Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rustam Budiman
"Alasan dan Tujuan penelitian adalah membantu calon investor memahami konsep dasar, kelayakan praktek restrukturisasi modal di Indonesia serta dampaknya terhadap kepentingan mereka. Metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan. Bahan- bahan referensi berasal dari text book, majalah surat kabar dan prospektus.
Ditinjau dari sudut akuntansi, Restrukturisasi Modal berupa kapitalisasi laba ditahan, agio dan hutang jangka panjang diperkenankan. Di lain pihak, kapitalisasi selisih revaluasi aktiva tetap dan pertukaran saham tidak layak untuk dipraktekkan. Di Indonesia, meskipun kapitalisasi laba ditahan, agio dan hutang jangka panjang secara akuntansi dapat diterima, namun praktek ini bersama -sama dengan kapitalisasi selisih revaluasi aktiva tetap dan pertukaran saham, telah dimanfaatkan untuk mempertahankan superioritas pemegang saham lama terhadap investor baru dan juga untuk meningkatkan kekayaan pribadi pemegang saham melalui mekanisme partial listing.
Praktek Restrukturisasi Modal di Indonesia terlampau bebas. Transaksi pertukaran saham dan kapitalisasi selisih revaluasi aktiva tetap sebaiknya dilarang sedangkan untuk jenis restrukturisasi modal lainnya Bapepam perlu mengendalikan praktek-praktek ini dalam batas-batas yang wajar agar tidak merugikan investor, khususnya investor awam."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson
"ABSTRAK
Sebelum krisis ekonomi melanda kawasan Asia dan Indonesia tahun 1997, salah satu lokomotif perekonomian Indonesia selain sektor perbankan adalah sektor properti, baik property untuk usaha maupun tempat tinggal. Namun, seperti sektor perbankan Indonesia yang pada waktu itu mengalami keterpurukan, sektor properti juga termasuk yang mengalami dampak paling parah akibat gejolak perekonomian regional Asia. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat Indonesia secani signifikan serta mahalnya biaya produksi yang harus ditanggung oleh perusahaan-perusahaan properti. Faktor yang terakhir ini timbul akibat jatuhnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap beberapa mata uang asing, terutama dollar Amerika Serikat. Di lain pihak, perusahaan-perusahaan properti tersebut telah banyak menggalang dana pinjaman dari dalam maupun luar negeri dengan berbagai mata uang asing, sehingga jumlah hutang mereka meningkat secara signifikan akibat melcmahnya kurs rupiah dan terancam default.
PT ABC Tbk sebagai salah satu grup perusahaan pengembang properti yang telah go public di Indonesia juga melakukan pinjaman pada bank dan lembaga keuangan dalam dan luar negeri untuk ekspansi usahanya. Proyek pembangunan perumahan, lapangan golf dan pusat perbelanjaan serta pemiagaan terus dikembangkan oleh grup ini di beberapa kota besar Indonesia.
Namun karena pinjaman untuk ekspansi usaha tersebut sebagian besar diperoleh dalam mata uang dollar Amerika Serikat dan tidak dilindung nilai (hedging) secara memadai, perusahaan mengalami kesulitan ketika nilai tukar rupiah mengalarni penurunan yang sangat drastis terhadap dollar. Jumlah hutang yang tercatat pada laporan keuangan PT ABC Tbk menjadi sangat besar karena selisih kurs mata uang yang digunakan. Dengan penghasilan dari penjualan properti di dalam negeri yang sebagian besar menggunakan mata uang rupiah, perusahaan berpotensi untuk tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar pinjaman yang telah diperoleh tersebut, yang sebagian besar jatuh tempo antara tahun 1998 dan 1999.
Sejak tahun 1999, pinjaman yang diperoleh PT ABC Tbk dari bank-bank dalam negeri telah
dialihkan kepada Badari Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk direstrukturisasi. Demikian pula halnya dengan pinjaman yang diperoleh dari bank dan lembaga keuangan asing,
sedang dilakukan negosiasi dengan para kreditur untuk direstrukturisasi. Altematif yang digunakan untuk restrukturisasi dengan BPPN maupun kreditur asing ini antara lain dengan
penerbitan convertible bond, perpanjangan waktu pembayaran pokok pinjaman maupun haircut
atas bunga pinjaman.
Penulisan karya akhir ini mencoba menganalisa skema restrukturisasi hutang yang sebagian besar telah disepakati dengan para kreditur dan mulai dilaksanakan oleh PT ABC Tbk pada tahun 2002 serta melihat pengaruhnya terhadap nilai Perusahaan. Dengan menggunakan metode discounted cash flow dan berbagai asumsi yang menyertainya terlihat bahwa nilai Perusahaan pada akhir tahun 2002 adalah sebesar Rp 290,08 per lembar saham, lebih tinggi dibandingkan harga saham PT ABC Tbk di Bursa Efek Jakarta pada saat yang sama yaitu Rp 80 per lembar saham.
Penulisan karya akhir ini juga mencoba untuk memberikan altematif skema restrukturisasi
hutang melalui perpanjangan masa jatuh tempo pembayaran dengan tujuan untuk melihat apakah
dapat memberi dampak yang lebih baik terhadap aktivitas Perusahaan tanpa mengabaikan
kepentingan para pemegang saham. Dengan menggunakan metode penilaian yang sama dan
berbagai asumsi yang menyertainya, diperoleh nilai Perusahaan yang tidak jauh berbeda dengan
hasil penilaian sebelumnya, yaitu Rp 289,24 per lembar saham. Meskipun demikian, secara
kualitatif altematif restrukturisasi hutang ini diyakini akan memberi nilai lebih bagi Perusahaan karena lebih menjamin ketersediaan kas bagi Perusahaan untuk berekspansi lebih lanjut. Hal ini
mengingat bahwa di awal tahun 2003, seperii banyak diprediksi oleh para pengamat ekonomi dan
prope1ii, merupakan laagkah awal kebangkitan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, PT ABC
Tbk tetap memiliki kekuatan secara finansial, yang tercermin dari ketersediaan kas Perusahaan,
untuk menangkap peluang usaha pada ekonomi Indonesia yang mulai bangkit ini.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunadi
Jakarta : Salemba Empat, 2001
336.207 GUN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Cipta Jaya, 2001,
R 336.2 Per
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Amelitta Y. H.
"Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi investasi perusahaan pada sektor pertanian, pertambangan, dan barang konsumsi Indonesia selama tahun 2004 hingga 2007. Faktor-faktor yang akan diuji adalah leverage, growth opportunity, arus kas, dan penjualan. Penelitian ini juga akan menguji bilamana growth oportunity sebagai intervening variable dapat mempengaruhi kuat-lemahnya hubungan leverage dengan investasi. Dalam penelitian ini akan dilakukan regresi untuk berbagai definisi arus kas sertaregresi untuk sebelum dan sesudah penyesuaian efek industri. Hasil regresi yang diperoleh akan saling diperbandingkan untuk encapai kesimpulan penelitian yang tepat. Juga, hasil regresi dari penelitian ini akan diperbandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Oleh karena data penelitian berupa data panel maka penelitian ini akan menggunakan pengolahan data panel. Penelitian ini menjalankan dua macam uji yaitu Chow Test dan Hausman Test untuk menentukan model pengolahan data panel yang paling tepat. Data penelitian yang igunakan adalah data tahunan yang diambil dari laporan keuangan perusahaan dan harga pasar saham perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S6046
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Latania Barona
"Diawali oleh krisis nilai tukar yaang terjadi sejak semester II tahun 1997, kinerja perekonomian Indonesia menurun tajam dan berubah menjadi krisis yang berkepanjangan di berbagai bidang. Krisìs tersebut kemudian berkembang semakin parah karena terdapatnya berbagai kelemahan mendasar di dalam perekonomian nasional, terutama di tingkat mikro. Bersamaan dengan itu, pengelolaan perekonomian dan sektor usaha (corporate governance) yang kurang efisien serta sistim perbankan yang rapuh menyebabkan gejolak nilai tukar berubah menjadi krisis utang swasta dan krisis perbankan. PT Bakrie Building Industries. adalah salah satu dan anak perusahaan publik swasta nasional terbesar di Indonesia (holding company) yaitu PT Baknie & Brothers Thk. yang terkena dampak krisis tersebut.
Ada dua hal yang mendorong Perusahaan masuk ke dalam perangkap krisis tersebut. Pertama, dinamisme perekonomian Indonesia yang semakin meningkat telah menimbulkan keyakinan yang berlebihan (over confidence) pada diri investor asing sehingga mengurangi kehati-hatian mereka dalam memberikan pinjaman kepada dunia usaha di Indonesia. Kedua, Perusahaan memanfaatkan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri untuk meningkatkan pinjaman dari luar negeri, terutama dalam bentuk pinjaman swasta jangka pendek. Pada saat yang bersamaan nilai tukar rupiah yang relatif stabil sejak beberapa tahun terakhir, teiah menimbulkan adanya kepastian terhadap perkembangan kurs (implicit guarantee) sehingga meningkatkan keyakinan Perusahaan akan kemantapan perkembangan ekonomi. Ketersediaan pembiayaan yang relatif mudah diperoleh menyebabkan Perusahaan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha sebaga mana tercermin pada tingginya pangsa utang luar negen berjangka pendek yang digunakan untuk pcmbiayaan investasi berjangka panjang (maturity gap).
Perkembangan ini dengan sendinnya menimbulkan kerentanan perusahaan terhadap gejolak nilai tukar dan telah mendorong Perusahaan menuju kekepailitan. Saat ini Perusahaan merencanakan melaksnakan pembayaran kewajiban melalui Peranjian Perdamaian Pengaturan Kembali Utang untuk membebaskan perusahaan dan semua kewajiban berkenaan dengan utang yang alcan direstrukturisasi dan untuk memaksimalkan nilai yang harus dikembalikan kepada para Kreditur Peserta. Sebagai pertimbangan atas dibebaskannya dari kewajiban tersebut, Perusahaan akan melunasi hutangnya dengan cara:
  1. melunasi sesuai jadwal jatuh tempo
  2. menjadwalkannya kembali
  3. mengkonversi hutang menjadi modal
  4. penertiban Obligasi Konversi (Convertible Bonds)
Diharapkan setelah proses restrukturisasi yang menyeluruh selesai, Perusahaan dan Anak Perusahaan akan memiliki tingkat hutang yang dapat ditanggung dan akan berada dalam posisi yang tepat untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa mendatang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Prabandari
"Dalam rangka memperoleh dana yang besar guna mendukung kegiatan ekspansi usaha, perusahaan tidak boleh mengabaikan upaya untuk memperkokoh struktur finansialnya. Struktur finansial mencerminkan bagaimana aktiva perusahaan dibelanjai, dan hal ini tercermin pada komposisi pasiva dalam neraca. Berdasar asumsi bahwa pendanaan perusahaan yang sehat pada awalnya harus dibangun dengan modal sendiri, maka aturan struktur finansial vertikal yang konservatif menetapkan Batas perimbangan yang harus dipertahankan suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (hutang) dan modal sendiri yang tercermin dalam Debt-to-Equity Ratio tidak boleh lebih dari 1.
Dengan mempertimbangkan aspek FRICT (flexibility, risk income, control, dan timing), upaya memperkokoh struktur finansial perusahaan dengan menambah modal sendiri dianggap sebagai cara yang paling aman dan menguntungkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal.
Didasarkan pada asumsi bahwa debt-to-equity ratio (DER) perusahaan akan turun setelah perusahaan go publik penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signikan antara DERt-1dan DERt-0, DERt-1 dan DERt+1,, DERt-0 dan DERt+1, DERt-0 dan DERt+2, serta antara DER t+I dan DERt+2. Penelitian terhadap 147 emiten Baru yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun 1989-1993 ini dilakukan dengan mengelompokkan objek penelitian kelompok sub sektor, kelompok tahun listing, dan masing-masing perusahaan secara keseluruhan.
Dengan menggunakan alat uji statistik "matched pairs samples method"dalam melakukan analisa, penelitian ini memberikan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara DERt-0 dan DERt-1, yaitu DERt-o < DERt-1, untuk seluruh kelompok penelitian yaitu pengelompokan berdasar sub sektor, tahun listing, dan masing-masing emiten secara keseluruhan. Demikian pula halnya penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa DERt+1< DER t-1, atau dengan kata lain ada perbedaan yang sign ifikan antara DERt+1 dan DERt-1 untuk seluruh emiten yang diobservasi.
Pengujian antara DERt+1 dan DERt-0 memberikan kesimpulan bahwa untuk kelompok sub sektor maka diluar sub sektor real estate and property terdapat perbedaan yang signifikan antara DER t+1 dan DERt-0, Atau dengan kata lain hanya sub sektor real estate and property menunjukkan DERt+1 > DERt-0. Sementara untuk kelompok tahun listing, hanya emiten yang listing tahun 1991 dan 1992 saja yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara DER t+1 dan DERt-0 Atau dengan kata lain emiten yang listing tahun 1989, 1990 dan 1993 menunjukkan DERt+1 > DERt-o. Namun demikian secara keseluruhan emiten yang diobservasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara DER t+1 dan DERt-o. Atau dengan kata lain secara keseluruhan emiten yang diobservasi menunjukkan DER,+1 >DERt-o."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T5889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kama Abdul Hakam
"Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) didirikan berdasarkan keputusan Presiden R.I. No. 27 tahun 1998 tanggal 26 Januari 1998 bertujuan untuk menyehatkan perbankan melalui kebijakan restrukturisasi, menyelesaikan kredit bermasalah dan mengupayakan pengembalian hutang negara yang tersalur di sektor perbankan. BPPN dengan kewenangannya yang besar yaitu memiliki sifat lex specialis (berlaku aturan khusus) telah menjalankan program restrukturisasi terhadap bank-bank yang telah direkapitalisasi dengan obligasi pemerintah. Restrukturisasi yang dimaksudkan untuk menyehatkan perbankan nasional tersebut dilakukan dengan memelihara dan merestrukturisasi asset yang dialihkan dan kewajiban dari bank-bank; mengkonsolidasikan dan menggabungkan (merger) atau menjual saham bank yang diambil alih; dan merekapitalisasi bank. Biaya penyehatan perbankan nasional tersebut menghabiskan dana sebesar Rp 794,96 trilyun. Penilaian kinerja perbankan Indonesia dalam pengelolaan restrukturisasi oleh BPPN yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan sebagian tolak ukur CAMELS (capital, asset quality, management, equity, liquidity dan sensitivity to market risks) dengan Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit Bank Umum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tahun 2004 berada pada peringkat 2 (dua) dengan nilai 35,71. Angka ini menunjukkan bahwa perbankan nasional dalam pengelolaan restrukturisai BPPN tahun 1999-2003 tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun mempunyai kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Irana
"Krisis moneter yang lalu menyebabkan rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar, perubahan kepemimpinan, perubahan peraturan dan program berdampak besar terhadap industri farmasi Indonesia. PT. X merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan terbuka yang bergerak di bidang farmasi. Jenis produk yang dihasilkan antara lain berupa obat-obatan beresep, bahan mentah, dan produk OTC. PT. X mengalami kesulitan karena struktur bahan bakumya 90% impor. Otonomi daerah yang diberlakukan pada tahun 2002 mengakibatkan perusahaan tidak mendapatkan inpres dan subsidi dari pemerintah, yang berakibat penurunan pada performance perusahaan secara menyeluruh, sehingga perusahaan harus menjalankan strategi mempertahankan pangsa pasar dan kembali fokus pads bisnis inti melalui restrukturisasi perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses restrukturisasi perusahaan yang lebih memfokuskan pada bisnis inti serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan metode EVA. Metode EVA merupakan alat ukur kinerja yang menghitung penciptaan nilai bagi pemegang saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses restrukturisasi perusahaan yang meliputi: restrukturisasi bisnis/usaha, restrukturisasi organisasi dan restrukturisasi keuangan menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Restrukturisasi usaha dengan membentuk dua anak perusahaan yaitu PT. X Trading & Distribusi dan PT. X.
Apotek mampu mengurangi kompleksitas jalur distribusi dan dapat meningkatkan kontribusi penjualan. Pengembangan dan strategi usaha yang dilakukan dengan merubah logo perusahaan, penataan struktur organisasi, pengembangan budaya dan nilai inti perusahaan, pengembangan sistem informasi dan sistem pelaporan akunting membuat karyawan dan manajemen lebih solid dalam melakukan pekerjaan.
Dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan restrukturisasi perusahaan, rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja keuangan PT. X yang membaik ditandai dengan laba bersih setelah pajak yang tebih besar dari tahun sebelumnya. Hasil perhitungan menunjukkan nilai EVA yang negatif untuk tahun 2001-2003 dan tahun 2005 yang berarti manajemen perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai pada tahun tersebut. Perusahaan belum memanfaatkan dana yang didapat baik melalui hutang maupun ekuitas. EVA tahun 2004 menunjukkan nilai positif namun nilai EVA ini Iebih dikarenakan penurunan cost of equity dari modal.
Manajemen PT. X masih harus meningkatkan efektifitas perusahaan di bidang R&D melalui diversifikasi produk yang nantinya dapat menghasilkan bahan baku obat berbiaya rendah atau dengan mengembangkan obat-obatan tradisional. Penulis menyarankan PT. X untuk melakukan peningkatan kerjasama yang saling menguntungkan dengan perusahaan farmasi nasional lainnya, agar dapat menghasilkan peningkatan penjualan dan profitabilitas perusahaan lebih cepat dimasa yang akan datang.

The past monetary crisis made rupiah currency depreciate to US Dollar, changing management, changing regulation and programs which caused a big impact to pharmaceutical industry in Indonesia. PT. A' is one of the state owned enterprises company (BUMN) and also public corporate, doing business in pharmacy sector. The product is prescription medicines (patent), raw material for pharmacy and 07C product. PT X has some difficulties in the raw material which structure mostly 90% are imported. Since 2002 when the regulation of the regional autonomy were validated, the company didn?t 't have any subsidized or president instruction regulation (Inpres) .from the central government, which caused decreasing of the company performance as a whole, so the company should maintain the remain market and totally focused to the core business by corporate restructuring.
The goal of this .final thesis is to evaluate the restructuring process of the company that give more focus to the core business and how far it influenced to the company performance by using liquidity ratio, solvability, and profitability and EVA method. EVA method is one of tools for company performance calculation and creates value for the stakeholders.
The result of the survey show that the process of the restructuring corporate consist of business restructuring, organization and finance restructuring are positive trend because there is an increasing of the company performance totally. Business restructuring by established two sister company, ogre is PT. X Trading & Distribution and the other is PT. X Apotek were able to minimized the complexity of distribution line and to increase the sales contribution. The development and strategy of the business also change the logo of the company, organization structure system, the development of behavior and the value of the company, the development of information system and accounting reporting system make the employee and management more solid as a team in running their task.
The conclusion after the company restructuring: the ratio of liquidity, solvability and profitability are increase and show the progress performance of the company. The financial performance of PT. X (Holding) also become much better where the net profit (after interest and tax) is bigger compare with a year before. The calculation also gives evidence that the EVA score is negative in the 2001-2003 and also in 2005, it means that the management can't create the value for the years mention above. The company didn?t 't used the fund yet, both credits or equity. EVA score in the year 2004 give the positive value, but this EVA value was caused by decreasing the cost of equity from financial capital.
The management of PT X (Holding) still to increase the company effectiveness by investment in the R & D and making a product diversification that can produced low cost of raw material medicine or by developing traditional medicine. The writer give some suggestion that PT X should try to increase a joint operation project with other national pharmacy company, hopefully it can improve or increasing sales and profit of the company faster in the near future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>