Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kudus disamping dikenal sebagai kota santri , dan jenag , dikenal juga sebagai kota kretek , karena di tempat inilah muncul pertama kali dan berkembangnya industri rokok kretek. Potensi ekonomi dengan dukungan industri rokok menjadikan terkenal luas sebagai kota kretek. Kudus juga telah melahirkan sejumlah pengusaha rokok yang terkenal dan dikenal sebagai kota penghasil rokok kretek terbesar di wilayah Jawa Tengah...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"During the last decade, the increasing intensity of anti-tobacco campaign underpinned by health consideration that has been reinforced by the ratifield framework convention on tobacco control (FCTC), the reduced government support to tobacco production, and the increasing community's awareness on the importance of healthy life, has been threatening the world and the Indonesian tobacco economy...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbi Setyadji
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Misiyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas kebangkitan kretek di Kediri tahun 1950-1959. Industri kretek telah memberi sumbangan berarti bagi penerimaan negara serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi buruh-buruh dan masyarakat yang terlibat dalam industri ini sejak masa kolonial, salah satunya di Kediri, yang merupakan daerah perkembangan industri kretek terbesar kedua setelah Kudus. Akan tetapi, industri ini mengalami keterpurukan sejak tahun 1942 hingga 1950. Mamasuki tahun 1950 industri kretek di Kediri mulai bangkit kembali, namun berbagai rintangan harus dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah berupa penelusuran sumber heuristik yang dilakukan baik dari arsip-arsip Kabinet RIS dan Kabinet Presiden serta majalah dan surat kabar tahun 1949 mdash;1959. Selain itu, fakta-fakta terkait lainnya, ditemukan dalam dokumen-dokumen sezaman yang dipilih secara cermat keabsahan dan kesesuaiannya kritik . Lalu, penafrisan interpretasi dilakukan dengan mengaitkan permasalahan, fakta, dan data-data temuan dengan situasi yang terjadi, kemudian disusun secara sistematis sebagai sebuah kisah sejarah historiografi . Proses konstruksi terhadap fakta-fakta tersebut melahirkan kesimpulan bahwa industri kretek di Kediri, Jawa Timur mampu menghadapi rintangan yang muncul dan mengalami kebangkitan pada tahun 1950-1959

ABSTRACT
This research discusses about kretek revival in Kediri from 1950 to 1959. The kretek industry has made a significant contribution to state revenues as well as providing employment opportunities for workers and communities involved in the industry since the colonial period, one of them in Kediri, which is the second largest development area of the kretek industry after Kudus. However, the industry suffered from 1942 to 1950. In 1950 the kretek industry in Kediri began to rise again, but various obstacles had to be faced. This research uses historical method in the form of source search heuristic done both from the archives of RIS Cabinet and Presidential Cabinet and magazines and newspapers from 1949 1959. In addition, other relevant facts, found in the contemporaneous documents carefully chosen its validity and suitability criticism . Then, interpretation is done by linking problems, facts, and findings to the situation, then organized systematically as a historical story historiography . The construction process of these facts led to the conclusion that the kretek industry in Kediri, East Java was able to face the obstacles that emerged and experienced a revival in 1950 1959."
2017
S70179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yongki Sanjaya Putra
"Gudang Garam merupakan salah satu perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia. Kesuksesan yang diperoleh tidak lepas dari dukungan jumlah tenaga kerja yang cukup besar dengan pengelolaan yang dilakukan secara gotong royong dan kekeluargaan. Meskipun telah menggunakan mesin, namun Gudang Garam mengedepankan produksi yang dilakukan secara manual oleh para buruh. Peningkatan produksi kretek dalam Gudang Garam turut mendorong terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yang menjadi peluang bagi masyarakat Kediri untuk menjadi pekerja di Gudang Garam. Peluang kerja yang diberikan pihak Gudang Garam sebagian besar hanya menyerap pekerja untuk kalangan bawah dengan pendidikan rendah dan tidak memiliki pengalaman bekerja sehingga Pihak perusahaan memberi waktu pengenalan kepada buruh tidak hanya meliputi pengenalan terhadap lingkungan dan juga kondisi kerja sang buruh tetapi juga meliputi adaptasi dengan jam kerja dalam pabrik yang cukup panjang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberi menganalis tentang keterkaitan PT Gudang Garam terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kediri dalam hal penyediaan lapangan kerja. Di samping itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk menjelaskan proses adaptasi para pekerja yang tidak memiliki pengalaman bekerja dalam suatu industri sebelumnya.

Gudang Garam is one of the largest cigarette company in Indonesia. The success obtained can not be separated from the support of the workforce that is large enough to do the management of mutual aid and family. Although he has used the machine, but Gudang Garam prioritize production is done manually by the workers. Increased production in the Gudang Garam cigarettes also encourage an increase in the amount of labor needed the opportunity for people to become workers in Kediri Gudang Garam. Employment opportunities given the Gudang Garam mostly just absorbing workers to the bottom with low education and no work experience so The company gave an introduction to the labor time includes not only the introduction to the environment and the working conditions of the workers but also include adaptation to the working hours the factory is quite long. The purpose of this thesis is to provide analyzes of the interrelationships PT Gudang Garam to the economic and social life of Kediri in employment. In addition, this paper also aims to explain the process of adaptation to the workers who do not have experience working in an industry previously."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yongki Sanjaya Putra
"Gudang Garam merupakan salah satu perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia. Kesuksesan yang diperoleh tidak lepas dari dukungan jumlah tenaga kerja yang cukup besar dengan pengelolaan yang dilakukan secara gotong royong dan kekeluargaan. Meskipun telah menggunakan mesin, namun Gudang Garam mengedepankan produksi yang dilakukan secara manual oleh para buruh. Peningkatan produksi kretek dalam Gudang Garam turut mendorong terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yang menjadi peluang bagi masyarakat Kediri untuk menjadi pekerja di Gudang Garam. Peluang kerja yang diberikan pihak Gudang Garam sebagian besar hanya menyerap pekerja untuk kalangan bawah dengan pendidikan rendah dan tidak memiliki pengalaman bekerja sehingga Pihak perusahaan memberi waktu pengenalan kepada buruh tidak hanya meliputi pengenalan terhadap lingkungan dan juga kondisi kerja sang buruh tetapi juga meliputi adaptasi dengan jam kerja dalam pabrik yang cukup panjang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberi menganalis tentang keterkaitan PT Gudang Garam terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Kediri dalam hal penyediaan lapangan kerja. Di samping itu, tulisan ini juga dimaksudkan untuk menjelaskan proses adaptasi para pekerja yang tidak memiliki pengalaman bekerja dalam suatu industri sebelumnya.

Gudang Garam is one of the largest cigarette company in Indonesia. The success obtained can not be separated from the support of the workforce that is large enough to do the management of mutual aid and family. Although he has used the machine, but Gudang Garam prioritize production is done manually by the workers. Increased production in the Gudang Garam cigarettes also encourage an increase in the amount of labor needed the opportunity for people to become workers in Kediri Gudang Garam. Employment opportunities given the Gudang Garam mostly just absorbing workers to the bottom with low education and no work experience so The company gave an introduction to the labor time includes not only the introduction to the environment and the working conditions of the workers but also include adaptation to the working hours the factory is quite long. The purpose of this thesis is to provide analyzes of the interrelationships PT Gudang Garam to the economic and social life of Kediri in employment. In addition, this paper also aims to explain the process of adaptation to the workers who do not have experience working in an industry previously.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hasiholan, Rudi
"Industri rokok merupakan industri strategis dimana selain mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, industri ini juga memberikan sumbangan cukai yang cukup besar bagi penerimaan pemerintah.
Sejak tahun 1998, pemerintah telah berulangkali menaikan tarif cukai rokok dimana kebijakan itu ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah. Pada hal, cukai dikenakan pada rokok dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi masyarakat agar eksternalitas negatif yang muncul dapat ditekan.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adaiah ingin melihat seberapa besar pengaruh tarif cukai mampu menekan konsumsi rokok masyarakat. Kemudian hipotesis yang diajukan adalah tarif cukai rokok memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsinya.
Studi ini menggunakan model ekonometrika yang dibangun dari tiga persamaan permintaan rokok yang kemudian disatukan menjadi sebuah sistem persamaan besar. Masing-masing permintaan rokok dipengaruhi oleh harga, harga rokok Iain, income dan tarif cukai rokok. Untuk memperoleh hasil estimasi yang memuaskan maka model ini menggunakan sistem pendugaan seemingly unrelated regression.
Secara umum, hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rnasing-masing permintaan rokok dipengamhi secara signifikan oleh variabel bebasnya. Hal tersebut ditunjukan oleh masing-masing koefisien variabel bebasnya yang memiliki nilai t-statistik signinkan pada <1 = 5 %. Masing-masing persaman juga memiilki nilai R-squared yang cukup besar yaitu di atas 0,95.
Permintaan rokok SKM memiliki elastisitas harga sebesar 1,64, artinya, jika ada kenaikan harga sebesar satu persen akan mengurangi permintaan rokoknya sebanyak 1,64 %. Elastisitas harga rokok ini termasuk yang elastis atau permintaan rokok SKM sensitif terhadap perubahan harga. Oleh karena Itu, tarif cukai memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan rokok SKM.
Sedangkan, permintaan rokok SKT tidak sensitif terhadap perubahan harganya atau memiliki elastisitas yang inelastis. Hal itu ditunjukan oleh nilai elastisitas harganya yang sebesar 0,33. Artinya jika ada kenaikan harga rokok sebesar satu persen hanya akan mengurangi permintaan rokok sebanyak 0,33 %. Dengan demikian tarif cukai rokok tidak memiiiki pengaruh signifikan terhadap permintaan rokok SKT.
Permintaan rokok SPM memiliki elastisitas yang elastis atau sensitif terhadap perubahaan harga. Hal itu ditunjukan oleh nilai elastisitas harganya yang sebesar 1,08. Artinya jika ada kenaikan harga sebesar satu persen akan mengurangi permintaan rokoknya sebanyak 1,08 %. Oleh karena itu, tarif cukai rokok memiliki pengaruh negatif terhadap perminman rokok SPM.
Akan tetapi, data konsumsi rokok perkapita masyarakat dalam setahun, menunjukan bahwa kenaikan harga tidak langsung mengurangi konsumsi rokok masyarakat. Dari data-data itu, ditunjukan bahwa konsumsi rokok SKM dan SKT tidak Iangsung berkurang seiring dengan kebijakan kenaikan tarif cukai yang dilakukan pemerintah. Bahkan konsumsi rokok SKT mengalami peningkatan di saat harga rokok naik. Hanya konsumsi rokok SPM saja yang turun seiring dengan meningkatnya harga rokok itu.
Hal itu menggambarkan bahwa kebijakan tarif cukai hanya menyebabkan perubahaan pola konsumsi rokok masyarakat. Perbedaan tarif antara satu jenis rokok dengan jenis rokok lainnya menyebabkan perbedaan harga dari masing-masing rokok. Dengan demikian konsumen akan berpindah dari rokok yang harganya lebih mahal ke rokok yang lebih murah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ilham Rafif
"Rokok adalah komoditas yang memiliki peran penting bagi devisa suatu negara. Rokok di Jepang, memiliki sejarah persebaran yang cukup panjang. Sejarah persebaran rokok di Jepang diawali sejak adanya penggunaan pipa kiseru dengan tembakau koiki hingga masuknya jenis rokok berbentuk sigaret pasca perang dunia II. Rokok mendatangkan keuntungan bagi pemerintah Jepang, namun juga terdapat berbagai macam persoalan yang ditimbulkan akibat budaya merokok di masyarakat Jepang. Di tengah masalah yang terlanjur meluas, Pemerintah Jepang melakukan berbagai upaya pengendalian guna menekan dampak sosial yang negatif disebabkan oleh rokok.

Cigarettes are commodities that have an important role for a country's foreign exchange. Cigarettes in Japan have a long history of distribution and regulation. The history of the distribution of cigarettes in Japan begins with the use of koiki tobacco with kiseru pipes until the entry of cigarettes in the form of cigarettes in post-World War 2. Cigarettes bring benefits to the Japanese government, but there are also various problems caused by the smoking culture in Japanese society. In the midst of widespread problems, the Japanese Government has carried out various control measures to reduce the negative social impacts caused by smoking."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khomsun Arifin,
"Efektivitas kebijakan pajak dalam pengendalian konsumsi rokok sangat
bergantung pada pengaruh pajak terhadap harga akhir konsumen. Hal ini sangat
ditentukan oleh sejauh mana produsen membebankan kenaikan pajak kepada konsumen
yang tercermin dalam beban pajak (porsi pajak terhadap HJE). Dalam mekanisme pasar,
harga akhir yang harus dibayar konsumen (HTP) tidak selalu sama dengan rekomendasi
(HJE) dimana selisih harga tersebut merupakan bentuk strategi yang dilakukan oleh
industri rokok dalam rangka meraup pangsa pasar dan memaksimalkan keuntungan.
Kami ingin melihat bagaimana korelasi beban pajak terhadap strategi harga industri rokok
serta bagaimana korelasi implementasi kebijakan minimum price terhadap strategi harga
tersebut. Dengan menggunakan data panel yang bersumber dari survei harga transaksi
pasar DJBC periode 2015-2019 yang meliputi 199 merek rokok di 25 wilayah provinsi,
kami menemukan bahwa pada semua jenis rokok dan golongan pabrik, kenaikan beban
pajak berkorelasi positif terhadap selisih HTP dan HJE. Rokok SKT mempunyai korelasi
paling besar terhadap selisih harga sedangkan rokok SPM mempunyai korelasi paling
kecil. Semakin kecil golongan pabrik, kenaikan beban pajak mempunyai korelasi yang
semakin besar terhadap selisih harga. Besarnya korelasi beban pajak pada rokok yang
mempunyai harga batas atas lebih rendah dibanding besarnya korelasi pada rokok yang
tidak mempunyai batas harga atas. Selanjutnya kebijakan minimum price (HTP 85%)
yang diimplementasikan mulai tahun 2018 secara rata-rata diindikasikan mampu
menaikkan harga rokok dibanding periode sebelumnya.

The effectiveness of tax policies in controlling cigarette consumption depends
very much on the effect of taxes on the final consumer price. This is largely determined
by the extent to which producers impose tax increases on consumers, which is reflected
in the tax burden (the tax portion of HJE). In the market mechanism, the final price to be
paid by consumers (HTP) is not always the same as the recommendation (HJE) where the
price difference is a form of strategy carried out by the cigarette industry in order to gain
market share and maximize profits. We want to see how the tax burden correlates with
the cigarette industry price strategy and how the minimum price policy implementation
correlates with this pricing strategy. Using panel data sourced from the DJBC market
transaction price survey for the 2015-2019 period covering 199 cigarette brands in 25
provinces, we find that across all types of cigarettes and factory classes, the increase in
tax burden is positively correlated with the difference between HTP and HJE. SKT
cigarettes have the greatest correlation with price differences while SPM cigarettes have
the smallest correlation. The smaller the factory class, the increase in tax burden has a
greater correlation with the price difference. The magnitude of the correlation of the tax
burden on cigarettes which has a lower upper limit price is compared to the magnitude of
the correlation between cigarettes which has no upper limit price. Furthermore, the
minimum price policy (HTP 85%) which was implemented starting in 2018 on average
is indicated to be able to increase cigarette prices compared to the previous period
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>