Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Wahyudi
"Berbagai keterkaitan suatu perusahaan dengan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi menjadi perhatian stakeholders dan manajemen perusahaan di kalangan lokal, regional dan global. Perusahaan nasional yang bergerak di bidang energi khususnya eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi juga perlu memperkirakan berkelanjutannya korporasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model korporasi berkelanjutan perusahaan minyak dan gas bumi serta untuk mempelajari pengaruh sosial dan lingkungan terhadap keberlanjutan korporasi dan mempelajari tingkat sustainabilitas korporasi.
Metodologi penelitian ini adalah melakukan analisa korporasi berkelanjutan dengan menggunakan data publik PT. X, melakukan pengembangan model korporasi berkelanjutan dengan mengadopsi model triple bottom line API/IPIECA.
Pengukuran tingkat sustainabilitas PT. X dibandingkan dengan perusahaan minyak dan gas bumi dunia sebagai benchmark dan pendekatan logika Fuzzy untuk melihat penyebaran tingkat sustainabilitas perusahaan. Analisa sensitivitas dengan perubahan + 10% pada indikator sustainabilitas dilakukan untuk mengetahui indikator yang paling berpengaruh terhadap tingkat sustainabilitas.
Hasil penelitian didapatkan model korporasi berkelanjutan dengan pendekatan model triple bottom line API/IPIECA memberikan gambaran posisi perusahaan minyak dan gas bumi nasional relatif terhadap perusahaan di sektor perusahaan minyak dan gas bumi internasional. Tingkat sustainabilitas perusahaan minyak dan gas bumi PT. X sebesar 0,46 atau berada pada tingkat menengah. Tingkat sustainabilitas perusahaan minyak dan gas bumi dunia berada pada tingkat tinggi ? sangat tinggi. Model dengan pembobotan setara pada indikator inti memberikan perbedaan indeks sustainabilitas sebesar 4,3% dibandingkan dengan model DJSI (Dow Jones Sustainability Index).
Urutan sensitivitas indikator inti dari yang paling sensitif adalah Indikator lingkungan, disusul indikator sosial dan terakhir adalah indikator ekonomi. Perusahaan minyak dan gas bumi PT. X sensitif terhadap indikator lingkungan, dimana peningkatan 10% pada indikator lingkungan akan memberikan kenaikan 15,1% pada tingkat sustainabilitas.

Several relationships of corporation with environment, social and economic aspects become the concern of stakeholders and corporate management in local, regional dan global point of view. National corporation in energy sector especially exploration and production of oil and gas industry shall predict the sustainability of their corporation.
The purposes of this research are developing the model of corporate sustainability of oil and gas and learning influence of the economic, social and environment aspects regarding the corporate sustainability.
Method of thesis is analizing corporate sustainability by using public information of PT. X and PT. Y as comparation, developing model of corporate sustainability of which adopt triple bottom line model of API/IPIECA guideline. Measurement of sustainability score is compared to world class oil and gas company as benchmark and uses Fuzzy logic approach to review corporate sustainability index. Sensitivity analysis with + 10% changing of sustainability indicator is carried out to study the most affecting indicator to sustainability index.
The results of this research shows corporate sustainability model with triple bottom line model API/IPIECA approach gives relative position of national oil and gas company to international oil and gas company. Sustainability index of PT. X is 0,46 or in intermediate level. Sustainability index of world class oil and gas company in high ? very high level. Equal weighting model to core indicator gives sustainability index difference at 4,3% compared to DJSI Model (Dow Jones Sustainability Index).
Rank of core indicator sensitivity start from the most sensitive is environment indicator, social indicator and economic indicator. National oil and gas company PT. X is sensitive to environment indicator, of which 10% increment on environment indicator increases 15,1% of its sustainability index.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27544
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Olga Devina Haerinisa
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik stakeholder engagement pelibatan pemangku kepentingan oleh perusahaan dalam proses penyusunan laporan keberlanjutan. Stakeholder engagement merupakan bagian penting yang telah ditekankan oleh berbagai panduan penyusunan laporan keberlanjutan internasional sebagai aktivitas yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keberlanjutan. Analisis stakeholder engagement dilakukan pada salah satu perusahaan di sektor hilir industri minyak dan gas di Indonesia. Data diperoleh melalui wawancara dengan pihak yang berkaitan dalam perusahaan, kuesioner, dokumen-dokumen internal perusahaan, data sekunder, serta tinjauan literatur. Penelitian ini berbentuk studi kasus dimana judgement peneliti sangat berpengaruh terhadap hasil dari penelitian. Peneliti menemukan bahwa perusahaan objek dalam penelitian ini didorong oleh teori legitimacy dan signaling dalam menerbitkan laporan keberlanjutan untuk pertama kalinya. Namun, perusahaan belum melakukan perencanaan stakeholder engagement secara sistematis dan strategis dalam proses penyusunan laporan keberlanjutan. Sehingga perbaikan praktik stakeholder engagement dalam perusahaan menjadi hal yang penting untuk meningkatkan kualitas laporan keberlanjutan perusahaan kedepannya.

ABSTRACT
This study aims to analyze the stakeholder engagement practice of a company in the process of preparing sustainability report. Stakeholder engagement is an important part that has been emphasized by many international sustainability reporting guidelines, as an activity that should be conducted in preparing company rsquo s sustainability report. The analysis was performed against an Indonesian company in the downstream sector of oil and gas industry. Data were obtained through interviews, questionnaire, company rsquo s internal documents, secondary data, and literature review. This study is in the form of case study where the researcher rsquo s judgements are very influential on the results of the research. The study found out that the company was motivated by legitimacy and signaling theory when it was decided to publish company rsquo s sustainability report for the first time. However, the company has not yet developing a systematic and strategic stakeholder engagement plan to prepare for its sustainability report. Hence, an improvement in company rsquo s stakeholder engagement practice is an important part to achieve a better quality of its sustainability report in the future."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Prisca Delima
"Ketahanan sosial-ekologi adalah kemampuan penyintasan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan lingkungan agar dapat pulih apabila terjadi gangguan. Meskipun keterbatasan lingkungan alam dan sosial di Kota Batam dapat dikelola dengan kemajuan teknologi, potensi gangguan tetap perlu diperhitungkan agar perikehidupan dan kesejahteraan masyarakat tetap terjamin.
Riset ini bertujuan untuk mengkonstruksi model ketahanan sosial-ekologi dalam pembangunan berkelanjutan. Pendekatan riset menggunakan metoda gabungan dengan pendekatan kualitatif terkait kondisi ketahanan sosial-ekologi Kota Batam yang dianalisis menggunakan sarana Kualitas Kehidupan Sosial Budaya berbasis fuzzy logic interaksi antara elemen struktural, kultural dan prosesual berkenaan dengan capaian pembangunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan sosial-ekologi sangat terkait dengan dinamika lokal, regional dan global; spesifikasi dan spesialisasi lingkungan setempat, karakteristik region, serta faktor-faktor sosial budaya yang berpengaruh dalam menentukan kekhasan lingkungan yang menentukan ketahanan sosial-ekologi. Kondisi ketahanan sosial-ekologi juga dapat bervariasi secara spasial dan menurut waktu sehingga model konseptual ketahanan sosial-ekologi perlu mengakomodasi strategi implementasi yang bersifat multicompartment sekaligus terintegratif.

Social-ecological resilience is the community’s surviving ability to face environmental limitations and possible disruptions. Although physical and social environmental limitations in the City of Batam can be managed with technological advances, the potential of disruptions should be taken into account to assure the good community’s livelihood and welfare.
This research is to construct a social-ecological resilience model in sustainable development. It is based on mixed method research with qualitative approach on the social-ecological resilience condition of the City of Batam; that is analyzed based on the Quality of Socio-Cultural Life that seeks through the fuzzy-logic-interaction between structural, cultural and processual elements on the results and transformation of development.
The results show that the social-ecological resilience condition is related with dynamics of local, regional and global conditions, local environment specifications and specializations, regional characteristics, as well as socio-cultural factors that determine the social-ecological resilience condition that can vary spatially and according to time. Therefore, the conceptual model of social-ecological resilience in sustainable development should accommodate multi-compartment and integrative strategy of implementation.

"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2629
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endrawati Fatimah
"Dengan dilatar belakangi belum adanya model daya dukung lingkungan (DDL) yang sesuai untuk kota, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model DDL kota yang diuji coba pada wilayah kajian kota Bekasi serta mengkaji kemungkinan diterapkannya pada berbagai tipologi kota. Lingkup penelitian ini adalah daya dukung (DD) sumberdaya air dan lahan dengan mempertimbangkan DDL sosial yang terkait Model DDL kota yang dikembangkan memiliki kriteria: mencakup aspek supply dan demand, mencakup kuantitas dan kualitas sumberdaya, mempertimbangkan modal komunitas kota dan mempertimbangkan faktor lokasi dalam sistem DAS dan flingsi kota dalam sistem perkotaan. Model ini telah mempertimbangkan sifat dinamis DDL karena adanya pengaruh dinamika manusia. Faktor penentu tipologi kota yang berpengaruh pada model DDL kota adalah ukuran kota, fun^ kota dalam sistem perkotaan, dan posisi lokasi kota dalam sistem DAS.
Hasil pengujian model pada wilayah kajian yaitu kota Bekasi menunjukkan bahwa model dapat diterapkan untuk menganalisis kondisi DDL dengan tipologi semacam kota Bekasi. Kondisi DDL kota Bekasi dapat disimpulkan sudah terlampaui karena DD kuantitas sumberdaya air dan kualitas sungai yang ada sudah terlampaui; dan DD kualitas lahan menunjukkan kawasan lindung belum memenuhi standard kualitas dan kawasan budidaya di 5 (lima) dari 12 (dua belas) Kecamatan di kota Bekasi memiliki kualitas buruk. Kondisi DD kuantitas sumberdaya lahan kota Bekasi belum terlampaui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model DDL kota ini dapat diterapkan pada berbagai tipologi kota yang ditetapkan berdasarkan ukuran dan fungsi dalam sistem perkotaan. Kajian tentang kemungkinan diterapkannya model pada berbagai tipe kota berdasarkan posisi letak kota dalam sistem DAS menunjukkan bahwa masih diperlukan penelitian lanjutan untuk menetapkan besaran kawasan lindung yang dibutuhkan masing-masing kota tersebut sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
D1544
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Fadliansyah
"Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program TJSK terpadu dan bersifat pemberdayaan yang mengacu pada pedoman program pemberdayaan dalam PROPER. Literatur mengenai evaluasi program TJSK kurang membahas mengenai efektivitas program terpadu. Selain itu studi sebelumnya juga cenderung melihat bahwa PROPER adalah rujukan pelaksanaan program pemberdayaan yang baik di level operasional dan dapat meningkatkan kualitas program pemberdayaan. Dengan mengkombinasikan secara komprehensif beberapa alat evaluasi evaluasi seperti means-ends, SWOT, dan gap, studi ini ingin melihat sejauh mana program “Desa Binaan” yang mengikuti prosedur PROPER bisa mencapai tujuannya meningkatkan kondisi penerima manfaat, dan mendorong peningkatan kapasitas mereka untuk mandiri. Data dikumpulkan dengan metode kualitatif, yang ditunjang penggunaan metode most significant change untuk mendalami aspek dampak program secara tangible dan intangible. Hasil evaluasi menunjukan bahwa pengelolaan program secara prosedural sudah relatif sesuai dengan tahapan dan karakteristik program comdev dalam pedoman PROPER dan memperlihatkan dampak peningkatan kondisi ekonomi penerima manfaat, walaupun dalam lingkup terbatas. Namun partisipasi masyarakat yang rendah dan capacity building yang terbatas menunjukan bahwa secara substantif belum mencerminkan program yang baik dalam parameter program pemberdayaan yang berkelanjutan. Secara teoritik hal ini menunjukan bahwa upaya mendorong program pemberdayaan masyarakat secara otoritatif-top down dengan aturan legal tertentu, berisiko membuat pelaksanaannya menjadi prosedural dan tidak mencapai substansi pemberdayaan yang dimaksudkan.

This study aims to guide the impact of the integrated and empowering CSR program which refers to the empowerment program in PROPER. The literature on the evaluation of the CSR program does not discuss enough the effectiveness of the integrated program. In addition, previous studies also saw that PROPER is a good
reference for implementing empowerment programs at the operational level and can improve the quality of empowerment programs. By comprehensively combining several evaluation evaluation tools such as means-ends, SWOT, and gaps. This study wants to see the extent to which the "Desa Binaan" program that follows the PROPER
procedure to achieve the conditions of the beneficiaries, and encourage the improvement of their ability to be independent. Data were collected using qualitative methods, which were supported by the use of the most significant change method to explore aspects of the program's real and intangible impacts. The evaluation results
show that the procedural management of the program is relatively in accordance with the stages and characteristics of the comdev program in the PROPER guidelines and the impact of improving the economic conditions of the beneficiaries, although in a limited scope. However, the low community participation and limited capacity building show that substantively it has not reflected a good program in the parameters of a sustainable empowerment program. Theoretically, this shows that efforts to encourage community empowerment programs in an authoritative-top-down manner with certain rules run the risk of making their implementation procedural and not achieving the substance of empowerment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Rahayu
"Skripsi ini membahas integrasi kebijakan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dengan mitigasi perubahan iklim. Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca tetapi masih bisa berkontribusi dengan berpartisipasi sebagai tempat pelaksanaan Clean Development Mechanism (CDM). Dengan demikian diperlukan persiapan dalam berbagai aspek kebijakan dan regulasi, aspek keuangan dan teknis selama pelaksanaan CDM. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mencari korelasi antara teori dan praktek. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan responden. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang akan memungkinkan Pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksaan CDM, mengingat mandat dari CDM di bawah Protokol Kyoto akan berakhir pada tahun 2012.

This thesis discussess integration of sustainable development policy in Indonesia with the climate change mitigation. As developing country, Indonesia has no obligation in restricting of its Green House Gas, but it still can contribute into Clean Development Mechanism (CDM) project execution. Consequently, it will take a preparation in many aspects of policy and regulation, financial and technical aspect during the CDM implementation. In connection with implication point, this research has become a problem focused research where the processed issue is based on theory or observing its correlation between theory and practice. Data are collected through library research and interviews with respondents. In general this research aims to provide policy recommendations that will enable the Government of Indonesia to maximize the benefits that can be secured, and the urgency that the current mandate of CDM under the Kyoto Protocols will expire in 2012."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42825
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Zainuddin
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai empat variabel terpengaruh (Dependent Variable) dan tiga variabel terpengaruh (Independent Variable) dengan jumlah sampel 145 orang atau 10% dari 1.452 orang.
Pembangunan penting untuk mengurangi kemiskinan dan untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. Namun kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan selalu mengakibatkan kerusakan lingkungan. Keadaan seperti ini menjadi dasar untuk memikirkan kembali ukuran keberhasilan pembangunan. Kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan dengan pertimbangan lingkungan untuk keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan rakyat generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Pada hakikatnya kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan tidak menghendaki pelaksanaan dan kebijaksanaan yang menguras sumber-sumber produksi termasuk sumberdaya alam yang dapat mengakibatkan generasi masa depan memiliki prospek kemiskinan dan risiko yang lebih besar daripada yang dimiliki generasi sekarang. Secara operasional kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan antara lain diwujudkan dalam bentuk: upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, dan penggunaan eko-teknologi.
Meskipun kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan telah ditetapkan sejak tahun 1978 melalui Garis-garis Besar Haluan Negara namun kenyataan menunjukkan masih terjadi kerusakan sumberdaya alam. Hal ini menunjukkan seakan-akan kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan kurang efektif dalam penerapannya. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam kaitan ini menurut pendapat penulis faktor pendidikan, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi. Sehubungan dengan itu disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan ekoteknologi dan sikap.
2. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko﷓teknologi dan sikap.
3. Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan ekoteknologi dan sikap
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan dan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko-teknologi dan sikap.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data atau bukti-bukti empiris tentang persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan; sekaligus memperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan; untuk memperkaya bahan pertimbangan pengambil keputusan dalam rangka penetapan kebijaksanaan dan pengelolaan lingkungan hidup; serta untuk memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan 25 pertanyaan atau pernyataan berstruktur, yang diajukan kepada masyarakat yaitu: Pengambil Keputusan Dalam Perencanaan Pembangunan (Pejabat Bappeda Tingkat I dan II, dan Ketua LKMD); Pengambil Keputusan Dalam Pelaksanaan Pembangunan (Kepala Dinas/Instansi Tingkat I dan II); Pelaku Kegiatan Pembangunan (Pemimpin Proyek Daerah/Sektoral dan Pengusaha Pelaksana Pembangunan); serta Pemerhati Lingkungan dan Pembangunan (Pemuka Agama, Pemuka Masyarakat dan LSM).
Untuk mengetahui persepsi masyarakat digunakan analisis statistik dengan memakai Skor T untuk mengubah skor mentah dari kuesioner yang menggunakan Skala Likert . Berdasarkan Skor T tersebut dilakukan penggolongan Persepsi Baik, Buruk dan Sedang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai persepsi baik sebanyak 62,07 %, persepsi sedang 8,28% dan persepsi buruk 29,65%. Masyarakat yang berpendidikan sedang dan rendah pada umumnya mempunyai persepsi buruk. Sebaliknya masyarakat yang berpendidikan tinggi pada umumnya mempunyai persepsi baik. Masyarakat yang berpendapatan rendah pada umumnya mempunyai persepsi buruk. Sebaliknya masyarakat yang berpendapatan tinggi dan sedang pada umumnya mempunyai persepsi baik.
Berdasarkan jenis pekerjaan; pengambil keputusan dalam perencanaan pembangunan pada umumnya mempunyai persepsi baik. Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pembangunan pada umumnya juga mempunyai persepsi baik. Demikian pula pelaku kegiatan pembangunan dan pemerhati lingkungan dan pembangunan secara umum mempunyai persepsi baik.
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi upaya konservasi alam; pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko-teknologi dan sikap.
2. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan eko﷓ teknologi dan sikap.
3. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi upaya konservasi alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, penggunaan ekoteknologi dan sikap.
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut tersimpul bahwa hipotesis (1) , (2) dan (3) terbukti.
Daftar pustaka 55 (1972 - 1994).

>ABSTRACT
This thesis is the result of research on four Dependent Variables and three Independent variables using a sample of 145 persons or 10% of 1452 persons.
Development is essential for sustained poverty reduction and for the purpose of improving the quality of life of the people. The fact that implementation of development has often caused environmental damage. Conditions of this type provide additional ground for rethinking our measurement of progress. Sustainable Development Policy is a development based upon environmental considerations as a means of achieving continuity and well-being of present and future generations. Indeed it reject policies and practices that support current living standards by depleting the productive base including natural resources, and that leaves future generations with poorer prospect and greater risk than our own. Operationally form of sustainable development policy, among other things is the effort of conservation, rational utilization of natural resources, and utilization of eco-technology.
Although the sustainable development policy established since 1978 by the Guidelines of State Policy, the fact shows that the environmental damage still happened, it seems the sustainable development policy is not very effectively implemented. And then come to the surface, the question is how to formulate the problem of "whether there is a different perception in community toward sustainable development policy". In such a case, it is the writer's opinion that education level, income level and kind of job are factors that influence the perception toward sustainable development. We can therefore draw up the following hypothesis:
1. There is a correlation among education level and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
2. There is a correlation among income level and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
3. There is a correlation among kind of job and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
The objectives of this research is to study the community's perception as a empirical manner toward sustainable development policy. Besides it is also to find out whether education level, income level, and kind of job have correlation with perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude. Then, the effect of this research is to obtain the data and empirical proof on community's perception toward the sustainable development policy, at the same time to know the perception of the community toward sustainable development policy. To enrich those who might concern to improve the management of living environment and to supply basic data for further research.
The data have been collected by questionnaires using 25 questions or structured statements, covering the decision makers in development planning (official of the regional development planning board at province and regency level, and chairman of the village development institutions); decision makers in the execution of development (head of the government instance at province and regency level); executors of development (sectoral/regional project leader and contractors); and observers of development and environment (representative of religious/community leader and community self supporting institutions).
To know the perception of the community, statistical analysis is used with T score to change raw data questionnaires which using Likert Scales. Based on T score it is done to classify good, moderate and bad perception toward sustainable development policy. The data analysis has pointed out that community who have had good perception 62.07%, moderate perception 8.28% and bad perception 29.65%.
Community of low and middle education level has had bad perception. The other side, community of high education level has had good perception.
Community of low income level has had bad perception. The other side, community of high and middle income level has had good perception. Based on kind of job: decision makers in development planning has had good perception. Decision maker in the execution of development has had good perception. Then, the executors of development and observers of development and environment have had good perception.
Based on the results of the examination of the hypothesis, it can be concluded that:
1. There is a correlation among education and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology, and attitude.
2. There is a correlation among income level and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
3. There is a correlation among kind of job and perception the effort of conservation, rational utilization of natural resources, utilization of eco-technology and attitude.
Based on the results of examination of the hypothesis, it can be concluded that hypothesis (1), (2), and (3) has been proven.
Bibliography : 55 (1972-1994)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandy Setiadi Djaya Putra
"Tujuan dari laporan praktik keinsiyuran pengaplikasian kegiatan K3LL, KEI dan profesionalisme di dalam pelaksanaan Praktik Keinsiyuran lampau pada proyek pembangunan gedung I-CELL FTUI, sehingga hasil identifikasi tersebut juga dapat digunakan sebagai pengalaman dan pembelajaran saat diaplikasikan di PK yang lain di masa mendatang dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para insiyur, termasuk pemilik atau pengelola bangunan, pengembang, pemerintah, dan masyarakat umum, tentang pentingnya mengadopsi konsep green building, memahami manfaat dan dampak positif dari pembangunan berkelanjutan serta dapat menginspirasi orang untuk mengambil tindakan yang lebih berkelanjutan dalam lingkungan. Pada proses Pembangunan Gedung I-CELL FTUI ini etika insinyur sangat penting dalam memastikan bahwa pembangunan gedung hijau tidak hanya memenuhi tujuan berkelanjutan tetapi juga memenuhi standar moral dan etika profesi. Pentingnya aspek K3LL dalam pembangunan gedung I-CELL FTUI adalah untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan penghuninya. Kompetensi bidang keilmuan yang dimiliki penulis digunakan atau diaplikasikan melalui proses Manajemen Pembangunan Gedung I-CELL FTUI, Penentuan parameter desain Gedung Hijau dan Desain Termal pada Gedung I-CELL FTUI agar dapat menghemat pemanfaatan energy dan mendapatkan kenyamanan termal. Kebutuhan akan ruang laboratorium Pendidikan yang terintegrasi dengan mengusung konsep berkelanjutan telah diwujudkan melalui selesainnya dan beroperasinya gedung i-CELL FTUI tepat waktu sehingga berhasil mewujudkan rencana strategis FTUI 2018-2020. Gedung I-CELL FTUI ini telah berhasil meraih sertifikat EDGE tingkat advanced certified dengan raihan 22% energy savings, 34% water savings, and 42% embodied energy savings in materials dan pengahargaan Subroto serta Asean Energy Award sebagai Gedung hemat energi, menunjukkan tujuan dari pembanguan gedung hijau sudah berhasil dicapai.

The purpose of the report on the implementation of safety, health, and environmental activities (K3LL, KEI, and professionalism) in the past Safety and Environmental Practices at the I-CELL FTUI building construction project is to use the identified results as an experience and learning when applied to other projects in the future. It is expected to raise awareness among engineers, building owners or managers, developers, government officials, and the general public about the importance of adopting green building concepts. Understanding the benefits and positive impacts of sustainable development is emphasized, with the hope of inspiring people to take more sustainable actions in their environment. In the process of constructing the I-CELL FTUI building, engineer ethics are crucial to ensure that the green building not only meets sustainable goals but also complies with moral standards and professional ethics. The significance of K3LL aspects in the construction of the I-CELL FTUI building is to create a structure that is not only environmentally sustainable but also prioritizes the well-being and safety of its occupants. The author's expertise in the field is applied through the Management of the I-CELL FTUI Building Construction process, determining parameters for Green Building design and Thermal Design in the I-CELL FTUI building to conserve energy utilization and achieve thermal comfort. The need for an Education laboratory space integrated with a sustainable concept has been realized through the timely completion and operation of the I-CELL FTUI building, successfully realizing the FTUI 2018-2020 strategic plan. The I-CELL FTUI building has achieved advanced EDGE certification with a 22% energy savings, 34% water savings, and 42% embodied energy savings in materials. It has also received the Subroto Award and the Asean Energy Award as an energy-efficient building, indicating the successful achievement of the goals of constructing a green building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Habib Subagio
"Lahan basah adalah bagian penting yang terintegrasi dengan ekosistem global yang memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan seperti mencegah atau mengurangi dampak banjir, menampung air permukaan dan serta menyediakan habitat unik baik flora maupun fauna. Lahan basah perkotaan memberikan jasa ekosistem langsung bagi masyarakat sekaligus mendorong kelangsungan funsi ekologi kota. Upaya pengendalian ruang wilayah kota memerlukan instrumen yang mampu mengintegrasikan variabel lingkungan kompleks yang terdiri dari aspek biofisik, aspek sosial-kultur, dan aspek ekonomi. Perkembangan pemodelan dinamika spasial saat ini masih terkonsentrasi pada penggunaan driving factor biofisik, sementara kompeksitas dinamika alih fungsi lahan perkotaan tentu dipengaruhi oleh faktor pendorong selain biofisik.
Riset ini bertujuan; 1) menganalisis peran dari setiap faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan basah perkotaan berdasarkan hasil pemanfaatan penggalian data (data mining), 2) mengkontruksikan pemanfaatan penggalian data spasial untuk pemodelan dinamika spasial, dan 3) membangun model dinamika spasial untuk memproyeksikan komposisi spasial penggunaan lahan sebagai masukan dalam evaluasi keberlanjutan lahan basah perkotaan.
Metode yang dipakai adalah pemodelan dinamika spasial dengan mengintegrasikan model markov, model cellular automata, dan model driving factor yang dihasilkan dari analisis spasial multitemporal dan pemanfaatan penggalian data spasial. Riset menggunakan 17 data driving factor yang dikategorikan dalam 3 varibel yaitu biofisik, sosio kultur dan ekonomi. Riset mengadopsi 8 driving factor biofisik yang digunakan dalam riset-riset sebelumnya, semnetara itu hasil kontruksi penggalian data spasial menambahkan 9 driving factor yang mewakili variabel sosio-kultur dan variabel ekonomi. Peran dari variabel sosio-kultur dan variabel ekonomi secara mayoritas lebih besar dalam mempengaruhi dinamika spasial alih fungsi lahan basah perkotaan.
Hasil riset menunjukkan bahwa keberlangsungan lahan basah perkotaan wilayah riset masih dapat terus terjaga pada seluruh skenario model dengan tren luas lahan basah yang terus menurun. Skenario optimal merupakan pilihan terbaik dengan komposisi spasial yang rasional dan menunjukkan indikator penilaian lingkungan yang memiliki resiko paling rendah untuk indikator nilai koefisien limpasan rerata sebesar 0,458 lebih rendah dibandingkan skenario BAU dengan nilai koefisien limpasan rerata sebesar 0,462. Skenario optimal ini memiliki konsekuensi terjadinya fragementasi lahan basah yang lebih tinggi pada lahan basah yang terdapat pada alokasi lahan untuk permukiman dan lahan jasa perdagangan. Number of Patch (NP) pada skenario optimal pada tahun 2016 sebesar 105 meningkat menjadi 198 pada tahun 2034, lebih tinggi dibandingkan dengan skenario BAU yang menunjukkan NP sebesar 33 pada tahun 2016 dan NP sebesar 78 pada tahun 2034.

Wetlands are an important part that is integrated with global ecosystems that have important functions in maintaining environmental balance such as preventing or reducing the effects of flooding, storing surface water and as well as providing unique habitats for both flora and fauna. Urban wetlands provide ecosystem services directly to the community while promoting the sustainability of the city's ecological functions. Efforts to control spatial planning require instruments capable of integrating complex environmental variables consisting of biophysical aspects, socio-cultural aspects, and economic aspects. The development of spatial dynamics modeling is currently still concentrated on the use of biophysical driving factors, while the complexity of urban land use change is certainly influenced by driving factors other than biophysical aspects.
This research aims; 1) analyzing the role of each factor that influences the conversion of urban wetlands based on the results of the utilization of data mining, 2) constructing the utilization of spatial data mining for spatial dynamics modeling, and 3) building spatial dynamics models to project the spatial composition of land use as input in evaluating the sustainability of urban wetlands.
The method used is spatial dynamics modeling by integrating the Markov model, cellular automata model, and driving factor models resulting from multitemporal spatial analysis and the use of spatial data mining. The research uses 17 driving factor data which are categorized into 3 variables namely biophysical, socio-cultural and economic. The research adopted 8 biophysical driving factors used in previous research, while the results of the construction of spatial data mining added 9 driving factors representing sociocultural and economic variables. The role of socio-cultural variables and economic variables is predominantly higher in influencing spatial dynamics over the function of urban wetlands.
The results of the research show that the sustainability of urban wetlands in the research area can still be maintained in all model scenarios with a trend of decreasing area of wetlands. The optimal scenario is the best choice with a rational spatial composition and shows the environmental assessment indicators that have the lowest risk for the average runoff coefficient value of 0.458 lower than the BAU scenario with an average runoff coefficient of 0.462. This optimal scenario has the consequence of higher fragmentation of wetlands in the wetland area contained in the allocation of land for settlements and commercial areas. The number of patches (NP) in the optimal scenario in 2016 was 105 increased to 198 in 2034, higher than the BAU scenario which showed a NP of 33 in 2016 and a NP of 78 in 2034.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2673
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisata Taruna
"Peran pelabuhan penyeberangan sangat vital dalam konteks negara kepulauan. Antrian panjang untuk naik ke atas kapal kerap terjadi yang menyebabkan kelelahan dan gangguan kesehatan pengguna pelabuhan. Tujuan riset ini adalah untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan pengungkit kinerja Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lindungan Lingkungan (K3LL), menganalisis keberlanjutan, mengevaluasi hubungan dan pengaruh perbandingan variabel, serta memformulasikan model K3LL di pelabuhan penyeberangan terutama pada puncak lebaran dan libur panjang. Variabel utama yang berpengaruh pada persepsi ecoseaport adalah arus penumpang, trip kapal, kasus kesehatan dan tersedianya unit posko layanan kesehatan. Dimensi K3LL dan jumlah arus penumpang akan terus mengalami peningkatan berdasarkan model yang dibangun, sehingga intervensi dan program-program pengendalian khususnya terhadap bertambahnya jumlah kasus kesehatan dan layanan perjalanan kapal harus ditingkatkan oleh para pemangku kepentingan dan regulator. Metode system dynamics, chi-square, Multi Dimentional Scaling dan Indikator Sustainability digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan memformulasi konsep pelabuhan penyeberangan laut ramah lingkungan. Pengelolaan pelabuhan penyeberangan dengan mengedepankan konsep K3LL, maka kriteria dan predikat ecoseaport dapat dipenuhi, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak keberlanjutan (sustainability) secara ekonomi, sosial, maupun ekologi.

The ports terminal role is vital aspect in the context of the archipelago countries. Heavily queues prior proceed on board had often occurred that resulting fatigue and affected to passenger health conditions issue. This research aims to identify a driven and leverage factor of Health, Safety, Security and Environment (HSSE) performance, analyze sustainability index, evaluated a correlation factors that can influence of comparative variable, and formulating HSSE model at ports terminal, especially at the peak period and long holidays. The main variables that may influence on ecoseaport perceptions means passengers inflow, vessel trips, health cases and the availability of post units for health services. The HSSE dimension and the number of passenger inflows will continue increase based on the model being constructed, therefore an intervention and programs control measures, especially on health cases to be escalating and vessel trip services must be further improved by stakeholders and regulators parties. System dynamics, chi-square, Multi Dimensional Scaling and Sustainability Indicators methods are used to identify, analyze, evaluate and formulate the concept of port terminal environmentally friendly. The ports terminal management by prioritizing the HSSE concept, therefore a predicate criterion for ecoseaport concept will eventually adhered towards them which ultimately can provide economic, social, and ecological sustainability impacts."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2627
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>