Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ofa Suzanti Betha
"Kitin merupakan salah satu polimer alam yang banyak tersedia dialam sesudah selulosa. Kitin dan turunannya telah banyak digunakan diberbagai bidang diantaranya pertanian, tekstil, khususnya farmasi dan kesehatan. Limbah kulit udang yang merupakan sumber bahan baku pengolahan kitin menghasilkan kualitas kitin yang lebih baik apabila diolah dengan cara biologi dibandingkan cara kimia. Pengolahan kitin secara biologi menggunakan asam laktat untuk demineralisasi dan enzim protease hasil fermentasi bakteri untuk proses deproteinasi.
Telah dilakukan penelitian terhadap kemampuan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 dan Bacillus licheniformis F11.4 dalam proses demineralisasi dan deproteinasi limbah kulit udang dalam ekstraksi kitin dengan tujuan untuk efisiensi proses fermentasi. Proses amobilisasi kedua jenis bakteri ini dilakukan dengan menggunakan metoda penjerapan sel di dalam matrik natrium alginat 2% yang selanjutnya direaksikan dengan CaCl2 0,2M. Proses demineralisasi limbah kulit udang menggunakan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 30% dan medium yang terdiri dari 6% glukosa, 1,5% yeast, 0,003% MnSO4, 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O mampu menghasilkan asam laktat sampai 2,24% dan mampu menurunkan kadar abu dalam kulit udang sampai dengan 1,18%.
Sel amobil Bacillus licheniformis F11.4 pada fermentasi menggunakan medium yang terdiri dari 0,5% yeast, 0,5% NaCl 0,05% MgSO4.7H2O 0,1% CaCl2.2H2O mampu menghasilkan enzim protease dengan aktivitas tertinggi sebesar 25,18 U/ml. Proses deproteinasi limbah kulit udang menggunakan sel amobil Bacillus licheniformis F11.4 30% mampu menurunkan kadar protein dalam kulit udang sampai 2,73% dengan aktivitas protease tertinggi 50,61 U/ml. Hasil penelitian ini menunjukkan, sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 dan Bacillus licheniformis F11.4 mampu menurunkan kadar abu dan kadar protein kulit udang dalam tahapan pengolahan kitin secara biologi.

Chitin, a homopolimer, is the most abundant renewable natural resources after cellulose. Chitin and its derivatives hold many applications in agriculture, textile, pharmacy and medic. Chitin that extracted from waste shrimp shells by biological fermentation has better quality than chemical procees. Demineralization of chitin by biological procees use lactic acid as product of fermentation. Deproteinization of chitin use proteolytic activity of enzyme that produce by bacteria in fermentation.
Lactobacillus acidophilus FNCC116 and Bacillus licheniformis F11.4 has been immobilized by entrapment methods and 2% sodium alginate in 0,2 M CaCl2 as the matric. The ability of immobilized Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell in fermentation was tested. The fermentation that was carried out in medium which consist of 6% glukosa, 1,5% yeast extract, 0,003% MnSO4 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O and has been producted 2,24% lactic acid. Demineralization of waste shrimp shell with 30% immobilized Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell has successfully decreased ash content tol 1,18% and produced lactic acid maximum 2.24%.
Immobilized Bacillus licheniformis F11.4 cell in fermentation produced protease enzyme with maximum activity 25.18 U/ml. Deproteinization of waste shrimp shell with 30% immobilized Bacillus licheniformis F11.4 cell can decreased protein content to 2,73% and reached highest protease activity 50,61 U/ml. Immobilization of Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell and Bacillus licheniformis F11.4 cell promised an efficient method in bioproceesing of chitin recovery.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T26781
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kurnia
"Enzim lipase merupakan salah satu biokatalis yang mulai banyak diaplikasikan secara komersial untuk proses industri seperti industri bioenergi, pangan, dan farmasi. Kecenderungan pemakaian biokatalis dalam industri dikarenakan enzim dapat bekerja pada kondisi yang ramah (mild), spesifisitas tinggi, dan dapat menekan konsumsi energi proses (tekanan dan temperatur tinggi). Namun, penggunaan lipase untuk skala komersial masih terbatas karena alasan ekonomis karena lipase memiliki harga yang mahal dan sulit dipisahkan.
Imobilisasi enzim lipase adalah salah satu solusi untuk mempertahankan kinerja enzim dan mereduksi tahap pemisahan enzim. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian imobilisasi enzim dengan metode adsorpsi-cross linking karena metode ini menghasilkan enzim loading dan stabilitas yang tinggi. Support imobilisasi yang digunakan adalah resin yang divariasikan jenis dan gugus fungsinya. Enzim loading tertinggi (76,69%) dicapai oleh resin anion macroporous yang memiliki gugus (OH-). Namun, aktivitas lipase terimobilisasi yang tertinggi (24,69 U/g support) adalah lipase yang terimobilisasi pada anion macroporous-kitosan yang memiliki gugus amino (NH2) dan anion (OH-).
Selain itu, lipase terimobilisasi pada anion macroporous-kitosan berhasil menghasilkan yield biodiesel 50,6% melalui reaksi interesterifikasi dan setelah 4 siklus bertahan menghasilkan yield 32,4%. Sementara itu, untuk lipase Aspergillus niger yang di imobilisasi pada anion macroporous-kitosan menghasilkan unit aktivitas 22,84 U/g resin dan yield biodiesel lebih tinggi yaitu 69,1% dan setelah 4 siklus bertahan menghasilkan yield 48,8%. Hal ini menunjukkan bahwa gugus fungsi pada support yang optimum untuk imobilisasi dengan metode adsorpsi-cross linking adalah support yang memiliki gugus amino (NH2) dan anion (OH-) karena gugus tersebut dapat bereaksi dengan glutaraldehyde dan mengikat enzim lipase.

Lipase is one of biocatalyst which start to apply commercially for process in industries, such as bioenergy, food, and pharmaceutical industry. Nowadays, biocatalyst are preferred in industries because they work in mild condition, high specificity, and reduce energy consumption (high pressure and temperature). But, the usage of lipase for industry scale is limited by economic reason due to expensive price of lipase and difficulty of separation system.
Immobilization of lipase is one of the solution to maintain activity of lipase and reduce separation system in process. Therefore, we conduct study about lipase immobilization with adsorption-cross linking method using glutaraldehyde because this method produce high enzyme loading and stabilllity. Lipase are immobilized on different kind of resin with various functional group. Highest enzyme loading (76.69%) was achieved by lipase immobilized on anion macroporous which have anion functional group (OH-). However, highest activity (24,69 U/g support) through olive oil emulsion method was achived by lipase immobilized on anion macroporous-chitosan which have amino (NH2) and anion (OH-) functional group.
In addition, it also success to produce biodiesel until reach yield 50,6% through interesterification reaction and after 4 cycles stable reach yield 32,4%. While, for Aspergillus niger lipase immobilized on anion macroporous-kitosan have unit activity 22,84 U/g resin and yield biodiesel higher than commercial lipase (69,1%) and after 4 cycles stable reach yield 48,8%. This is show that optimum functional group on support for immobilization with adsorption-cross linking is support that contains amino (NH2) and anion (OH-) functional group because they can react with glutaraldehyde and binding with enzyme.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Heris Anita
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan bagas sebagai carrier imobilisasi Saccharomyces cerevisiae pada fermentasi bioetanol. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi penggunaan bagas sebagai carrier alternatif untuk imobilisasi dan mempelajari pengaruh perlakuan pendahuluan pada bagas terhadap peningkatan pelekatan sel serta produksi bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagas dapat digunakan sebagai carrier alternatif untuk imobilisasi sel. Rendemen etanol menggunakan imobilisasi sel 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sel bebas. Perlakuan pendahuluan pengukusan dapat meningkatkan retensi sel pada carrier. Rendemen etanol menggunakan imobilisasi sel pada bagas hasil perlakuan pendahuluan meningkat 1,5—2,24 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

ABSTRACT
Research on utilization of sugarcane bagasse as a carrier for Saccharomyces cerevisiae immobilization in bioethanol fermentation has been conducted The purpose of the research were to study the capability of sugarcane bagasse as an alternative carrier for cell immobilization and to investigate the effect of pretreatment on sugarcane bagasse to cells adsorption also bioethanol production The results revealed that sugarcane bagasse can be used as an alternative carrier for cell immobilization The yield of ethanol using immobilized cells was three times higher than free cells system Steaming pretreatment can improve cell retention in the carrier The yield of ethanol using immobilized cells on pretreated sugarcane bagasse increased from 1 5 to 2 24 times higher than the control. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bali Susilo
"Ester asam lemak glukosa merupakan ester hasil sintesis asam lemak hasil hidrolisis minyak kelapa dengan glukosa. Ester ini dapat disintesis melalui reaksi enzimatis dengan katalis lipase Candida rugosa. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada esterifikasi menggunakan lipase Candida rugosa bebas berhasil mensintesis ester asam lemak karbohidrat menggunakan pelarut n-heksana. Pada penelitian ini reaksi enzimatis dilakukan menggunakan katalis terimmobilisasi pada zeolit. Optimasi immobilisasi dilakukan dengan variasi suhu immobilisasi dan rasio enzim : zeolit. Kondisi optimum yang didapatkan adalah pada suhu immobilisasi 37°C dan rasio enzim : zeolit 1:3 dengan % enzim yang terimmobilisasi sebesar 74,81 % dan aktivitasnya 0,283 U/mg, dengan efisiensi 35,27% dari aktivitas enzim bebas. Optimasi kondisi esterifikasi dilakukan dengan variasi suhu, rasio substrat , waktu inkubasi, dan berat molecular sieve dan didapatkan % konversi produk tertinggi 8,745% pada kondisi suhu 40°C, rasio asam lemak:glukosa 1:60 , waktu inkubasi 16 jam, serta berat molecular sieve 1,1 g.

Fatty acid ester glucose is an ester synthesized from fatty acid result of hidrolized coconut oil with glucose. It can be synthesized via enzymatic reaction with lipase Candida rugosa as catalyst. Previous research has demonstrated esterification reaction using free Candida rugosa enzymes succeed to synthesize carbohydrates fatty acid ester. In the present study the enzymatic reactions was performed using immobilized enzymes in zeolite support. Optimization of immobilize enzyme was done by temperature variations and the ratio of enzyme : zeolite. The optimum conditions were obtained at a temperature of 37°C and the ratio of enzyme : zeolite 1:3 in weight percentages that makes the enzyme loading of 74,81% and specific activity 0,283 U / mg, which is the efficiency of 35,27% compared to free enzyme. Optimization of esterification conditions was performed with variations in temperature, substrate ratio, incubation time, and the weight of molecular sieve and obtained top conversion 8,745% at 40°C temperature conditions, the ratio of fatty acid: glucose 1:60, incubation time of 16 hours and the weight of a molecular sieve 1,1 g"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Rosid Waltam
"ABSTRAK
Proses ekstraksi kitin di industri dilakukan secara kimiawi, proses ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas kitin, peralatan dan lingkungan. Akhir-akhir ini penelitian ekstraksi kitin secara biologis banyak dikembangkan. Ekstraksi kitin secara biologis telah banyak diteliti, baik melalui sistem fermentasi batch atau subsequent-batch. Proses demineralisasi dan deproteinasi secara kontinyu merupakan inovasi baru dalam teknologi produksi kitin secara biologis, serta dapat mengatasi kekurangan pada sistem fermentasi batch maupun proses kimiawi.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan kondisi optimum proses demineralisasi dan deproteinasi kulit udang vannamei (P. vannamei) secara kontinyu, menggunakan mikroba Lactobacillus acidophilus FNCC 116 dan Bacillus licheniformis F11.1. Prosedur penelitian dibagi dalam beberaba tahapan. Tahap pertama, pada 12 jam pertama dilakukan demineralisasi secara batch, dilanjutkan demineralisasi secara kontinyu selama 36 jam. Tahap kedua, pada 24 jam pertama dilakukan deproteinasi batch, dilanjutkan deproteinasi kontinyu selama 72 jam.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi terbaik untuk proses demineralisasi secara kontinyu, adalah umpan glukosa 6,5% dan waktu tinggal 16 jam. Untuk proses deproteinasi secara kontinyu adalah waktu tinggal 12 jam. Dengan proses ini dapat menghilangkan abu 92.95% dan protein 91.40%. Kandungan kitin, abu, dan protein pada produk kitin adalah 96.69%, 1.44% dan 1,76%.

ABSTRACT
Chitin extraction in industry, has been conducted by chemical process. The process has been known as a harsh treatment that badly affected to chitin quality, equipment and the environment. Since the last decade biologically chitin extraction has more attracted attention. The biologically chitin extraction was conducted by batch fermentation or subsequent-batch fermentation. Continous demineralization and deproteinization is a new inovation on biologically chitin production technology. This system promises as an alternative technology for overcoming problems of batch fermentation process and chemical process.
The objectives of the experiment was to obtain the optimal condition for continous deminineralization and deproteinization of vannamei (P. vannamei) shrimp shells. Lactobacillus acidophilus FNCC 116 and Bacillus licheniformis F11.1 was used for demineralization and deproteination process respectively. The experiment was divided into several steps. The first step was batch demineralization that was conducted for 12 hours, then was followed by continuous demineralization for 36 hours. The second step was batch deproteinization for 24 hours, and was followed by continuous deproteinization for 72 hours.
The results showed that the best condition for continuous demineralization was 6,5% glucose feed, with 16 hours retention time. For continuous deproteinization, the best condition was with 12 hours retention time. The process could remove 92.95% ash and 91.40% protein. The chitin, ash, and protein content of chitin product was 96.69%, 1.44% and 1,76% respectively."
2009
T26657
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ofa Suzanti Betha
"Kitin merupakan salah satu polimer alam yang banyak tersedia dialam sesudah selulosa. Kitin dan turunannya telah banyak digunakan diberbagai bidang diantaranya pertanian, tekstil, khususnya farmasi dan kesehatan. Limbah kulit udang yang merupakan sumber bahan baku pengolahan kitin menghasilkan kualitas kitin yang lebih baik apabila diolah dengan cara biologi dibandingkan cara kimia. Pengolahan kitin secara biologi menggunakan asam laktat untuk demineralisasi dan enzim protease hasil fermentasi bakteri untuk proses deproteinasi. Telah dilakukan penelitian terhadap kemampuan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 dalam proses demineralisasi limbah kulit udang dalam ekstraksi kitin dengan tujuan untuk efisiensi proses fermentasi. Proses amobilisasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan metoda penjerapan sel di dalam matrik natrium alginat 2% yang selanjutnya direaksikan dengan CaCl2 0,2M. Proses demineralisasi limbah kulit udang menggunakan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 30% dan medium yang terdiri dari 6% glukosa, 1,5% yeast, 0,003% MnSO4, 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O mampu menghasilkan asam laktat sampai 2,24% dan mampu menurunkan kadar abu dalam kulit udang sampai dengan 1,18%. Hasil penelitian ini menunjukkan, sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 mampu menurunkan kadar abu dan kadar protein kulit udang dalam tahapan pengolahan kitin secara biologi.

Chitin, a homopolimer, is the most abundant renewable natural resources after cellulose. Chitin and its derivatives hold many applications in agriculture, textile, pharmacy and medic. Chitin that extracted from waste shrimp shells by biological fermentation has better quality than chemical procees. Demineralization of chitin by biological procees use lactic acid as product of fermentation. Deproteinization of chitin use proteolytic activity of enzyme that produce by bacteria in fermentation. Lactobacillus acidophilus FNCC116 has been immobilized by entrapment methods and 2% sodium alginate in 0,2 M CaCl2 as the matric . The ability of immobilized Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell in fermentation was tested. The fermentation that was carried out in medium which consist of 6% glukosa, 1,5 % yeast extract, 0,003% MnSO4 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O and has been producted 2,24% lactic acid. Demineralization of waste shrimp shell with 30% immobilized Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell has successfully decreased ash content tol 1,18% and produced lactic acid maximum 2.24%. Immobilization of Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell promised an efficient method in bioproceesing of chitin recovery."
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Swastya Dwi Putra
"Latar Belakang: Saat ini, sistem imun telah diketahui memiliki peran terhadap terjadinya hipertensi. Ketidakseimbangan rasio antara sel T regulator dan Sel T helper 17 ditemukan sebagai penyebab terjadinya hipertensi di uji coba hewan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara sel T regulator dengan tekanan darah pada hipertensi di manusia.
Metode: Studi ini merupakan penelitian case-control yang dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Agustus hingga Januari 2023. Subjek dengan hipertensi esensial dan normotensi yang melakukan kunjungan di poliklinik rawat jalan diambil sebagai subjek secara konsekutif. Pemeriksaan flow cytometry dilakukan untuk melakukan penghitungan kadar sel T regulator di dalam darah.
Hasil: Subjek penelitian terdiri dari 40 dari setiap kelompok. Jumlah sel T regulator ditemukan lebih sedikit pada subjek dengan hipertensi dibandingkan dengan normotensi (p<0,0001). Korelasi kuat dengan pola negative ditemukan antara sel T regulator dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (r=-0.733, r=-0,613). Jumlah sel T helper 17 ditemukan lebih banyak pada subjek dengan hipertensi dibandingkan dengan normotensi (p<0,0001). Rasio antara sel T helper 17/ sel T regulator ditemukan lebih tinggi pada subjek dengan hipertensi (p<0,0001).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar sel T regulator dengan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi esensial. Sel T regulator yang lebih rendah ditemukan pada subjek dengan hipertensi esensial.

Background:Immune system has currently been postulated to have a role in hypertension. Regulatory T-cells are the cells that have an association with hypertension in animal studies.
Aim: To elaborate on the role of Regulatory T-cells in human hypertension.
Methods: This case-control study was held at the National Cardiovascular Center of Harapan Kita and Universitas Indonesia Hospital from August to January 2023. Consecutively, subjects with essential hypertension and those with normotension who went to the outpatient clinic were included. Regulatory T-cells were counted with Flow cytometry examination.
Results: The subjects consisted of 40 subjects from each group. The results showed that Regulatory T-cell in hypertension was lower compared to normotension (p<0.0001). Furthermore, a strong correlation between Regulatory T-cell and systolic blood pressure (r=-0.733, p<0.0001) and diastolic blood pressure (r=-0.613, p<0.0001) was found. T helper-17 cell was higher in hypertension subjects (p<0.0001). The ratio of T helper-17 cells/Regulatory T-cells was significantly higher (p<0,0001) in subjects with essential hypertension. 
Conclusions: We revealed an association between Regulatory T-cells in human hypertension. Lower Regulatory T-cells were found in the hypertension group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia;Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syarah Anliza
"Etil ester asam lemak dapat diperoleh melalui reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi minyak sawit. Reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi dilakukan secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa bebas dan yang terimobilisasi pada partikel nano Fe3O4-polidopamin. Nilai persen loading imobilisasi yang diperoleh adalah 78%. Lipase bebas memiliki aktivitas spesifik sebesar 13,81 U/mg, sedangkan lipase terimobilisasi sebesar 2,86 U/mg. Lipase imobilisasi memberikan efisiensi sebesar 21% dengan penurunan aktivias 79%. Partikel Nano Fe3O4-Polidopamin dan lipase terimobilisasi dikarakterisasi menggunakan FTIR, FESEM, EDS, PSA, dan XRD. Pelarut yang digunakan pada reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi yaitu t-butanol, metil isobutil keton, dan n-heksan. Hasil etil ester asam lemak dianalisis dengan GC-FID. Persen komposisi tertinggi pada transesterifikasi dengan katalis lipase bebas dan lipase terimobilisasi sebesar 5,59% dan 3,21% dalam pelarut metil isobutil keton. Sementara itu, Persen komposisi tertinggi pada interesterifikasi dengan katalis lipase bebas dan lipase terimobilisasi sebesar 2,15% dan 1,46% dengan pelarut metil isobutil keton. Enzim terimobilisasi dalam reaksi transesterifikasi dan interesterifikasi dapat digunakan tiga kali pengulangan. Setelah tiga kali pengulangan, aktivitas menurun 61%.Transesterifikasi dan interesterifikasi berlangsung dalam pelarut metil isobutil keton.

Fatty acid ethyl ester is produced by either transesterification and interesterification between palm oil and ethanol or ethyl acetat as reactants. Transesterification and interesterification were enzim-catalized using immobilized Candida rugosa lipase on Fe3O4-polydopamine. Loading percentage of immobilized lipase was 78%. Free lipase had specific activity about 13.81U/mg, while immobilized lipase of 2.86 U/mg. Immobilization lipase gave efficiency of 21% with a decrease in the specific activity of 79%. Fe3O4-polidopamin nanoparticle have been characterized using FTIR, FESEM, EDS, PSA, and XRD. Variation of solvents used for reaction were t-butanol, methyl isobutyl ketone, and n-hexane. Analysis of fatty acid ethyl ester was performed by GC-FID. The highest composition of transesterification using free lipase and immobilized lipase, with methyl isobutyl ketone as solvent, were 5.59% and 3.21%, respectively. Meanwhile, highest composition percentage of interesterification using free lipase and immobilized lipase were 2.15% and 1.46%, using methyl isobuthyl ketone. Immobilized enzyme in transesterification and interesterification can use three times recycle. After third recycle, the presentation of relative activity decreased 61%. Transesterification and interesterification took place in methyl isobuthyl ketone as solvent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rasyid
"Teknologi fuel cell (selbahanbakar) merupakan salah satu teknologi yang menggunakan bahan bakar dari energi baru terbarukanya itu hidrogen. Teknologi ini dianggap bersih dan ramah lingkungan. Efisiensi konversi yang tinggi danemisi polutannya sangat rendah sehingga dampak lingkungan yang rendah juga membuatnya menjadi kandidat yang tepat untuk menggantikan teknologi konvensional ada. Aplikasidariteknologi fuel cell, antara lain untuk transportasi/ otomotif, pembangkitlistrikstasionerdan fuel cell portabel.Untuk teknologi fuel cell jenis proton exchange membrane (PEM) sebagai pembangkit listrik, khususnya di Indonesia masih belum berkembang. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis tekno ekonomi dari pembangkit listrik fuel cell jenis PEM dengan melihat karakteristik kerja dan efisiensi sistem, khususnya peralatan disisi keluaran seperti konverter dan inverter terhadap beban rumah tangga(beban yang dipakai lampu) dari beberapa profil beban seperti profil beban statis dan fluktuatif. Hasil uji kinerja sistem pembangkit listrik fuel cell memperlihatkan karakteristik dari fuel cell, yang berupa kurva polarisasi perubahan tegangan terhadap perubahan arus beban.Dari Kurva polarisasi V-I didapatkan nilai polarisasi aktivasi (α) pada saat pembebanan fluktuatif lebih besar dibandingkan pada saat pembebanan statis, sedangkan nilai polarisasi ohmic (r) pada saat pembebanan fluktuatif lebih kecil dibandingkan pada saat pembebanan statis. Hal ini memperlihatkan proporsi energi listrik yang timbul saat perubahan laju reaksi pada pembebanan fluktuatif lebih besar dibandingkan pada pembebanan statis. Sehingga reaksi yang terjadi lebih cepat dan mengakibatkan tegangan akan lebih cepat turun. Dari segi keekonomian biaya energi pembangkit listrik fuel cell jenis PEM untuk kapasitas 500W dan 2 kW masih cukup besar yaitu Rp/kWh10.117,2 dan Rp/kWh 5.330,4. Tetapi untuk kapasitas 5kW ternyata jauh lebih rendah yaitu sebesar Rp/kWh3.048,7. Hal ini di karenakan selain biaya investasi yang menjadilebihkecil,biaya bahan bakar juga menjadi lebih kecil. Biaya bahan bakar bisa jauh lebih murah dikarenakan konsumsi gas hidrogen berdasarkan arus beban yang dipakai pada kapasitas 5kW hanya dua kali lipat jumlahnya dibandingkan kapasitas 500W, sedangkan produksi listrik yang dihasilkan sepuluh kali lipat.

Fuel cell technology utilizes fuels from renewable sources i.e. hydrogen. Therefore, this technology is considered clean and environmentally friendly. High conversion efficiency with very low pollutant emission makes this technology a favorable candidate to substitute the existing conventional energy conversion technology. Applications of fuel cell technology include power for transportation/automotive, stationary fuel cell, and portable fuel cell. PEM type fuel cell technology as a power generation has not been developed in Indonesia. Therefore, it is necessary to analyze techno-economic of the PEM fuel cell technology by examining its operation characteristics and system efficiency particularly conversion equipment at output side such as converter and inverter for household load (lighting) at various load profile i.e, static and fluctuated loads. Performance analysis that is presented in V-I polarization curve shows the fuel cells characteristics. From this curve, polarization activation value (α) at fluctuated loads is higher than that of static loads, whereas polarization ohm value (r) is lower at static loads than fluctuated loads. This result demonstrates electricity produced at fluctuated loads is higher compared to that at static load. Consequently, chemical reactions are faster that affect voltage to drop faster. Cost of energy for PEM fuel cell is still considerably high for 500 W and 2 kW that are Rp/kWh10.117,2 and Rp/kWh 5.330,4. While for 5 kW fuel cell system, COE is far lower that is Rp/kWh3.048,7. This is due to cost of investment and fuels decrease significantly. Cost of fuel can be reduced substantially because oxygen consumption at a 5 kW fuel cell system is only double than that of the 500 W system, whereas electicity production is 10 times higher.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapto Ma`at
"Di dalam buku ini diuraikan tentang teknik dasar beserta cara-cara mengatasi berbagai problema yang sering dihadapi dalam bekerja dengan kultur sel. Kesukesan buku ini didukung oleh pengalaman penulis memperoleh pelatihan teknik kultur sel di CSL (Commonwealth Serum Laboratories) Melbourne, pelatihan aplikasi kultur sel untuk produksi virus di AVRI (Animal Virus Research Institute) Pirbright, Woking Surrey England, serta sebagai Kepala Subbidang produksi vaksin Penyakit Mulut dan Kuku dengan teknik kultur sel PUSVETMA Surabaya tahun 1979-1984."
Surabaya: Airlangga University Press, 2011
616.027 7 SUP t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>