Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51958 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Di Desa Karangtengah , tanaman obat jenis rimpang , khususnya kunyit, jahe temu lawak , dan kencur dapat dijumpai dilahan pekarangan , kebun, tegal dan lahan hutan..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Riswijanto
"Didalam dunia tumbuhan, zat pengatur tumbuh mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidupnya. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara. yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Salah satu pengatur tumbuh yang dikenal adalah asam l-Naftalenaselat (NAA). Asam I-Naftalenasetat berguna dalam mempercepat pembentukan akar dan meningkatkan jumlah akar. Selain itu berfungsi dalam mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam pembuatan komponen se), sehingga memeulai terjadinya pembelahan sel-sel dengan cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah mencoba membuat dan mengkarakterisasi asam 1 -Naftalenasetat. NAA dibuat dengan mereaksikan naftalen dan asam klorasetat dengan adanya KBr. Pada reaksi ini dilakukan variasi jumlah mo) dari pencampuran. Campuran naftalen dan asam kloroasetai dipanaskan dengan refluk selama 8 jam. Hasil yang dapat dipisahkan dan dimurnikan, kemudian dianalisis dengan pengukuran titik leleh, spekirofotometer Infra-Merah dan pengukuran spektrum massa. Dari spektrum yang diperoleh. NAA telah berhasil disintesa dengan hasil 3,87 %."
2005
SAIN-10-3-2005-23
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
"Kegiatan praktik tanam campuran yang dilakukan petani di Gurusinga memperlihatkan adanya pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara petani. Perbedaan pilihan itu terjadi dari satu waktu tanam ke beberapa waktu tanam berikutnya. Beberapa petani ini cenderung melakukan percampuran tanaman dalam bentuk pola tanam yang berbeda, yaitu campur-campur, tumpang tindih, tua-muda, sada-sada dan ragi-agi. Mengapa petani cenderung memilih jenis tanaman yang berbeda dari satu waktu tanam ke waktu tanam berikutnya?
Kajian ini berusaha membahas pilihan petani yang berbeda-beda atas jenis tanaman tersebut dengan menjelaskan bagaimana petani mengambil suatu keputusan untuk memilih jenis tanaman dan faktor-faktor apa yang mendasari pilihan petani tersebut. Penelitian di lapangan selama berkisar enam bulan (Juli - Desember 1999) dapat dimanfaatkan untuk mengamati dua periode waktu tanam dan panen dari satu jenis tanaman petani. Penulis menyadari bahwa dua waktu tanam yang diamati adalah merupakan periode singkat dari suatu periode panjang dalam pengalaman petani dengan beragam peristiwa khusus yang mereka alami. Namun, dari dua periode singkat ini, petani juga harus mengambil keputusan untuk memilih beberapa jenis tanaman yang harus ditanam untuk menggantikan beberapa tanaman lain yang telah siap panen.
Dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan, kajian ini sampai pada suatu pemahaman bahwa pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara beberapa petani dalam dua waktu tanam itu terkait erat dengan harapan-harapan mereka atas pilihan tersebut. Harapan-harapan tertentu akan memberikan prioritas-prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu. Dengan harapan yang berbeda atau sama atau juga prioritas pada pertimbangan yang berbeda atau pada pertimbangan yang sama, beberapa pilihan jenis tanaman petani dapat menjadi berbeda [dan beberapa pilihan mereka juga dapat menjadi sama]. Prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu tersebut akan diputuskan petani dengan proses evaluasi yang cenderung sama, yaitu setelah mereka mengevaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru yang berhubungan dengan faktor-faktor produksi, harga, distribusi, keputusan petani lain, hubungan dengan orang lain, dan penilaian mereka atas tinggi rendahnya tingkat ketidakpastian yang mereka hadapi. Hasil evaluasi tersebut adalah keputusan 'judi' dan keputusan hati-hati.
Keputusan 'judi' yang diambil sangat singkat sebelum penanaman akan dipilih petani dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat dan cenderung mengabaikan resiko kerugian 'putus modal'. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah sada-sada (rotasi) atau ragi-agi (bertingkat). Keputusan hati-hati dan yang selalu mengalamai penyesuaian secara terus-menerus dengan perkembangan kondisi baru akan dipilih petani dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang petani dan memperhitungkan resiko dan pertimbangan lainnya dengan lebih cermat. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah campur-campur, tumpang tindih dan tua muda.
Dengan pertimbangan tertentu., beberapa petani akan memilih melakukan dua jenis keputusan ini secara bersamaan dalam waktu tanam yang sama atau pada waktu tanam berikutnya. Perkembangan kondisi baru yang serba tidak pasti cenderung membuat petani melakukan evaluasi dalam setiap waktu tanam untuk memilih jenis tanaman yang akan ditanam. Percampuran tanaman yang 'biasa' mereka lakukan juga `ditampilkan' atas dasar evaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru. Hasil penelitan ini juga menunjukkan bahwa jenis keputusan apa pun yang dipilih petani, maka pertimbangan hubungan sosial, pinjam-meminjam, dan informasi baru cenderung menentukan keputusan akhir mereka, apakah akan mengganti jenis tanaman pilihan atau hanya mengurangi banyaknya jumlah yang akan ditanam dari beberapa pilihan tanaman tersebut. Hubungan-hubungan tersebut dapat merupakan hubungan dengan keluarga inti, keluarga luas, petani lain di luar lingkungan kerabat, dan dengan orang lain. Pertimbangan-pertimbangan petani ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan petani tidak terlepas dari lingkungan sosial dan budaya mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baharuddin Salleh
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1988
632.3 BAH r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gersen Samuel Sumardi
"Masalah tata letak fasilitas, khususnya dengan luas yang tidak sama (UAFLP), merupakan salah satu masalah yang dipelajari dalam combinatorial optimization dan telah menerima banyak perhatian peneliti. Penelitian ini akan fokus dan mengembangkan suatu metode berdasarkan pada Flexible Bay Structure, salah satu model representasi yang umum digunakan dalam UAFLP. Metode ini akan memenuhi kendala-kendala yang muncul, langkah demi langkah, sepanjang proses pembentukan hasil akhir. Tujuannya untuk mengurangi solusi yang tidak feasible, sehingga akan mengurangi kompleksitas solusi yang mungkin. Pengujian dilakukan menggunakan masalah-masalah yang telah diketahui secara umum dan telah digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pencarian solusi terbaik akan dibantu dengan algoritma Simulated Annealing. Sebagian besar hasil dari penelitian ini mendekati hasil terbaik yang diketahui dan hanya satu masalah yang berhasil diperbaiki.

Facility layout problem with unequal area (UAFLP) is one of the best-studied problems in combinatorial optimization and has received many researchers? attentions. This paper will focus and develop a method based on the Flexible Bay Structure, one of the common UAFLP model representations, which will satisfy the constraints that occur step by step in the construction process. It will reduce the non-feasible solutions that occur, thus reducing the complexity of possible solution. This method is tested using well-known problems using simulated annealing in exploring solution. Some results obtained are close with the bestknown and with one problem solved."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elina Fara Diba
"Daun alpukat merupakan salah satu tanaman obat yang mudah ditemukan di Indonesia Kandungan kimia daun alpukat adalah saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, dan gula alkohol persiit yang bersifat antiradang, antidiuretika, antianalgetika, dan antibakteri [1,2]. Staphylococcus sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh senyawaan bioaktif dalam daun alpukat. Bakteri ini merupakan jenis bakteri pemecah urea yang dapat memicu terbentuknya batu ginjal [3,4]. Penelitian ini merupakan kajian awal ekstraksi padat-cair (leaching) daun alpukat dengan menggunakan metode sonikasi selama 20 menit yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut terhadap kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, mengkaji hubungan antara kenaikan indeks bias ekstrak dengan aktivitas bakteriostatiknya, serta mengkaji ketahanan ekstrak daun alpukat terhadap oksidasi. Metode penelitian yang digunakan adalah persiapan bahan baku (pengeringan daun) dan percobaan utama (ekstraksi dan analisis). Variasi yang digunakan adalah tingkat kepolaran pelarut (air, etanol, klorofbrm) dan konsentrasi (2/20, 2/40, 2/60, 2/80, dan 2/100 gr/mL). Hasil ekstraksi dianalisis secara kualitatif dengan uji aktivitas antibakteri metode kertas cakram, pengukuran indeks bias, dan uji ketahanan terhadap oksidasi menggunakan metode weight gain. Hasil uji aktivitas antibakteri memperlihatkan bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol daun alpukat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus, tetapi tidak dapat membunuhnya. Konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut mempengaruhi aktivitas bakteriostatik ekstrak daun alpukat, diameter daerah hambat yang terbentuk adalah 22 mm (ekstrak air 2/80 gr/mL) dan 7,467 mm (ekstrak etanol 2/20 gr/mL). Proses ekstraksi terbukti dapat menaikan nilai indeks bias dari pelarutnya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecenderungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan aktivitas bakteriostatik ekstrak. Pengujian weight gain selama tujuh hari menunjukkan bahwa ekstrak air (2/80 gr/mL) dan ekstrak etanol (2/20 gr/mL) daun alpukat memiliki ketahanan terhadap oksidasi yang cukup baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika
"BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) memproduksi suatu bahan pangan padat gizi mengandung polifenol, yang ditujukan bagi korban bencana alam yang rentan akan kondisi penurunan respon imun akibat kelaparan. Polifenol, pada beberapa penelitian disebutkan dapat meningkatkan respon imun. Sebelum dikonsumsi, perlu dilakukan penelitian untuk melihat bukti efektivitas pangan ini terhadap respon imun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain eksperimental. Sebanyak 24 mencit dibuat dalam kondisi lapar selama satu minggu. Lalu 6 ekor mencit diambil datanya sebagai acuan kondisi awal. Kemudian sisa mencit dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Setiap kelompok, tetap dalam kondisi lapar, akan mengonsumsi bahan tambahan yang berbeda. Kelompok pertama diberikan produk pangan padat gizi mengandung polifenol, sedangkan kelompok kedua diberikan produk pangan padat gizi tanpa polifenol, untuk melihat apakah polifenol memang mempunyai efek atau produk pangan padat gizi saja sudah dapat meningkatkan respon imun. Sebagai tambahan perbandingan, maka kelompok ketiga diberikan imunostimulan Phyllanthus niruri. Setelah 4 minggu dilakukan pengambilan data. Sebagai indikator respon imun digunakan data jumlah dan hitung jenis leukosit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada perbandingan perubahan jumlah leukosit dan hitung jenisnya dari ketiga kelompok perlakuan. Disimpulkan bahwa bahan pangan padat gizi mengandung polifenol belum menunjukkan bukti efektivitas yang lebih tinggi terhadap respon imun dibandingkan tanpa mengandung polifenol, namun bahan pangan padat gizi ini sudah cukup baik karena menghasilkan efek seperti imunostimulan Phyllanthus niruri.

BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) produced a nutrient-rich food product with polyphenols, for disaster victims that vulnerable to condition of depressing immune response because of starvation. Polyphenols, in some research could enhance immune response. Before applying, this food product needs a research to prove the effectiveness toward immune response. Research was done with experimental design. 24 mices set in starving condition in one week. Then 6 mices were taken to get the beginning data. And then, the rest of mices was divided into three groups. Every group, stayed in starving condition, was given different additional materials. First group was given the nutrient-rich food product with polyphenols, and the second group was given the nutrient-rich food product but without polyphenols, to see whether the polyphenols gave the desired effect or the nutrient-rich food product alone could enhance immune response. For additional comparison, the third group was given the immunostimulant Phyllanthus niruri. The data was taken after 4 weeks. Total leukocyte and leukocyte differential count were used to be the indicator of immune response. The result showed that there is no significant differences (p>0,05) in comparison of the change of total and differential count of leukocyte from the three groups. In conclusion, the nutrient-rich food product with polyphenols not yet show a significant effectiveness in immune response than without polyphenols, but this food product had been good enough because resulting the similar effect as immunostimulant Phyllanthus niruri.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kedelai merupakan komoditi tanaman pangan nomor tiga setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan salah satu tanaman penting karena merupakan sumber protein nabati utama yang berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia, ternak dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri. Sebagai tanaman nomor tiga setelah padi dan jagung, biji kedelai kandungan protein yang relatif tinggi yaitu sekitar 34,9%. Oleh karena itu kedelai cukup potensial untuk dikembangkan sebagai sumber makanan tambahan."
600 SATEK 3:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>