Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Fauzi
"Rangkaian RF penerima tersusun atas beberapa tingkat-tingkat proses, yaitu LNA, filter bandpass, mixer, AGC, dan PLL. Dalam penelitian ini dirancang rangkaian low noise amplifier (LNA) dan automatic gain control (AGC). Perancangan LNA dan AGC untuk m-WiMAX dilakukan dengan Advance Design System (ADS) 2009 update 1. LNA yang dirancang menggunakan current-reused karena memberikan keuntungan antara lain konsumsi daya rendah, isolasi dan noise figure yang baik. Sedangkan untuk AGC dengan menggunakan gilbert cell karena dapat menjaga bandwidth loop AGC lebih stabil dibandingan dengan tipe linear.
Pada LNA yang dirancang diperoleh gain diperoleh sebesar 20,136dB, NF diperoleh sebesar 0,259dB, VSWR diperoleh sebesar 1,048, Stabilitas sebesar 1,21. Untuk IP3 yang terdiri atas berbagai bentuk diperoleh upper IIP3 diperoleh sebesar 5,469dBm, upper OIP3 diperoleh sebesar 22,819dBm, lower IIP3 diperoleh sebesar 4,613dBm, dan lower OIP3 diperoleh sebesar 21,963dBm. Selanjutnya, Sensitivitas daya diperoleh -115,201dBm dengan daya output LNA - 97,851dBm. Parameter pada AGC diperoleh Gain maksimum diperoleh sebesar 103,940dB, VSWR diperoleh sebesar 1,117.
Evaluasi output AGC yang terjadi mengalami kenaikan dalam gain pada titik puncak hingga 26.693dBm pada 10ns sebelum menurun menjadi daya output sebesar 5.217dBm pada kestabilan daya output setelah 40ns dan selanjutnya dihasilkan daya output dalam keadaan linear dan stabil. Evaluasi tegangan kendali dari AGC dimana terjadi kenaikan tegangan hingga diperoleh tegangan sebesar 2.583e-9volt pada 40ns dan selanjutnya akan dihasilkan dalam tegangan kendali yang linear dan stabil. Evaluasi tegangan acuan yang digunakan untuk menghasilkan daya output sebesar 5,217 dBm adalah 0,577 Volt.

RF receiver circuit is composed of several levels of the process, ie LNA, bandpass filter, mixer, AGC, and PLL. In this research designed a series of low noise amplifier (LNA) and automatic gain control (AGC). Design of LNA and AGC for the m-WiMAX done by Advance Design System (ADS) 2009 Update 1. LNA designed using a current-reused because they offer advantages such as low power consumption, isolation and a good noise figure. While for AGC using Gilbert cell because it can maintain more stable AGC loop bandwidth compared with the linear type.
In the LNA gain is found it is obtained at 20.136 dB, NF is obtained at 0.259 dB, VSWR is obtained at 1.048, Stability of 1.21. For IP3 which consists of various forms of acquired upper dBm IIP3 obtained at 5.469, upper dBm OIP3 is obtained at 22.819, the lower was obtained at 4.613 dBm IIP3, and lower at 21.963 dBm OIP3 obtained. Furthermore, the power sensitivity obtained -115.201 dBm -97.851 dBm output power LNA. AGC parameters obtained at the maximum gain obtained is 103.940 dB, VSWR obtained is 1.117.
Evaluation of the AGC output occurs an increase in gain on cusp until 26.693dBm at 10ns before declining to the power output of 5.217dBm on the stability of output power after 40ns and subsequently resulted in a state of linear output power and stable. Evaluation of the AGC control voltage where the voltage increases until the voltage obtained by 2.583e-9volt at 40ns and thereafter will be generated in the control voltage is linear and stable. Evaluation of the reference voltage used to generate the output power of 5.217 dBm is 0.577 Volt.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27581
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Wildan
"Low Noise Amplifier (LNA) dan Bandpass Filter (BPF) merupakan bagian depan rangkaian radio frequency (RF) pada sebuah receiver maupun RF field detector. Rancangan rangkaian dual band LNA dan BPF merupakan solusi menggabungkan dua perangkat dengan frekuensi kerja yang berbeda menjadi sebuah perangkat multi fungsi dan memiliki kemampuan dual band secara simultan.
Pada tesis ini membahas rancang bangun rangkaian co-design dual band LNA dan BPF pada Radio Navigation Aids (RNA) khususnya peralatan Very High Frequency Omni Range (VOR) / Instrument Landing System Localizer (ILS LOC) yang bekerja pada band VHF 108 - 118 MHz dan ILS Glide Slope (GP) pada band UHF 328,6 MHz ? 335,4 MHz yang digunakan untuk monitoring ground check. Rangkaian co-design adalah rangkaian LNA dan BPF yang digabungkan dalam sebuah rangkaian.
Bandpass filter yang dirancang juga berfungsi sebagai pengganti output matching impedance dari LNA, sehingga memiliki keuntungan komponen pasif menjadi lebih sedikit dan dimensi dari perangkat menjadi lebih kecil akan tetapi tetap memiliki spesifikasi parameter yang sama dengan rangkain dual band LNA dan BPF yang dipasang secara cascade (metode konvensional). Rancangan rangkaian co-design dual band LNA dan BPF disimulasikan, dipabrikasi, diukur dan dianalisa hasilnya. Sebagai pembanding juga dirancang rangkaian dual band LNA tanpa BPF dan rangkaian dual band LNAdan BPF secara cascade.
Hasil simulasi menunjukkan performa yang baik pada ketiga rangkaian dan masih memenuhi standar spesifikasi perancangan. Pada rangkaian co-design untuk frekuensi tengah 113,0 MHz dan frekuensi 332,0 MHz berturut turut didapatkan gain (S21) sebesar 24.116 dB/17.213 dB, input return loss (S11) sebesar -24.885 dB/-30.223 dB, noise figure sebesar 1.283 dB/ 1.250 dB, stability factor adalah 1.159 / 1.778 serta nilai VSWR mencapai 1.121 dan 1.064. Sedangkan hasil pengukuran fabrikasi peralatan nilai gain dan input return loss sedikit mengalami penurunan nilai dari hasil simulasi tetapi masih memenuhi standar spesifikasi perancangan untuk band VHF, namun pada band UHF masih diluar toleransi dari spesifikasi perancangan.

Low Noise Amplifier (LNA) and Bandpass Filter (BPF) are radio frequency (RF) frond-end circuit of a receiver or RF field detector. The design of dual-band LNA circuit and BPF are a solution to combining two devices with different working frequencies into a multi-function device and has simultaneous dual band capability.
This thesis discusses the design circuit co-design dual-band LNA and BPF at Radio Navigation Aids (RNA) in particular equipment Very High Frequency Omni Range (VOR) / Instrument Landing System Localizer (ILS LOC) working at band working on band VHF 108-118 MHz and ILS Glide Slope (GP) on band UHF 328.6 MHz - 335.4 MHz are used for ground check monitoring. The co-design is a series of LNA and BPF are combined in a circuit.
Bandpass filters are designed also serves as a substitute for the output matching impedance of the LNA, so it has the advantage of passive components becomes less and dimensions of the devices become smaller, but still have same performance with a dual-band LNA and BPF are designed in cascade by the conventional method. The circuit of co-design dual-band LNA and BPF simulated, fabricated, measured and analyzed the results. For comparison also designed a dual-band LNA circuit without dual band BPF and a dual band LNA and BPF in cascade.
Simulation results show good performance in all curcuits and still meet the design specifications. In a co-design for the center frequency of 113.0 MHz and 332.0 MHz frequencies obtained consecutive gain (S21) 24.116 dB/17.213 dB, input return loss (S11) -24.885 dB/-30.223 dB, noise figure 1.283 dB/ 1.250 dB, stability factor 1.159 / 1.778 and VSWR 1.121 dan 1.064. While the value of the measurement results of fabrication equipment and input return loss gain slightly decreased the value of simulation results but still meet the design specifications for the VHF band, UHF band but still out of tolerance from the design specifications.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Firmansyah
"ABSTRAK
Untuk meningkatkan efisiensi sekaligus mendukung perkembangan berbagai jenis
standar komunikasi nirkabel seperti maka diperlukan sebuah transceivers yang
mampu beroperasi pada multiband dengan multistandar. Salah satu bagian
multiband transceivers adalah low noise amplifier (LNA) yang mampu beroperasi
pada beberapa frekuensi yang berbeda dengan nilai return loss (S11), Gain (S21),
stability (K), noise figure (NF), dan VSWR yang baik pada semua frekuensi. Pada
penelitian ini diusulkan penggunaan multisection impedance transformer (MIT)
sebagai impedance matching, penggunaan MIT memiliki keunggulan diantaranya
stability yang lebih tinggi dengan noise yang lebih rendah dibandingkan dengan
komponen lumped. Selain itu penggunaan MIT lebih mudah dalam proses
pabrikasi dan pengukuran. Tujuan perancangan ini untuk mendapatkan LNA
multiband pada 0,9 GHz untuk aplikasi GSM, 1,8 GHz untuk WCDMA, dan 2,6
GHz untuk LTE. Kinerja LNA pada frekuensi 0,95 GHz untuk GSM diantaranya
memiliki nilai return loss S11 = -23,541 dB, insertion loss S21 = 18,911 dB,
stability K = 1,462, NF = 1,475 dB, VSWR = 1,143 dB, dan FoM sebesar 8,38.
Sementara itu, kinerja LNA pada frekuensi 1,85 GHz untuk WCDMA diantaranya
memiliki nilai return loss S11 = -23,771 dB, insertion loss S21 = 12,858 dB,
stability K = 1,997, NF = 1,988 dB, VSWR = 1,139 dB, dan FoM sebesar 2,616.
Kinerja LNA pada frekuensi 2,65 GHz untuk LTE diantaranya memiliki nilai
return loss S11 = -23,521 dB, insertion loss S21 = 10,180 dB, stability K = 1,849,
NF = 2,776 dB, VSWR = 1,143 dB, dan FoM sebesar 1,152.

Abstract
A transceivers capable operating on a multiband with multistandar is needed to
improve efficiency for support the development different types of wireless
communication standards. A part multiband transceivers are low noise amplifier
(LNA) capable to operate at several different frequencies with a value of return
loss (S11), Gain (S21), stability (K), noise figure (NF), and VSWR are good at all
frequencies. This study proposed used multisection impedance transformer (MIT)
as an impedance matching, MIT has advantages higher stability with lower noise
compared with lumped components. Besides that, MIT easier in the
manufacturing process and measurement. Design goal are to get a multiband LNA
at 0.9 GHz for GSM applications, 1.8 GHz for WCDMA, and 2.6 GHz for LTE.
Performance at a frequency of 0.95 GHz LNA for GSM them has a value of
return loss S11 = -23.541 dB, insertion loss S21 = 18.911 dB, stability K = 1.462,
NF = 1.475 dB, VSWR = 1.143 dB, and the FOM of 8.38. Meanwhile, the
performance at a frequency of 1.85 GHz LNA for WCDMA which have the
value of return loss S11 = -23.771 dB, insertion loss S21 = 12.858 dB, stability K =
1.997, NF = 1.988 dB, VSWR = 1.139 dB, and the FOM of 2.616. LNA
performance at a frequency of 2.65 GHz for the LTE value of which has a return
loss S11 = -23.521 dB, insertion loss S21 = 10.180 dB, stability K = 1.849, NF =
2.776 dB, VSWR = 1.143 dB, and the FOM of 1.152"
2012
T30256
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amalia Hayati
"Saat ini, implan telah banyak dikembangkan dalam dunia kesehatan, seperti implan koklea, prostesis retina, implan alat pacu jantung dll. Low noise amplifier (LNA) adalah salah satu rangkaian utama pada rangkaian penerima sistem transfer daya nirkabel untuk aplikasi implan medis yang berfungsi untuk mengamplifikasi sinyal keluaran dari antena penerima. Dalam penelitian ini, dirancang suatu rangkaian penerima berdaya dan berderau rendah dengan frekuensi kerja 13,56 MHz. Menggunakan tiga blok rangkaian, yaitu LNA, penyearah, dan filter, rangkaian penerima ini didesain untuk mengamplifikasi daya sekaligus menyearahkannya. Dari hasil simulasi, rangkain penerima yang didesain memiliki penguatan (S21) sebesar 43dB, noise figure 1,179dB, dan daya yang dibutuhkan sebesar 0,987 mW. Rangkaian ini telah diimplementasikan dalam sebuah PCB dalam ukuran 85,1 mm x 32,6 mm dan diuji parameter-parameternya.

Nowadays, implant has been developed a lot in medical field, such as cochlear implant, retinal prostheses, pacemaker implant, etc. Low noise amplifier (LNA) is a main circuit of wireless power transfer system receiver, which has a function to amplify output signal from receiver antenna. In this thesis, a low-noise low-power 13,56 MHz receiver had been designed. Using three circuit blocks: LNA, rectifier, and filter, this receiver was designed to do amplification and rectification as well. From simulation, this receiver got amplification gain (S21) 43dB, noise figure 1.179dB, and power consumption 0.987mW. The receiver was implemented in 85.1 mm x 32.6 mm PCB and had been tested for its parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo Haribowo
"Laporan skripsi ini menyajikan rancangan low noise amplifier (LNA) berbasis mikrostrip. Tujuan dari LNA ini adalah dapat menguatkan sinyal radio frekuensi (RF) tanpa menguatkan noise yang diperuntukkan dalam mobile WiMAX 802.16e. Metodologi rancangan ini memerlukkan analisa kestabilan transistor dan penentuan rangkaian matching yang tepat. Jadi ada tiga bagian penting dalam perancangan LNA ini, yaitu rangkaian DC bias, transistor, dan rangkaian matching. Spesifikasi yang diinginkan adalah sesuai dengan standar pada WiMAX 802.16e pada frekuensi 2,3 GHz yang merupakan standar WiMAX di Indonesia.
Perancangan dan pengukuran ini menggunakan software Advanced Design System (ADS). Transistor yang digunakan adalah ATF-55143, karena dapat bekerja baik pada frekuensi tinggi dan memiliki noise figure yang kecil. Dalam perancangan ini terdapat 4 tipe LNA, yaitu LNA single stage dan single stage mikrostrip, serta LNA 3 stage dan 3 stage mikrostrip.
Berdasarkan hasil simulasi keempat tipe LNA ini memiliki sensitivitas sebesar -115 dBm. Untuk single stage gain yang dihasilkan adalah sebesar 16 dB dan untuk yang LNA 3 stage 44dB - 45 dB. Noise yang dihasilkan kurang dari 1 dB untuk keempat tipe LNA tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51458
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Nugroho DP
"Skripsi ini membahas simulasi dan disain penguat derau rendah atau LNA (Low Noise Amplifier) pada sistem radio frekuensi untuk aplikasi mobile WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) pada frekuensi 2,3 GHz sesuai dengan standar IEEE 802.16e. Sinyal pada sistem radio frekuensi dipancarkan dalam bentuk gelombang mikro dengan keluaran yang sangat rendah. Oleh karena itu, sistem radio penerima harus mempunyai penguat dengan penguatan yang tinggi dan derau yang serendah-rendahnya.
Perangkat penguat ini yang disebut oleh LNA yang terletak pada urutan pertama dalam blok diagram penerima pada sistem radio frekuensi. LNA tersebut dirancang dengan menggunakan mikrostrip. Komponen aktif penyusunnya berupa transistor ATF-34143 produksi Agilent Technologies yang mempunyai gambaran derau (noise figure) yang kecil dan penguatan yang tinggi. Hasil akhir dari simulasi LNA memberikan noise figure sebesar 0,456 dB dan gain sebesar 36,103 dB.

This Thesis discusses design and simulation of LNA (Low Noise Amplifier) at 2.3 GHz for mobile WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) based of IEEE 802.16e standard at system of frequency radio. The signal at system of frequency radio transmitted in microwave with very low output. In consequence, the radio receiver system must have lasing with high gain and noise as low as possible.
This peripheral to amplify is called by LNA that lie in first sequence in block of frequency radio receiver system diagram. LNA are referred [as] designed by using microstrip. The active component its formed is transistor ATF-34143 from Agilent Technologies that have low noise figure and high gain. The final result from simulation of LNA for noise figure and gain are 0,456 dB and 36,103 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51466
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Muji Raharjo
"LNA merupakan bagian depan rangkaian radio frequency (RF) pada perangkat CPE, low noise amplifier (LNA) memainkan peranan penting terhadap noise dari system secara keseluruhan dari system RF. Rancangan Dual Band LNA merupakan solusi atas kebutuhan pasar akan adanya sebuah perangkat yang memiliki kemampuan multistandard (multi mode/multi band) yang digunakan untuk bisa memberikan penguatan yang cukup tinggi untuk mendorong pada stage selanjutnya dengan derau serendah-rendahnya. Tesis ini membahas rancang bangun rangkaian dual band LNA untuk CPE Mobile Broadband Wireless Access dengan menggunakan HJFET 3210S01. Untuk mendapatkan fungsi dual band digunakan LC Tank Resonator yang dirancang beresonansi pada frekuensi 2,3GHz dan 2,6 GHz. Rancangan dual band LNA diharapkan menghasilkan Noise figure yang rendah, gain yang tinggi, stabil tanpa adanya osilasi, secara simultan.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa dual band LNA ini dapat bekerja pada frekuensi 2,3GHz dan 2,6 GHz dengan gain >12dB, sensitivitas > -73 dBm dan IIP3 >5 dBm. LNA ini juga menghasilkan noise figure < 1dB. LNA ini membutuhkan tegangan catu sebesar 3.5 V. Sedangkan hasil pabrikasi yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi penggeseran frekuensi kerja yaitu dari 2,3 GHz dan 2,6 GHz ke frekuensi 1,06 GHz GHz dan 1,61 GHz. Hasil pengukuran didapatkan nilai gain (S21) masing-masing 9,275 dB dan 0 dB, input return loss (S11) masing-masing - 4 dB dB dan -12 dB, output return loss (S22) masing-masing -8,59 dB dB dan -4 dB dan VSWR masing-masing pada frekuensi 1,63 GHz sebesar 1,0728 dan pada frekuensi 1,06 GHz sebesar 5.

LNA is the front-end of radio frequency (RF) on the CPE mobile BWA devices, low noise amplifier (LNA) plays an important role to noise from the system as a whole from the RF system. Dual Band LNA Design is a solution to the needs of the market that there is a device that has the ability multistandard (multi mode / multi band) used to be able to give a high enough reinforcement to encourage the next stage with noise as low. This thesis discusses the design of a series of dualband LNA for Wireless Mobile Broadband CPE access using HJFET 3210S01. To obtain the dual function of the band used the LC Tank Resonator is designed to resonate at a frequency of 2.3 GHz and 2.6 GHz. The design of dual-band LNA is expected to generate low noise figures, high gain, stable in the absence of oscillations, simultaneously.
The simulation results show that the dual-band LNA can work at a frequency of 2.3 GHz and 2.6 GHz with a gain of > 12dB, sensitivity> -73 dBm and IIP3> 5 dBm. This LNA also generate noise figure < 1dB. LNA requires supply voltages of 3.5 V. While manufacturing results obtained show that there is shift working frequency of 2.3 GHz and 2.6 GHz to 1.06 GHz frequency GHz and 1.61 GHz. The measurement results obtained value of the gain (S21) 9.275 dB and 0 dB, input return loss (S11) - 4 dB dB and -12 dB, output return loss (S22) dB -8.59 dB and -4 dB, VSWR 5 and 1.0728 respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30138
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakruroji
"Power amplifier (PA) merupakan komponen akhir pada bagian pemancar BTS dari sistem Mobile WiMAX yang berfungsi untuk menguatkan sinyal yang dikirimkan dari sumber. Pada perancangan ini power amplifier dibuat untuk bekerja pada frekuensi kerja 2,3 GHz. PA yang diusulkan menggunakan NPN Silicon NE662M04 dengan power supply Vcc = 5 V dan Ic = 20 mA agar memperoleh gain yang besar. Untuk mempermudah proses fabrikasi maka digunakan band-stop filter sebagai radio frekuency choke (RFC). Penggunaan band-stop filter sebagai (RFC) untuk memudahkan dalam pembuatan di single-layer, juga arus DC dapat mengalir tanpa ada gangguan dengan RF yang tetap terblok. Perancangan PA menggunakan common-emiter karena memiliki power gain paling tinggi . Sementara itu, mikrostrip dengan FR4, = 4,3 dan h = 1,6 mm, digunakan sebagai rangkaian matching input dan matching output. Tipe bias transistor yang digunakan yaitu power-divider karena memiliki tingkat sensitifitas perubahan paling rendah terhadap perubahan suhu. Hasil pabrikasi maka diperoleh nilai gain (S21) = 7,69 dB, input return loss (S11) = -13,757 dB, output return loss (S22) = -7,496 dB. Selain itu, PA mengalami pergeseran frekuensi hingga ke 2,57 GHz.

Power amplifier (PA) is final component of the BTS transmitter of Mobile WiMAX system that make strengthen the signal transmitted from the source. In this design, power amplifier designed to work at frequency of 2.3 GHz. This is a carrier frequency for the Mobile WiMAX in Indonesia. PA proposed using NPN Silicon NE662M04 with the power supply Vcc = 5 V and Ic = 20. To simplify the manufacturing process, band-stop filter was used as RFC. Using of band-stop filter as RFC is very profitable addition to making only a single-layer, but also the DC current can flow without any interference with the RF remain blocked. The design uses a common-emitter because it has the highest gain power. Meanwhile, the microstrip FR4, = 4.3 with h = 1.6 mm, was used as a set of matching input and output matching. The power-divider bias is used is because has a low sensitivity. To analyze the performance of the PA to changes in temperature, simulated temperature changes. Results obtained : gain (S21) = 7.69 dB, input return loss (S11) = -13.757 dB, output return loss (S22) = -7.496 dB. In addition, PA frequencies was shift up to 2.57 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28343
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Suherwin
"Keberadaan kereta api di daerah perkotaan selain dapat menjadi sarana transportasi yang murah, cepat dan masal, dapat pula menimbulkan masalah bagi kesehatan masyarakat, terutama karena suara bising yang ditimbulkannya. Dampak bising kereta api dapat menyebabkan gangguan kesehatan non auditorik, yaitu gangguan kesehatan selain gangguan pada indera pendengaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi gangguan kesehatan non auditorik pada masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur kereta api yang meliputi gangguan komunikasi, gangguan fisiologis yang terdiri dari peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, melambatkan fungsi organ pencernaan, serta timbulnya gangguan psikologis. Disamping itu ingin pula diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan kesehatan non auditorik tersebut.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi penelitian masyarakat yang tinggal disepanjang jalur kereta api di Kelurahan Jembatan Besi Kecamatan Tambora. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang berumur 17 tahun keatas yang paling sering tinggal di rumah, yang berjumlah 100 orang dan diambil dengan metode random sampling. Data diambil dengan wawancara, observasi dan melakukan pengukuran. Data-data yang terkumpul diolah dengan tahapan data coding, data editing, data structure, data the, data entry dan data cleaning. Selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariate, menggunakan SPSS for Windows.
Diketahui intensitas kebisingan rata-rata 70,7 dB pada umumnya bersumber dari kereta api. Umur responden rata-rata 45,3 tahun, responden terbanyak adalah wanita, lama tinggal rata-rata 30,9 tahun. jarak tempat tinggal dengan jalur kereta rata-rata 24,4 meter, waktu bising yang paling mengganggu umumnya Siang hari, suhu udara rata-rata 30,8°C dan kelembaban rata-rata 33%. Gangguan kesehatan non auditorik yang timbul terdiri dari gangguan komunikasi 53%, peningkatan tekanan darah 40% (lebih tinggi dari prevalensi hipertensi di Kelurahan Jembatan Besi dan Kecamatan Tambora), gangguan pencernaan 51%, gangguan psikologis 59%. Sedangkan peningkatan detak jantung tidak terjadi. Secara umum responden yang mengalami gangguan non auditorik sebanyak 79%.
Pada analisa bivariat ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara gangguan kesehatan non auditorik dengan jarak tempat tinggal dengan sumber bising, sumber bising dan intensitas kebisingan. Sedangkan variabel lainnya seperti umur, jenis kelamin, lama tinggal, waktu bising, suhu dan kelembaban tidak menunjukan adanya hubungan dengan gangguan kesehatan non auditorik.
Pada analisis multivariat diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan non auditorik adalah jarak tempat tinggal dengan sumber bising, serta sumber bising. Yang berpeluang lebih besar adalah sumber bising (4,96 kali), sedangkan jarak tempat tinggal dengan sumber bising berpeluang 1,14 kali.
Selanjutnya untuk memastikan adanya hubungan sebab akibat perlu dilakukan penelitian sejenis dengan disain kasus kontrol atau kohort, serta meningkatkan jumlah variabel yang diteliti sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Daftar bacaan : 26 (1971- 2003)

Non Auditory Health Effect of Noise Exposure at Community Who Live Alongside the Railway in Jembatan Besi Sub-District, Tambora, West Jakarta, 2004The existence of train in urban area is a cheap, quick and mass transportation, on the other hand it can causes a lot of problems in community health , especially because of its noise. Noisy impact of train can cause non auditory health effect, which is health effect besides hearing system.
The aim of this research is to know health effect proportion of non auditory on community who live alongside the railway consist of communications trouble, physiological trouble such as increasing blood pressure, increasing heartbeat, slowing down digestive organ function, and also the incidence of psychological trouble. Besides that, would also like to know the factors influencing non auditory health effect.
The design of the research is cross sectional with population research is community who live alongside the railway in Sub-District of Jembatan Besi District of Tambora. The samples in this research are adult who is in the age of more than 17 years old and live in house frequently. The involving samples in this research are 100 respondents and taken with sampling random method. Data are taken by interview, observation and do measurement. The collected data are processed by step coding, editing, structuring, filing, entering and cleaning. Followed by data analysis of univariat, bivariat and multivariate with SPSS for Windows.
It is known that noise intensity in average is 70.7 dB. It is generally caused by train. The average age of respondent is 45.3 years old, most of respondent are woman, the average length of stay is 30.9 years, the average of residential distance with railways is 24.4 meters, noisy time which bother most is generally daytime, the average of temperature is 30.8°C and humidity is 33%. The arising non auditory effect consists of communications trouble 53%, increasing blood pressure 40% (is higher than hypertension prevalence in Sub-District of Jembatan Besi and District of Tambora), digestive trouble 51%, psychological trouble 59%. While increasing of heartbeat does not happen. Generally respondent suffering from non auditory trouble is 79%.
Bivariate analysis shows that there is a significant correlation between health effects on non auditory and the distance of residence, source of noise, and intensity of noise. While other variables like age, gender, length of stay, noisy time, humidity and temperature do not have significant correlation with health effects on non auditory.
Multivariat analysis shows that most influencing factors on the occurrence of health effects on non auditory are the distance of residence and also the source of noise. Variable having bigger opportunity is the source of noise (4.96 times), while the distance of residence has opportunity 1.14 times.
Furthermore, in order to ascertain the existence of causality need to be conducted by similar research with the design of case control or kohort, and also improve the amount of accurate variable so it that can describe the real condition.
References : 26 (1971 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Abi Herdanu
"Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama kepada operator yang bekerja selama 8 jam sehari di area mesin produksi. Dari hasil observasi lapangan, diperoleh Noise Mapping dan Noise Contour area produksi Vial Mesin Spami kebisingannya berkisar 80,7 dBA sampai dengan 87,2 dBA. Hasil pengukuran pajanan bising personal dengan menggunakan Noise Dosimeter didapatkan bahwa dari 24 operator yang bekerja pada area tersebut, 11 pekerja menerima Dosis Pajanan Bising diatas 100% (85 dBA). Salah satu usaha untuk mengurangi dampak kebisingan pada pekerja dengan menggunakan APT Ear Plug dengan NRR 25 dBA. Dosis Pajanan Bising Efektif dengan penggunaan APT pada keseluruhan operator dapat mencapai dibawah 100% (85 dBA). Keseluruhan pekerja sebanyak 24 orang memiliki fungsi pendengaran normal.

Noise is a disorder that can affect comfort and health, especially to the operators who work for 8 hours a day in the machine at production area. Result from observation with Noise Mapping and Noise Countour shows that the noise range at area Vial Production Spami Machine is 80,7 dBA until 87,2 dBA. Results of Personal noise exposure measurement by using Noise Dosimeter found that of the 24 operators working in the area, 11 workers received a Noise Dose Exposure above 100% (85 dBA). One of the actions to reduce the noise risk to workers by using PPE, Ear Plug with NRR 25 dBA. Effective Noise Dose Exposure while use in Earplug on the overall operator can reach below 100% (85 dBA). All of the workers as much as 24 workers have Normal Hearing Functionality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S66488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>