Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hisrich, Robert D.
New York: McGraw-Hill, 2014
658.421 HIS e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hisrich, Robert D.
New York : McGraw-Hill Education, 2013
658.421 HIS e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Indriarsih
"ABSTRAK
Tujuan dan karya akhir ini adalah untuk mengetahui miai intrinsik saham
perusahaan yaitu PT Merck Indonesia Tbk. yang bergerak dalam industri farmasi
dengan menggunakan dua metode penilaian perusahaan yaitu metode arus kas bebas
(free cash flow model) dan economic profit model.
Nilai intrinsik perusahaan diperoleh dari perhitungan nilai sekarang dari arus
kas bebas dan economic profit perusahaan di masa depan dengan menggunakan
weighted average cost of capital. Arus kas bebas dan economic profit perusahaan di
masa depan diperoleh dengan terlebih dahulu membuat proyeksi laporan keuangan
perusahaan yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi selama beberapa tahun ke
depan.
Namun sebelum menyusun proyeksi laporan keuangan, terlebih dahulu
diperlukan analisis industri farmasi serta analisis kinerja perusahaan yang diperoleh
dari analisis rasio laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun yaitu dari
tahun 1994?2000.
Analisis industri dan perusahaan pada dasarnya adalah untuk mengidentifikasi
karakteristik ataupun potensi industri serta posisi perusahaan di dalam industri
tersebut untuk memperoleh landasan dan asumsi yang memadai untuk menyusun
proyeksi laporan keuangan.
Proyeksi laporan keuangan disusun dengan membuat tiga skenario yang
menggambarkan skenario dalam keadaan normal, optimis, dan pesimis. Dari masing
masing ketiga skenarto tersebut dihitung nilai intrinsik perusahaan dengan
menggunakan dua metode yang telah disebutkan sebelumnya yaitu metode arus kas
bebas (free cash flow model) dan economic profit model. Nilai intrinsik saham yang
dihitung dengan kedua metode yang berbeda tersebut harus menghasilkan nilai yang
sama.
Dengan adanya tiga skenario yang berbeda maka akan menghasilkan tiga nilai
intrinsik yang berbeda pula. Dari ketiga nilai tersebut, bisa diperoleh satu nilai yang
diharapkan per lembar saham (expected value per share) dengan memberikan
probabilitas kejadian pada masing-masing skenario di atas.
Nilai intrinsik saham perusahaan ini kemudian dibandingkan dengan harga
pasar saham perusahaan pada tanggal penilaian yaitu pada akhir tahun 2001 untuk
mengetahul apakah saham perusahaan di pasar overvalued atau undervalued. Dan
hasil perbandingan ternyata saham perusahaan di pasar Mengalami undervalued.
Hal yang perlu diingat adalah dalaim proses penilaĆ­an perusahaan ini adalah
asumsi yang digunakan adalah berdasarkan data sekunder yaitu laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di J3ursa Efek Jakarta. Pemilihan dan penggunaan asumsi
yang berbeda dan karya akhir ini akan menghasilkan nilal intrinsik yang berbeda
pula.
"
2002
T3096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sofyan Syafri
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008
658.15 HAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Thomas Yudhistia
"Salah satu indikasi keberadaan kondisi ekuilibrium dalam suatu pasar terletak pada keakuratan harga dari komoditi yang diperjualbelikan dalam mencerminkan segala informasi relevan yang ada. Dalam hubungan dengan pasar valuta asing, indikasi keberadaan ekuilibrium terletak pada keakuratan dari nilai tukar suatu mata uang dalam mencerminkan informasi yang ada dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Konsep ekuilibrium uncovered interest parity (ULP) mengandung pengertian dasar yang sama dengan konsep yang telah dibahas pada paragraf pertama. Syarat tercapainya ekuilibrium UIP adalah bahwa nilai tukar forward merupakan penduga yang tidak bias bagi nilai tukar spot di masa depan. Anti dari penduga yang tidak bias adalah bahwa nilai tukar forward mampu menduga besar nilai tukar spot yang terjadi di masa depan dengan jumlah dan besar kesalahan duga yang seimbang baik positif maupun negatif. Jika kondisi ini tercapai, maka dapat disimpulkan ada indikasi keberadaan kondisi efisiensi dalam pasar valuta asing yang bersangkutan. Metode pembuktian keberadaan kondisi efisiensi pasar valuta asing yang utama digunakan dalam skripsi ini adalah metode kointegrasi (cointegration method). Kombinasi linear antara variabel independen dan dependen dikatakan mempunyai sifat stasioner (terkointegrasi) apabila kedua variabel tersebut memiliki orde diferensial yang sama untuk mencapai stasioner. Dengan menggunakan unit root test dan nilai kritis Dickey-Fuller, dapat diketahui apakah variabel dependen dan independen memiliki orde diferensial yang sama. Metode ini digunakan oleh Dr. Imad A. Moosa dan Dr. Razzaque H. Bhatti dalam penelitiannya mengenai integrasi pasar uang Asia di tahun 1997 yang dimuat dalam International Economic Journal, volume 11, No. 1.. Variabel independen dalam perhitungan adalah nilai tukar forward yang sesuai dengan kondisi covered interest parity. Sedangkan variabel dependen adalah nilai tukar spot yang sebenarnya terjadi di masa depan yaitu pada jangka waktu yang sama dengan periode kontrak forward. Bahanbahan data empiris yang digunakan adalah data nilai tukar spot dari Baht, Peso, Ringgit, Rupiah dan Dollar Singapura terhadap U.S. Dollar, serta data tingkat suku bunga yang berlaku di negara-negara ASEAN tersebut. Perhitungan dan interpretasi data-data tersebut dilakukan dengan program statistik TSP dan SPSS. Hasil akhir menunjukkan, untuk Thailand dan Malaysia ada indikasi keberadaan efisiensi pasar valuta asing yang tercermin dari terkointegrasinya variabel independen dan dependen. Sedangkan untuk Singapura dan Filipina tidak ditemukan indikasi keberadaan efisiensi pasar valuta asing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S19190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarfendi
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat, terutama sejak dekade 1970-an menciptakan peluang bagi tumbuhnya banyak kelompok usaha besar yang bergerak di berbagai bidang usaha. Salah satu kelompok usaha yang dapat memanfaatkan peluang tersebut adalah kelompok usaha XYZ, yang pada saat ini memiliki berbagai unit usaha yang bergerak dalam bidang usaha yang sangat luas, mulai dari perkebunan, hasil hutan sampai perbankan dan real estate.
Kecenderungan pengelompokan ini, yang senng disebut juga konglomerasi, memiliki ciri-ciri yang mirip dengan kondisi di Amerika Serikat pada pertengahan abad yang lalu, yaitu saat dimulainya pembentukan perusahaan-perusahaan konglomerat raksaksa.
Tahapan perkembangan suatu perusahaan konglomerat umumnya dimulai dari satu unit usaha yang berhasil menguasai pangsa pasar yang besar (single business unit), kemudian melakukan diversiflkasi ke berbagai bidang (active diversifier), lalu menjadi suatu kelompok usaha yang besar dengan berbagai unit usaha yang bergerak di banyak bidang (mature conglomerate).
Untuk dapat berkembang sampai tahap mature conglomerate, terciptanya sinergi, baik sinergi flnansial maupun sinergi fungsional, merupakan prasyarat yang utama, sebelum tercipta suatu strategic grouping yang eflsien. Sinergi fmansial umumnya tercipta lebih dulu dan merupakan sumber energi bagi perkembangan kelompok usaha tersebut sedangkan sinergi fungsional dan strategic grouping menentukan apakah kelompok usaha tersebut dapat bertahan dalam persaingan.
Penciptaan sinergi fmansial berkaitan erat dengan kemampuan kelompok usaha tersebut untuk mengelola mobilitas dana antar unit usaha yang ada, supaya tercipta suatu sistem pengelolaan arus dana yang efisien.
Perubahan lingkungan usaha yang terjadi di Indonesia, seperti makin ketatnya peraturan perpajakan serta berbagai deregulasi yang dilancarkan Pemerintah, menyebabkan cara-cara pengelolaan arus dana yang biasa digunakan dalam kelompok usaha XYZ menjadi tidak efisien dan sulit dilaksanakan lagi.
Di lain sisi, perubahan itu juga menciptakan berbagai peluang untuk menggunakan skenario-skenario baru dalam pengelolaan arus dana yang lebih canggih, efektif dan efisien. Beberapa dari skenario tersebut antara lain adalah :
. Skenario pembelian langsung antar unit usaha.
. Skenario impor melalui trading company.
. Skenario ekspor dengan pembiayaan ganda.
. Skenario project refinancing.
. Skenario back to back loan.
. Skenario transfer pricing menggunakan instrumen commercial papers.
. Skenario transfer pricing menggunakan instrumen currency option.
Dilihat dari kondisi internal kelompok usaha XYZ, pada umumnya skenario diatas dapat dan cocok untuk diterapkan oleh kelompok usaha XYZ.
Resiko penerapan skenario tersebut antara lain adalah resiko mismatch dalam pengelolaan dana, melemahnya internal control, adanya tax investigation dari pihak yang berwenang serta resiko pelanggaran hul.-um maupun etika bisnis, yang dapat merusak citra Kelompok U saha XYZ.
Untuk dapat menerapkan berbagai skenario itu serta mengurangi resiko yang mungkin timbul, Kelompok usaha XYZ perlu melakukan beberapa langkah, antara lain:
. Melakukan perencanaan pengelolaan dana pada tingkat kelompok usaha, yang menjadi acuan dalam perencanaan pengelolaan dana di tingkat unit usaha.
. Mendirikan trading company di Tax Haven Country.
. Memperkuat struktur modal bank milik kelompok.
. Reorganisasi manajemen.
. Menciptakan batas-batas penggunaan instrumen transfer pricing ini dibarengi dengan internal control yang efektif."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasan Kurniawan
"Kelangsungan hidup perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor misalnya seperti struktur modal, resiko bisnis, kondisi pasar, kompetisi dan sebagainya. Struktur modal perusahaan yaitu pinjaman yang didapatkan perusahaan dan modal dari pemilik perusahaan. Modal sebagai salah satu elemen terpenting dalam peningkatan pelaksanaan kegiatan perusahaan di samping sumber daya manusia, mesin, material dan metode. Dan Dalam teori keuangan, Struktur modal yang optimal dapat menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan ( value of the firm ) yang menjadi tujuan para pemegang saham ( stockholder ) termasuk manajemen perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para akademisi di bidang ekonomi dan keuangan, dibuktikan bahwa bentuk dan proporsi rasio dalam struktur modal antara perusahan satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis ingin mengetahui apakah keputusan perusahaan dalam pendanaannya juga dipengaruhi oleh keadaan internal perusahaan. Kondisi internal yang ingin diketahui adalah kondisi internal perusahaan sebelum adanya krisis ekonomi dan sesudah melewati badai kiris ekonomi. Strukur modal perusahaan-perusahaan Indonesia diyakini terpengaruh atas krisis tersebut. Krisis memaksa perusahaan untuk dapat 'survive' secara kreatif dalam menata struktur modalnya. Apa saja faktor yang mendorong perusahaan untuk dapat berkreasi tersebut akan menjadi suatu topik yang menarik. Selanjutnya akan penulis melihat faktorfaktor yang mendorong perusahaan dalam menentukan keputusan atas struktur pemodalan (capital structure) pada masing-masing kelompok perusahaan berdasarkan pada tingkat financially constrained (kendala keuangan).
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:
1. Menjelaskan karakteristik determinansi yang mempengaruhi terbentuknya struktur modal tertentu bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan melihat korelasi antar variabel bebas terhadap rasio hutang dengan asset (leverage ratio) sebagai variabel terikat (dependent).
2. Membandingkan variabel determinansi yang mempengaruhi terbentuknya struktur modal bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia sebelum dan sesudah krisis
3. Menjelaskan bagaimana pengaruh variabel determinansi yang menentukan keputusan struktur pemodalan (capital structure) berdasarkan tingkat financially constrained (kendala keuangan) perusahaan.
Data yang akan dipakai dalam penulisan adalah data yang bersifat sekunder dengan mengambil data dari Bursa Efek Jakarta. Perusahaan yang diambil untuk pengamatan adalah perusahaan-perusahaan publik yang sahamnya telab diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Penulis akan mengambil sampling 107 emiten tetapi tidak memasukan industri perbankan dan finansial ke dalam sampling. Penelitian dilakukan berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan pada tahun 1994 bingga tabun 200 1 tetapi tidak termasuk tabun 1998, yang akan dijadikan periode pengamatan penelitian.
Dari basil penelitian didapatkan basil babwa ada perbedaan basil penelitian jika melibat dari peri ode penelitian. Pada peri ode tabun 1994 sampai dengan tabun 1997, variabel yang dianggap turut serta dalam penentukan leverage perusahaan adalah size dan berdasar uji signifikansi variabel secara signifikan menjelaskan korelasinya terhadap leverage perusahaan. Semen tara pada periode penelitian tahun 1999 sampai dengan tahun 2001 didapatkan hasil bahwa variabel yang dianggap turut serta dalam penentuan leverageperusahaan adalah profit dan asset, dan berdasar uji signifikansi, variabel dapat secara signifikan untuk menjelaskan korelasinya terhadap leverage perusahaan. Dari hal tersebut maka penulis mempunyai pendapat bshwa sebelum adanya krisis perusahaan dalam menentukan keputusan struktur modalnya atau tingkat hutangnya hanya berdasarkan pada ukuran perusahaan (size) yang diukur dari besaran penjualan, semakin besar size semakin besar pula tingkat hutang. Setelah berlangsung krisis maka para pembuat keputusan semakin arif dalam menentukan struktur modal atau tingkat hutang, dimana mereka memperhatikan tingkat profitabilitas (profit) dan nilai aktiva bersih sebagau jaminan hutangnya (asset). Semakin tinggi profit justru mengurangi tingkat hutang perusahaan, sementara semakin tinggi nilai aktiva (asset), maka akan semakin tinggi tingkat hutangnya.
Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel determinansi yang menentukan keputusan struktur pemodalan (capital structure) berdasarkan tingkatfinancially constrained (kendala keuangan) perusahaan. Dengan menggunakan klasifikasi tingkat financially constrained perusahaan berdasar pada data dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2001, didapatkan basil untuk perusahaan yang mempunyai klasifikasi kendala keuangan maka variabel yang dianggap turut serta dalam penentuan financially constrained perusahaan adalah profit, dividen dan PBV Berdasar uji signifikansi, dan uji model dengan menggunakan regressi logistik variabel secara signifikan menjelaskan korelasinya terhadap kondisi financially constrained perusahaan. Dimana masing-masing variabel mempunya1 korelasi negatif terhadap tingkatfinancially constrained perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Efrizal
"Karya akhir ini menganalisis tentang kinerja KPS "X" dari tahun 1999 sampai tahun 2002, dan membandingkannya dengan dua KPS onshore lain, dengan menganalisis Financial Quaterly Report tiap KPS. Menganalisis kondisi keuangan KPS "X" dilihat dari Financial Statement-nya. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang bagaimana KPS dan BP-Migas bekerja sama mengelola minyak yang ada di Indonesia, mengukur kinerja operasi KPS "X" berdasarkan Financial Status Report dan mengidentifikasi kekuatan dan kekurangan dari perusahaan.
Study karya akhir ini dilakukan dengan melihat analisis common size dengan gross revenue sebagai angka dasar dan growth dari Financial Status Report dari tahun 1999 sampai tahun 2000. Penulis juga membandingkan Financial Status Report KPS "X" dengan dua KPS sejenis untuk mengetahui sampai dimana kinerja KPS "X" terhadap dua KPS lain.
Dari hasil dari penelitian ini dapat diliihat bahwa KPS "X" adalah perusahaan yang paling effisien karena persentase cost recovery-nya dari tahun 1999 ke tahun 2001 adalah yang paling kecil dibandingkan dengan KPS yang lain. Karena cost recovery yang kecil dapat meningkatkan equity to be split yang akan menguntungkan BP-Migas dan Contractor. KPS "X" lebih effisien dari KPS lain. Ini dikarenakan sumur produksi masih baru, sehingga lifting oil-nya berlangsung secara natural flow (1999), dan gas lift (2000 dan 2001) yang rendah dalam biaya produksi. Kalau dilihat dari kontribusinya kepada negara, KPS "X" menempati peringkat kedua setelah KPS "A", ini dilihat dari share minyak yang diterima BP-Migas.
Setelah menganalisa Financial Status Report, penulis menyimpulkan bahwa, prinsip akuntansi yang diterapkan PSC berbeda dengan Prinsip Akuntansi seperti yang diterapkan pada perusahaan-perusahaan pada umumnya. Share yang diterima KPS sangat dipengaruhi oleh price, lifting oil (production) dan cost recoverables. Dari hasil analisa Laporan keuangan yang dilaporkan pada BP-Migas dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis, KPS 'X' temyata beroperasi paling efisien. Terjadi penurunan persentase (Cost Recovery), sementara untuk perusahaan sejenis tetjadi kenaikkan. Kekuatan KPS "X" adalah mampu meningkatkan produksi minyak dengan tetap menjaga persentase cost recovery stabil, sehingga menguntungkan kedua belah pihak, BP-Migas dan KPS "X" itu sendiri. KPS "X" lebih effisien dari dua KPS lain karena equity to be split nya menunjukkan persentase yang tertinggi. Kekurangan KPS "X" produksi minyaknya jauh tertinggal jika dibandingkan dengan KPS "A" sehingga share minyak yang diterima tidak mampu mengimbangi KPS "A".
Ada beberapa saran dari penulis, bahwa KPS "X" harus dapat mempertahan persentase cost recovery-nya untuk tahun-tahun kedepan, karena ditahun-tahun kedepan KPS "X' juga akan menggunakan artificial lift karena tekanan pada tiap sumur akan mengalami penurunan, sehingga pengangkatan minyak akan lebih sulit. Harus lebih teliti dalam melakukan eksplorasi, karena eksplorasi yang gagal, biayanya tidak diganti oleh BPMigas. Kebijaksanaan Cost Recovery jangan dijadikan alat untuk meningkatkan total share dengan merekayasa cost recovery."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>