Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nila Aliefia Fadly
"ABSTRAK
Sungai Ciliwung merupakan sungai yang memiliki fungsi yang sangat strategis. Pada saat ini, sungai Ciliwung dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan akibat pencemaran yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan disepanjang sungai Ciliwung. Mengingat kondisinya yang mengkhawatirkan dan fungsinya yang strategis, maka perlu dilakukannya studi terhadap daya tampung dan daya dukung sungai Ciliwung. Penurunan daya tampung dan daya dukung sungai Ciliwung akan menurunkan kualitas airnya.
Pencegahan penurunan kualitas sangat perlu dilakukan melalui pengelolaan sungai yang baik. Pengelolaan sungai dimulai dari penentuan beban dan kualitas limbah potensial yang masuk ke dalam sungai dan penentuan titik kritis atau titik pada sungai yang memiliki kualitas air yang sangat rendah. Kedua hal ini yang menjadi dasar untuk mengetahui daya tampung dan daya dukung sungai yang kemudian menjadi dasar untuk melakukan pengelolaan sumber daya air sungai sehingga perbaikan kondisi sungai dapat terwujud.
Pengelolaan sumber daya air yang akan dilakukan adalah pembatasan limbah yang masuk melalui pembatasan jumlah penduduk, pembatasan kualitas dan kuantitas limbah domestik yang masuk ke sungai dan pembatasan limbah kegiatan instansional. Selain itu juga dilakukan penentuan besarnya reduksi beban limbah yang harus dilakukan terhadap air buangan yang akan dibuang ke sungai dan pengaturan titik discharge limbah sehingga purifikasi alami sungai dapat terjadi.
Sungai Ciliwung yang diteliti pada penelitian ini adalah sungai Ciliwung bagian hilir yaitu dimulai dari Jembatan kelapa dua (Srengsng Sawah) hingga Pintu Air Manggarai. Dari Pintu Air Manggarai penelitian dilanjutkan disepanjang Banjir Kanal Barat(BKB) hingga ke Jl. Teluk Gong Raya (Jembatan Tiga). Penelitian diawali dengan penentuan beban pencemaran yang masuk ke sungai Ciliwung. Dari penentuan beban dapat terlihat daerah yang memiliki beban potensial. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung kualitas air sungai terhadap beban yang masuk ke sungai dengan menggunakan model QUAL2E. Dalam menggunakan model QUAL2E, perhitungan dilakukan dengan 5 skenario.
Skenario 1 dilakukan untuk mengetahui pengaruh beban air limbah domestik, kegiatan instansional dan sampah terhadap kualitas sungai. Skenario 2 dilakukan untuk mengetahui kualitas air sungai jika sampah tidak mencemari sungai dan skenario 3 dilakukan untuk mengetahui daya dukung awal sungai. Skenario 4 dn 5 kemudian dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu a,b dan c. Skenario 4a dilakukan untuk mengetahui pengaruh reduksi beban air limbah terhadap kualitas air sungai Ciliwung dengan hanya menurunkan konstrasi BODnya, sedangkan pada skenario 4b dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan debit air limbah kegiatan instansinal yang telah tereduksi maksimal. Skenario 4c dilakukan untuk melihat pengaruh pengaturan titik discharge baru terhadap kualitas sungai. Skenario 5a,5b dan 5c perlakuannnya adalah sama dengan skenario 4, tetapi perbedaanya terletak pada kualitas awal sungai yang masuk ke Jakarta. Pada skenario 5, kualitas sungainya sesuai dengan baku mutu sedangkan skenario 4 kualitas sungainya adalah kondisi eksisting. Hasil yang didapat adalah nilai konsentrasi BOD,DO dan Debit dari sungai Ciliwung dan BKB.
Dalam penelitian ini, sungai dibagi atas 6 reach dan kemudian dibagi lagi menjadi elemen yang lebih kecil. Dari keenam reach ini, reach 3, 5 dan 6 memiliki titik discharge yang banyak dan berdekatan. Beban Potensial berasal dari Saluran Cijantung pada reach 1, saluran Pasar Minggu pada reach 2, saluran Cililitan pada reach 3, saluran Bidara Cina 2 pada reach 4, Kali Baru Barat dan Saluran Bali Matraman pada reach 5 dan Kali Krukut dan Pompa Siantar pada reach 6. Pada reach 4 dan 6, terdapat beban incremental di sepanjang sungai. Dari tiap beban potensial terjadi lonjakan nilai BOD dan penurunan nilai DO yang besar. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa salah satu penyebab tingginya nilai BOD sungai adalah karena sampah. Sampah dapat menaikkan nilai BOD hingga 11.59 % sampai 44.60 %. Kualitas air sungai yang memasuki kota Jakarta yaitu pada reach 1.1 telah berada di atas baku mutu air sungai KepGub DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. Akibatnya, dengan penambahan beban pencemaran yang cukup besar dan dengan intensitas yang tinggi, maka kualitas air sungai Ciliwung makin ke hilir makin tercemar. Dari perhitungan yang dilakukan diketahui beban eksternal yang harus direduksi agar dapat memenuhi baku mutu sebesar 24.87% hingga 86.31%.
Nilai Koefisien reaerasi (K2) sungai adalah 0.5 ? 1 yang merupakan range nilai reaerasi sungai dari kondisi yang kurang baik hingga baik. Namun, nilai K2 yang cukup baik masih menyebabkan nilai DO menjadi nol pada reach 3.2, sehingga dari titik inilah dasar pengelolaan sungai harus dimulai.Untuk itu perlu dilakukan reduksi beban limbah di mana perbedaan antara nilai DO dan BODnya tidak jauh sehingga nilai DO dapat terus terpelihara di sepanjang sungai.
Dari skenario 4a dan 5a, walaupun telah dilakukan reduksi dan dicapai nilai BOD di bawah baku mutu, ternyata masih terdapat daerah yang mengalami titik DO yang nol.
Berdasarkan skenario 4b dan 5b penurunan nilai BOD yang terjadi sama, sedangkan perbedaan nilai DO dapat terlihat mulai dari reach 3 dimana jika debit dinaikkan dan BOD diturunkan, penurunan nilai DO lebih kecil dan lebih mudah untuk menaikkan nilai DOnya.
Sedangkan antara skenario 4a dengan 4b tidak terdapat perbedaan nilai penurunan BOD, hanya perbedaan kenaikan nilai DO di reach 6. Hal ini juga terjadi pada skenario 5a dan 5b.
Pengaturan titik discharge limbah pada skenario 4c dan 5c ternyata belum dapat mengurangi nilai BOD secara keseluruhan, sedangkan peningkatan nilai debit pada kegiatan instansional baru perpengaruh pada kenaikan nilai DO mulai dari reach 3.
Pola strategi pengurangan beban adalah melalui pengelolaan sampah yang baik, pengolahan air limbah baik melalui IPAL baik secara individual maupun komunal dan optimalisasi pemanfaatan situ/waduk dan pompa sebagai pereduksi beban limbah serta perbaikan sanitasi kampung dan relokasi penduduk yang tinggal di bantaran sungai. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No.582 tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai menargetkan kualitas air sungai yang masuk pada reach 1.1 adalah 3 mg/L untuk DO dan 10 mg/L untuk BOD ternyata tidak dapat mempertahankan nilai DO jika mengikuti jumlah beban dan intensitas masukan air limbah yang ada walaupun telah direduksi. Nilai BOD seharusnya lebih rendah dan nilai DO lebih tinggi sehingga direkomendasikan untuk mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2001.

ABSTRAK
Ciliwung River is a river which has a strategic function. Nowdays, Ciliwung river is in polluted condition as a result of contaminants generated by various activities dicharged along the river stream. Because of that, It needs a study to estimate the load capacity and carrying capacity of Ciliwung river. Reducing the load capacity and carrying capacity of Ciliwung river, will reduce its water quality.
It needs to design a good river management to prevent the quality degradation. The management will begin with determination of the wastewater potential load which discharge to the river and determination the critical point or the point which has the lowest oxygen level in the river. Both become a basic principle to estimate the load capacity and carrying capacity and become as a basic to manage the water resources so that the recovery of its quality will be achieved.
Water resources management which will be done is by restricting the wastewater discharge through limiting the number of residents, restricting quality and amount of domestic waste discharged into the river and restricting of instantional wastewater.
Besides that, it determines the amount of load reduced which will be discharged into the river and discharge point arrangement so that the river natural purification can be relized.
Analitical research was carried out in the downstream Ciliwung River which start from Kelapa Dua Bridge at Srengseng Sawah to Manggarai Flood Gate. The research continues from Manggarai Flood Gate to the Teluk Gong Raya (Jembatan Tiga) along the West Canal Barat. The research begins with determination of waste load discharging to the Ciliwung River. From that, it can be known the area which has a potencial wastewater load. The determination is continue to estimate the river quality using the QUAL2E model. When using the model, calculation is done in 5 skenarios.
The first scenario is done to study the influence of the domestic wastewater load, instantional wastewater load and solid waste to the river quality. The second scenario is done to study the effect of solid waste management to the river quality. The third scenario is done to study the carrying capacity of the river. The fourth and fifth scenario is divided to be 3 sub scenario which are a,b and c. Scenario 4a is done to study the influence of reducing waste load to the river quality by reducing its BOD concentration.
Scenario 4b is done to study the influence of increasing the debit of reduced instantional wastewater to the river. Scenario 4c is be done to study the influence of arrangement of the new point discharge to the water quality. Scenario 5a,5b and 5c have the same objective but it has the headwater quality difference. In Fifth scenario, the headwater and river quality is the stream quality standart. The result of the QUAL2E model is BOD and DO concentration and river water debit. The river is divided into 6 reaches and divided to be smaller parts as an element.
From these six reaches, the reach 3,5 dan 6 have a large number of point loads. The potential loads come from Cijantung Channel in reach 1, Pasar Minggu Channel in reach 2, Cililitan Channel in reach 3, Bidara Cina 2 Channel in reach 4, Kali Baru Barat Channel and Bali Matraman Channel in reach 5 and Krukut River and Siantar Pump in reach 6. In reach 4 and 6, there are incremental sources along the river. The potential loads will cause the increasing of BOD value and decreasing of DO value. One of the result is obtained that the solid waste discharged to the river will increase the BOD value for 11.59% to 44.60%.
River water quality which entering the reach 1.1 is above the Jakarta stream standart river quality which is KepGub DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. As a result, with addition of great amount and high intensity of waste load will increase the downstream Ciliwung river water quality greater than the upstream. From the load calculation ini reach 1.1, waste load which has to be reduced should be from 24.87% to 86.31%.
The river reservation coefficient value(K2) is 0.5 -1 which means a good value for a river stream. But, that value is not good enough avoiding the DO value to be zero in reach 3.2. This point becomes a basic of river water management. It?s need a reduction of waste load so that the difference among the BOD value and DO value is small and can maintain the DO value along the stream. The result of scenario 4a and 5a, shows that DO value still becomes zero although the BOD value has reached the point below the river standard quality. In Scenario 4a and 4b , there no difference in BOD reduction but the difference of DO value is appear in reach 3. Scenario 4a and 4b can not give the difference among the BOD value, but there is a difference ini DO value at reach 6.
Arrangement of discharge point in scenario 4c and 5c hasn?t able to reduce the BOD value as a whole, while increasing the water debit from instantional activities will be influenced increasing the DO level starts from reach 3. Mitigation strategy for reducing load is trough good solid waste management, waste treatment by wastewater treatment facilities individually and communal, Optimalisation of ponds and pump performance as a wastewater treatment quality, improving the sanitation of village and slump area, and relocation of resident who live along the river.
Decision of Governor KDKI Jakarta No.582 year 1995 targets the river quality entering reach 1.1 has BOD value 10 mg/l and DO value 3 mg/l simply cannot maintain the DO value along the river stream even for the reduced waste load but in high intensity. The BOD value should be low and the DO value should be high. It?recommended to use the Republic of Indonesia Government Regulation No 82 year
2001.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24792
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Aliefia Fadly
"Sungai Ciliwung merupakan sungai yang memiliki fungsi yang sangat strategis. Pada saat ini, sungai Ciliwung dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan akibat pencemaran yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan disepanjang sungai Ciliwung. Mengingat kondisinya yang mengkhawatirkan dan fungsinya yang strategis, maka perlu dilakukannya studi terhadap daya tampung dan daya dukung sungai Ciliwung. Penurunan daya tampung dan daya dukung sungai Ciliwung akan menurunkan kualitas airnya. Pencegahan penurunan kualitas sangat perlu dilakukan melalui pengelolaan sungai yang baik. Pengelolaan sungai dimulai dari penentuan beban dan kualitas limbah potensial yang masuk ke dalam sungai dan penentuan titik kritis atau titik pada sungai yang memiliki kualitas air yang sangat rendah. Kedua hal ini yang menjadi dasar untuk mengetahui daya tampung dan daya dukung sungai yang kemudian menjadi dasar untuk melakukan pengelolaan sumber daya air sungai sehingga perbaikan kondisi sungai dapat terwujud. Pengelolaan sumber daya air yang akan dilakukan adalah pembatasan limbah yang masuk melalui pembatasan jumlah penduduk, pembatasan kualitas dan kuantitas limbah domestik yang masuk ke sungai dan pembatasan limbah kegiatan instansional. Selain itu juga dilakukan penentuan besarnya reduksi beban limbah yang harus dilakukan terhadap air buangan yang akan dibuang ke sungai dan pengaturan titik discharge limbah sehingga purifikasi alami sungai dapat terjadi. Sungai Ciliwung yang diteliti pada penelitian ini adalah sungai Ciliwung bagian hilir yaitu dimulai dari Jembatan kelapa dua (Srengseng Sawah) hingga Pintu Air Manggarai. Penelitian dilanjutkan sipeanjang Banjir Kanal Barat (BKB) hingga ke Jl. Teluk Gong Raya (Jembatan Tiga). Penelitian diawali dengan penentuan beban pencemaran yang masuk ke sungai Ciliwung. Dari penentuan beban dapat terlihat daerah yang memiliki beban potensial. Perhitungan dilanjutkan dengan menghtung kualitas air sungai terhadap beban yang masuk ke sungai dengan menggunakan model QUAL2E. Dalam menggunakan model QUAL2E, perhitungan dilakukan dengan 5 skenario. Skenario 1 dilakukan untuk mengetahui pengaruh beban air limbah domestik, kegiatan instansional dan sapah terhadap kualitas sungai. Skenario 2 dilakukan untuk mengetahui kualitas air sungai jika sampah tidak mencemari sungai dan skenario 3 dilakukan untuk mengetahui daya dukung awal sungai. Skenario 4 dan 5 kemudian dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu a, b dan c. Skenario 4a dilakukan untuk mengetahui pengaruh reduksi beban air limbah terhadap kualitas air sungai Ciliwung dengan hanya menurunkan konstrasi BODnya, sedangkan pada skenario 4b dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan debit air limbah kegiatan instansial yang telah tereduksi maksimal. Skenario 4c dilakukan untuk melihat pengaruh pengaturan titik Sungai Ciliwung yang diteliti pada penelitian ini adalah sungai Ciliwung bagian hilir yaitu dimulai dari Jembatan kelapa dua (Srengsng Sawah) hingga Pintu Air Manggarai. Dari Pintu Air Manggarai penelitian dilanjutkan disepanjang Banjir Kanal Barat(BKB) hingga ke Jl. Teluk Gong Raya (Jembatan Tiga). Penelitian diawali dengan penentuan beban pencemaran yang masuk ke sungai Ciliwung. Dari penentuan beban dapat terlihat daerah yang memiliki beban potensial. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung kualitas air sungai terhadap beban yang masuk ke sungai dengan menggunakan model QUAL2E. Dalam menggunakan model QUAL2E, perhitungan dilakukan dengan 5 skenario. Skenario 1 dilakukan untuk mengetahui pengaruh beban air limbah domestik, kegiatan instansional dan sampah terhadap kualitas sungai. Skenario 2 dilakukan untuk mengetahui kualitas air sungai jika sampah tidak mencemari sungai dan skenario 3 dilakukan untuk mengetahui daya dukung awal sungai. Skenario 4 dn 5 kemudian dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu a,b dan c. Skenario 4a dilakukan untuk mengetahui pengaruh reduksi beban air limbah terhadap kualitas air sungai Ciliwung dengan hanya menurunkan konstrasi BODnya, sedangkan pada skenario 4b dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan debit air limbah kegiatan instansinal yang telah tereduksi maksimal. Skenario 4c dilakukan untuk melihat pengaruh pengaturan titik discharge baru terhadap kualitas sungai. Skenario 5a,5b dan 5c perlakuannnya adalah sama dengan skenario 4, tetapi perbedaanya terletak pada kualitas awal sungai yang masuk ke Jakarta. Pada skenario 5, kualitas sungainya sesuai dengan baku mutu sedangkan skenario 4 kualitas sungainya adalah kondisi eksisting.
Hasil yang didapat adalah nilai konsentrasi BOD,DO dan Debit dari sungai Ciliwung dan BKB. Dalam penelitian ini, sungai dibagi atas 6 reach dan kemudian dibagi lagi menjadi elemen yang lebih kecil. Dari keenam reach ini, reach 3, 5 dan 6 memiliki titik discharge yang banyak dan berdekatan. Beban Potensial berasal dari Saluran Cijantung pada reach 1, saluran Pasar Minggu pada reach 2, saluran Cililitan pada reach 3, saluran Bidara Cina 2 pada reach 4, Kali Baru Barat dan Saluran Bali Matraman pada reach 5 dan Kali Krukut dan Pompa Siantar pada reach 6. Pada reach 4 dan 6, terdapat beban incremental di sepanjang sungai. Dari tiap beban potensial terjadi lonjakan nilai BOD dan penurunan nilai DO yang besar. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa salah satu penyebab tingginya nilai BOD sungai adalah karena sampah. Sampah dapat menaikkan nilai BOD hingga 11.59 % sampai 44.60 %. Kualitas air sungai yang memasuki kota Jakarta yaitu pada reach 1.1 telah berada diatas baku mutu air sungai KepGub DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. Akibatnya, dengan penambahan beban pencemaran yang cukup besar dan dengan intensitas yang tinggi, maka kualitas air sungai Ciliwung makin ke hilir makin tercemar. Dari perhitungan yang dilakukan diketahui beban eksternal yang harus direduksi agar dapat memenuhi baku mutu sebesar 24.87% hingga 86.31%. Nilai Koefisien reaerasi (K2) sungai adalah 0.5 ? 1 yang merupakan range nilai reaerasi sungai dari kondisi yang kurang baik hingga baik. Namun, nilai K2 yang cukup baik masih menyebabkan nilai DO menjadi nol pada reach 3.2, sehingga dari titik inilah dasar pengelolaan sungai harus dimulai.Untuk itu perlu dilakukan reduksi beban limbah dimana perbedaan antara nilai DO dan BODnya tidak jauh sehingga nilai DO dapat terus terpelihara di sepanjang sungai. Dari skenario 4a dan 5a, walaupun telah dilakukan reduksi dan dicapai nilai BOD dibawah baku mutu, ternyata masih terdapat daerah yang mengalami titik DO yang nol. Berdasarkan skenario 4b dan 5b penurunan nilai BOD yang terjadi sama, sedangkan perbedaan nilai DO dapat terlihat mulai dari reach 3 dimana jika debit dinaikkan dan BOD diturunkan, penurunan nilai DO lebih kecil dan lebih mudah untuk menaikkan nilai DOnya. Sedangkan antara skenario 4a dengan 4b tidak terdapat perbedaan nilai penurunan BOD, hanya perbedaan kenaikan nilai DO di reach 6. Hal ini juga terjadi pada skenario 5a dan 5b. Pengaturan titik discharge limbah pada skenario 4c dan 5c ternyata belum dapat mengurangi nilai BOD secara keseluruhan, sedangkan peningkatan nilai debit pada kegiatan instansional baru perpengaruh pada kenaikan nilai DO mulai dari reach 3. Pola strategi pengurangan beban adalah melalui pengelolaan sampah yang baik, pengolahan air limbah baik melalui IPAL baik secara individual maupun komunal dan optimalisasi pemanfaatan situ/waduk dan pompa sebagai pereduksi beban limbah serta perbaikan sanitasi kampung dan relokasi penduduk yang tinggal di bantaran sungai. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No.582 tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai menargetkan kualitas air sungai yang masuk pada reach 1.1 adalah 3 mg/L untuk DO dan 10 mg/L untuk BOD ternyata tidak dapat mempertahankan nilai DO jika mengikuti jumlah beban dan intensitas masukan air limbah yang ada walaupun telah direduksi. Nilai BOD seharusnya lebih rendah dan nilai DO lebih tinggi sehingga direkomendasikan untuk mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2001.

Ciliwung River is a river which has a strategic function. Nowdays, Ciliwung river is in polluted condition as a result of contaminants generated by various activities dicharged along the river stream. Because of that, It needs a study to estimate the load capacity and carrying capacity of Ciliwung river. Reducing the load capacity and carrying capacity of Ciliwung river, will reduce its water quality. It needs to design a good river management to prevent the quality degradation. The management will begin with determination of the wastewater potential load which discharge to the river and determination the critical point or the point which has the lowest oxygen level in the river. Both become a basic principle to estimate the load capacity and carrying capacity and become as a basic to manage the water resources so that the recovery of its quality will be achieved. Water resources management which will be done is by restricting the wastewater discharge through limiting the number of residents, restricting quality and amount of domestic waste discharged into the river and restricting of instantional wastewater. Besides that, it determines the amount of load reduced which will be discharged into the river and discharge point arrangement so that the river natural purification can be relized. Analitical research was carried out in the downstream Ciliwung River which start from Kelapa Dua Bridge at Srengseng Sawah to Manggarai Flood Gate. The research continues from Manggarai Flood Gate to the Teluk Gong Raya (Jembatan Tiga) along the West Canal Barat. The research begins with determination of waste load discharging to the Ciliwung River. From that, it can be known the area which has a potencial wastewater load. The determination is continue to estimate the river quality using the QUAL2E model. When using the model, calculation is done in 5 skenarios. The first scenario is done to study the influence of the domestic wastewater load, instantional wastewater load and solid waste to the river quality. The second scenario is done to study the effect of solid waste management to the river quality. The third scenario is done to study the carrying capacity of the river. The fourth and fifth scenario is divided to be 3 sub scenario which are a,b and c. Scenario 4a is done to study the influence of reducing waste load to the river quality by reducing its BOD concentration. Scenario 4b is done to study the influence of increasing the debit of reduced instantional wastewater to the river. Scenario 4c is be done to study the influence of arrangement of the new point discharge to the water quality. Scenario 5a,5b and 5c have the same objective but it has the headwater quality difference. In Fifth scenario, the headwater and river quality is the stream quality standart.
The result of the QUAL2E model is BOD and DO concentration and river water debit. The river is divided into 6 reaches and divided to be smaller parts as an element. From these six reaches, the reach 3,5 dan 6 have a large number of point loads. The potential loads come from Cijantung Channel in reach 1, Pasar Minggu Channel in reach 2, Cililitan Channel in reach 3, Bidara Cina 2 Channel in reach 4, Kali Baru Barat Channel and Bali Matraman Channel in reach 5 and Krukut River and Siantar Pump in reach 6. In reach 4 and 6, there are incremental sources along the river. The potential loads will cause the increasing of BOD value and decreasing of DO value. One of the result is obtained that the solid waste discharged to the river will increase the BOD value for 11.59% to 44.60%. River water quality which entering the reach 1.1 is above the Jakarta stream standart river quality which is KepGub DKI Jakarta No.582 Tahun 1995. As a result, with addition of great amount and high intensity of waste load will increase the downstream Ciliwung river water quality greater than the upstream. From the load calculation ini reach 1.1, waste load which has to be reduced should be from 24.87% to 86.31%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T40664
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Ayu Arumbinang
"[ABSTRAK
Kendaraan beroperasi di DKI Jakarta yang semakin didominasi oleh kendaraan pribadi menyebabkan pertumbuhan aktivitas kendaraan telah melampaui kapasitas jalan yang tersedia, padahal kapasitas lingkungan tersebut tidak boleh dilampaui untuk menjaga sistem lingkungan yang mendukungnya tetap berkelanjutan. Penelitian ini disusun untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan sistem transportasi serta dampaknya pada lingkungan hidup, dengan membangun model sistem transportasi yang berkelanjutan berdasarkan teori mengenai sustainable developement, sistem transportasi dan system dynamics. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka dapat dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa sistem transportasi yang ditandai oleh aktivitas dan emisi kendaraan bermotor tidak mampan di masa yang akan datang yang ditandai dari kapasitas jalan yang hampir mencapai batas maksimumnya. Skenario kebijakan yang dibangun di dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa peningkatan peran transportasi publik sebesar 10% dapat menurunkan aktivitas kendaraan sebesar 7,14%.

ABSTRACT
Active vehicle operated in DKI Jakarta that has been dominated by private vehicle is causing vehicle activity growth exceeds available road capacity, which is vital for keeping the environment well functioned. This research was conducted for analyzing relationship beween economic growth and transportation system and its impact on environment particularly road capacity and emission; achieved by building transportation system model using system dynamics. Based on result of research, it is concluded that Jakarta’s current system transportation is not sustained which is indicated by vehicle activity and emission reached its environment capacity. This research proved that increasing in public transportation role by 10% decrease vehicle activity by 7,14%., Active vehicle operated in DKI Jakarta that has been dominated by private vehicle is causing vehicle activity growth exceeds available road capacity, which is vital for keeping the environment well functioned. This research was conducted for analyzing relationship beween economic growth and transportation system and its impact on environment particularly road capacity and emission; achieved by building transportation system model using system dynamics. Based on result of research, it is concluded that Jakarta’s current system transportation is not sustained which is indicated by vehicle activity and emission reached its environment capacity. This research proved that increasing in public transportation role by 10% decrease vehicle activity by 7,14%.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alloysius Pamurda Dhika Mahendra
"Mikroplastik merupakan pencemar emerging contaminant yang terdegradasi dari produk plastik tekstil, petroleum, dan peralatan kosmetik dengan ukuran kurang dari 5 mm. Terdapat lebih dari 70.000 pemukiman yang berada di bantaran Sungai Ciliwung di DKI Jakarta yang menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air bersih. Sungai Ciliwung saat ini sudah dapat ditemukan adanya pencemaran mikroplastik yang memberikan dampak adanya paparan terhadap makhluk hidup di sungai. Adapun permasalahannya adalah adanya paparan terhadap 75% ikan kepala timah (Aplocheilus sp.) sebanyak 1,97 partikel per ikan dengan ukuran 300 sampai dengan 500 μm. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jumlah timbulan dan variabilitas mikroplastik di air dan sedimen Sungai Ciliwung, material komposisi mikroplastik, simulasi fluktuasi pencemaran mikroplastik, dan skenario minimasi mikroplastik pada air Sungai Ciliwung. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel air mengikuti SNI dan untuk sampel mikroplastik mengikuti metode NOAA. Prinsip yang digunakan untuk simulasi fluktuasi dan skenario intervensi minimasi adalah kesetimbangan massa. Jika ditinjau dari ketujuh titik yang merepresentasikan Sungai Ciliwung bagian hilir sampai dengan hulu di Provinsi DKI Jakarta, jumlah mikroplastik berada di rentang 320-741 partiklel/L. Untuk bentuk yang mendominasi dapat dianalisis bahwa mayoritas bentuk mikroplastiknya adalah fragmen (97%), diikuti dengan fiber (2.9%) dan pellet (0.1%). Sedangkan pada sedimen, jumlah mikroplastik pada sedimen Sungai Ciliwung berada di rentang 6560-10630 partikel/kg. Pada air saluran drainase, jumlah mikroplastiknya adalah 365-822 partikel/L dengan persentase fragmen sebesari 98% dan fiber 2%. Material penyusun komposisi mikroplastik di air dan sedimen Sungai Ciliwung di antaranya adalah: tencel, PVFM, Polyacetylene, PES, PEI, PEEK, , PVAL, Polivinyl-Pyrrolidone, Polyacrylmide, dan PVB. Pemodelan pencemaran mikroplastik di air Sungai Ciliwung memiliki tingkat akurasi ± 70%. Skenario yang diusulkan untuk meminimasi pencemaran mikroplastik di air Sungai Ciliwung adalah dengan menerapkan revitalisasi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Berbasis Pengolahan Air Limbah Sederhana dengan Menerapkan Sistem Wetland dan Corn Straw and Hardwood Biochar Filter dengan persentase minimasi 49-95%.

Microplastics are emerging contaminants that are degraded from textile, petroleum and cosmetic plastic products with a size of less than 5 mm. There are more than 70,000 settlements on the banks of the Ciliwung River in DKI Jakarta that use river water as a source of clean water. The Ciliwung River can now be found microplastic pollution which has an impact on exposure to living things in the river. The problem is exposure to 75% of tinhead fish (Aplocheilus sp.) with as many as 1.97 particles per fish with a size of 300 to 500 μm. The purpose of this study was to analyze the amount of generation and variability of microplastics in the water and sediments of the Ciliwung River, the material composition of microplastics, simulations of fluctuations in microplastic pollution, and scenarios for minimizing microplastics in Ciliwung River water. The method used to take water samples follows SNI and for microplastic samples follows the NOAA method. The principle used for the fluctuation simulation and minimization intervention scenario is mass balance. If viewed from the seven points representing the downstream to upstream Ciliwung River in DKI Jakarta Province, the amount of microplastics is in the range of 320-741 particles/L. For the dominating form, it can be analyzed that the majority of microplastic forms are fragments (97%), followed by fiber (2.9%) and pellets (0.1%). Whereas in sediments, the amount of microplastic in Ciliwung River sediments is in the range of 6560-10630 particles/kg. In drainage water, the number of microplastics is 365-822 particles/L with a fragment percentage of 98% and 2% fiber. The materials that make up the composition of microplastics in the water and sediments of the Ciliwung River include: Tencel, PVFM, Polyacetylene, PES, PEI, PEEK, , PVAL, Polivinyl-Pyrrolidone, Polyacrylmide, and PVB. Modeling microplastic pollution in Ciliwung River water has an accuracy rate of ± 70%. The proposed scenario to minimize microplastic pollution in Ciliwung River water is to implement a revitalization of Child-Friendly Integrated Public Spaces (RPTRA) Based on Simple Wastewater Treatment by Implementing a Wetland System and Corn Straw and Hardwood Biochar Filter with a minimum percentage of 49-95%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Tia Putri Octaviani Halim
"QUAL2K merupakan pemodelan numerik yang biasa digunakan untuk badan air permukaan. Model ini dinilai sederhana dengan hasil yang didapat cukup akurat. Walau cukup sederhana, variabel yang diperlukan untuk QUAL2K cukup banyak, sehingga pada umumnya parameter yang digunakan sudah bersifat default. Dimana hal ini menyebakan tidak diketahuinya sensitivitas atau seberapa berpengaruhnya suatu parameter terhadap objek studi. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan kualitas dan perubahan amonia, total nitrogen, BOD, dan DO pada Sungai Ciliwung dari hulu ke hilir dengan aplikasi QUAL2K dan menganalisis hubungan antara sensitivitas parameter laju reaksi kinetik dan variabel input terhadap kualitas amonia, total nitrogen, BOD, dan DO pada Sungai Ciliwung. Metode yang digunakan untuk analisis pada penelitian ini adalah metode QUAL2K. Melalui simulasi pada kondisi eksisting, diketahui bahwa untuk konsentrasi amonia hanya segmen satu yang memenuhi baku mutu PP No.22 Tahun 2021. Seluruh segmen pada untuk parameter total nitrogen memenuhi baku mutu. Untuk konsentrasi dari BOD hanya segmen satu yang memenuhi baku mutu kelas IV. Dan terakhir untuk DO hanya ada segmen satu memenuhi baku mutu untuk kelas II, III, dan IV. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas diketahui untuk amonia paling sensitif dengan konsentrasi amonia, debit diffuse source, koreksi temperatur reaerasi oksigen. Untuk total nitrogen paling sensitif dengan konsentrasi amonia, debit diffuse source, dan koreksi temperatur nitrifikasi amonia. BOD paling sensitif dengan koreksi temperatur CBOD Fast, konsentrasi BOD diffuse source, debit diffuse source. Parameter yang terakhir yaitu DO paling sensitif dengan koreksi temperatur reaerasi oksigen, air temperature, koreksi temperatur CBOD Fast. Sehingga berdasarkan analisis sensitivitas, parameter debit diffuse source dan koreksi temperatur paling sensitif terhadap seluruh parameter.

QUAL2K is a numerical model commonly used for surface water bodies. This model is regarded as being clear, and the outcomes are relatively accurate. Although QUAL2K is very basic, there are a number of variables that must be used, hence default values are typically used. Where this results in undetermined sensitivity or how important a parameter is to the study's subject. The purpose of this study is to use the QUAL2K application to simulate the quality and change of ammonia, total nitrogen, BOD, and DO in the Ciliwung River from upstream to downstream and to examine the relationship between the sensitivity of the kinetic reaction rate parameters and input variables on the quality of ammonia, total nitrogen, BOD, and DO on the Ciliwung River. The method used for analysis in this study is the QUAL2K method. Through simulations under existing conditions, from ammonia concentration only segment one meets PP No. 22 of 2021 quality standards. For the total nitrogen, all segments meet the quality standards. For the concentration of BOD, only segment one meets class IV quality standards. And finally, for DO there is only segment one that meets the quality standards for class II, III and IV. Based on the results of the sensitivity analysis, it is known that ammonia is most sensitive to ammonia concentration, diffuse source discharge, oxygen reaeration temperature correction. While for total nitrogen, the parameter is sensitive to ammonia concentration, diffuse source discharge, and ammonia nitrification temperature correction. For the next parameter which is BOD is sensitive the most to temperature correction CBOD Fast, diffuse source BOD concentration, diffuse source discharge. And the final parameter is DO that is sensitive to oxygen reareration temperature correction, air temperature, CBOD Fast temperature correction. Therefore, based on the study, diffuse source discharge and temperature correction will be the most dependent on water quality parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarso
"RINGKASAN
Manusia dengan segala kegiatannya selalu dikelilingi oleh radiasi. Radiasi terbesar yang diterima oleh manusia yakni lebih dari 80% berasal dari radioaktivitas alam, yang terjadi karena adanya radionuklida. Di antara radionuklida tersebut adalah U-238 yang dalam deret peluruhannya menghasilkan Ra-226 dan Rn-222 sebagai induk Pb-210.
Dalam ekosistem Sungai Donan terjadi kematian bakau yang intensitas kematiannya berbeda dari hulu ke hilir. Selain itu juga terjadi perubahan sifat biologinya yang diperlihatkan oleh bentuk kekeringan daunnya. Pada hewan benthos terjadi perubahan komposisi dan jenis yang ditandai oleh menurunnya indeks keanekaragaman ( diversity) dari 0,732 menjadi 0,292. Kejadian-kejadian tersebut diduga karena perubahan lingkungan di ekosistem sungai Donan yang disebabkan karena adanya cemaran radioaktif Pb-210 bukan karena perubahan sifat fisik kimia air sungai. Hal ini dikatakan demikian karena ternyata kadar parameter air sungai seperti pH, DO, BOD, COD, dan kandungan hidrokarbon masih rendah, jadi belum bisa memperlihatkan indikasi terjadinya pencemaran air sungai tersebut.
Cemaran Pb-210 diduga berasal dari kegiatan industri yang terletak di tepi sungai Donan terutama Pabrik Semen Nusantara, karena bahan baku semen dan bahan bakar yang digunakan mengandung gas radon Rn-222 yang meluruh menjadi Pb-210.
Sehubungan dengan itu telah dilakukan studi mengenai
pemantauan akumulasi Pb-210 dalam sedimen dan pada akar Rhizopora. Dari studi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Pabrik Semen Nusantara merupakan sumber cemaran Pb-210.
Hasil yang diperoleh ialah bahwa aktivitas Pb-210 tidak berbeda antara waktu pasang dan surut, yakni berkisar antara 1.10-9-7.10-9 Ci atau antara 1,51-15,4 dpm/gram sedimen. Sedangkan aktivitas Pb-210 pada akar Rhizopora antara 0,89-2,1 dpm/gram akar atau 0,8.10-9-3.10-9 Ci_ Selain itu juga diperoleh korelasi antara jarak tempat dan aktivitas Pb-210 dengan koefisien korelasi r = 0,98 dengan persamaan regresi y = 5,8-0,5x, yang berarti ,bsemakin jauh dari sumber dalam hal ini pabrik semen, aktivitasnya semakin menurun.

Summary
Man and their activity enclosed by radiation. The biggest part of radiation accepted by man comes from natural radioactivity. More than 80% radioactivity in the environment comes from natural radioactivity. Radioactivity caused by radionuclide. One of the radionuclide is U-238, which in its series decay produces Ra-226 and Rn-222 as the parent of Pb-210. In the Donan River ecosystem mangrove death has occurred with difference intensity from up stream
to down stream. Biological changing also has occurred showing by the leaf drought type. In benthos organism composition and variety changing also has accoured. Showing the decrease in diversity index from 0,732 to 0,292.
It is caused by the environmental change appearing in Donan River ecosystem which is assumed to be the radioactivity pollution of Pb-210, so it is not by physical-chemical characteristics changing of the river water, because its parameters concentration such as pH, DO, BOD, COD, and hydrocarbon are still low indicating that the river is still in unpolluted condition.
The source of Pb-210 is assumed to be the activity of industries lying at the side of river, especially Nusantara Cement Factory, wich use raw material and fuel producing radon gas Rn-222 that decays to Pb-210.
A study about monitoring Pb-210 accumulation in the sediments of River Donan and Rhizopora roots had been performed. From this study it is found that cement factory is the source of Pb-210 pollution. The results of study are that the tidal current does not influence Pb-210 activity, and its range is between 1,51-15,4 dpm/gram sediment. Pb-210 activity in the root raging from 0,80.10-9-3.10-9 Ci or 0,89-2,1 dpm/gram of the roots.
It is also found that there is a correlation between the distance and the activity of Pb-210, with the correlation Coefficient r=0,98 and the regression function is Y = 5,8-0,5X, meaning that the more the distance from its source the less is its activity.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryawati
"ABSTRAK
Penggunaan zat radioaktif dalam bermacam-macam bidang di Indonesia saat ini telah semakin luas pada berbagai segi kehidupan yang mencakup beberapa sektor dalam Pembangunan Nasional seperti bidang kedokteran nuklir, pertanian, hidrologi, industri.
Pemanfaatan tenaga atom ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mengingat tenaga atom disamping memberikan manfaat, juga dapat menimbulkan bahaya bagi keselamatan pekerja radiasi, masyarakat umum dan komponen lingkungan lainnya maka dalam pelaksanaannya diperlukan pengawasan dan pembinaan yang ketat. Untuk tujuan ini diperlukan pemantauan radioaktivitas lingkungan terhadap industri yang memanfaatkan bahan radioaktif dalam proses produksinya.
Salah satu industri yang memanfaatkan zat radioaktif thorium alam dalam bentuk thorium nitrat (ThNO3) sebagai pencampur bahan bakunya atau pelapis rajutan serat nilon bahan dasar kaos lampu adalah industri pembuatan kaos lampu petromak (Incandescent Gas Mantle).
Dalam proses produksi kaos lampu ini selain dihasilkan produk kaos lampu yang siap dipasarkan juga dihasilkan limbah radioaktif berbentuk cair, padat dan gas yang dibuang ke lingkungan dengan persyaratan tertentu. Dalam penelitian ini yang akan diselidiki adalah limbah gas (gas thoron) dan limbah padat berupa partikel debu radioaktif yang bersumber dari kegiatan produksi, yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya kontaminasi udara dalam kawasan pabrik dan lingkungan sekitamya sehingga akan mengakibatkan naiknya tingkat radioaktivitas lingkungan.
Meningkatnya radioaktivitas lingkungan di udara, yang disebabkan oleh thorium dan anak luruhnya yang melekat di debu udara lingkungan pabrik dan kawasan pemukiman penduduk yang terdekat di sekitar pabrik akan menimbulkan potensi bahaya radiasi intema bila debu radioaktif tesebut terhisap oleh pekerja dan penduduk, kemudian terbawa masuk ke paru-paru. Tingkat bahaya radiasi ini dapat diindikasi dari besaran tingkat kerja atau working level dan dosis ekivalen efektif paru-paru yang diterima pekerja dan penduduk. Kedua nilai besaran ini dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diizinkan.
Untuk mempertimbangkan adanya potensi bahaya ini, perlu diadakan penelitian tingkat radioaktivitas di dalam daerah kerja kawasan pabrik dan di luar kawasan pabrik kaos lampu dalam pemukiman penduduk yang terdekat, dapat diperkirakan tingkat bahaya radiasi terhadap pekerja dan masyarakat disekitar pabrik.
Mengingat hal tersebut, timbul beberapa pertanyaan penelitian : (1) Apakah konsentrasi radioaktif thorium dan anak luruhnya di udara dalam kawasan pabrik dan pemukiman penduduk sekitar pabrik tidak melebihi ambang batas yang diperkenankan ?. (2) Apakah konsentrasi radioaktif thorium dan anak luruhnya yang terkandung di udara dalam kawasan pabrik dan pads pemukiman penduduk terdekat sekitar pabrik tidak memiliki potensi bahaya radiasi yang melebihi nilai batas bahaya yang diizinkan bagi pekerja dan penduduk disekitar pabrik ?. (3) Apakah ada perbedaan risiko bahaya radiasi antara penduduk terdekat sekitar pabrik dengan penduduk yang bennukim jauh dari pabrik dan jika ada perbedaan, seberapa jauh perbedaan risiko/bahaya tersebut ?.
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui kualitas udara dalam kawasan pabrik dan pemukiman penduduk terdekat sekitar pabrik serta potensi bahaya radiasinya terhadap pekerja dan penduduk. Tujuan khusus : (I) mengidentifikasi terjadinya pencemaran radioaktif thorium ke udara pabrik dan pemukiman penduduk terdekat sekitar pabrik, (2) menentukan besarnya potensi bahaya pencemaran radioaktif thorium yang berasal dari pabrik ini terhadap pekerja dan penduduk terdekat di sekitar pabrik, (3) menentukan besarnya perbedaan risiko/bahaya radiasi antara penduduk terdekat sekitar pabrik dengan penduduk yang jauh dari pabrik.
Hipotesis yang diajukan : (1) konsentrasi nuklida radioaktif thorium dan anak luruhnya di udara kawasan pabrik dan di udara dalam pemukiman penduduk terdekat sekitar pabrik tidak melebihi ambang batas konsentrasi radioaktif thorium dan anak luruhnya yang diizinkan, (2) konsentrasi nuklida radioaktif thorium dan anak luruhnya yang terkandung di udara kawasan pabrik dan dalam kawasan pemukiman penduduk terdekat sekitar pabrik tidak memiliki potensi bahaya yang melebihi nilai batas yang diizinkan bagi pekerja dan penduduk, (3) ada perbedaan risiko/bahaya radiasi antara penduduk terdekat sekitar pabrik dan penduduk yang jauh dari pabrik dengan nilai perbedaan yang nyata.
Metodologi penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut; Pemilihan lokasi penelitian pabrik kaos lampu di Cengkareng ini berdasarkan pada pertimbangan lokasi pabrik berdekatan dengan lingkungan pemukiman penduduk yang cukup padat dan juga merupakan pabrik kaos lampu yang mempunyai kapasitas produksi terbesar di Jakarta dengan pemakaian bahan thorium nitrat 3 ton per bulan.
Sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah udara dan manusia yaitu pekerja dan penduduk. Teknik pengambilan sampel udara secara sampling purposip non probabilitas, berdasarkan pertimbangan; (1) jarak dari tempat kegiatan, (2) pembagian daerah medan radiasi sesuai dengan SK Dirjen BATAN No. PN 03/11601DJ1$9 tentang ketentuan Keselamatan Kerja terhadap Radiasi, (3) keberadaan pekerja atau penduduk pada lokasi sampling, (4) besarnya radioaktivitas yang terukur pada lokasi sampling sebagai fungsi jarak, (5) keterbatasan tenaga, waktu dan biaya. Berdasarkan pertimbangan teknik pengambilan sampel udara tersebut di atas maka titik sampel udara yang diambil dalam kawasan pabrik berjumlah 16 (enam betas) titik sampel dan pada batas pagar pabrik serta luar kawasan pabrik berjumlah 12 (dua betas) titik sampel.
Sedangkan sampel pekerja yang dipilih adalah pekerja radiasi pada kegiatan produksi yang bekerja menangani kaos lampu yang telah mengandung thorium nitrat dan penduduk yang dipilih sebagai sampel yaitu penduduk yang bermukim terdekat sekitar pabrik, baik bagian depan, belakang, kiri dan kanan pabrik. Besarnya sampel penduduk yang diambil berkisar 5%- 10% dari jumlah total penduduk pada setiap bagian dari daerah penelitian. Berdasarkan pertimbangan tersebut dipilih 30 sampel penduduk untuk setiap bagian daerah yang diamati.
Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan cara pengukuran langsung menggunakan peralatan lapangan dan laboratorium, wawancara berdasarkan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari bahan literatur, dari pabrik kaos lampu serta instansi lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Analisis data untuk memecahkan masalah tingkat pencemaran dan potensi bahaya radiasi yaitu analisis spektrum hasil pencacahan dengan metode penentuan puncak spektrum secara langsung kemudian dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan perumusan matematis dan analisis statistik uji t.
Untuk menyelesaikan masalah perbedaan risiko/bahaya radiasi antara penduduk terdekat sekitar pabrik dengan yang jauh dari pabrik menggunakan analisis kuantitatif risiko relatif dengan desain kasus-kontrol, variabel bebas paparan radiasi dan variabel terikat dosis radiasi yang diterima penduduk, selanjutnya dilakukan test kemaknaan uji Chi-Square yang diteruskan dengan uji koefisien kontingensi.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsentrasi thorium-228 dan thoron di udara dalam kawasan pabrik kaos lampu tidak melebihi nilai ambang batas yang diizinkan untuk daerah kerja radiasi yaitu 22,2.105 Bq/l untuk thorium-228 dan 11,1 Bq/l untuk thoron. Nilai konsentrasi thorium-228 dan thoron yang diperoleh dalam daerah sumber kegiatan produksi, yaitu thorium-228 berkisar dari tak terdeteksi sampai 1,56.10 Bq/l dan untuk thoron berkisar antara 4,47-11,04 SO. Tingkat pencemaran thoron dalam daerah sumber ini sudah terindikasi tetapi belum melebihi ambang batas yang diizinkan, sedangkan tingkat pencemaran thorium-228 tidak terindikasi. Pada daerah luar ruang kegiatan tetapi masih dalam kawasan pabrik, konsentrasi thorium-228 dari tak terdeteksi sampai dengan 8,05. 10'' Bq/l dan konsentrasi thoron berkisar antara 0,01-4,62 Bq/l, nilai ini sudah cukup rendah dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diizinkan, bahkan konsentrasi thorium 228 sangat rendah. Nilai konsentrasi thorium-228 dan thoron dalam kawasan pemukiman penduduk terdekat pada daerah penelitian, dari talc terdeteksi sarnpai 4,03.I0-v Bq/1 dan 0,0007 - 0,08 BO. Nilai ambang batas konsentrasi thorium-228 dan thoron yang diizinkan dalam daerah pemukiman penduduk sebesar 1.10-5 Bq/l dan 0,4 BO.
Besarnya tingkat potensi bahaya hasil penelitian yang diindikasi melalui besaran tingkat kerja dan dosis ekivalen efektif, yang diterima pekerja dan penduduk masih jauh di bawah nilai batas yang diizinkan, jadi belum mengidentifikasikan keadaan yang cukup berbahaya bagi pekerja dan penduduk. Nilai tingkat kerja yang diperoleh untuk pekerja berkisar dari 0,034-0,245 WL serta nilai dosis ekivalen efektif berkisar dari 5,6-20,96 m 5v/tahun, sedangkan nilai tingkat kerja yang diperoleh penduduk berkisar antara 0,001-0,013 WL dan nilai dosisnya berkisar dari 0,013-0,467 mSv/tahun. Ambang batas tingkat kerja dan dosis ekivalen efektif yang diizinkan untuk pekerja sebesar 1,2 WL dan 50 mSv/tahun serta untuk penduduk sebesar 0,04 WL dan I mSv/ tahun.
Hasil analisis risiko/bahaya radiasi bagi penduduk terdekat di belakang pabrik (berjarak 5-20 meter dari pagar belakang pabrik) dengan penduduk yang bermukim jauh dari pabrik (500-520 meter belakang kiri pabrik) adalah 16 (enam belas) kali, ini berarti bahwa penduduk yang bermukim dekat dengan pabrik akan mengalami kemungkinan menerima paparan radiasi interna sebesar 16 (enam belas) kali lebih besar dari penduduk yang bermukim jauh dari pabrik.

ABSTRACT
The use of radioactive material in Indonesia is becoming wider in various aspects of life, which covers many sectors in The National Development such as in nuclear medicine, agriculture, hydrology and industry.
Utilization of nuclear energy is aimed to increase people's welfare by emphasizing the safety and health of the community. However, the atomic energy not only provides benefits but also causes danger to the radiation workers, community and other environmental components. This requires a strict control and development in its operation. A radiation monitoring is required for industries, which utilize radioactive material in their production process.
An industry, which utilizes natural thorium radioactive material in the form of Thorium Nitrate (ThNO3) as a mixture of its raw material, or nylon fiber net lining is the incandescent gas mantle industry.
The production process of the incandescent gas mantle not only produce the incandescent gas mantle but also liquid, solid, and gas radioactive waste which are disposed to the environment with certain requirements. In this research will be investigate the thoron gas waste and solid waste in the form of radioactive dust particle which resulted from production process enable the air contamination in the plant and its vicinity area. This will cause the increase of the environmental radioactivity level.
The increasing environmental radioactivity in the air produces an internal and external danger potential, which threatens the workers and the community in the vicinity area of the plant. Thorium and its daughter product which is adhered to the air dust of the plant and the community settlement around the plant will be inhaled by the plants' workers and or the community, and then goes through lungs, which will cause an internal contamination. This will endanger the workers in the community. The radiation danger can be indicated in the form of working level and effective equivalent dose of lungs received by workers and the community. The value of the magnitude is compared with the permitted value.
Having considered the danger potential, it is necessary to conduct a research of radioactivity level in the plant working area and the outside of the incandescent gas mantle plant in the closest community settlement area. The danger level toward the workers and the community around the project can be estimated. Due to this condition some research questions arise: (1) whether the radioactive concentration in the air around the area and around the plant, which is resulted from the plant activities, not exceeds the limit threshold value allowed? (2) Whether the radioactive concentration in the air of the plant area and the closest community settlement around the plant have no radiation danger potential that not exceeds the limit threshold value allowed toward workers and the community? (3) Whether there is a risk or radiation danger between the closest community around the plant and those that settle far away from the plant and if there is a difference, what is the risk ratio between two of them?
The general objective of this research is to identify the air quality and radiation danger potential toward worker in the plant area and the community in the closest settlement area around the plant. The specific objectives are : (1) to identify the occurrence of thorium radioactive contamination in the plant air and the closest community settlement around the plant, (2) to determine thorium radioactive contamination danger potential from the plant toward workers and the closest community around the project, (3) to determine quantity of risk or radiation danger difference between the closest community around the plant and the community far away from the plant.
The hypothesis proposed: (1) the concentration of thorium radioactive nuclide and its daughter product in the air of plant area and the air of the closest community settlement area around the plant does not exceed the threshold of the permitted radioactive concentration, (2) Thorium radioactive nuclide' concentration and its daughter product in the air and the closest community settlement area have no danger potential, that not exceeds the limit threshold value allowed toward workers and the community, (3) there is difference in risk between the community around the plant and those of far away from the plant, with significant different value. The methodology used is as follows; the selection of the incandescent gas mantle in Cengkareng and the closest community settlement environment based on consideration that the plant location nears the densely populated settlement area. Besides, the plant has the largest production capacity in Jakarta, which uses 3 tons of nitrate thorium.
As a unit of analysis in this research is the air and human being, that is workers and community. The air sampling techniques is non-probability purposive sampling, based on consideration: (1) distance from the site of activity, (2) division of radiation filed area according to decree of Directorate General of BATAN (National Atomic Energy Agency) No. PN 0311 I501DJ/89 concerning Work Safety Regulation toward radiation, (3) presence of workers or community in the sampling location, (4) the amount of radioactivity measured in the sampling location as a function of distance, (5) lack of personnel, time and fund. In the air sampling techniques the number of air sampling points in the plant area is 16 and in the plant fence, outside of the plant area is 12 samples.
While the workers samples area selected from radiation workers in production activity which handle the incandescent gas mantle which contain nitrate thorium. The community selected, as samples are those who live closest to the plant, in the front, in the back, the right and the left of the plant. The amount of samples taken was range from 5% - 10% of the total community in each research area. Based on the
The primary data collection is done by a consideration 30 samples of people are selected for each area observed direct measurement using field equipments and laboratories, interview based on questionnaire. While the secondary data is obtained from literatures and from the incandescent gas mantle and other related instances relevant with the problems being studied.
The data analysis to solve the contamination level and radiation danger potential is done by spectrum analysis of the counting results with direct spectrum peak determination method which then continued with counting using mathematical formulation and t-test statistical analysis. While to solve the radiation danger risk difference between the community closest to the plant and those of far away from the plant using relative risk quantitative analysis with design of case-control, radiation exposure independent variable which is received by the community. Then a chi-square significance test is done which then continued with the contingency coefficient test.
From the research result, it can be identified that the thorium-228 and thoron concentration in the air of the incandescent gas mantle plant are not exceeding the threshold value allowed for radiation area that is 22,2 10-5 Bq/l for thorium-228 and 11,1 Bq/l for thoron. The thorium-228 and thoron concentration observed in production activity area range from no detectable to 1,56.10-5 Bq/l for thorium-228 and range from 4,47 to 11.04 Bq/l for thoron.
The thoron contamination level in the source area have been indicated, but have not exceeds the allowed threshold value, while the thorium-228 contamination level is not indicated. For outside area of the plant environment, the thorium concentration from undetectable to 8,05.10 Bq/l and thoron concentration range from 0,01 - 4,62 BO, the value is relatively low compared with the allowed threshold value, the thorium-228 concentration is very low. While thorium-228 concentration value in the closest community in the researched region, from undetectable to 4,03.10' Bq/l and 0,0007 - 0,08 BO. The thorium-228 threshold and thoron allowed in the community settlement is 1.105 and 0,4 Bq/l.
The extent to which the danger potential of the research result indicated through the performance level and effective equivalent dose, which is received by workers and the community is far below the allowed value limit. The value obtained, performance level for workers range from 0,034 - 0,245 WL and its effective equivalent dose range from 5,6 - 20,94 mSv, while for the community the performance level range from 0,001 - 0,013 WL and its dose range from 0,014 - 0,467 mSv. The performance limit value and effective equivalent dose allowed for workers is 1,2 WL and 50 mSv/year and for community is 0,04 WL and 1 mSv/year.
The radiation exposure risk-analysis for the community in the back of the plant (5- 20 m from the back fence of the plant), and the community far away from the plant (500 - 520 m in the back left of the plant) is 16 times larger, which means that the community close to the plant will exposure internal radiation exposure 16 times than those that live far away from the plant.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mudarisin
"Sungai adalah torehan dipermukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air dan material yang dibawa dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah pengaliran ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya bermuara ke laut.
Sungai Cipinang merupakan salah satu dari 13 Sungai di DKI Jakarta yang mengalir melewati Kotamadya Jakarta Timur dengan hulu sungai Situ Jatijajar Kotamadya Depok dan bermuara di Sungai Sunter. DAS Sungai Cipinang meliputi 5 wilayah kecamatan di Kotamadya Jakarta Timur Yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Makasar dan Kecamatan Jatinegara. Luas DAS Cipinang 4.526,32 Ha dan panjang sungai 30,165 km.
Di Daerah pengaliran Sungai ini terdapat berbagai kegiatan usaha yaitu kegiatan industri, rumah sakit dan pemukiman. Dengan adanya berbagai kegiatan ini maka sungai Cipinang selain menampung curah hujan juga menampung limbah dari berbagai kegiatan tersebut. Akibat masuknya beban limbah dari berbagai kegiatan tersebut tanpa didukung oleh kemampuan daya tampung sungai yang memadai maka terjadilah pencemaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan kualitas air sungai Cipinang dan pengolahan data dengan metode storet yang dilakukan BPLHD DKI Jakarta.
Adanya industri dan usaha kegiatan lainnya seperti pasar dan rumah sakit di sepanjang daerah aliran Kali Cipinang Jakarta Timur pada satu nisi dapat membawa keuntungan bagi penduduk karena terciptanya lapangan kerja serta meningkatnan pendapatan perkapita, sedangkan dampak yang lebih terasa akibat adanya industri tersebut adalah meningkatnya pencemaran lingkungan. Di sepanjang sungai Cipinang terdapat ± 60 Industri besar dan menengah yang terdiri atas industri makanan, farmasi, tekstil dan proses metal (Elektropating), kemudian 5 rumah sakit , dan 5 pasar yang berpotensi besar sebagai sumber pencemar.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian:
1) Apakah beban pencemar yang berasal dari kegiatan Instansional (industri, rumah sakit dan pasar) lebih besar dari pencemar yang berasal dari kegiatan pemukiman (rumah tangga),
2) Berapa besar nilai kecepatan reakasi orde satu,(k) Sungai Cipinang yang merupakan faktor penting dalam pengendalian pencemaran zat organic,
3) Berapa besar daya tampung sungai Cipinang terhadap beban pencemar baik yang berasal dari kegiatan instansional maupun non-instansional (pemukiman penduduk).
Hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini adalah:
1). Beban pencemar organik dari kegiatan permukiman penduduk lebih besar dibandingkan dengan beban dari kegiatan instansional (industri, rumah sakit dan pasar).
2). Jika koefisien kecepatan rekasi orde satu (k) diketahui maka strategi pengendalian pencemaran sungai cipinang dapat dirumuskan.
3). Daya tampung Sungai Cipinang akan meningkat jika pasokan debit ditingkatkan dan pengurangan beban masuk pada Sungai.
Variabel penelitian adalah debit, kecepatan aliran, waktu alir, kadar BOD. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran lapangan kecapatan aliran dengan current meter, pengambilan sampel air limbah untuk dianalisis di laboratorium dan data sekunder dari Pemerintah Daerah DICE Jakarta. Pemilihan lokasi sampling berdasarkan segmentasi/ruas yang ada.
Perhitungan daya tampung beban dilakukan dengan metoda Streeter-Phelp sedangkan nilai kecamatan reaksi orde satu (k) dilakukan dengan metoda Thomas.
Analisis BOD dilakukan dengan metode Winkler di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI dengan hasil sebagai berikut: JI. Radar AURI ( 12.92 mg/lt), J1. Lap-tembak ( 20 mg/lt), 31. Ciracas ( 34 mg/lt), Lingkar Rambutan (48 mg/lt), JI.Pondok Gede (111 mg/lt), Halim PK ( 66 mg/lt) dan JI. Basuki Rahmat (90 mg/lt)
Hasil perhitungan beban pencemar domestik adalah sebagai berikut: Ruas-1 (1.115 kg/hari), ruas-2 (1.592 kg/hari), Ruas-3 (2.193 kg/hari), Ruas-4 (4.349 kg/hari), Ruas-5(3.740 kg/hari), Ruas-6 (3.064 kg/har), Ruas-7 (5.039 kg/hari). Sedangkan untuk beban pencemar industri adalah : Ruas - 1(7,97 kg/khari), Ruas-2( 97,76 kg/hari), Ruas-3 (56,25 kg/har), Ruas-4 (167,94 kg/hari), Ruas-5 (47,03 kg/hari) dan Ruas- 6(30 kg/hari).
Hasil simulasi perhitungan daya tampung beban pencemar dengan metode Streeter-Pheip dengan nilai (k) =0,28 Jika Debit awal 2,5 m3/lt, BOD = 5 mg/lt, BOD Pddk = 50 mg/lt, dan Industri Zerro adalah sebagai berikut : JI.Radar (1.080 kg/hari), Lap.Tembak (2.220 kg/hari), Ciracas (4.173 kg/hari), Lingkar Ram (6,923 kg/hari), Pondok Gede (12,2914 kg/hari), Halim Pk (16,704 kg/hari), Basuki R (20.182 kg/hari) dan IG.Ngurah Rai (27,53 kg/hari).
Menjawab beberapa rumusan permasalahan di atas, beberapa kesimpulan dibuat sebagai berikut :
1. Beban limbah Domestik mempunyai kontribusi 98 °ft sedangkan beban limbah Industri 2 %, dengan demikian kontribusi beban domestik jauh lebih besar dibandingkan dengan Industri.
2. Nilai kecepatan reakasi orde satu (k) Sungai Cipinang cukup besar yaitu 0,28 / hari hal ini menunjukkan bahwa potutan pada Sungai Cipinang didominasi oleh zat organik dengan demikian sebenarnya Sungai Cipinang mempunyai potensi yang cukup besar untuk melakukan self Purification. Namun karena panjang Sungai hanya ± 30 km sehingga waktu alir relatif singkat maka proses self Purification yang terjadi tidak optimal.
3. Daya tampung Sungai Cipinang pada kondisi existing sangat rendah namun demikian daya tampung dapat ditingkatkan jika pasokan debit dari hulu diperbesar dengan tetap menjaga kualitas, Melakukan intervensi terhadap limbah domestik sambil tetap melakukan pengawasan limbah dari kegiatan Industri sehingga pemulihan sungai terwujud.
Berdasarkan hasil pembahasan, saran-saran yang dapat diberikan adalah :
1. Melakukan pengelolaan secara terpadu melalui pendekatan ekosistem dari hulu sampai hilir antara Pemerintah DKI Jakarta dan Kotamadya Depok dalam melakukan pengendalian pencemaran terutama dalam pasokan debit dan kualitas air di bagian hulu sebelum masuk ke Kotamadya Jakarta Timur.
2. Melalukan pengolahan limbah domestik sebelum dibuang ke sungai dengan membangun IPAL komunal baik dilakukan oleh Pemerintah maupun swadaya masyarakat.
3. Melakukan pembinaan secara intensif kepada para perusaha industri yang dalam proses produksinya mengeluarkan atau membuang air limbah ke Sungai Cipinang, untuk berperan serta aktif dalam mencegah pencemaran dengan mentaati ketentuan beban limbah yang ditentukan.
4. Melakukan pengawasan dan tindakan tegas terhadap para pengusaha yang membuang air limbahnya tidak memenuhi ketentuan serta memberikan pengahragaan kepada pengusaha yang selalu taat dan patuh dalam melakukan pengelolaan lingkungan.
Daftar Kepusatakaan : 40 (1982 ? 2004)

River is engrowing on the earth surface that is representing natural waterway is leading the water and other constituents from the upstream area to the downstream area and finally is flowing into the sea.
Cipinang River is one of 13 (thirteen) river in Jakarta is flowing through the East Jakarta Municipality with upstream of this river is Jatijajar Pond in Depok Municipality and is jointing into the Sunter River. Watershed of Cipinang River is including 5 (five) districts in East Jakarta Municipality namely Pasar Rebo District, Ciracas District, Kramat Jati District, Makasar District, and 3atinegara District. The Cipinang Watershed area is 4,526.32 Ha and length of the river is 30.165 km.
There are various business activities in this river basin such as industrial activity, hospital, and human settlements. Cipinang River is carrying all wastes from those activities too, while it is carrying the rainfall. The impact of all wastes from those activities without supported by river's carrying capacity is created the contamination. It will proved by monitoring the water quality of Cipinang River and data are processing with staret method is done by BPLHD DKI Jakarta, is noted at the following Table 1-1:
The advantages of the industry and other activities existence like traditional markets and hospital to the community who leaves all along this river development basin in East Jakarta are creating some employment and are increasing income per capita, while the impacts of those industries are increasing the environmental stained. There are ± 60 middle and big industries along the Cipinang River such as food industry, pharmacy, textile, and metal process (Electroplating), moreover, 5 (five) hospitals and 5 (five) traditional markets are potentials as wastes production.
Based on the background at the above mentioned, the problems of this research are:
1) Are the institutional activities (industries hospital, and markets) having more waste than household activity's?
2) How fast the first order (k) reaction of Cipinang River that is important factor in organic waste controlling?
3) How big is Cipinang River's carrying capacity from all waste, even they are coming from institutional activities or they are coming from non-institutional activities (human settlement)?
This research's hypotheses are:
1) The human settlement activity has more organic wastes than the institutional activities (industry, hospital, and market),
2) If velocity of the first order (k) has been known, waste controlling at Cipinang River can be formulated,
3) Cipinang River's carrying capacity will be mounted up if there is an increasing discharge from the upstream.
Research variables are discharge, velocity, time, and BOD concentration. Current meter on site did data collection such as velocity measurement, waste sampling was analyzed in laboratory, and secondary data was obtained from DKI Jakarta Local Government. Sampling location was based on water trench.
Carrying capacity was estimated by Streeter - Phelp method, while the first order reaction in each district was estimated by Thomas method. BOD was analyzed in Environmental Health Technical Policlinic Laboratory - Health Department of RI by Winkler method with the following result: 31. Radar AURI (12.92 mg/L), 31. Lap. Tembak (20 mg/L), 31. Ciracas (34 mg/L), Lingkar Rambutan (48 mg/L), 31. Pondok Gede (111 mg/L), Halim PK (66 mg/L), and 31. Basuki Rahmat (90 mg/L).
The simulation result was indicating that domestic wastes were as follows: 1st segment (1,115 kg/day), 2nd segment (1,592 kg/day), 3rd segment (2,193 kg/day), 4th segment (4,349 kg/day), 5th segment (3,740 kg/day), 6th segment (3,064 kg/day), and 7th segment (5,039 kg/day). Meanwhile, the industrial wastes were as follows: 15t segment (7.97 kg/day), 2nd segment (97.76 kg/day), 3rd segment (56.25 kg/day), 4th segment (167.94 kg/day), 5th segment (47.03 kg/day), and 6th segment (30 kg/day).
Waste carrying capacity was estimated by Streeter-Phelp, which has (kk value = 0.28 if the discharge comes from the upstream was 2.5 m /sec, BOD concentration = 5 mg/L, BOD Pddk concentration = 50 mg/L, and Industrial BOD concentration was zero was as follows: 31. Radar (1.080 kg/day), 31. Lap. Tembak (2,220 kg/day), II. Ciracas (4,173 kg/day), Lingkar Rambutan (6,923 kg/day), 31. Pondok Gede (12,291 kg/day), Halim PK (16,704 kg/day), 31. Basuki Rahmat (20,182 kg/day), and 31. I. G. Ngurah Rai (27,530 kg/day).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Wahdanadi Haidar
"Telah dilakukan penelitian mengenai penghematan bahan bakar dan pengaturan polusi pada sepeda motor 4 langkah. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari bagaimana menghasilkan pembakaran optimal pada mesin sepeda motor sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit dan polusi udara yang dihasilkan mesin berkurang. Karburator sepeda motor Karisma diatur secara otomatis berdasarkan konsentrasi gas CO yang dihasilkan mesin yang dioperasikan pada 1500 RPM. Pengaturan karburator dikendalikan oleh stepper motor, sementara konsentrasi gas CO diukur dengan menggunakan sensor gas Figaro TGS 2104. Kedua peralatan ini diawasi dan diatur oleh sebuah mikrokontroler yang menentukan pengaturan yang sesuai. Pengaturan optimal ditandai dengan konsentrasi gas CO yang dihasilkan mesin sebesar 1% dan juga konsumsi bahan bakar yang lebih hemat, dimana dengan pengaturan yang baru untuk 1 liter bensin sepeda motor dapat menempuh 1-3 Km lebih jauh dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

Research about automatic fuel efficiency and pollution control for motorcycle has been conducted. The objective of this research is to learn how to make an optimum burning in motorcycle engine so less fuel consumed and less pollution produced by the engine. The carburator of Karisma motorcycle engine is set automatically based on the CO gas concentration produced by the engine that is operated within 1500 RPM. The carburator setting is controlled through a stepper motor, while the CO gas concentration is measured using The TGS 2104 Figaro gas sensor. This two devices are monitored and controlled by a microcontroller that determines the proper setting. Optimal setting is marked by 1% CO gas concentration produced and also the more efficiency fuel consumed by the engine, where with the new setting 1 liter fuel the motorcycle can travel 1-3 Km farer than the original setting."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S28840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imra Asy Ari
"ABSTRAK
ISPA merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita didunia,
khususnya di negara berkembang. Kematian tersebut diperkirakan 2-5 juta setiap
tahunnya. Di Indonesia prevalensi ISPA masih tinggi yaitu 25,5% menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Faktor utama penyebab ISPA adalah polusi
udara dalam ruangan yang umumnya berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
biomass, batu bara, dan minyak tanah yang digunakan rumah tangga untuk
memasak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan bakar
dan tempat memasak rumah tangga terhadap kejadian ISPA pada balita di
pedesaan Indonesia tahun 2007 setelah dikontrol seluruh confounding. Desain
studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional analysis dengan
menggunakan data SDKI 2007. Analisis penelitian melakukan pembobotan
sehingga peneliti menggunakan analisis complex design survey dengan populasi
sumber berasal dari 33 propinsi di Indonesia, yaitu sebanyak 7.602 responden.
Hasil analisis didapatkan prevalensi ISPA pada balita sebesar 12,0%. Jenis bahan
bakar memasak berisiko 1,459 kali (CI 95%: 1,011-2,105) terhadap kejadian
ISPA pada balita dengan p value: 0,047 (ada hubungan yang signifikan). Jenis
kelamin anak, status imunisasi BCG, lama pemberian ASI, berat badan lahir anak,
pemberian vitamin A, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan tingkat kesejahteraan
keluarga merupakan variabel covariat yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kejadian ISPA pada balita dengan p value < 0,05. Analisis multivariat
Cox Regression didapatkan balita yang tinggal pada polusi dapur rumah tangga
tinggi polusi berisiko 1,217 kali (CI 95%: 0,767-1,931) untuk menderita ISPA
setelah dikontrol variabel covariat. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
pada masyarakat untuk memasak yang menggunakan bahan bakar high pollutan
dalam rumah agar memperhatikan sirkulasi udara pada tempat memasak dan bagi
pemerintah agar dapat memberikan KIE tentang pengendalian polusi udara dalam
ruangan.

ABSTRACT
ARI is the leading cause of death in infants and children under five in the world,
particularly in developing countries. The estimated 2-5 million deaths annually.
ARI prevalence in Indonesia is still high at 25.5% according to the results of the
2007 Basic Health Research. ARI is the main factor causing indoor air pollution,
primarily from the burning of biomass fuels, coal, and kerosene are used by
households for cooking. This study aimed to determine the effect of cooking fuel
type and household kitchen of ARI events in children under five years in rural
Indonesia in 2007 after a controlled throughout confounding. Study design used in
this study is cross-sectional analysis using data from Demographic and Health
Survey 2007. Analysis of the research done so that investigators use a weighted
analysis of complex survey design with source populations from 33 provinces in
Indonesian, as many as 7,602 respondents. Analysis we found the prevalence of
ARI in children under five years are 12.0%. Type of cooking fuel have risk 1.459
times (95% CI: 1.011 to 2.105) of ARI Events In Children Under Five Years with
a p value: 0.047 (no significant relationship). Sex of the child, BCG immunization
status, duration of breastfeeding, birth weight children, vitamin A, maternal
education, maternal employment, and family welfare is covariat variables that
significantly affect the incidence of respiratory infection in childrens with p value
<0.05 . Multivariate Cox Regression analysis found that childrens living in the
household kitchen high pollution have risk 1.217 times (95% CI: 0.767 to 1.931)
of ARI Events In Children Under Five Years after controlling for covariat
variables. Based on the results of this study suggested that people use for cooking
fuel high pollutants in the house to pay attention to air circulation on a place to
cook and for the government to provide IEC about controlling indoor air
pollution."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>