Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tanaman semangka (Citrullus vulgaris Schrad) berasal dari afrika, dan dalam perkembangannya telah menjadi tanaman penting di daerah tropis maupun subtropis (Whitaker dan davis 1962;Mohr 1986)..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dianursanti
"ABSTRAK
Pengembangan sistem produksi C. vulgaris dengan menggunakan teknik filtrasi dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi biomassanya. Dengan teknik filtrasi ini, pengaruh self shading yang terjadi dalam kultur alga di dalam reaktor dapat diatasi. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini diawali dengan studi awal perancangan reaktor dan optimasi kondisi operasinya. Tahap berikutnya adalah pengembangan teknik filtrasi dalam sistem kultivasi C. vulgaris yang meliputi pengaturan densitas sel melalui pengaturan laju hisap filter, optimasi sistem aerasi media kultur menggunakan membran serat berongga, optimasi sistem filtrasi menggunakan mikrofiltrasi dan pembandingan antara sistem filtrasi kontinyu dan semikontinyu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik filtrasi secara kontinyu terbukti berhasil meningkatkan produksi biomassa hingga 1,25 kali dari proses kultivasi biasa. Sementara itu penggunaan membran serat berongga sebagai aerator dan mikrofiltrasi sebagai media filternya dalam sistem pemerangkapan sel kontinyu, mampu meningkatkan produksi biomassa C.vulgaris hingga 2,55 kali dari sistem kultivasi biasa. Demikian pula dengan sistem pemerangkapan sel semi kontinyu telah terbukti mampu meningkatkan produksi biomassanya hingga 2,04 kali dari sistem kultivasi biasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik filtrasi dalam sistem kultivasi C. vulgaris sangat potensial untuk dikembangkan sebagai upaya peningkatan produksi biomassanya.

ABSTRACT
Development of C. vulgaris production system using filtration techniques carried out as part of efforts to increase biomass production. By using filtration techniques, self-shading effect that occurs in algae culture could be overcome. Implementation of this research activity started with a preliminary study design and optimization of reactor operating conditions. The next stage was the development of filtration techniques in the cultivation system of C. vulgaris which includes arrangement of cell density by suction rate adjustment, optimization of culture medium aeration system using hollow fiber membranes, optimization of the process filtration using microfiltration and filtration system comparisons between the continuous and discontinuous. The results showed that continuous filtration technique proved successful in increasing the production of biomass to 1.25 times that of ordinary cultivation process. Meanwhile, the use of hollow fiber membrane as an aerator and a microfiltration as filter media in continuous filtration system could increase biomass production up to 2.55 times. Similarly, the discontinuous filtration system has been shown to increase biomass production up to 2.04 times. Therefore, it can be said that the use of filtration techniques in the C. vulgaris cultivation system, potential to be developed as an effort to increase biomass production.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
D1334
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Christa Desire Gracia
"Latar belakang: Akne vulgaris (AV) adalah penyakit unit pilosebasea kronis tersering yang dapat menimbulkan dampak psikologis berat dan mengganggu kualitas hidup penderitanya. Penggunaan terapi ajuvan yaitu ekstraksi lesi akne yang dikombinasikan dengan terapi standar dapat memperbaiki kondisi klinis dan kualitas hidup penderita akne. Pengukuran kualitas hidup penting dilakukan untuk menilai keberhasilan terapi. Saat ini telah tersedia kuesioner kualitas hidup spesifik akne berbahasa Indonesia (Acne-QoL- INA) yang tervalidasi, namun belum pernah ada data mengenai perbandingan kualitas hidup antara terapi kombinasi dan terapi standar.
Metode: Studi uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal ini dilakukan pada subjek akne vulgaris dewasa derajat sedang berdasarkan kriteria Lehmann yang dibagi ke dalam kelompok terapi kombinasi standar dan ekstraksi lesi akne (terapi kombinasi) serta terapi standar tanpa ekstraksi lesi akne (terapi standar). Skor kualitas hidup berdasarkan kuesioner Acne-QoL-INA dinilai pada baseline, minggu ke-4, dan minggu ke-8 setelah terapi. Selain itu, penilaian jumlah lesi dan derajat keparahan akne diukur pada setiap kunjungan oleh seorang evaluator secara tersamar melalui foto klinis.
Hasil: Sebanyak 40 subjek dengan median usia 24 tahun (18–48), 17,5% laki-laki dan 82,5% perempuan berpartisipasi dalam penelitian ini. Skor Acne-QoL-INA baseline untuk kelompok kombinasi dan kelompok terapi standar masing-masing adalah 41 (37,5– 57) dan 45,5 (37–63), meningkat menjadi 79 (67,5–94,5) dan 72,5 (59,25–98,5) pada minggu ke-8 namun tidak berbeda bermakna secara statistik antar kedua kelompok (p=0,602). Jumlah lesi baseline pada kedua kelompok masing-masing 35 dan 32, menurun menjadi 18 dan 13 pada minggu ke-8 (p<0,0001) dan perbaikan derajat keparahan menjadi akne ringan pada 100% subjek di minggu ke-8.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan dalam skor Acne-QoL-INA dan perbaikan klinis antara kelompok terapi kombinasi dan terapi standar pada pasien AV sedang. Namun, terapi kombinasi cenderung meningkatkan kualitas hidup dan pengurangan lesi lebih baik daripada terapi standar.

Background: Acne Vulagis (AV) is the most commom chronic disease of the pilosebaceous unit that can have a significant psychological impact and reduce the quality of life. The use of adjuvant therapy such as acne lesion extraction, in combination with standard therapy could better improve clinical outcomes and quality of life. Assessing quality of life is crucial to evaluate the success of therapy. Currently, there has been a validated acne-specific quality of life questionnaire in Indonesian (Acne-QoL-INA), but there is no existing data on the comparison of quality of life between combination therapy and standard therapy.
Method: This single-blinded randomized controlled study was conducted on adult subjects with moderate acne vulgaris based on Lehmann criteria, who were divided into combinations of standard therapy with acne lesion extraction (combination therapy) group, and standard therapy without acne lesion extraction (standard therapy) group. Quality of life score based on the Acne-QoL-INA questionnaire was assessed at the baseline, 4th, and 8th week after therapy. Additionally, the assessment of lesion number and acne grading is also measured at each visit by a blinded evaluator through clinical photos.
Results: A total of 40 subjects with a median age of 24 years old (18–48), comprising 17.5% males and 82.5% females, participated in this study. The baseline Acne-QoL-INA scores for the combination therapy and the standard therapy group were 41 (37.5–57) and 45.5 (37–63), respectively. These scores increased to 79 (67.5–94.5) and 72.5 (59.25– 98.5) at week 8 but did not show statistically significant differences between the two groups (p=0.602). The baseline lesion count in both groups was 35 and 32, respectively, and decreased to 18 and 13 at week 8 (p<0.0001), with an improvement in the severity to mild acne in 100% of subjects by week 8.
Conclusion: There was no difference in Acne-QoL-INA scores and clinical improvement between the combination therapy and standard therapy groups in moderate AV patients. However, combination therapy tended to improve the quality of life and lesion reduction better than standard therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Acne vulgaris adalah kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan sering ditemukan di daerah muka, Ieher dan badan bagian atas. Penanganan masalah acne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah teijadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan acne yang timbul (kuratif). Selain program pengobatan yang dilakukan, penderita juga harus memperhatikan hygiene kulit dan terapi diet yang menunjang proses penyembuhan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor yang berkontribusi pada penderita acne vulgaris untuk melakukan hygiene kulit dan terapi diet. Desain dan metodologi penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan uji tendensi sentral dengan sampel yang berjumlah 40 responden. Instrumen pen gumpulan data yang di gunakan adalah kuisioner.
Hasil penelitian ini didapatkan data sebagai berikut tingkat pengetahuan sebanyak 38,37% merupakan faktor dominan yang berkaitan dengan ketaatan penderita acne vulgaris untuk melakukan hygiene kulit dan terapi diet, faktor motivasi sebanyak 37,28% dan faktor support sistem sebanyak 24,35%. Beberapa hal yang direkomendasikan pada penelitian ini, yaitu sampel yang lebih representatif sehingga hasil yang diperoleh lebih mungkin untuk dilakukan generalisasi pada populasi yang lebih luas. Instrumen yang digunakan telah teruji validitas dan reabilitasnya serta perlu ditingkatkan pengetahuan dan informasi bagi para penderita acre vulgaris berupa modul-modul yang berkaitan dengan pengebatan, hygiene kulit dan terapi diet."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5195
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Delaamira
"ABSTRAK
Kebutuhan manusia akan energi fossil semakin lama semakin meningkat. Salah
satu cara yang dapat membantu mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan
pemanfaatan diesel hijau. Diesel hijau bisa didapatkan dari minyak tumbuhan.
Selain itut, bisa didapatkan pula dari mikroalga yaitu Chlorella vulgaris.
Mikroalga ini dikenal dengan kandungan lipidnya yang tinggi, dengan
mempertimbangkan beberapa parameter pendukungnya diantara lain yaitu
intensitas cahaya, medium, pH serta salinitas. Kandungan lipid tersebut akan
diekstrak dengan menggunakan metode Bligh-Dryer yang kemudian direaksikan
dengan methanol. Masalah berikutnya muncul dari katalis homogen yang
biasanya digunakan namun susah untuk diseparasi, sehingga biodiesel harus
dicuci kembali untuk mengembalikan pH serta akan mengurangi kualitasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, katalis heterogen berupa zeolite memiliki
kemampuan untuk mengkatalisis reaksi tersebut. Kelebihannya yaitu mudah untuk
dipisahkan serta tidak mengurangi kualitas biodiesel yang dihasilkan. Katalis
heterogen memiliki peranan yang sama dengan katalis homogeny. Untuk
mendapatkan katalis yang optimal, maka digunakan beberapa variasi. Diantaranya
yaitu variasi pada saat impregnasi, serta variasi saat reaksi transesterifikasi
berlangsung. Diharapkan, dari beberapa variasi ini didapatkan karakterisasi katalis
heterogen CuO/Zeolit serta kondisi reaksi trasnesterifikasi yang menghasilkan
yield tertinggi. Katalis terbaik didapatkan saat konsentrasi Cu(NO3)2 0,002M serta
waktu perendaman 6 jam, yaitu dengan terimpregnasinya CuO sebesar 1770 ppm
didalam zeolite. Selain itu, variasi reaksi transesterifikasi terbaik didapatkan saat
menggunakan katalis 5%, suhu reaksi 60oC serta waktu reaksi 4jam. Masingmasing
memberikan yield terhadap berat kering sebanyak 4,92%, 6,41% ,4,55%
serta konversi sebesar 26,03%, 36,79% dan 28,66%.

ABSTRACT
Human needs for fossil energy increase every year. Green diesel is the main way
to resolve this world problem. Green diesel produces from vegetable oil. But then,
the alternative way came from the uses of microalgae in Chlorella vulgaris type
causes by its simplicity of growing. In the other hand, this microalgae known for
its high lipid content by considering several parameter such as light intensity,
medium nutrition, pH and also salinity. Lipid content will be extracted by using
Bligh-Dryer method which will be reacted with methanol along transesterification
reaction. Beside, there come another matter which is the utilization of homogeny
catalyst. The difficulty of separation is the main matter so then biodiesel need to
be washed in case normalizing the pH and this process will decrease the quality of
biodiesel. To resolve this problem, we?ll be using a heterogen catalyst, zeolite,
with ability to catalyst the process. Zeolite is easier to separate from the biodiesel
so there will not be needed washing process. Heterogent catalyst work as well as
homogeny catalyst. Variation needed to optimize the utilization of heterogen
catalyst, which occurred in impregnation and transesterification process. Upon
this variation, highest yield of biodiesel with CuO/Zeolit heterogent catalyst is
what this research aim for. Best catalyst obtained from Cu(NO3)2 0,002M and 6
hours of impregnation. It result a CuO of 1770ppm inside zeolite. Meanwhile,
transesterification variation reach the greatest result at 5% of catalyst, 60oC and 4
hours of reaction. It lead to a yield from dry weight of 4,92%, 6,41% ,4,55% and a
conversion of 26,03%, 36,79% and 28,66% in consecutive."
2016
T45604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qevin Pratama Prasetya
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris): L-sitrulin adalah asam amino non-protein bersifat netral yang bekerja pada siklus urea di hati dan ginjal. Asam amino ini terbukti mempunyai beberapa khasiat seperti agen proteksi pembuluh darah, anti inflamasi, dan anti oksidan. Pada sebuah penelitian, telah ditemukan adanya kadar L- sitrulin di dalam jus buah semangka. Buah semangka merupakan buah yang termasuk ke dalam famili cucurbitacea. Salah satu buah lain yang termasuk ke dalam famili cucurbitacea adalah sechium edule (labu siam). Akan tetapi, penelitian terkait kadar L-sitrulin di dalam buah sechium edule (labu siam) masih sedikit. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dipelajari lebih lanjut terkait kadar L-sitrulin dalam buah sechium edule (labu siam). Dalam penelitian ini juga akan dianalisis kadar sitrulin dalam beberapa perlakuan yaitu mentah, rebus, dan kukus. Metode: Penelitian ini adalah peneletian desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis dan mengetahui kadar L-sitrulin dalam buah sechium edule (labu siam) dengan berat bersih 50 gram menggunakan metode pengukuran Knipp dan Vasak. Pada penelitian ini menggunakan jus (murni) dan supernatan dari jus (uji pengendapan protein) atau supernatan pasca TCA. Hasil: Pada penelitian ini ditemukan rata-rata kadar sitrulin per gram sampel yaitu labu siam mentah (0,861-1,183 g/100 g) ; labu siam rebus (0,683-1,381 g/100 g); dan labu siam kukus (0,636-1,422 g/100 g) Dari ketiga perlakuan tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan, karena p > 0,05. Kesimpulan: Labu siam dapat dikonsumi dalam ketiga perlakuan yang telah diuji yaitu mentah, rebus, dan kukus untuk mendapatkan khasiat dari sitrulin yang ada di dalamnya.

Introduction: L-citrulline is a neutral non-protein amino acid that works in the urea cycle in the liver and kidneys. This amino acid has been proven to have several properties such as a blood vessel protection agent, anti-inflammatory and anti-oxidant. In one study, it was found that there were levels of L-citrulline in watermelon extract. Watermelon is a fruit that belongs to the cucurbitacea family. Another fruit that belongs to the cucurbitacea family is sechium edule (chayote). However, there is still little research regarding L-citrulline levels in sechium edule (chayote) fruit. Therefore, in this research we will study further regarding L-citrulline levels in sechium edule fruit (chayote). In this research, citrulline levels will also be analyzed in several treatments, namely raw, boiled and steamed. Method: This research is a descriptive research design with a quantitative approach to analyze and determine L-citrulline levels in sechium edule fruit (chayote) with a net weight of 50 grams using the Knipp and Vasak measurement method. This study used juice (pure) and supernatant from juice (protein precipitation test) or post-TCA supernatant. Results: In this study, the average citrulline content per gram of sample was found, namely raw chayote (0.861-1.183 g/100 g); boiled chayote (0.683-1.381 g/100 g); and steamed chayote (0.636-1.422 g/100 g). From the third treatment, no significant differences were found, because p > 0.05. Conclusion: Chayote can be consumed in the three treatments that have been tested, namely raw, boiled and steamed to get the benefits of the citrulline it contains."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tangguh Wijoseno
"ABSTRAK
Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk indonesia kini telah mencapai 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi mencapai 1,39% pertahun atau setara dengan 3,5 juta jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi ini jelas akan menimbulkan suatu dampak sistemik bagi kehidupan bangsa Indonesia. salah satu Potensi masalah yang ditimbulkan dari bertambahnya jumlah penduduk menurunnya ketahanan pangan masyarakat. Dewasa ini telah dikembangkan berbagai sumber pangan alternatif yang kaya akan kandungan essensial yaitu mikroalaga Chlorella. sp. Mikroalga Chlorella vulgaris dikenal sebagai makhluk hidup yang kaya akan karbohidrat, protein, dan lemak dimana zat ? zat ini begitu penting dalam memperkuat ketahanan pangan. Besarnya kadar kandungan essensil tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis medium pertumbuhannya sebagai sumber nutrisi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data kadar kandungan essensil pada Mikroalga Chlorella vulgaris dengan variasi nutrisi pada medium yang diberikan sehingga memudahkan para peneliti untuk mengidentifikasi jenis nutrisi terbaik untuk mendapatkan kandungan essensil yang optimal. Pada penelitian sebelumnya, sudah dilakukan perbandingan pengaruh medium EDTA dan Urea untuk menguji kadar kandungan essensil pada mikroalga Chlorella vulgaris. Pada penelitian ini akan digunakan medium Beneck dan BG-11 sebagai sumber nutrisi. Penelitian dilakukan dengan cara mengembangbiakkan satu jenis mikroalga Chlorella vulgaris di dua Fotobioreaktor yang berbeda. Fotobioreaktor pertama diisi dengan medium Beneck sebagai kontrol dan fotobioreaktor kedua diisi dengan medium BG-11 dan reaktor ketiga diisi dengan medium . Setelah sampai pada masa pemanenan, dilakukan pengambilan biomassa dan dilakukan uji kandungan dan kadar kandungan essensil lemak, lipid, beta karoten, dan protein. Berdasarkan penelitian ini di dapatkan berhasil di dapatkan data kepadatan sel di tiap ? tiap medium. Dalam medium control yaitu medium beneck kepadatan sel mencapai 0.8 g/L, medium walne 0.7392 g/L, dan medium BG-11 mencapai 1.1030 g/L. ada pun kandungan lipid Chlorella vulgaris dari medium beneck sebesar 37 %, lipid dalam medium walne sebesar 43% dan lipid dalam medium BG-11 sebesar 39%. Dalam penelitian ini uga didapatkan nilai Carbon Ttransfer Rate (CTR) di tiap medium. Keberhasilan penelitian ini akan memudahkan bagi para peneliti lainnya dalam menentukan medium dan nutrisi terbaik bagi mikroalga Chlorella vulgaris untuk mendapatkan kandungan essensil yang penting dalam menunjang kecukupan nutrisi bagi manusia.
.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S840
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Canggih Resthureditya Reza
"CO2 di atmosfer sejak tahun 2000 meningkat empat kali lebih cepat ketimbang sepuluh tahun sebelumnya, dan pada tahun 2007 tercatat emisi CO2 di dunia mencapai sebesar 10 milyar ton dimana laju pertumbuhan ekonomi, penggunaan sumber-sumber energi yang tidak efisien, dan degradasi hutan-hutan dan lautan untuk sistem penyerapan CO2 terlibat dalam peningkatan CO2 tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan sebagai langkah untuk mendukung kebijakan mengurangi gas rumah kaca di antaranya adalah dengan mengembangkan penelitian-penelitian di bidang bioteknologi dimana salah satunya adalah pemanfaatan mikroalga untuk memfiksasi CO2 melalui proses fotosintesis. CO2 dalam hal ini merupakan salah satu komponen utama selain H2O dalam pembentukan karbohidrat sumber energi mikroalga untuk tumbuh dan berkembang biak.
Chlorella vulgaris salah satu spesies mikroalga yang dikembangkan untuk biomassa dibiakkan dengan menggunakan media aerasi membran serat berongga yang bertujuan untuk meningkatkan koefisien perpindahan massa CO2 dari gelembung gas yang dialirkan melewati media kultur. Semakin banyak CO2 yang terlarut dalam media kultur akan memberikan kesempatan yang lebih merata bagi mikroalga untuk menyerap CO2 sehingga diharapkan terjadinya peningkatan produksi biomassa yang lebih tinggi dan fiksasi CO2 yang lebih efisien.

Since the year of 2000, CO2 on the atmosfer had increased four times faster than on the previous decade, and on the year of 2007, CO2 had reached about 10 bilion ton which the economic growth rate, the inefficent use of energy, and the degradation of woods and oceans for CO2 absorbtion system were involved on the increasing CO2. There were so many efforts that have been done as measures to support the policy to lower the green house gases which one of them was to develope some researches on biotechnology field by using microalgae to fixate CO2 through photosynthesis process. CO2 on this case is one of the main components beside H2O to form carbohydrate, the energy source for microalgae to grow and reproduce.
Chlorella vulgaris-one of the microalgae species that are developed for biomass is being cultivated using hollow fiber mebrane as the aeration media to increase the mass transfer coefficient of CO2 from gas bubbles that were flown through the culture media. The more CO2 dissolved on culture media, the more chance for the microalgae to absorb the CO2 so it will be expected that there will be a higher increase of biomass production and an efficient fixation of CO2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>