Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
616.89 DAD s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sari
"Masa lanjut usia, hampir selalu identik dengan berbagai macam perubahan yang mengarah pada kemunduran. Perubahan-perubahan yang dialami lansia pada aspek fisik, kognitif, sosial dan emosional sering berpengaruh terhadap kehidupan pribadi mereka. Keadaan kesehatan yang buruk, ingatan yang makin berkurang, kehilangan peran dalam pekerjaan; kehilangan pasangan hidup atau teman sejawat, merupakan contoh-contoh perubahan yang membuat mereka sering merasa tidak berharga, tidak berguna dan kurang menghargai diri sendiri. Lebih jauh lagi hal ini mempengaruhi keterlibatan dan pola interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu masalah kesenjangan pengalaman antar generasi muda dan tua sekarang ini, tampaknya membuat kedudukan lansia yang pada masyarakat tradisional dulu merupakan sumber berkat dan restu, menjadi memudar. Menurut penelitian Berg dkk,1981 (dalam Schultz & Moore, 1982) keadaan ini sering menyebabkan lansia mengalami kehilangan 'kepercayaan diri serta lebih jauh lagi mengalami keterasingan dari teman-teman dan keluarga. Keadaan-keadaan tersebut diatas, menurut Schultz & Moore (1984) menimbulkan keterasingan sosial (social isolation) diantara para lansia sehingga mereka mengalami kesepian.
Dari poll pendapat yang dilakukan Haris dkk (dalam Schlutz & Moore, 1984) diperoleh hasil bahwa kesepian merupakan "masalah yang serius" menurut para lansia 65 tahun keatas. Demikian pula penelitian Schultz & Moore (1984) menunjukkan bahwa hampir seluruh subyek penelitian berusia 55-75 tahun mengalami kesepian (taraf sedang) dan hanya 10% yang mengatakan tidak pernah mengalami kesepian. Dengan berasumsi bahwa penelitian-penelitian tersebut dilakukan di Barat dengan kondisi budaya yang berbeda dengan di Indonesia, timbul keinginan penulis untuk meneliti keadaan tersebut di Indonesia, khususnya Jakarta. Adanya pergeseran pola keluarga (dari keluarga luas ke keluarga batih) yang banyak melanda kota-kota besar termasuk Jakarta, menimbulkan berbagai pilihan tempat tinggal bagi para lansia yang tinggal di kota-kota besar. Walaupun sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama keluarga mereka dirumah, namun penyediaan sarana panti werdha yang memenuhi berbagai fasilitas memungkinkan lansia memilih tempat tinggal bagi mereka sendiri.
Dalam usaha mengetahui gambaran kesepian pada lansia di Jakarta, penulis akan membandingkan variabel tersebut pada kondisi lingkungan tempat tinggal lansia, yaitu lansia yang tinggal di rumah (dengan keluarga) dan lansia yang tinggal di panti werdha. Adapun subyek penelitian yang diambil berusia 60-80 tahun dan masih sehat, dalam arti belum mengalami senilitas, mengingat pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok tidak terdapat ?lansia yang mengalami kesepian tingkat tinggi (chronic loneliness). Sedangkan gambaran kesepian pada lansia yang tinggal di panti werdha menunjukkan sebagian besar mengalami kesepian tingkat sedang (situational loneliness) dan hanya sebagian kecil tergolong tingkat rendah (transient loneliness). Sementara lansia yang tinggal di rumah lebih banyak yang tergolong tingkat rendah (transient loneliness) dibandingkan tingkat sedang (situational loneliness).
Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi masyarakat Indonesia, hubungan dan interaksi yang terjalin dalam keluarga masih belum dapat digantikan dengan hubungan sesama teman sebaya sehingga mereka yang tinggal di panti lebih merasa kesepian walaupun mereka berkumpul dengan teman seusia yang cenderung memiliki minat dan ide yang sama. Demikian juga tidak adanya lansia yang tergolong chronic loneliness menunjukkan bahwa rasa penghargaan dan penghormatan terhadap lansia yang dianggap "sesepuh" tampaknya masih berpengaruh sehinqqa dimanapun mereka berada kebutuhan akan hal-hal tersebut cukup terpenuhi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudijanto Kamso
"Penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia dan prevalensi yang tinggi didapatkan pada kelompok lanjut usia. Studi mengenai hubungan antara dislipidemia dan penyakit kardiovaskular pada kelompok lanjut usia masih jarang dilakukan di Indonesia. Informasi mengenai hubungan dislipidemia dengan penyakit kardisvaskuler sangat diperlukan agar para pengelola program dapat menyusun program penanggulangan penyakit kardiovaskuler yang lebih tepat. Tujuan utama dari studi ini adalah mengetahui prevaliensi dislipidemia pad akelompok lanut usia di kota Padang, daerah terhadap 205 responden lanjut usia di kota Padang. Pengambilan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur pengukuran antropometri, pengukuran kadar lemah darah dan pengukuran tekanan darah. Analisa data menggunakan SPSS program versi 7.5. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi dislipidemia yang tinggi, yaitu lebih dari 50% (total kolesterol > 240 mg/dl dan LDL koleksterol > 160 mg/dl). Rasio total kolesterol terhadap HDL koleksterol yang tinggi (> 5), didapatkan pada 47.6% populasi penelitian. Penyuluhan kesehatan terhadap kelompok lanjut usia agar menekankan pada pemilihan makan sehar dan pentingnya menjaga aktivitas fisik yang memadai yang mempunyai efek proteksi terhadap dislipidemia. Pemerikaan kadar lemak darah secara teratur perlu dilakukan sebagai deteksi dini faktor penyakit kardiovaskuler.

Cardiovascular disease has become the first cause of death. Highest morbidity is found in the elderly. Many studies on the relationship between dyslipidemia and cardiovascular disease has been done, however studies on prevalences of dyslipidemia among the elderly in Indonesia are lacking. Therefore, there is an urgent neeg to obtain information on dyslipidemia in the Indonesia elderly, which will allow the policy makers top provide appropriate intervention programs againts cardiovascular diseases. The primary purpose of this study was to the observe prevalence of dyslipidemia among the aged in Padang, an area with high prevalence of cardiovascular diseases. A cross sectional study was undertaken in Padang with a total sample of 205 elderly using multisatage random sampling. Subjects were recruited from free living elderly population. Data were collected through interviews using structured questionaires, anthropometric measurements, biochemical blood analysis, and blood pressure measurements. Data were analyzed by using SPSS programs for Windows version 7.5.Prevalence of dyslipidemia (hypercholesterolemia and LDL-cholesterolemia) found in the study was quite high, more than 50 of the study population. The ration of total cholesterol to HDL cholesterol (> 5) was also quite high in the study population ( 47.6%). Nutrition education to elderly group should emphasize healthy nutrients with protecting effect against dyslipidemia. Suggestion for proper physical activity as a protecting factor against hypertension is very important for the elderly. Regular checkinh of plasma lipid should be conducted for early detection of cardiovascular desease risk factors. Future studies should be directed on public health and nutrition intervention to the elderly community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maylan Wulandari
"Tingginya presentase keluhan kesehatan pada lansia di Indonesia pada tahun 2014 yaitu52,67 . Hal tersebut menunjukkan bahwa keluhan kesehatan di Indonesia masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat. Adanya penurunan fungsi berbagai sistemorgan pada lansia dan akibat dari faktor lain memperburuk keluhan kesehatan pada lansia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankeluhan kesehatan pada lansia di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lanjut data sekunder Susenas Kor 2015. Desain studi yang digunakan adalahcross sectional dengan jumlah sampel 94.326 lansia. Sampel diambil secara totalsampling.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui lansia yang mengalami keluhankesehatan sebesar 46.202 lansia 49. Faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan kesehatan pada lansia yaitu usia ge; 80 tahun POR=1,17, usia 70-79 tahun POR=1, 18; jenis kelamin perempuan POR=0,82, status perkawinan hidup tanpa pasangan POR=1,08; pendidikan tidak pernah bersekolah/tidak tamat SD POR=1,68, pendidikan rendah POR=1,41, pendidikan sedang POR=1,12; sudah tidak bekerja POR=1,38; daerah tempat tinggal perdesaan POR=1,04 ; merokok POR=0,89 danmemiliki jaminan kesehatan POR=1,24. Status ekonomi tidak berhubungan denganterjadinya keluhan kesehatan pada lansia. Nilai EF tertinggi pada faktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 38,56 dan berpendidikan rendah 26,78 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,78. Sedangkan nilai PF tertinggi padafaktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 59,65 dan berpendidikanrendah 35,02 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,38.

The high percentage of health complaints in Indonesian elderly in 2014 is 52.67 .This shown that health complaints in Indonesia still be a public health problem.Decreased of multiple organ systems in the elderly and the consequences of other factorsmaked health complaints increased in the Indonesian elderly. The purpose of this studywas to determine the factors associated with health complaints in the Indonesian elderlyviiiUniversitas Indonesiain 2015. This study was analyze the secondary data of Susenas Kor 2015. This study useda cross sectional design with 94,326 sample. Samples were taken in total sampling.
The result showed that 46,202 elderly 49 the elderly had health complaints. Factorsassociated with the incidence of health complaints in the elderly are age ge 80 years POR 1.17, age 70 79 years POR 1.18 sex female POR 0.82, life without spouse POR 1.08 education never attended school did not complete primary school POR 1.68, low education POR 1.41, medium education POR 1.12 is not working POR 1.38 rural area POR 1.04 smoking POR 0.89 and have health insurance POR 1.24. Economic status is not related to the occurrence of health complaints inthe elderly. The highest EF were education factor never attended school or did notcomplete elementary school 38.56 and low educated 26.78 and work factor notworking 14.78. While the highest PF were education factor never attended schoolor did not complete primary school 59.65 and low education 35.02 and work factors already not working 14.38.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florence N. Kandau
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Napitupulu, Halasan
"Salah satu upaya apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimal agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik, gangguan gizi yang umumnya muncul pada lansia selain gizi kurang juga gizi lebih yang apabila dilihat dari sudut kesehatan, sama-sama merugikan dan dapat menyebabkan kematian dengan penyebab yang berbeda. Gangguan gizi pada lansia diduga berkaitan dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di kota Bengkulu.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 207 orang lansia yang berumur > 60 tahun dan dipilih dengan menggunakan systematic random sampling.Pengumpulan data variabel bebas seperti jenis kelamin, status perkawinan, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, status ekonomi dan aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara terstruktur sedangkan untuk konsumsi makanan (total energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan menggunakan dua pendekatan yaitu food recall dan food frequencies.
Hasil penelitian melaporkan proporsi lansia yang mengalami gizi lebih sebesar 18,4% dan gizi kurang sebesar 19,3%. Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05) rata-rata IMT menurut jenis kelamin, status perkawinan dan status tempat tinggal serta tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan IMT lansia. Akan tetapi, ada perbedaan yang bermakna (p<-0,05) rata-rata IMT antara lansia yang melakukan olah raga dengan yang tidak melakukan olah raga dan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) rata-rata IMT menurut frekuensi, lama dan jenis olah raga. Selanjutnya ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan IMT lansia. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara total energi dengan IMT serta ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan IMT setelah di adjusted dengan total energi. Hasil analisis multivariat regresi linier juga menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan dengan IMT lansia adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat dengan koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,10 yang artinya variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat hanya dapat menjelaskan IMT lansia sebesar 10%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia di kota Bengkulu mengalami masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih sudah mulai timbul akan tetapi masalah gizi kurang masih terjadi. Untuk itu, perlu digalakkan promosi gizi melalui pendekatan keluarga dirnana lansia tinggal serta bila memungkinkan memberikan makanan tambahan kepada lansia yang kurang gizi terutama lansia dengan kondisi ekonomi yang kurang.

Factors Related to Nutritional Status among Elderlies Bengkulu City,2001When reaches elderly age, one should maintain an optimal nutritional status to ensure a good quality of life. Nutritional problems that occur during old ages may take two forms, that is, under nutrition or over nutrition, both are health devastating and might cause death due to different reasons. Nutritional problems among elderly relate to changes in both environment and health conditions in general. Thus, this study aims to describe the nutritional status and its related factors among elderly in Bengkulu city.
The study design is cross-sectional with 207 subjects aged > 60 years of old and were selected using systematic random sampling. Structured interview was used to collect data such as gender, marital status, residential status, educational level, nutrition knowledge, economic status, and physical activity level. While for food consumption (to predict macronutrients consumption such as total energy, carbohydrate, protein, and fat), two methods, that is, food recall and food frequency questionnaires were employed.
The study showed that the proportion of elderlies with over nutrition was 18,4% and elderlies with under nutrition was 19,3%. T-test showed no significant difference (p>O,05) in BMI for gender, marital status, and residential status. Moreover, there was no significant difference (p>O,45) in BM[ for nutrition knowledge. Significant difference (p< 0,05) was found in BMI for elderlies who perform sport activities and those who do not. However, no significant differences were found for frequency, duration, and type of sport activities. Significant differences in BMI (p<0,05) were found for different level of education, economic status, total energy intake, carbohydrate, protein, and fat intakes (after being adjusted for total energy intake). The multivariate tinier regression analysis showed that the dominant factors determining the BMI of elderlies in this study were gender, educational level, and carbohydrate intake (adjusted) with coefficient of determination (R2) of 0,10, meaning that these variables could only explain 10% of the BMI among elderlies in this study.
The results of the study lead to conclusion that elderlies in Bengkulu city faced a double burden of nutritional problems, that is over nutrition and under nutrition at the same time. Therefore, an adequate nutrition promotion is to be embarked through family approach where most of elderlies stay. If possible, for elderlies with low economic status, a supplementary food should be provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Prihastuti
"Kajian demografi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu uniregional dan multiregional. Demografi uniregional hanya menganalisis penduduk di satu wilayah tertentu. Sedangkan demografi multiregional lebih bersifat simultan, artinya antar daerah yang satu dengan lainnya-yang dihubungkan oleh arus migrasi-dianggap sebagai satu sistem yang saling berinteraksi.
Untuk keperluan perencanaan dan analisis yang berkaitan dengan demografi atau kependudukan salah satunya dapat dipenuhi melalui proyeksi penduduk yang dalam perhitungannya dapat dilakukan dengan dua pendekatan tersebut. Output yang diperoleh merupakan input dasar bagi perencanaan sosial dan ekonomi, maka konsentrasi proyeksi bisa berbeda sesuai kebutuhan seperti proyeksi pendidikan, angkatan kerja, pasar kerja, penduduk lansia, dan kesehatan.
Dalam proyeksi penduduk lansia, komponen demografi yang diperhitungkan hanya komponen mortalitas dan migrasi. Dalam penelitian Mi kelangsungan hidup penduduk yaitu jumlah penduduk yang berhasil hidup dari satu periode ke periode berikutnya dihitung dengan menggunakan fungsi pertumbuhan Continuous Growth Function. Data yang digunakan adalah jumlah pen.duduk absolut dari Sensus Penduduk 1990 dan Supas 1995. Dengan mengasumsikan tidak ada migrasi maka untuk kohor umur yang sama pada periode berikutnya akan menghasilkan jumlah penduduk yang berkurang karena kematian, sehingga jumlah penduduk tahun 1995 lebih sedikit dibandingkan tahun 1990. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan fungsi pertumbuhan Continuous Growth Function untuk perkiraan kelangsungan hidup penduduk, lebih terasa manfaatnya terutama untuk kelompok umur tua atau penduduk lanjut usia dengan asumsi tidak ada migrasi selama periode pengamatan.
Kecenderungan migrasi ditentukan dengan menggunakan skedul model migrasi yang diperkenalkan oleh Rogers. Skedul model migrasi menurut umur tertentu (age-specific migration schedule) tersebut dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu (1) kurva "usia pra-angkatan kerja" (a single negative exponential curve); (2) kurva "usia angkatan kerja" (a left-skewed unimodal curve); (3) kurva "usia pasta angkatan kerja" (an almost hell-shaped curve).
Perpaduan antara model pertumbtihan Continuous Growth Function dan Skedul Model Migrasi membentuk suatu model pertumbuhan penduduk bagi penduduk lanjut usia (lansia). Aplikasi model pertumbuhan penduduk lansia melalui pendekatan multiregional yang diterapkan untuk dua wilayah pengamatan merupakan penjumlahan dari penduduk selama periode tahun t sampai t+5, yang tetap hidup dan tidak pindah di suatu wilayah asal 1, ditambah dengan penduduk yang tetap hidup dan bermigrasi keluar dari wilayah 2 dan masuk ke wilayah 1 selama periode tahun t sampai t-5.
Perhitungan kelangsungan hidup penduduk dari umur tepat x sampai umur x+5 dalam perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan dengan menggunakan Life Table Coale-Deineny dan tanpa menggunakan Life Table Coale-Derneny menunjukkan bahwa perhitungan kelangsungan hidup yang dihitung dengan menggunakan model Life Table Coale-Demeny menghasilkan perkiraan penduduk lansia di masa depan, yang jumlahnya lebih tinggi dibandingkan hasil proyeksi penduduk lansia yang dihitung tanpa menggunakan model Life Table Coale-Dement'. Hal ini disebabkan proporsi kematian yang diambil dari ASDR (mx) dalam Life Table Coale-Demeny mengasumsikan bahwa umur maksimum penduduk adalah 100 tahun. Sehingga kelangsungan hidup penduduk diperkirakan menjadi lebih panjang dari kenyataannya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Mendes Kiik
"Kualitas hidup lansia dipengaruhi berbagai faktor seperti kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh latihan keseimbangan terhadap kualitas hidup lansia di Kota Depok. Penelitian quasi experiment ini dilakukan pada dua kelompok; 30 lansia sebagai kelompok kontrol dan 30 lansia sebagai kelompok perlakuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan keseimbangan berpengaruh signifikan, meningkatkan kualitas hidup lansia (p<0,001). Hal ini disebabkan karena latihan keseimbangan dapat meningkatkan kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Latihan keseimbangan lansia dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pada lansia di komunitas. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada kelompok usia yang berbeda untuk mengetahui keefektifan latihan keseimbangan lansia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
610 UI-JKI 21:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Kemala Sari
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T58809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>