dan efisiensi alat rata-rata 31,3% Pada saat penyearah aliran dimajukan sejauh 20 Cm penurunan temperatur bola kering dan bola basah terjadi rata-rata sebesar 0,2"C dan 0,73 ?C sehingga didapatkan elisiensi alat rata-rata yaftu 13,3%. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Yudistira H.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafil Nugraha
"Dalam suatu siklus kondenser perpendingin air, air pendingin kondenser menyerap panas dari fenomena kondensasi refrijeran. Air pendingin tersebut perlu didinginkan kembali menggunakan sistem menara pendingin.Terdapat dua jenis menara pendingin evaporatif yakni sistem terbuka dan tertutup. Dari kedua jenis menara pendingin ini terdapat perbedaan unjuk kerja yang perlu ditinjau. Unjuk kerja suatu menara pendingin bergantung pada nilai efektifitas, bilangan NTU, dan kapasitas pendinginan yang dihasilkan.Untuk menara pendingin terbuka eksperimen dilakukan dengan menggunakan paking di dalam menara dan tidak menggunakan paking (non-paking) pada menara pendingin tertutup digunakan penukar kalor berupa koil dengan susunan bersilangan dengan diameter 3/8 inchi, yang memiliki jalur parallel.Peninjauan terhadap perbedaan unjuk kerja antara dua jenis menara pendingin perlu dilakukan dengan membandingkan hasil dari percobaan.

In water cooled condenser, heat from the process of refrigerant condensation absorbed by cooling water. Cooling tower used to dissipate heat from water cooled refrigeration. There are two basic types of evaporative cooling devices. The first of these, the direct contact or open cooling tower. The second is indirect contact or closed-circuit cooling tower.The comparison perfomance between type of cooling tower must be known. Perfomance of cooling tower depends from the effectiveness, Number Transfer Unit (NTU), and cooling capacity.Experiment in open cooling tower doing with packing inside and non-packing. In closed cooling tower used the heat exchanger coils (tube bundle) with stagerred line and 3/8 inch diameter with multipath (parallel path)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Suriah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S35992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Hawari Muhammad
"Perangkat elektronik menghasilkan sejumlah kalor dari proses kerjanya, sehingga dibutuhkan upaya mengatasi permasalahan kalor tersebut. Salah satu caranya adalah dengan pendinginan pasif menggunakan thermal energy storage berupa phase change material (PCM). Salah satu jenis PCM adalah solid-solid PCM (SS-PCM) yang memiliki kelebihan tidak memerlukan enkapsulasi dan ekspansi volume yang lebih rendah jika dibandingkan dengan PCM jenis solid-liquid yang umum digunakan. Penelitian ini menyajikan kemampuan SS-PCM dalam mendinginkan perangkat elektronik yang akan dibandingkan dengan heatsink. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan SS-PCM berbasis ikatan urethane yang diletakkan pada permukaan elemen pemanas sebagai representasi perangkat elektronik. Kemudian temperatur permukaan elemen pemanas diukur selama eksperimen berlangsung dan hasilnya dibandingkan satu sama lain. Hasilnya, SS-PCM hanya mampu lebih baik dari heatsink pada kondisi perangkat elektronik (sumber kalor) dalam keadaan mati. Ketika perangkat elektronik bekerja (terdapat fluks kalor), heatsink masih mampu menahan laju kenaikan temperatur perangkat elektronik lebih baik dibandingkan SS-PCM. Nilai perbedaan kemampuan SS-PCM dengan heatsink dalam mendinginkan perangkat elektronik disajikan pada skripsi ini.

Electronic devices generate the amount of heat from their working process, so efforts are needed to overcome these heat problems. One way is by passive cooling using thermal energy storage with phase change material (PCM). One type of PCM is solid-solid PCM (SS-PCM) which is not requiring encapsulation and lower volume expansion compared to the commonly used solid-liquid PCM. This study presents the capabilities of SS-PCM in cooling of electronic devices that will be compared with heatsink. Experiments were carried out using SS-PCM based on urethane bonds placed on the surface of the heating element as a representation of the electronic device. Then the heater's surface temperature was recorded during the experiment and the result compared to each other. As a result, the SS-PCM only better than the heatsink when the electronic device (heat source) is turned off. When the electronic device is working (there is heat flux), the heatsink is better to withstand the temperature rise of the electronic device than SS-PCM. The value of differences in the ability of SS-PCM with heatsink in cooling electronic devices is presented in this thesis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulad Wibowo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>