Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119108 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Poverty could be seen as the son of development. At one side development is intended to create welfare and wellbeing for the human kind, but at the other side it high deman, on the contrary creates poverty? The answer lies in the paradigm used as guidance and framework for development...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kresnawati
"Anak usia dini yang rentan sosial karena rendahnya pendapatan keluarga, rendahnya pendidikan orang tua, lemahnya modal sosial, buruknya kondisi perumahan, dan tidak memiliki identitas, maka kondisi tersebut dapat mengancam kesejahteraannya. Dalam rangka menggambarkan penyebab dan efek yang dapat merugikan anak usia dini yang rentan sosial, penelitian ini menggunakan kerangka penilaian Triangle for the Assessment of Children in Need and Their Families. Kerangka penilaian tersebut untuk memahami kesejahteraan dan perlindungan anak usia dini yang rentan sosial dilihat dari tiga dimensi, yaitu kapasitas pengasuhan orang tua, faktor keluarga dan lingkungan dan kebutuhan perkembangan anak. Kesimpulan dari penelitian ini perlindungan dan kesejahteraan anak usia dini yang rentan sosial belum dapat terpenuhi dengan sepenuhnya. Selain itu, dinamika perlindungan dan kesejahteraan anak usia dini yang rentan sosial juga digambarkan belum dapat meningkatkan kesejahteraan anak usia dini baik pada keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga dengan banyak anak, dan keluarga dengan anak bekerja. Pada akhirnya, meskipun perlindungan dan kesejahteraan pada anak usia dini yang rentan sosial belum sepenuhnya terpenuhi akan tetapi masih adanya dukungan dari faktor keluarga dan lingkungan yang masih dapat diandalkan dalam membantu dan mendukung perlindungan untuk meningkatkan kesejahteraan anak usia dini yang rentan sosial.

Early childhood who are socially vulnerable because of low family income, low parental education, weak social capital, poor housing conditions, and lack of identity, these conditions can threaten their welfare. In order to describe the causes and effects that can adversely affect socially vulnerable early childhood, this study uses the Triangle for the Assessment of Children in Need and Their Families assessment framework. The assessment framework is intended to understand the welfare and protection of socially vulnerable early childhood in terms of three dimensions, namely the capacity for parenting, family and environmental factors, and children's development needs. The conclusion of this research is that the protection and welfare of early childhood who are socially vulnerable has not been fully fulfilled. In addition, the dynamics of the protection and welfare of early childhood who are socially vulnerable are also described as not being able to improve the welfare of early childhood both in single parent families, families with many children, and families with working children. Although the protection and welfare of socially vulnerable of early childhood have not been fully fulfilled, but there is still support from family and environmental factors that can still be relied upon in helping and supporting protection to promote the welfare of socially vulnerable early childhood."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohiman
"Skripsi ini bertujuan untuk meneliti dampak usaha komunitas terhadap perubahan sosial melalui pendekatan maqashid syariah indeks yang dikemukakan oleh Imam Abu Zahrah, Imam AM Najjar dan Imam Asy-Syatibi serta menggunakan metode T-Paired Test dalam melihat dampak sebelum dan sesudah adanya usaha tersebut Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer melalui survei dan data sekunder dari Pemerintah Desa Bandok dan lembaga-lembaga terkait. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya usaha peternakan ayam tersebut berdampak positif signifikan terhadap perubahan sosial, perubahan linkungan, perubahan spiritualitas dengan nilai Maqashid Syariah Indeks (MSI) sebesar 2,00.1,65 dan 2,75. Namun berdampak positif tidak signifikan terhadap perubahan ekonomi dengan nilai rata-rata MSI gabungan sebesar 0,481. Kemudian hasil pengujian T-Paired Test diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tingkat pendapatan yang didorong oleh adanya penyerapan tenaga kerja serta perubahan jenis pekerjaan kepala keluarga sebelum dan sesudah adanya usaha tersebut

This Study aims to analyze the impact of community business on social economic change and social welfare using the maqashid sharia index approach proposed by Imam Abu Zahrah, Imam AM Najjar and Imam Asy-Syatibi and using T-Paired Test Method to see the impact before and after the existence of the Business. This Type research is quantitative descriptive using primary data through surveys and secondary data from the Bandok Village government and related institutions. From this research it can be concluded that thec chicken farming business has a positive significant impact on social, environmental and spirituality change with maqashid sharia Index (MSI) values of 2,00. 1,65 and 2,75. However, there is no positive significant impact on economic changes with an average combined MSI of 0.481. Then the results of the T-Paired Test showed that there were significant impact in income level which were driven by absorption of labor and changes in the type of work of the head of the family before and after the existensce of business."
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Tri Rachmawaty
"Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu wilayah penghasil kopi arabika terbesar di Kabupaten Bandung yaitu mencapai 34% dari total produksi Kabupaten Bandung. Dengan status Kecamatan Pangalengan sebagai sentra komoditas kopi arabika di Kabupaten Bandung tidak banyak membuat petani kopi di Kecamatan Pangalengan menjadi sejahtera. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi berdasarkan pola spasial hasil kebun kopi di Kecamatan Pangalengan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis crosstab dan metode analisis deskripsi. Metode analisis crosstab digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam bentuk tabel matriks yang nantinya akan disajikan dalam bentuk peta, sedangkan metode analisis deskripsi digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan paling tinggi yaitu “Sangat Sejahtera” berada di Desa Margamulya dan Desa Pangalengan. Petani dengan tingkat kesejahteraan “Sangat Sejahtera” berada pada hambatan ruang yang tinggi, namun dengan hambatan ruang tersebut tidak menghambat petani kopi dalam menjalankan usaha taninya. Hal tersebut dikarenakan petani tersebut memiliki luas lahan yang sedang hingga besar dan menghasilkan produksi kopi yang tinggi sehingga pendapatannya pun menjadi besar atau petani tersebut memiliki pendapatan yang besar diluar dari usaha tani kopinya. Sedangkan tingkat kesejahteraan paling rendah yaitu “Tidak Sejahtera” berada di Desa Sukamanah dikarenakan rata-rata petani di Desa Sukamanah memiliki lahan yang cukup kecil, sehingga mempengaruhi produksi yang dihasilkan dan pendapatannya pun tidak sebesar seperti petani lainnya.

Pangalengan District is one of the largest Arabica coffee-producing areas in Bandung Regency, reaching 34% of the total production of Bandung Regency. With the status of Pangalengan District as a center for Arabica coffee commodities in Bandung Regency, it does not make coffee farmers in Pangalengan District prosperous. The purpose of this study was to determine how the level of household welfare of coffee farmers based on the spatial pattern of coffee plantations in Pangalengan District. The analytical method used is the crosstab analysis method and the descriptive analysis method. The crosstab analysis method is used to see the relationship between one variable and another in the form of a matrix table which will later be presented in the form of a map, while the descriptive analysis method is used to describe the data that has been collected as it is. The results of this study are the highest level of welfare, namely "Very Prosperous" in Margamulya Village and Pangalengan Village. Farmers with a "Very Prosperous" welfare level are in high spatial constraints, but these spatial constraints do not prevent coffee farmers from running their farming business. This is because the farmer has a medium to a large area of land and produces high coffee production so that his income becomes large or the farmer has a large income outside of his coffee farming business. While the lowest level of welfare, namely "Not Prosperous" is in Sukamanah Village because the average farmer in Sukamanah Village has a fairly small land, thus affecting the resulting production and income is not as big as other farmers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhrurrozi
"Kesejahteraan erat kaitannya dengan peningkatan kebahagiaan subjektif. Salah satu upaya dalam meningkatkan kebahagiaan dapat dilakukan melalui pendekatan faktor sosial ekonomi. Peningkatan kualitas rumah menjadi fokus utama dalam penelitian ini untuk mengetahui dampaknya terhadap kebahagiaan subjektif. Penelitian ini ingin menguji hubungan antara kualitas rumah dengan kebahagiaan subjektif. Data panel selama dua gelombang bersumber dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) di tahun 2007 (IFLS-4) dan tahun 2015 (IFLS-5) menjadi dasar dalam penelitian ini, dimana indikator kebahagiaan subjektif dan kualitas rumah yang digunakan terdapat di dalam IFLS. Metode yang digunakan adalah regresi data panel dan Fixed Effect untuk menentukan dampak kualitas rumah terhadap kebahagiaan subjektif. Kualitas rumah dinilai berdasarkan kualitas rumah layak yang terdiri dari kecukupan luas tempat tinggal, memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak, serta memiliki ketahanan bangunan (durable housing). Secara umum, kualitas rumah layak berdampak positif dan signifikan terhadap kebahagiaan subjektif

Well-being is closely related to an increase in subjective happiness. One of the efforts to increase happiness can be done through a socio-economic factor approach. Improving the quality of the house is the main focus in this study to determine its impact on subjective happiness. This study wanted to examine the relationship between home quality and subjective happiness. Panel data for two waves sourced from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 (IFLS-4) and 2015 (IFLS-5) is the basis for this study, where indicators of subjective happiness and the quality of the house used are included in the IFLS. The method used is panel data regression and Fixed Effect to determine the impact of house quality on subjective happiness. The quality of the house is assessed based on the quality of a decent house which consists of a sufficient area of ​​residence, having access to drinking water and proper sanitation, and having a durable housing. In general, the quality of decent housing has a positive and significant impact on subjective happiness."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Kuntarto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak program bantuan sosial lansia khususnya program keluarga harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai (BPNT) terhadap kesejahteraan dengan proxy pengeluaran kesehatan lansia di Indonesia. Data yang digunakan adalah data Susenas Maret tahun 2020 dengan menggunakan metode ordinary least square. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa diantara kedua skema bantuan sosial bagi lansia, PKH memiliki pengaruh signifikan yang lebih besar dibanding BPNT. Peneliti juga melakukan uji robustness guna melihat pengaruh kedua program pada karakter wilayah dan individu. PKH memiliki nilai signifikan di daerah luar jawa sedangkan BPNT memiliki nilai signifikan di daerah jawa. Dari hasil uji karakter individu didapatkan hasil bahwa PKH berpengaruh signifikan pada lansia dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan, dengan demikian program tersebut sudah tepat sasaran. Pemerintah perlu mengoptimalkan cakupan dan meningkatkan manfaat PKH dan BPNT melalui pemetaan karakteristik wilayah serta karakter individu melalui optimalisasi interopabilitas antar data.

This study aims to examine the impact of elderly social assistance programs, specifically the Family Hope Program (Program Keluarga Harapan-PKH) and the Non-Cash Food Assistance (Bantuan Pangan Non-Tunai-BPNT), on well-being using the proxy of elderly health expenditures in Indonesia. The data used is from the March 2020 National Socioeconomic Survey (Susenas) and analyzed using the ordinary least squares method. The results of this research show that among the two social assistance schemes for the elderly, PKH has a significantly greater influence compared to BPNT. The researchers also conducted robustness tests to observe the effects of both programs on regional and individual characteristics. PKH shows significant value in areas outside Java, while BPNT shows significant value in the Java region. From the results of the individual characteristics test, it is concluded that PKH significantly impacts the elderly with incomes below the poverty line, thus indicating that the program is effectively targeted. The government needs to optimize the coverage and enhance the benefits of PKH and BPNT by mapping the characteristics of regions and individuals through the optimization of data interoperability."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri-Edi Swasono
Jatipadang, Pasar Minggu: Perkumpulan Prakarsa, 2005
320.12 SRI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Prabowo Damanik
"Jika berbicara tentang gelandangan maka yang akan terlintas dalam pikiran adalah orang orang dengan kesejahteraan di bawah standar sosial dan kelompok masyarakat yang hidup di jalan. Selain itu gelandangan juga digambarkan sebagai orang orang pemalas serta perusak tatanan kota sehingga keberadaannya selalu dikaitkan dengan hal hal negatif. Pandangan negatife ini dapat terlihat dari penggusuran atau pengusiran terhadap gelandangan berupa kebijakan dan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah atau pengusiran yang dilakukan secara pribadi oleh individu terhadap gelandangan. Namun demikian gelandangan kerap kembali ke lokasi mereka meskipun sudah mendapatkan pengusiran baik dari pemerintah atau individu. Dengan melihat gelandangan dari sudut pandang yang mereka miliki maka kembalinya mereka ke lokasi kita akan melihat perbedaan dari dalam melihat gelandangan dari sudut pandang kita selama ini. Kembalinya gelandangan ke lokasi yang mereka tempati dapat berupa upaya mereka mempertahankan lokasi pencarian rongsokan yang dilakukan oleh mereka serta kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan selama di lokasi tersebut yang tidak dapat kita pahami jika tidak menggunakan sudut pandang yang mereka miliki. Dengan keberadaan gelandangan di suatu lokasi akan melahirkan ruang ruang sosial bagi gelandangan di lokasi tersebut. Dalam penelitian ini, saya berusaha melihat bagaimana gelandangan selalu bertahan pada suatu tempat walaupun sudah digusur berkali kali, apa yang menjadi alasan mereka dan bagaimana mereka bertahan dalam kehidupan yang berada di bawah standar sosial tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap lima orang informan yang berada di Tanah Abang. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan gelandangan di suatu lokasi kemudian melahir ruang sosial mereka dimana dalam ruang ini gelandangan kemudian menemukan kenyaman dan keamanan sehingga mereka berupaya mempertahankan lokasi ruang mereka kendati mendapatkan perlakuan penggusuran.

When talking about homeless people, what comes to mind is people with substandard social welfare and community groups living on the streets. In addition, homeless people are also described as lazy people and destroyers of urban order, so their presence is always associated with negative things. This negative view can be seen in the eviction or expulsion of homeless people in the form of policies and regulations imposed by the government or evictions carried out personally by an individual against homeless people. However, homeless people often return to their locations despite being evicted from either the government or individuals. By looking at the homeless from their point of view, when they return to their location, we will see a difference in seeing the homeless from our perspective. The return of homeless people to the location where they live can be in the form of their efforts to defend the location of the search for junk that they carried out and the facilities they get while at that location which we cannot understand if we do not use their point of view. The existence of homeless people in a location will create social spaces for homeless people in that location. This study tries to see how homeless people always stay in a place even though they have been evicted many times, their reasons, and how they survive below social standards. This research was conducted using qualitative research by conducting interviews with five informants in Tanah Abang. This study found that the presence of homeless people in a location produces their own social space. In this space, the homeless found comfort and security, so they tried to maintain their spatial location despite eviction treatment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Safitri
"ABSTRAK
Masalah krisis regenerasi petani merupakan masalah yang sedang booming pada pertanian di pedesaan Indonesia. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kesejahteraan yang rendah dengan identity moratorium. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran mengenai hubungan kesejahteraan keluarga petani tembakau dan status identitas karir penduduk emerging adulthood dalam bekerja pada sektor pertanian tembakau. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pengilon, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah responden sebanyak 99 orang. Karakter sampel yang diambil adalah penduduk emerging adulthood yang berusia 18-24 tahun dengan kriteria memiliki orang tua yang bekerja dan sumber penghasilan utama berasal dari pertanian tembakau. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak searah antara kesejahteraan keluarga petani dengan status identitas karir sebagai petani tembakau pada penduduk emerging adulthood. Hubungan antar kedua variabel yang negatif ini memiliki artian bahwa semakin tinggi kesejahteraan keluarga petani, identitas karirnya cenderung ke arah diffusion dan semakin rendah kesejahteraan keluarga petani, identitas karirnya cenderung ke arah achievement.

ABSTRACT
The problem of the peasant regeneration crisis is booming in rural agriculture in Indonesia. Several studies have shown that there is a relationship between low welfare and identity moratorium. This undergraduate thesis aims to obtain an overview of the correlation between the family welfare of tobacco farmers and identity status for working in the tobacco farming sector of emerging adulthood population in Pengilon Village, Temanggung. This research was conducted in Pengilon Village, Temanggung. Sampling technique used is total sampling with 99 respondents. The sample is emerging adulthood aged 18 24 years with parents working in tobacco farming sector. The research method used is quantitative method with descriptive research type. The main results of this study indicate that there is an opposite relationship between the welfare of the farming family and the status of career identity as tobacco farmers in the age of emerging adulthood population. The negative relationship between these two variables means that the higher the welfare of the farmer 39 s family, the career identity of emerging adulthood population tends toward diffusion and the lower the welfare of the peasant family, the career identity of emerging adulthood population tends towards achievement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia pasca Orde Baru telah menggulirkan banyak agenda reformasi politik secara struktural dan prosedural. Indonesia juga telah diakui sebagai negara demokratis ketiga terbesar di dunia, sejak 2007. Namun kian lama kian banyak orang yang bertanya mengapa demokrasi tidak membawa kesejahteraan dan keadilan di dalam kehidupan mereka. Demokrasi memang mengandung banyak kelemahan. Dari perspektif ekonomi, demokrasi cenderung pro kekuatan kapitalis yang mengusung liberalisasi pasar dan perdagangan bebas, sehingga cenderung mengabaikan kelompok-kelompok yang lemah. Tingkat kemiskinan yang relatif masih tinggi niscaya sulit dientaskan jika negara selalu tunduk pada kekuatan pasar. Atas dasar itulah maka pengelolaan negara di bidang ekonomi harus dipadukan dengan konsep ?negara kesejahteraan?. Itu berarti pemerintah harus aktif mencampuri kehidupan rakyatnya, dengan tujuan menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial. Untuk itu pemerintah harus mencanangkan berbagai program sosial (baik jaminan sosial maupun bantuan sosial) yang bersifat jangka panjang. "
330 ASCSM 27 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>