Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pemanfataan sumberdaya alam melebihi daya dukungnya , akan memicu terjadinya bencana lingkungan . Situasi ini mengharuskan kita belajar dari perilaku masyarakat adat dalam mengelola lingkungan. Secara ekologis manusia memiliki keterikatan dan ketergantungan dengan alam sekitarnya dalam membentuk keseimbangan lingkungan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Diniyanti
"

 

Salah satu tujuan utama dibentuknya kawasan konservasi adalah untuk menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Setiap tahun pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan kawasan konservasi, namun degradasi dan deforestasi di sebagian lokasi kawasan konservasi tetap terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anggaran pemerintah untuk pengelolaan kawasan konservasi terhadap pengendalian laju deforestasi di Indonesia. Menggunakan model panel dinamis dengan estimasi System Generalized Method of Moment (GMM), penelitian ini menganalisis perubahan tutupan hutan (deforestasi) dan data anggaran pengelolaan kawasan konservasi di 43 taman nasional yang tersebar di 114 Kabupaten/Kota selama kurun waktu 2013-2017. Hasil estimasi menunjukkan bahwa alokasi anggaran pemerintah untuk kegiatan perlindungan hutan dan tenaga pengamanan hutan berpengaruh dalam mengendalikan laju deforestasi. Namun ditemukan bahwa anggaran untuk pemberdayaan masyarakat ternyata tidak berpengaruh dalam mengendalikan deforestasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu memperhatikan alokasi anggaran pada kegiatan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengendalian deforestasi.


One of the main objectives of the establishment of a conservation area is to preserve the ecosystem and biodiversity. The government allocates budget for conservation areas, but in some locations degradation and deforestation still persist. This study aims to examine whether government spending has impact to control deforestation in conservation areas in Indonesia. Utilizing a dynamic panel model with a Generalized Method of Moment (GMM) estimation, this study uses the forest cover data in 43 national parks that lies in 114 districts / cities during 2013-2017. The results show that the government spending for forest protection activities and forest ranger has an effect on controlling the deforestation rate in conservation area. However, there is no evidence showing correlation between the spending for community empowerment to deforestation control. This indicates that the government should consider budget allocation to make deforestation control more effective.

"
2020
T54996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Cita
"ABSTRAK
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan R.I. Nomor 756/KPTSII/90 tertanggal 17 Desember 1990. Kelengkapan peraturan seperti tersebut merupakan unsur penting dalam suatu sistem pengelolaan taman nasional. Namun yang lebih penting lagi adalah dukungan dan peranserta masyarakat.
Dukungan dan peranserta masyarakat itu hanya akan diperoleh, apabila di satu pihak taman nasional ini dapat meberikan manfaat nyata bagi masyarakat, dan di pihak yang lain, masyarakat memahami bahwa, eksistensi taman nasional ini penting bagi generasi mendatang sehingga perlu dilestarikan. Akan tetapi di dalam kenyataannya bahwa, taman nasional ini relatif belum dapat mendorong pemanfaatan secara rasional dari kawasan marginal, sementara masyarakat untuk sebagian besar kehidupannya bergantung pada sumberdaya alam yang ada di hutan, yang pada umumnya dimanfaatkan atas dasar hak-hak tradisional. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh masyarakat demi kelangsungan hidupnya, diduga mempunyai dampak terhadap ekosistem Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aktivitas masyarakat terhadap ekosistem Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, serta pola-pola bagi aktivitas masyarakat yang menimbulkan dampak tersebut. Untuk itu, lokasi penelitian ditetapkan di dalam kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai dan di wilayah pedesaan sekitarnya. Penelitian di dalam kawasan dilakukan dengan cara pengamatan terutama pada unit-unit pengamatan tertentu, yaitu di sepanjang jalan setapak, lintasan satwa, tempat makan satwa, daerah rawa, sungai dan kawasan marginal. Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan fisik kawasan, potensi flora maupun fauna serta tingkat pengelolaan taman nasional ini. Sedangkan penelitian terhadap masyarakat di sekitarnya dilakukan dengan menggunakan schedule terhadap 150 unit sampel yang ditarik secara multiple stage random sampling. Di samping itu dilakukan pula wawancara terhadap sejumlah responden. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola-pola bagi aktivitas masyarakat yang diduga menimbulkan dampak terhadap ekosistem Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Firdaus
"Ekosistem alami sebagai entitas yang terkait dengan keanekaragaman hayati, memiliki peran sangat penting dalam memberikan layanan ekosistem, yaitu beragam manfaat langsung dan tidak langsung yang dibutuhkan untuk keberlanjutan kehidupan di bumi dan untuk mendukung kesejahteraan manusia, sebagai bagian integral dari ekosistem. Pertumbuhan populasi manusia yang meningkat pada skala global menyebabkan meningkatnya tekanan antropogenik pada alam dengan mengubah penggunaan lahan melalui fragmentasi, degradasi, dan deforestasi dengan laju yang cepat. Dilaporkan bahwa lebih dari dua pertiga layanan ekosistem global yang dimanfaatkan tidak terkendali telah terdegradasi lebih cepat dibandingkan waktu pemulihannya. Keadaan ini dapat mengancam aliran produk dan layanan ekosistem di masa depan di berbagai wilayah terutama di daerah tropis, khususnya Indonesia, sebagai salah satu di antara negara-negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar di dunia (megabiodiversitas). Kebutuhan untuk menjaga kelestarian ekosistem beserta layanan yang dihasilkan sangat mendesak untuk dilakukan. Hal ini mendorong perlunya dilakukan upaya-upaya untuk mengidentifikasi, melindungi, dan mengelola area yang penting untuk penyediaan layanan ekosistem, agar keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem tetap terpelihara. Layanan ekosistem bertumpu pada keanekaragaman hayati, tetapi hubungan fungsional antara keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem tidak diketahui dengan baik. Berbagai strategi dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Namun, tidak ada strategi khusus yang dilakukan untuk layanan ekosistem. Salah satu strategi penting dalam konservasi keanekaragaman hayati adalah perencanaan konservasi sistematis. Strategi ini bertujuan untuk mengidentifikasi area prioritas di mana upaya konservasi harus difokuskan. Gagasan layanan ekosistem sejak lama digunakan sebagai argumen dasar untuk menjustifikasi konservasi keanekaragaman hayati dan diasumsikan bahwa melestarikan keanekaragaman hayati juga berarti pada saat yang sama melestarikan layanan ekosistem. Karena itu, pada beberapa dekade terakhir berkembang gagasan untuk memasukkan konsep layanan ekosistem ke dalam konservasi, terutama yang berkaitan dengan perencanaan konservasi keanekaragaman hayati. Disertasi ini mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan integrasi layanan ekosistem dalam perencanaan konservasi di DAS Cidanau. Pertama-tama dilakukan kajian tentang dampak perubahan tutupan lahan terhadap layanan ekosistem, khususnya hasil air, yang merupakan layanan utama dari DAS Cidanau. Hasil menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan di DAS Cidanau dari tahun 1996 ke 2019, karena konversi lahan untuk persawahan dan lahan pertanian. Perubahan tutupan ini diproyeksikan masih akan berlanjut hingga 2030 dan turut memengaruhi dinamika layanan hasil air dari DAS Cidanau. Area potensial untuk layanan hasil air ditemukan terutama di bagian tenggara dan selatan yang merupakan area hulu DAS Cidanau. Area ini perlu diprioritaskan dalam upaya konservasi perairan dan kehutanan untuk memelihara pasokan air dari DAS Cidanau secara berkelanjutan. Kajian kedua membahas tentang identifikasi area prioritas konservasi berbasis layanan ekosistem yang diterapkan untuk mengembangkan kerangka konservasi spasial di DAS Cidanau pada tingkat sub-DAS. Empat layanan ekosistem penting terdiri dari hasil air, kualitas habitat, penyimpanan karbon, dan retensi sedimen, dipetakan untuk mengetahui distribusi spasial dari masing-masing layanan dan hubungan antara layanan ekosistem, jenis tutupan lahan, dan nilai indeks Total Ecosystem Services (TES). Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan spasial yang besar dalam pasokan berbagai layanan ekosistem, di mana indeks TES bervariasi hingga mencapai tujuh kali lipat di antara satu sub-DAS dengan sub-DAS yang lain. Sejumlah sub-DAS di area hulu DAS Cidanau menunjukkan potensi lebih tinggi untuk menghasilkan beberapa layanan secara simultan. Area potensial yang teridentifikasi ini dapat dijadikan rujukan sebagai area prioritas di mana upaya konservasi harus difokuskan. Terakhir, kajian ketiga, mendiskusikan tentang state of the art penelitian layanan ekosistem di Indonesia antara tahun 1998 dan 2020, berdasarkan artikel yang dipublikasikan yang dihimpun pada basis data bibliografik Scopus. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana layanan ekosistem diteliti di Indonesia dan untuk mengetahui kesinambungan atau keselarasan topik-topik yang dikaji dalam disertasi ini dengan kajian lainnya. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa masalah keanekaragaman hayati, deforestasi, dan kelapa sawit mencirikan kecenderungan terkini penelitian layanan ekosistem di Indonesia. Selain itu, keberlanjutan, perubahan iklim, dan perubahan penggunaan dan tutupan lahan merupakan fokus utama penelitian yang menjanjikan di masa depan. Perubahan penggunaan dan tutupan lahan, adalah salah satu topik yang berkaitan erat dengan perencanaan konservasi dan layanan ekosistem. Perubahan tutupan lahan juga merupakan salah satu faktor pengungkit utama krisis layanan ekosistem global. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan keselarasannya dengan perkembangan riset layanan ekosistem, khususnya di Indonesia. Layanan ekosistem harus dielaborasi secara eksplisit dalam upaya konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Terlepas dari beberapa keterbatasannya, disertasi ini menawarkan perspektif baru tentang konservasi dan model yang dihasilkan dapat berguna untuk perencanaan konservasi di DAS Cidanau dan kawasan lain yang relevan.

Ecosystems, as entities of biological diversity, play a significant role in providing direct and indirect benefits in the form of ecosystem services, which are essential for the sustainability of life on earth and the support of human well-being. However, the increasing growth of the human population on a global level is leading to an uncontrollable increase in anthropogenic pressure on nature, resulting in land use changes through fragmentation, degradation, and deforestation at an unprecedented rate. It is estimated that more than two-thirds of the global ecosystem services have been degraded faster than they have been recovered, thus threatening the provision of future ecosystem products and services, particularly in the tropics and in Indonesia, a country known for its extraordinary biodiversity (mega-biodiversity). Consequently, preserving ecosystems and the services they provide has become an urgent requirement. This wealth encourages initiatives to identify, protect, and manage areas that are vital for the provision of ecosystem services so that biodiversity and ecosystem services can be maintained. Although ecosystem services are dependent on biodiversity, the functional relationship between biodiversity and ecosystem services is still not fully understood. Numerous strategies have been implemented to conserve biodiversity, yet no specific plan has been designed to sustain ecosystem services. One of the most effective strategies for biodiversity conservation is the implementation of systematic conservation planning, which aims to identify priority areas where conservation measures should be concentrated. It is assumed that conserving biodiversity also means preserving ecosystem services, which is why the idea of including ecosystem services in biodiversity conservation planning has been developed in recent years. This dissertation discusses issues related to the integration of ecosystem services in conservation planning in the Cidanau watershed. Firstly, a study was conducted to investigate the impact of land cover changes on ecosystem services, such as water yields, in the Cidanau watershed. Results showed a change in land cover between 1996 and 2019 due to land conversion for paddy fields and agricultural land, and this is projected to continue until 2030 and affect water yield services in the Cidanau watershed. The main areas with potential for water product services are located in the southeast and south, which are the upstream areas of the Cidanau watershed. Therefore, they should be prioritized when it comes to water conservation and forestry efforts in order to ensure a sustainable water supply from the Cidanau watershed. Secondly, a study was conducted to identify conservation priority areas based on ecosystem services in order to develop a spatial conservation framework in the Cidanau watershed at the sub-watershed level. Four essential ecosystem services, such as water yield, habitat quality, carbon storage, and sediment retention, were mapped to evaluate the spatial distribution and the link between ecosystem services, land cover types, and Total Ecosystem Services (TES) index values. Results demonstrated considerable spatial discrepancies in the supply of the different ecosystem services, with the TES index varying up to sevenfold from one sub-watershed to another. Several sub-watersheds in the upstream Cidanau watershed area were identified as having a higher potential for multiple services production. This data can be utilized as a reference for priority areas where conservation efforts should be focused. Finally, a study was conducted to examine the stateof the art of ecosystem services research in Indonesia between 1998 and 2020, based on published articles compiled in the Scopus bibliographic database. This study was conducted to determine the extent to which ecosystem services are studied in Indonesia and to determine the harmony of the topics studied in this dissertation with other studies. Results indicated that biodiversity, deforestation, and oil palm issues characterize the current trends in ecosystem services research in Indonesia. Additionally, sustainability, climate change, and land use and land cover changes are the main focus of promising future research. Land use and land cover change are topics closely related to conservation planning and ecosystem services and are key contributors to the global ecosystem services crisis. Therefore, this study shows its alignment with the development of ecosystem services research, particularly in Indonesia. Explicitly defining ecosystem services is essential for the sustainable conservation of natural resources and biodiversity. By emphasizing the importance of ecosystem services, this dissertation offers a new perspective on conservation. The resulting model can be beneficial for conservation planning in the Cidanau watershed and other related areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Charles Johan Parlindungan
"Tesis ini membahas tentang kekuatan Non Governmental Organization (NGO) dalam menjalankan strategi kampanye mereka untuk mengubah kebijakan aktor yang menjadi target mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisa studi kasus Strategi Advokasi Rainforest Action Network dalam Perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser periode tahun 2013-2019. Pertanyaan penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah “Bagaimana strategi advokasi Rainforest Action Network untuk melindungi Kawasan Ekosistem Leuser dari masalah kerusakan lingkungan periode tahun 2013-2019?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Rainforest Action Network (RAN) berhasil dalam menjalankan kampanye mereka terhadap berbagai perusahaan besar yang melakukan deforestasi di Kawasan Ekosistem Leuser. Kerangka teori yang digunakan adalah Transnational Advocacy Network (TAN) oleh Keck dan Sikkink. RAN menggunakan empat strategi utama dalam kampanyenya yaitu Information Politics, Symbolic Politics, Leverage Politics, and Accountability Politics. Jejaring transnasional yang dimiliki, sarana penyebaran informasi serta kemampuan RAN dalam menjalankan kampanye mereka adalah faktor-faktor penting yang berkontribusi terhadap keberhasilan advokasi RAN di Kawasan Ekosistem Leuser.

This thesis discusses the power of Non Governmental Organizations (NGOs) in carrying out their campaign strategies to change the policies of their target actors. This research uses qualitative research methods using case study analysis of the Rainforest Action Network Advocacy Strategy in the Protection of the Leuser Ecosystem for the period 2013-2019. The research question used in this thesis is "What is the Rainforest Action Network's advocacy strategy to protect the Leuser Ecosystem from environmental damage for the period 2013-2019?". The Purpose of this study is to find out how Rainforest Action Network (RAN) is successful in running their campaigns against large companies that are deforesting in the Leuser Ecosystem. The theoretical framework used is the Transnational Advocacy Network (TAN) by Keck and Sikkink. RAN used four main strategies in its campaign namely Information Politics, Symbolic Politics, Leverage Politics, and Accountability Politics. Transnational network, the dissemination information and the ability of RAN to run their campaigns are important factors that contribute to the success of RAN’s advocacy in the Leuser Ecosystem."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Fatkhiati Sadiah
"[ABSTRAK
Studi ini mengeksplorasi tentang pengelolaan kawasan agropolitan Selupu Rejang di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu yang telah ditetapkan sebagai kawasan rintisan pengembangan agropolitan sejak tahun 2002 yaitu di kawasan agropolitan Selupu Rejang, masih belum mencapai sasaran idealnya. Tekanan yang timbul akibat aktivitas budidaya yang intensif terutama di daerah pertanian dataran tinggi, menyebabkan kawasan menjadi tidak berkelanjutan. Data menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi lingkungan di kawasan agropolitan Selupu Rejang akibat aktivitas pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah ekologi di kawasan tersebut. Kondisi lingkungan yang terdegradasi tersebut dapat menyebabkan kawasan agropolitan menjadi tidak berkelanjutan, apalagi kawasan tersebut adalah dataran tinggi yang mempunyai peran penting untuk kestabilan ekosistem. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisis kondisi eksisting, menganalisis status keberlanjutan, serta membangun model pengelolaan kawasan agropolitan berkelanjutan yang mengintegrasikan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kawasan agropolitan dapat berkelanjutan jika mengintegrasikan aspek lingkungan yang sesuai dengan ekosistem Indonesia, yaitu ekosistem hutan hujan tropis. Analisis menggunakan analisis deskriptif, analisis spasial. Rap-Agrotropika, dan system dynamics. Hasil adalah model tersebut dapat menurunkan degradasi lingkungan dan secara simultan juga dapat meningkatkan produksi serta nilai tambah sektor pertanian, sehingga keberlanjutan sistem produksi pertanian, keberlanjutan ekonomi perdesaan, dan keberlanjutan lingkungan dapat dipertahankan dan ditingkatkan.;

ABSTRACT
This study explores the management of Selupu Rejang agropolitan area in Rejang Lebong regency, Bengkulu Province. Bengkulu Province has been designated as pilot area of agropolitan development since 2002. Selupu Rejang agropolitan was the one of agropolitan area which still has not reached the ideal target. Pressure on the environment was arising as a result of intensive farming activities, especially in the highland agricultural areas, causing the area becomes unsustainable. The data reveal that there has been environmental degradation in Selupu Rejang agropolitan due to agricultural activities. It is not in accordance with the principles of ecology in the region. Degraded environmental conditions can cause agropolitan become unsustainable, especially in the upland area that has an important role for the stability of ecosystem. Therefore, this study aims to build agropolitan area management model that integrates economic, social, and environment interests. Hence, the agropolitan development can be sustained by entering the interests of the environment in the development of the region in accordance with the rules of typical ecosystems in Indonesia, called the tropical rainforest ecosystem. This study uses descriptive analysis, spatial analysis, Rap- Agrotropika, and system dynamics. The result is a model that can reduce environmental degradation. It can also simultaneously increase production and add value to the agricultural sector. Finally, the sustainability of agricultural production systems, rural economy, and environment can be maintained and improved., This study explores the management of Selupu Rejang agropolitan area in Rejang Lebong regency, Bengkulu Province. Bengkulu Province has been designated as pilot area of agropolitan development since 2002. Selupu Rejang agropolitan was the one of agropolitan area which still has not reached the ideal target. Pressure on the environment was arising as a result of intensive farming activities, especially in the highland agricultural areas, causing the area becomes unsustainable. The data reveal that there has been environmental degradation in Selupu Rejang agropolitan due to agricultural activities. It is not in accordance with the principles of ecology in the region. Degraded environmental conditions can cause agropolitan become unsustainable, especially in the upland area that has an important role for the stability of ecosystem. Therefore, this study aims to build agropolitan area management model that integrates economic, social, and environment interests. Hence, the agropolitan development can be sustained by entering the interests of the environment in the development of the region in accordance with the rules of typical ecosystems in Indonesia, called the tropical rainforest ecosystem. This study uses descriptive analysis, spatial analysis, Rap- Agrotropika, and system dynamics. The result is a model that can reduce environmental degradation. It can also simultaneously increase production and add value to the agricultural sector. Finally, the sustainability of agricultural production systems, rural economy, and environment can be maintained and improved.]"
2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsanaa Fitri Zhafira
"ABSTRAK
Lumut merupakan tumbuhan tingkat pertama dalam pembentukan ekosistem baru di dalam habitat baru, selain itu lumut juga memegang peranan penting dalam sistem ekologi dunia karena lumut dapat memakan partikel dan zat kimia berbahaya baik di udara maupun air. Saat ini, kenaikan suhu bumi yang cepat akibat tingkat polusi udara yang tidak terkendali menjadi masalah utama yang dihadapi banyak Negara di dunia yang harus cepat diselesaikan. Selain itu tingginya pembangunan tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cukup, hal ini menyebabkan sulitnya mencari lahan untuk menanam dalam rangka menjaga lingkungan dunia. Kemampuan lumut yang dapat hidup dan menjadi perintis dalam sebuah habitat baru termasuk material bangunan konvensional menjadi objek kajian dalam project ini. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan lumut dapat tumbuh dan berkembang biak dalam suatu material, diantaranya kelembaban, ketersediaan air, intensitas matahari, intervensi manusia, densitas material, serta bentuk permukaan. Dalam project ini, Lumut diprogram untuk tumbuh dan berkembang di atas material bangunan berdasarkan storyline dengan menggunakan metode kering dan basah. Munculnya lumut diatas material bangunan diharapkan mampu menjawab permasalahan ekologi yang sedang di hadapi oleh dunia, terutama mengenai tingginya tingkat polusi udara saat ini dalam lahan yang terbatas.

ABSTRACT
Moss is the pioneer of the new ecosystem. Moreover, moss also plays an important role to preserve world rsquo s ecological system, such as consuming harmful particle in the air and water. Nowadays, world rsquo s temperature rapidly increase because of the enhancement of air pollution, this problem makes a headline in most countries in the world. Meanwhile, the high interest of city development is not compensated with the availability of land, this matter is also giving the difficulties to find another land for cultivating to preserve world rsquo s environment. The ability of moss that can live easily on the new habitat including building rsquo s conventional material would be a further object of study for the project. There are 6 factors that cause the moss can inhabit and multiply on material, they are humidity, water intensity, sun intensity, human intervention, density of material, and material surface. In this project, moss is programmed to grow on the material based on the storyline by using wet and dry method. The Appearance of moss on the building material is expected to answer the ecological problems faced by many countries, particularly regarding on today rsquo s pollution level on limited land."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rizqy Maulana
"Tidak dapat dipungkiri bahwa ancaman krisis iklim dapat terjadi tanpa mengenal waktu dan sangat mengancam bagi kehidupan manusia. Dalam menangani permasalahan krisis iklim tersebut ekosistem karbon biru sebagai penangkap karbon terbesar menjadi suatu solusi. Namun, Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki kekayaan alam dan potensi karbon biru terbesar di dunia masih belum optimal dalam mengelola ekosistem tersebut. Hal itu juga diperparah dengan kondisi masyarakat pesisir yang merupakan kelompok paling rentan terkena dampak dari ancaman krisis iklim. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengelolaan ekosistem yang tepat dapat meningkatkan ketahanan sosial masyarakat pesisir melalui perspektif kejahatan lingkungan dan dengan menggunakan pengelolaan berbasis pemberdayaan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan pustaka, dimana penulis meninjau berbagai literatur seperti jurnal, buku, dan laporan terkait isu terkait. Hal tersebut dilakukan agar penulis dapat menjangkau berbagai data dan kasus di skala lebih luas dari luar negeri dan juga dari berbagai daerah di Indonesia. Hasil dari kajian literatur ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kejahatan lingkungan yang terjadi pada pengelolaan ekosistem karbon biru dengan lemahnya tingkat ketahanan sosial masyarakat pesisir. Lebih lanjut, pemberdayaan masyarakat sebagai sarana menjembatani antara kebutuhan masyarakat dengan pengelolaan ekosistem karbon biru memberikan kontribusi positif. Komponen pendukung yang tidak dapat diabaikan juga diperlukan pada upaya pemberdayaan masyarakat melalui modal sosial. Penelitian ini berhasil memberikan model konseptual NKT yang dapat membantu dalam peningkatan ketahanan sosial berbasis pemberdayaan masyarakat dan melalui perspektif kejahatan lingkungan.

Undeniably, the threat of a climate crisis can come at any time for humans. In dealing with the problem of the climate crisis, the blue carbon ecosystem as the largest carbon catcher becomes a solution. However, Indonesia as a maritime country that has the largest natural wealth and blue carbon potential in the world is still not optimal in managing these ecosystems. It is also exacerbated by the condition of coastal communities which are the most vulnerable group affected by the threat of the climate crisis. The purpose of this literature review is to explain how proper ecosystem management can increase the social resilience of coastal communities through the perspective of green crime and by using community empowerment-based management. The research method used is a literature review, where the author reviews various kinds of literature such as journals, books, and reports related to related issues. This is done so that the authors can reach various data and cases on a wider scale from abroad and from various regions in Indonesia. The results of this study indicate that there is a relationship between environmental crimes that occur in the management of the blue carbon ecosystem and the weak level of social resilience of coastal communities. Furthermore, community empowerment as a means of bridging the needs of the community with the management of the blue carbon ecosystem has made a positive contribution. Supporting components that cannot be ignored is also needed in community empowerment efforts through social capital. This research has succeeded in providing an HCV conceptual model that can assist in increasing social resilience based on community empowerment and through the perspective of environmental crime."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roliska Virgo Dinanti
"Penelitian tentang komunitas burung di kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon TNUK bertujuan untuk menjelaskan komposisi burung pada berbagai struktur vegetasi kawasan penyangga TNUK, serta menjelaskan hubungan antara komposisi burung dengan struktur vegetasi kawasan penyangga TNUK. Kondisi kawasan penyangga di sekitar TNUK didominasi oleh area perkebunan dan pertanian yang memiliki jenis vegetasi beraneka ragam. Metode pengamatan burung yang digunakan adalah metode titik hitung. Terdapat 22 titik sampel pada pengamatan yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kawasan penyangga berjarak dekat 0-500 meter, sedang 500-1000 meter dan jauh >1000 meter.
Hasil penelitian menunjukkan masing-masing kelompok kawasan penyangga memiliki struktur vegetasi yang berbeda, namun kawasan penyangga dekat dan sedang cenderung memiliki kemiripan karena hasil scatter plot Principal Component Analysis kedua kawasan saling tumpang tindih. Nilai keanekaragaman burung tertinggi terdapat pada kelompok kawasan penyangga berjarak dekat dengan Taman Nasional, namun hasil uji t Hutcheson ketiga lokasi menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Burung tipe insektivor dan nektarivor memiliki korelasi negatif dengan DBH pohon kelapa, burung tipe granivor dan omnivor memiliki korelasi positif dengan persentase kematangan buah kelapa.

Research on bird communities in buffer zone of Ujung Kulon National Park TNUK to explain bird composition on various vegetation structures of TNUK buffer zone, and to explain the relationship between bird structure and vegetation structure of buffer zone of TNUK. The condition of buffer zone around TNUK is dominated by plantation and agriculture area which have varieties of vegetation type. Bird observation method used is the method of calculating point. There are 22 sample points on the observation that are divided into three groups, namely near buffer area 0 500 meters, medium 500 1000 meters and far 1000 meters.
The results showed that each group of buffer zones had different vegetation structures, but the nearest and the nearest buffer areas were affected by the scatter plots. The Main Components Analysis of the two regions overlapped. The value of immortal bird diversity in the buffer group is close to the National Park, but the result of the Hutcheson site t test shows no significant difference. Insektivor and nectarivor birds have a negative reputation with coconut tree DBH, granivor and omnivor species have a positive reputation with coconut maturity percentage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Andhyk Bintaryanto
"Keberadaan ekosistem hutan mangrove di kawasan Cagar Alam Pulau Dua, Desa Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten saat ini banyak memberikan sumber penghidupan yang nyata bagi masyarakat sekitar yang memanfaatkan ekosistem hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai valuasi ekonomi total hutan mangrove untuk menyusun strategi pengelolaan hutan mangrove di kawasan Cagar Alam Pulau Dua. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan valuasi ekonomi total hutan mangrove di kawasan Cagar Alam Pulau Dua seluas 30 Ha adalah Rp 4 milyar/tahun atau Rp 144 juta/ha/tahun. Selanjutnya masing-masing nilai manfaat dibuatkan usaha skenario pemanfaatan di kawasan Cagar Alam Pulau Dua dengan analisis Net Present Value (NPV). Dari nilai NPV ini dapat disusun strategi pengelolaan wilayah pesisir hutan mangrove di kawasan Cagar Alam Pulau Dua yang paling baik dan menguntungkan dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pemancingan dengan nilai Rp 48 milyar.

The presence of mangrove forest in the Pulau Dua Nature Reserve currently provides many tangible livelihood for the communities that use mangrove forest ecosystem. This study aims to determine the valuation of the total economic value of mangrove forests to develop strategies for the management of mangrove forest in the Pulau Dua Nature Reserve. This study uses survey with qualitative and quantitative data analysis. Calculation of total economic valuation of mangrove forest in the Pulau Dua Nature Reserve area of 30 ha obtained is Rp 4 billion/year or Rp 144 million/ha/year. Furthermore, each of the value of the benefit created for use in the business scenario Pulau Dua Nature Reserve with Net Present Value (NPV) analysis can be arranged mangrove coastal zone management strategy in the Pulau Dua Nature Reserve most excellent and profitable is to use the land for fishing effort with a value of Rp 48 billion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T42849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>