Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158700 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"

Bila dilihat semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi (Stovia) di Surabaya tahun 1928 maka adanya 2 Guru Besar bidang Periodontologi akan terasa amat langka apalagi bila dibandingkan dengan jumlah dokter gigi yang ada < 10.000 dokter gigi) serta penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa. Selama hampir 69 tahun baru ada 2 Guru Besar, namun bila dilihat dart berkembangnya Ilmu ini, maka cabang ilmu Kedokteran Gigi ini merupakan cabang ilmu yang retatif masih baru dikembangkan yaitu sejak tahun 1960. Kelangkaan itu ditambah dengan banyaknya dokter gigi yang kurang berminat masuk di bagian ini, karena secara finanslil dianggap kurang menguntungkan. Kalau Prof. Aryatmo mengatakan bahwa ahli Blologi Kedokteran sama dengan ahli "perkodokan" maka di kalangan dokter gigi menganggap bahwa ahli di bidang Periodontologi sama dengan ahli "perjigongan" (istilah Surabaya ahli "pergudalan"). Namun dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para dokter gigi sudah menyadari akan pentingnya ilmu ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya dokter gigi yang mengambil spesialis bidang periodontologi baik dari kalangan ABRI, Depkes maupun kalangan pendidikan.

Hadirin yang saya hormati

Selama kebanyakan masyarakat hanya mengenal cabut gigi, tambal gigi, gigi palsu dan akhir-akhir ini mulai populer meratakan gigi (ortodonsi) yang oleh kebanyakan remaja sering digunakan untuk menunjukkan status sosial dari orang tuanya karena harganya yang cukup aduhai mahalnya.

Lalu apakah sebenarnya Periodontologi itu ?

Periodontologi yang berasal dad kata Per yang artinya pinggir/sekeliling, odont yang berarti gigi, logi = logos yang berarti ilmu. Jadi Periodontologi adalah ilmu (cabang ilmu kedokteran gigi) yang mempelajari pengetahuan dari jaringan sekitar gigi yang.terdiri dari jaringan gusi, tulang penyangga gigi, jaringan ikat di sekitar gigi dalam keadaan sehat dan sakit, sekaligus melakukan cara pencegahan dan perawatan penyakitnya. Untuk selanjutnya penyakit ini disebut "penyakit periodontal".

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa penyakit periodontal ditandai dengan terjadinya kerusakan tulang dan dalam keadaan lanjut gigi menjadi goyang. Terjadinya kegoyangan gigi sering kurang diperhatikan oleh masyarakat karena tidak disertai rasa sakit. Kegoyangan gigi yang tidak/kurang diperhatikan maka lama-kelamaan akan lepas dengan sendirinya.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0448
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva belum banyak diteliti. Tujuan: Menganalisis hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal melalui kadar kortisol pada mahasiswa program spesialis FKG UI. Material dan metode: Pemeriksaan Graduate Dental Environtmental Stress (GDES), indeks periodontal (indeks periodontal modifikasi Russel), dan kadar kortisol dengan ELISA assay terhadap 38 subjek. Hasil : Tidak terdapat hubungan antara stres akademik dengan kadar kortisol (p=0,431), stres akademik dengan status penyakit periodontal (p=0,727), dan kadar kortisol dengan status penyakit periodontal mahasiswa spesialis FKG UI (p=0,347), Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara stres akademik dengan status penyakit periodontal melalui kadar kortisol.
, Background : Relationship between stress and periodontitis with cortisol hormone in crevicular gingival fluid have not been studied. Objective : Analyzed relationship between academical stress spesialist students to periodontal status in relation to level of cortisol hormone in gingival crevicular fluid. Material and Methods : 38 subjects examined stress by Graduate Dental Environment Stress; periodontal condition by modified Russel periodontal index, levels of hormone cortisol by ELISA. Result : Relationship between stress and periodontitis (p=0,727), stress and cortisol hormone (p=0,431), cortisol hormone and periodontitis (p=0,347) were not significant. Conclution : No relationship between stress, periodontitis, and level of cortisol hormone.
]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang:Stres dapat diimplikasikan sebagai faktor risiko terhadap penyakit periodontal, yang dapat dilihat melalui kadar Interleukin-1β (IL-1 β). Tujuan: Menganalisa hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal berdasarkan kadar IL-1β pada mahasiswa FKG UI program profesi. Material dan metode:Pemeriksaan Dental Environtmental Stress (DES), indeks periodontal (indeks modifikasi Russel), dan kadar IL-1β dengan ELISA assay terhadap 38 subjek. Hasil:Perbedaan bermakna pada hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1βmahasiswa profesi dokter gigiFKG UIKesimpulan:Terdapat hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1β, namun hubungannya dengan stres akademik belum dapat dibuktikan.
, Introduction: Stress condition was implicated as one of risk factor to periodontal disease, that can be assesed by Interleukin-1β (IL-1β) level.Objectives: To analyzethe relationship between academical stress to periodontal status and IL-1β. Material and methods: 38 subjects were measuredfor perceived stress using The Dental Environment Stress (DES); periodontal condition using modified Russel periodontal index, and level of IL-1β in GCFusing ELISA assay.Results:A significant differences was only showed in the relationship between IL-1βto periodontal status. Conclusion:There is a relationship between IL-1β level to periodontal status, but not to academic stress.
]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Birgitta
"Pembersihan gigi tiruan lepas akrilik sangat penting untuk mencegah terjadinya peradangan pada mukosa mulut dibawah basis gigi tiruan akrilik. Peradangan dapat disebabkan oleh plak dan mikroorgauisme yang menempel pada basis gigi tiruan akrilik tersebut.
Urnumnya pasien-pasien pemakai gigi tiruan lepas akrilik membersihkan gigi tiruannya dengan menggunakan sabun atau pasta gigi, tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitas kedua bahan tersebut. Selain itu ada pula bahan pembersih yang mengandung peroksida yang terdapat dalam bentuk tablet yang dilarutkan dalam air.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas sabun, pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 % clalam membersihkan gigi tiruan lepas akrilik.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai derajat kebersihan gigi tiruan lepas akrilik yang paling tinggi adalah bila gigi tiruan dibersihkan dengan sabun, disusul dengan pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 %, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herwati Djoharnas
"ABSTRAK
Penelitian mengenai santri wanita ini dilakukan pada Pondok pesantren Yayasan Ainurrohmah, di desa Ciater, kecamatan Serpong Kabupaten Tanggerang. Pada sejumlah 13 orang santri telah dilakukan pembinaan berupa penambahan pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan/kesehatan gigi, selama 1,5 bulan. dari bulan 3uli hingga September 1999.
Tujuan umum yang akan dicapai adalah mencari strategi yang tepat untuk dapat memberdayakan mereka agar dapat menjadi kader kesehatan/kesehatan gigi.
Silabus pendidikan disusun berdasarkan hasil survey tentang keadaan kesehatan gigi para santri serta pengetahuan dan sikap mereka terhadap kesehatan. Metoda pengajaran dilakukan dengan ceramah, diskusi, demonstarsi dan latihan dilapangan pada masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan maka alat bantu yang digunakan adalah buku panduan, poster, slides, model gigi, sikat gigi dsb, yang terasa sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
Berdasarkan evaluasi pada pengetahuan dan ketrampilan tambahan yang telah diberikan tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil yang dicapai cukup baik. Strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program serupa adalah waktu pelaksanaan, latar belakang pendidikan para santri, proses perkembangan dari pondok pesantren dan fasiitas yang dimiliki, serta peran dari pesantren sebagai lembaga sosial bagi masyarakat disekelilingnya."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Herniyati
"ABSTRAK
This investigation conducted to evaluate the relationships between the size of teeth and carabelli's cups from 120 students of the Faculty of Dentistry a average of age of 20 years. The data of the size teeth and the carabelli's cups of the first permanent upper molars were obtained from the upper arch printing. In addition, corresponding measure meats were also mode is the mesio-distal and bucco palatal teeth. The scores of the carabelli's cups were based on the Dalberg's classification. The results showed that the number of the teeth which had score I with grooves were high (48; 40%), then followed by score 0 (the average of mesio palatal cups) Which comprised of 44 teeth (20%), score 3 (there were depressions shaped as a small "Y" alphabet) were 19 teeth (15,83%), score 5 (there were small cups), score 6 (three were medium cups), score 2 (there were pits) and score 4 (there were depression shaped as big "Y" alphabet which each comprised of the 12 teeth (10%); 7 teeth (5,83%); 6 teeth (5%) and 4 teeth (3,33%). None of the teeth had carabelli's cup with score 7 (there were cups with big size). The results of the measurements on mesio-distal and bucco palatal teeth were variable. The smallest mesio-distal and bucco-palatal teeth were 0,20 mm and the largest were 12,80 mm. In size showed that there was a significant relationship between the teeth size and carabelli's cups which the size of carabelli's cups was always in line the teeth size."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
"Sejak zaman dahulu manusia telah diganggu oleh masalah gigi dan mencari berbagai macam cara untuk meringankannya. Penyembuh penyakit gigi pertama adalah seorang dokter, tetapi menjelang abad pertengahan para "barber surgeons" dari daratan Eropa telah melakukan kekhususan untuk perawatan gigi. Para praktisi belajar melalui "trial and error" dan observasi secara intensif, dan menjelang abad ke-15 mereka telah mengembangkan bidang yang baru ini lebih cepat dibandingkan dengan para dokter yang telah lama melakukan praktek ilmu kedokteran pada waktu itu. Kecepatan berkembang ini dua kali lipat pada abad ke-18 ketika Pierre Fauchard (1678-1761) melalui risalah besarnya "Le Chirurgien Dentiste" yang edisi pertamanya diterbitkan pada tahun 1728 dengan tegas menyatakan bahwa bidang kedokteran gigi merupakan profesi yang murni (a true profession). Tidak lagi terperosok dalam takhyul dan tidak merupakan cabang dari ilmu kedokteran, akhirnya sejak zaman itu, bidang kedokteran gigi dikembangkan dengan dasar prinsip-prinsip keilmuan yang rasional sebagai suatu profesi.
Akhir-akhir ini terbetik issue yang mengecilkan fungsi profesi kedokteran gigi. Perkenankanlah sebagai seorang anggota profesi tersebut, secara pribadi saya menghimbau kepada masyarakat luas bahwa keragu-raguan tersebut kalau memang ada, tidaklah perlu, karena profesi ini di Indonesia dengan jatuh bangun telah dirintis oleh para anggota profesinya, semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi pada tahun 1928 (Stovit) di Surabaya. Selama hampir 65 tahun pendidikan kedokteran gigi di Indonesia telah berkembang menjadi 11 Fakultas Kedokteran Gigi pemerintah dan swasta. Ini membuktikan bagaimana kelompok profesi ini ingin berkembang, dan berkembang terus, agar dapat ikut mengembangkan dharma baktinya bagi kepentingan kemanusiaan. Di samping itu sejak tahun 1950 para dokter gigi di seluruh Indonesia telah mendirikan suatu wadah profesi yang disebut PDGI atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Demikianlah para hadirin sedikit pendahuluan sebelum saya menginjak pada kekhususan mengenai bidang Periodontologi."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0445
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ilham Hutomo
"Latar Belakang: Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan massa tulang, sehingga menyebabkan perubahan mikroarsitektur tulang. Osteokalsin adalah protein penanda adanya pembentukan dan resorpsi tulang. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada perempuan berisiko osteoporosis. Metode: Studi potong lintang pada 70 perempuan pascamenopause. Dilakukan pemeriksaan status periodontal dan kadar osteokalsin dalam serum menggunakan metode ELISA. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar osteokalsin antara subjek osteoporosis, osteopenia, dan normal. Terdapat hubungan antara kadar osteokalsin terhadap kehilangan perlekatan klinis pada subjek osteoporosis. Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada subjek osteoporosis.

Background: Osteoporosis is defined as a bone disease characterised by a decrease in bone mass results in bone microarchitecture alteration. Osteocalcin is a valid biomarker for bone turnover and resorption. Aim: To analyze relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status in osteoporotic risk women. Methods: A cross-sectional study was conducted on 70 postmenopausal women. Periodontal examination and serum osteocalcin levels was measured using ELISA method. Result: There is no difference of serum osteocalcin levels on osteoporotic, osteopenia, and normal subjects. Relationship between serum osteocalcin and clinical attachment loss was found on osteoporotic subjects. Conclusion: Relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status was found on osteoporotic subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>