Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi dan Informasi, 2009
R 321.804 3 IND p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Christine S.T. Kansil
Jakarta: Ind Hill Co., 1988
321.804 3 KAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2011
362.5 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
cover
Gayatri Kusumawardani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kondisi pra implementasi sistem kearsipan elektronik di Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), dilihat clan persyaratan fungsional dan non fungsional kearsipan, dalam hal ini adalah persyaratan teknikal dan sumber daya manusia.
Lokasi dari penelitian ini adalah Departemen Komunikasi dan Infonnatika yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, No : 9, Jakarta Pusat. Dasar pemilihan lokasi adalah karena Depkominfo merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas membantu presiden dalam bidang teknologi informas dan bertanggung jawab dalam pengembangan e-government, sedangkan sistem kearsipan elektronik ini merupakan salah sate bentuk pengembangan e-government. Depkominfo juga telah mengeluarkan panduan manajemen sistem kearsipan elektronik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan, dan penelitian dokumen sebagai metode pengumpulan data. Wawancara dilakukan pada 5 (lima) orang informan dan Depkominfo yang telah ditentukan, yang penulis anggap benar-benar mewakili dan memahami konteks masalah sehingga relevan dengan tujuan penelitian (informan kunci). Penelitian dilakukan pada akhir bulan Januari sampai dengan awal Maret 2006.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan Depkominfo pra implementasi sistem kearsipan elektronik belum memenuhi persyaratan fungsional, sedangkan untuk persyaratan non fungsional, yaitu persyaratan teknikal, sudah eukup memenuhi syarat. Untuk sumber daya manusia, masih hams diberi pendidikan dan pelatihan tentang sistem kearsipan elektronik sehingga dapat memahami dan dapat mengoperasikan sistem kearsipan elektronik dengan baik. Ketidaksiapan ini dikarenakan belum adanya perhatian instansi dan sebagian besar pegawai Depkominfo terhadap masalah kearsipan.

The aim of this research is to analyze the pre implementation of electronic records system in Department of Communication and Informatics to fit in with functional and non functional requirements.
This research located at Department of Communication and Informatics (Depkominfo) in J1. Medan Merdeka Barat, 9'h Jakarta Pusat. Depkominfo as the object of this case study due to the fact that Depkominfo is the government institution which has responsibilities to develop information and e-government. Depkominfo also has published guidelines on electronic document management system.
The method used in this research is qualitative method with interview, observation and literature research as technical instruments to collect data and information. Interview has engaged with 5 particular key informant from Depkominfo. Considered representative and have sufficient knowledge relevant to the subject being studied. This research has conducted from the end of January till the early of March 2006.
The result of this research showing that the readiness of Depkominfo to implementation electronic records system from the aspect of functional requirements is not sufficient enough, whereas from of non-functional requirements. such as technical requirements, is good enough. For the human resources requirements, training and education concerning electronic records system to the relevant staff should be increased in order to give them sufficient understanding about electronic records system and able to operate the system perfectly. This uneasiness caused bay the lack of firm policy from the institution and consciousness of the staffs about the importance of records and recordskeeping.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eviana D. Sofyaningrum
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana evaluasi penerapan SePP menurut perspektif good governance di Departemen Komunikasi dan Informatika. Dimensi good governance yang digunakan antara lain efisiensi, akuntabilitas, responsivitas, transparansi dan partisipasi. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 perusahaan yang terdaftar dalam SePP yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Analisis dalam penelitian ini merupakan analisis univariat.
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh kesimpulan bahwa hasil evaluasi penerapan SePP pada umumnya adalah sangat baik, yaitu efisien dari segi biaya dan waktu, akuntabel, responsif, transparan dan partisipatif. Jika dilihat dari masing-masing dimensi good governance, pada umumnya responden menilai evaluasi penerapan SePP memberikan skor yang paling tinggi pada dimensi responsibilitas, dan responden cenderung memberikan nilai yang kurang baik pada dimensi akuntabilitas.

The purpose of this study is to determine how the evaluation of the implementation of SePP according to the perspective of good governance in the Ministry of Communications and Information Technology. Dimensions of good governance which is used among others are efficiency, accountability, responsiveness, transparency and participation. This research was conducted on 100 companies listed in the SePP taken as samples in this study. The analysis in this study is the univariate analysis.
Based on this analysis, we concluded that the results of evaluation of the implementation of SePP in general is very good, that is efficient in terms of cost and time, accountable, responsive, transparent and participatory. If viewed from each of the dimensions of good governance, in general, respondents rate the application evaluation SePP gave the highest score in the dimension of responsibility, and respondents tended to give less good value in the dimension of accountability."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30813
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Dailami
"Salah satu kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang paling tidak populer di mata rakyat adalah kebijakan kenaikan harga BBM. Dalam satu tahun masa pemerintahannya, Presiden Yudhoyono telah menaikan harga BBM dua kali. Pertama, pada bulan Maret 2005 dan kedua, pads bulan Oktober 2005. Dua keputusan Presiden Yudhoyono ini, merupakan keputusan yang sangat berani dan hesaran kenaikannya di luar perkiraan banyak pihak, sehingga memancing reaksi yang cukup keras.
Untuk mendapatkan dukungan dan pengertian rakyat serta untuk mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi, Presiden Yudhoyono melakukan komunikasi politik yang cukup intensif. Dalam melakukan komunikasi politik ini, selain dilakukan secara langsung, Presiden Yudhoyono juga memerintahkan institusil lembaga yang berada di bawahnya untuk aktif membantu melakukan komunikasi politik. Salah satu institusi dimaksud adalah Departemen Komunikasi dan Informatika.
Penelitian ini difokuskan pada kebijakan Presiden menaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk dalam tipe penelitian etnografi. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan studi pustaka dan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa key informan yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu inernal key informan dan ekstemal key informan. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan fungsi humas dalam komunikasi politik kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika dalam sosialisasi kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 ? Jadi penelitian ini merupakan sebuah studil analisis tentang fungsi (functional analysis) dan bukan studi tentang efektifitas atau dampakl basil aktifitas lembaga humas. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi humas tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap aktifitas- aktifitas yang dilakukan oleh Depkominfo dalam konteks kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 ini.
Sebagai bahan rujukan dalam melakukan analisis terhadap fungsi humas yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika ini, penulis menggunakan konsep tentang fungsi pumas dart Scott M. Cutlip dan Allen H. Centre (Kusumastuti, Frida 2002:23) yang mengatakan bahwa fungsi humas meliputi :
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi;
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal batik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan/ organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan/ organisasi;
3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, balk internal maupun eksternal.
Dart hasil penelitian, diketahui bahwa Depkorninfo, dalam melakukan komunikasi politik Presiden Yudhoyono tentang kebijakan kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005, telah melaksanakan sebagian dari fungsi kehumasan sedangkan sebagian fungsi kehumasan yang lain, belum dilakukan oleh Depkominfo. Selain itu, dari penelitian ini, jugs terungkap bahwa Depkominfo belum memiliki Standard Operating Procedure (SOP) tentang komunikasi krisis dalam menghadapi situasil kondisi krisis, sehingga penanganan komunikasi krisis masih bersifat ad hoc.
Temuan lain adalah ternyata dalam pelaksanaan sosialisasi kebijakan kenaikan BBM ini, Depkominfo tidak menugaskan pejabat strukturall unit kerja yang memang bertanggung jawab untuk hal tersebut, untuk memimpin kegiatan ini, misalnya, Kepala Badan Informasi Publik atau Direktur Jenderal Samna Komunikasi dan Diseminasi Informasi, sehingga tidak mengherankan jika dalam operasionalisasi tugas- tugas yang dibebankan tersebut, tidak maksimal hasilnya.
Untuk pelaksanaan tugas- tugas sejenis yang dibebankan oleh Presiden kepada Depkominfo di masa depan, disarankan agar Depkominfo menerapkan fungsi kehumasan seutuhnya dan menugaskan pejabat stru kturall unit kerja yang memang memiliki tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan tugas yang diemban tersebut, sehingga hasil akhir yang lebih maksimal dapat lebih diharapkan.
Dalam konteks menghadapi situasi dan kondisi krisis, disarankan agar Depkominfo merumuskan/ menyusun Standard Operating Procedure (SOP) tentang komunikasi krisis. Dengan adanya SOP yang baku ini, jika terjadi situasi atau kondisi krisis, Depkominfo dapat menjadi lebih siap sehingga penanganan komunikasi krisis tidak lagi bersifat ad hoc, tetapi menjadi lebih terencana dan sistematis.
Sebagai implikasi akademis dari penelitian ini adalah perlunya dilakukan studi lanjutan yang bersifat kuantitatif untuk mengukur efektifitas/ dampak aktifitas lembaga humas seperti Departemen Komunikasi dan Informatika.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T19919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>