Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febe Belandina
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13100
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abiyyu Dary Yahya
"Penelitian ini akan membahas 7 jenis konjungsi temporal dalam Bahasa Mandarin, yaitu 以后 yǐhòu,以前yǐqián, 然后ránhòu, 当dāng, 刚才gāngcái, 同时 tóngshí, dan 最后zuìhòu. Setiap konjungsi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan pada posisi dan urutan peristiwa pada klausa yang mengandung konjungsi temporal dalam kalimat Bahasa Mandarin. Data penelitian ini diambil dari cerpen Cina yang berjudul 手shǒu. Pada cerpen ini, terdapat 16 data berbahasa Mandarin yang memunculkan jenis konjungsi temporal Bahasa Mandarin. Dari data ini akan di analisis posisi dan urutan peristiwa pada klausa yang mengandung konjungsi temporal dalam kalimat Bahasa Mandarin. Hasil penelitian menemukan bahwa posisi konjungsi temporal ada yang terletak di awal kalimat, terletak pada klausa 1 sebagai klausa subordinatif atau inti, terletak di depan atau belakang klausa 1 sebagai klausa inti, di depan klausa 2 sebagai klausa inti atau subordinatif, dan berada pada klausa 2 sebagai klausa subordinatif. Selain itu, urutan peristiwa pada klausa yang mengandung konjungsi temporal ada yang menunjukkan suatu peristiwa terjadi lebih dulu daripada peristiwa lain, dua peristiwa yang terjadi pada waktu bersamaan, menunjukkan peristiwa yang sedang terjadi, peristiwa kedua akan terjadi selesai peristiwa pertama, dan menunjukkan peristiwa yang diinginkan dalam waktu lama baru terjadi.

This research will discuss 7 types of temporal conjuctions in Chinese, which are以后 yǐhòu,以前yǐqián, 然后ránhòu, 当dāng, 刚才gāngcái, 同时 tóngshí, dan 最后zuìhòu. Each of these conjuctions has differences and similarities in the position and order of the moments on the clauses that contain temporal conjuctions on the sentences in Chinese. Data for this research is taken from a Chinese short story entitled 手shǒu. In this short story, there are 16 Chinese language data that has Chinese temporal conjunctions, and then, will analyze positions and order of the moments on the clauses that contain temporal conjuctions on Chinese sentences. The results of the study found that the position of temporal conjunctions is located at the beginning of the sentence, located in clause 1 as a subordinating or core clause, located in front of or behind clause 1 as a core clause, in front of clause 2 as a core or subordinate clause, and is in clause 2 as a subordinate clause. In addition, the sequence of moments in clauses containing temporal conjunctions shows that a moment occurs before another moment, two moments that occur at the same time, indicate a moment that is currently happening, the second moment will occur after the first event, and indicates the moment desired to be happened in a long time just happened."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Neila Chandra
"Penelitian mengenai keimperfektifan ini bertolak dari adanya perbedaan pendapat para ahli dalam pengklasifikasian aspek imperfektif Keadaan tersebut juga terjadi dalam linguistik Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, keimperfektifan dapat diungkapkan secara gramatikal dan leksikal.
Secara gramatikal, dinyatakan dengan mengimbuhi sufiks -zhe (-4) di belakang verba. Secara Ieksikal, dinyatakan dengan menggunakan adverbia Ma (A), zhang a), dan zhdngzai (EA). Penggunaan pemarkah tersebut tidak terlepas dari peranan makna inheres verba serta interaksi verba dengan fungsi sintaktis lain seperti subjek, objet, keterangan, dan pelengkap. Dengan demikian, meskipun aspek dan aklinnsart (ragam perbuatan) merupakan kategori yang berbeda, keduanya saling berkaitan.
Hasil analisis data berdasarkan pemarkah aspek, menunjukkan aspek imperfektif dalam bahasa Mandarin dibedakan atas aspek progresif, aspek kontinuatif, dan aspek progresif kontinuatif. Hampir semua pemarkah aspek imperfektif dapat muncul bersama verba keadaan, verba pencapaian, verba aktivitas, dan verba kegandaan (sari). Tipe situasi yang dapat muncul dalam kalimat beraspek imperfektif adalah berarah, mandiri, dan kompleks. Selain itu, hal yang berbeda dalam bahasa Mandarin adalah bahwa ternyata dalam kalimat beraspek imperfektif, khususnya aspek kontinuatif dengan pemarkah -zhe (t), dapat memunculkan situasi -ragam perbuatan (-aksional) yang menggambarkan keadaan, habitual, dan karakteristik subjek.

The research on the imperfectivity began from difference perceptions among the linguists in classifying the imperfective aspects. The Mandarin linguistics has the same experiences. In Mandarin language, the imperfectivity could be grammatically and lexically expressed.
Grammatically, it can be affirmed by giving the suffix -zhe (-) after the verb and it can also be lexically affirmed by using the adverb zai (E), zheng (I), and zh ngzai (CIE). The usage of these markers is close to the role of inherent meaning of the verb and also the interaction between the verb and other function of syntactic such as subject, object, adverbial and complement. Thus, even though the aspect and akrionsart (kind of action) come from different category, but both is related to each other.
The result of data analysis based on marker aspect reveals the imperfective aspects in Mandarin language classified into progressive aspect, continuative aspect and progressive-continuative aspect. Most of the markers of the imperfective aspect appear with state verb, achievement verb, activity verb, and series verb. The type of situation that might appear in sentence which has imperfective aspect, are directed, self-contained, and complex. In addition, another different thing in Mandarin language is that in the sentence that has imperfective aspect, particularly continuative aspect with the marker -the (s ), might reveal the situation -actional that describes states, habits, and characterizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Novita Sari
"Snow Flower and The Secret Fan (雪花和秘扇 Xuěhuā hé Mì Shàn) merupakan sebuah film karya sutradara Wayne Wang yang dirilis pada tahun 2011. Film Snow Flower and The Secret Fan ini berlatarkan dua periode waktu yang berbeda, yaitu di Hunan tahun 1829 dan Shanghai tahun 2011. Film ini mengisahkan tentang kehidupan perempuan Tiongkok dalam periode waktu yang berbeda. Makalah ini membahas mengenai status sosial perempuan Tiongkok pada tahun 1829 di Hunan dan tahun 2011 di Shanghai yang direpresentasikan dalam film.

Snow Flower and The Secret Fan’s film was directed by Wayne Wang in 2011. This film has two different period time, in Hunan Province 1829 and 2011 in Shanghai. This film tells us about the story of Chinese woman’s life in different period time and this paper will investigate the social status of Chinese woman’s life in Hunan Province 1829 and 2011 in Shanghai which represented in the film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Koeshamimurti Amanda Zenitha
"Buku ajar Bahasa Mandarin susunan penulis Tiongkok, Singapura, dan Taiwan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia banyak beredar di toko buku Jakarta saat ini, salah satunya adalah buku “Tionghoa Interaktif III”. Dalam buku ini ditemukan beberapa frase nominal yang tidak diterjemahkan dengan baik oleh penerjemah buku ajar. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis, penulisan ini bertujuan untuk menganalisis frase nominal tersebut, serta memberikan terjemahan yang seharusnya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu para pengguna buku, khususnya pelajar Bahasa Mandarin tingkat pemula agar dapat lebih memahami makna frase-frase nominal tersebut, serta memahami metode yang sebaiknya digunakan untuk menerjemahkan frase-frase nominal tersebut.
Chinese language textbook that written by China, Singapore, and Taiwan writer were translated into bahasa Indonesiaare circulating in bookstores Jakarta today, one of them is"Tionghoa Interaktif III" book. In this book, writer discovered a lot ofnominal phrases that do not translated well. By using descriptive analysis method, this paper aims to analyze and give a supposed translation of the nominal phrase. Hopefully this research can help book user, especially the beginner learners to better understand the meaning of these nominal phrases, as well as to understand the methods that should be used to translate these nominal phrases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agnetia Maria Cecilia Hermina Sutami
"Bahasa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manusia, karena digunakan sebagai alai berkomunikasi di antara mereka (Lyons 1977:32,57). Melihat perannya yang begitu penting dan besar dalam kehidupan manusia, tidak mengherankan bila penelitian tentang bahasa sudah dilakukan sejak beberapa abad sebelum Masehi. Linguistik modem di Eropa dan Amerika dewasa ini diturunkan clan penelitian bahasa di zaman Yunani Purba yang dipelopori oleh nama-nama filsuf besar seperti Plato, Sokrates, dan Aristoteles. Linguistik Eropa-Amerika inilah yang mempengaruhi penelitian bahasa di Indonesia (Harimurti 199lb:99-127). Bahwasanya bahasa adalah sistem tanda disepakati para sarjana bahasa; tetapi apa hakikat tanda tidak ada kesepakatan. Ketidaksepakatan ini sudah ada sejak zaman Yunani Purba. Penelitian tentang semiotika pada masa purba itu belum disebut semiotika, melainkan masih disebut kajian tentang tanda bahasa.
Perdebatan mengenai masalah bahasa apakah physei atau thesei disebut dalam "The Problem of Cratylus" dan dialog Plato. Bahwa bahasa adalah physei yakni ada kemiripan antara bahasa dengan realitas; disebut juga non-arbitrer atau ikonis-itu merupakan pendapat Plato. Bahwa bahasa adalah thesei-yaitu tiadanya kemiripan antara bahasa dan realitas, disebut juga arbitrer atau non-ikonismerupakan pendapat Aristoteles (Simone 1995:vii). Perbedaan itu menyebabkan timbulnya perbedaan di antara paradigma Plato dan paradigma Aristoteles yang mempengaruhi perkembangan wawasan tentang bahasa. Paradigma Plato dianut oleh kaum naturalis yang menolak kearbitreran; sedangkan paradigma Aristoteles dianut oleh kaum konvensionalis yang menerima adanya kearbitreran antara bahasa dan kenyataan.
Pada abad Pertengahan (abad 17-18 M) kajian tentang tanda bahasa tetap dijalankan, kontroversi di antara kaum konvensionalis dan naturalis tetap berlangsung. Pada masa itu kita jumpai nama-nama filsuf seperti Locke, Berkeley, Leibniz, Hume, dan Lambert yang memberi sumbangan pada semiotika.
Pada permulaan abad modem (abad 19) kita jumpai dua nama besar yang dianggap sebagai pelopor semiotika modem yang mewakili paradigma yang berbeda, yakni Saussure dengan paradigma Aristotelesnya dan Peirce dengan paradigma Platonya. Teori kedua tokoh ini seringkali dijadikan teori dasar dalam mengkaji satuan-satuan bahasa yang menggunakan sudut pandang semiotika."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
D367
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chia Haris
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
495.1 CHI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irzanova, Alicia
"Kalimat merupakan salah satu satuan sintaksis. Kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkai sesuka hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian yang berstruktur. lni berarti untuk memahami suatu ujaran atau menghasilkan ujaran yang dapat dipahami lawan bicara, orang tidak saja memperhatikan kata-kata beserta maknanya, melainkan juga makna gramatikal rangkaian kata-kata. Salah satu yang menentukan makna gramatikal adalah bentuk kalimat. Bahasa pada umumnya memiliki dua bentuk kalimat, yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Setiap bahasa memiliki perubahan yang khas yang terjadi pada transformasi kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Dalam skripsi ini yang akan dibicarakan adalah kalimat pasif dalam Bahasa Mandarin. Skripsi ini juga membicarakan dan memberi informasi baru mengenai kalimat yang dalam beberapa buku tata bahasa Mandarin disebut sebagai kalimat pasif makna. Skripsi ini terdiri dari lima puluh empat halaman isi dan sepuluh halaman lampiran data"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"Hampir setiap saat manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Sebuah komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila pihak yang melakukan komunikasi tersebut yaitu pembicara dan kawan bicara memahami bahasa yang digunakan. Untuk memahami sebuah bahasa, seorang penutur dituntut untuk memahami kaidah_-kaidah yang ada dalam bahasa tersebut. Dalam bahasa terdapat kaidah leksikal dan kaidah gramatikal. Kaidah leksikal merupakan kaidah dalam bahasa yang berhubungan dengan perbendaharaan kata. Kaidah gramatikal merupakan kaidah bahasa yang berhubungan dengan struktur bahasa tersebut. (Kentjono,I982 : 16). Kaidah gramatikal bahasa mencakup morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari kata, bagian kata serta proses pembentukannya. Sintaksis adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari bagian yang lebih besar dari kata seperti (rase, klausa dan kalimat, serta hubungan di antara satuan-satuan tersebut (Kentjono, 1982: 39).Salah satu satuan linguistik yang dibahas dalam sintaktis adalah kalimat. Tentang definisi kalimat Kenneth L. Pike dalam bukunya Grammatical Analysis (1977: 489) menyatakan : Sentence is an independent clause initialing the cognitive part of conversation, or a proportional unit combining clause with clause and initiating into independent unit; or a minimum reply; or exclamation , greeting or other .Definisi kalimat di atas menjelaskan bahwa masih ada satuan linguistik yang lebih besar dari kalimat misalnya percakapan. Kalimat itu sendiri merupakan bagian dari sebuah percakapan. Menurut Pike kalimat dapat berupa sebuah jawaban singkat, seruan, salam ataupun yang lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryanata
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan kausalitas Bahasa Mandarin secara sintaktis, semantis, dan pragmatis, serta peran konjungsi dalam hubungan tersebut. Dari hasil analisis ditemukan bahwa kalimat hubungan kausalitas Bahasa Mandarin memiliki struktur dasar konjungsi + klausa + konjungsi + klausa dengan klausa utama menyatakan akibat dan klausa subordinatif menyatakan sebab serta ditemui pula variasi dalam jumlah klausa dan konjungsi. Analisis menunjukkan bahwa pola sebab-akibat merupakan bentuk dasar hubungan kausalitas Bahasa Mandarin dan pola akibat-sebab merupakan variasi dari pola dasar tersebut berdasarkan pada fokus kalimat. Konjungsi berperan sebagai dasar identifikasi dan klasifikasi hubungan antarklausa serta menghindari ambiguitas makna kalimat

Abstract
This thesis analyzes the syntax, semantics, and pragmatics of the causeeffect relationship in Mandarin Chinese. Analysis shows that the basic structure of ause-effect relationship is conjunction + clause + conjunction + clause where the ain clause states effect and the subordinate clause states cause, with variations occurring in the numberof clause and conjunction. Analysis also shows that thecause-effect pattern is the unmarked form of the relationship while the effectcause pattern is the marked form based on the sentence_s focus. Conjunction acts as the basis of identification and classification of relationships among clauses as well as avoiding ambiguity."
2010
S13067
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>