Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yussuf Solichien M.
"Tesis ini diawali dengan pertanyaan bagaimana terjadinya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibentukanlah beberapa variabel yang dapat mendukung agar permasalahan dapat dipecahkan. Untuk membuktikan adanya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat diperlukan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang pertama adalah Upaya Perdamaian Internasional dan variabel kedua adalah Kepentingan dan Upaya Amerika Serikat. Dengan adanya dua variabel dependen tersebut, maka variabel dependen yang digunakan adalah Kerjasama PBB-Amerika Serikat dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait. Invasi Irak terhadap Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 merupakan pelanggaran nyata terhadap Piagam PBB yang telah disepakati bersama. Tindakan Irak itu sangat sulit diterima oleh masyarakat internasional dalam situasi lingkungan internasional yang relatif aman dan stabil, walaupun di beberapa bagian dunia masih terjadi konflik.Tindakan agresi militer Irak itu sangat mengejutkan dan mendapat reaksi dan kecaman keras dari negara-negara di dunia termasuk PBB. Adapun faktor-faktor yang mendorong invasi Irak terhadap Kuwait adalah kombinasi latar belakang sejarah, latar belakang ekonomi, ambisi Saddam Hussein dan kepentingan nasional Irak. Setelah Irak melancarkan invasi terhadap Kuwait, secara bertahap Irak memperkuat posisinya di Kuwait tanpa memperdulikan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB. Upaya perdamaian internasional yang dilakukan agar Irak mau keluar dari Kuwait tidak mendatangkan hasil, karena Irak tetap pada pendiriannya bahwa Kuwait adalah bagian dari Irak. Irak mau mundur dari Kuwait, apabila Israel mau melepaskan wilayah-wilayah Arab yang diduduki sejak tahun 1967. PBB yang bertanggung jawab atas keamanan dan perdamaian internasional berupaya untuk menekan Irak agar mundur dari Kuwait. Dewan Keamanan PBB atas dukungan Amerika Serikat mengeluarkan resolusi-resolusi agar Irak mundur dari Kuwait tanpa syarat. Namun resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB itu tidak dipatuhi oleh Irak. Atas dukungan Amerika Serikat akhirnya Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 678 yang memberikan mandat penggunaan kekuatan militer untuk mengusir Irak dari Kuwait. Dukungan Amerika Serikat itu berupa diplomasi, tekanan dan bahkan sogokan yang dilakukan Amerika Serikat kepada anggota tetap maupun anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB agar mereka menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberikan mandat penggunaan kekuatan militer untuk mengusir Irak dari Kuwait. Disini menunjukan bahwa PBB sangat tergantung kepada Amerika Serikat dan hal itulah yang mendorong terjadinya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat. Amerika Serikat merasa terancam kepentingan nasionalnya di Timur Tengah, ketika Irak melancarkan invasi militernya terhadap Kuwait. Oleh karena itu Amerika Serikat berupaya mengerahkan seluruh kekuatan dan kemampuan militer dan ekonomi yang dimilikinya untuk mengusir Irak dari Kuwait dan memulihkan kemanan dan perdamaian di Timur Tengah. Kajian tentang upaya Amerika Serikat diawali dengan penjelasan tentang kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur Tengah dengan memberikan latar belakang sejarahnya. Dalam hal ini akan terlihat bahwa invasi Irak terhadap Kuwait akan berbenturan dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah. Oleh karena itulah Amerika Serikat melakukan segala upaya untuk menyelesaikan kasus invasi Irak terhadap Kuwait dalam rangka mengamankan kepentingan nasionalnya. Upaya Amerika Serikat untuk mengusir Irak dari Kuwait tidak akan berhasil tanpa dukungan PBB, karena Amerika membutuhkan mandat dari Dewan Keamanan PBB untuk melancarkan intervensi militer terhadap Irak. Disini menunjukan bahwa Amerika Serikat perlu bekerjasama dengan PBB untuk menyelesaikan kasus invasi Irak terhadap Kuwait.
Dari fakta dan data yang diperoleh dalam penelitian, selanjutnya diadakan pembahasan dan analisis tentang adanya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat. Keterkaitan PBB dalam kasus invasi Irak terhadap Kuwait akan mengawali analisis terjadinya ketergantungan PBB terhadap Amerika Serikat. Disini dibahas bagaimana PBB sesuai dengan Piagam PBB melakukan upaya atas terjadinya pelanggaran hukum internasional yang dlakukan oleh Irak. PBB melalui Dewan Keamanan PBB dengan dukungan para angotanya mengeluarkan resolusi-resolusi untuk memaksa Irak keluar dari Kuwait. Dukungan utama datang dari Amerika Serikat, tanpa dukungan Amerika Serikat, Dewan Keamanan PBB tidak dapat berbuat banyak. Selanjutnya dibahas tentang Keterkaitan Amerika Serikat dalam kasus invasi Irak, yaitu bagaimana Amerika Serikat juga tergantung kepada PBB dalam upayanya mengusir Irak dari Kuwait. Amerika yang merasa terancam kepentingan nasionalnya berupaya untuk menghentikan langkah Irak dan mengusir Irak dari Kuwait. Upaya Amerika Serikat itu sangat tergantung Dewan Keamanan PBB, karena Amerika Serikat memerlukan mandat Dewan Keamanan PBB untuk menggunakan kekuatan militernya terhadap Irak. Dengan adanya keterkaitan PBB dengan Irak dan Amerika Serikat dengan Irak dalam kasus invasi Irak terhadap Kuwait, mengakibatkan adanya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat. Selanjutnya dengan menggunakan pisau analisis teori interdependensi, teori keamanan kolektif dan teori kolaborasi menghasilkan kesimpulan bahwa terjadinya kerjasama antara PBB dan Amerika Serikat dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait disebabkan oleh ketergantungan satu dengan yang lainnya. PBB tergantung kepada Amerika Serikat dan demikian juga Amerika Serikat tergantung kepada PBB. PBB maupun Amerika Serikat tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam penyelesaian kasus invasi Irak terhadap Kuwait.

This thesis starts with raising the questions: 'How the cooperation between The United Nations (UN) and The United States Of America (US) does happen in solving the case of Iraqi Invasion of Kuwait. To answer these questions, we have to define some variables which could support the problem solving. To prove whether there is the cooperation between UN and US, there are two independent variables and one dependent variable. The first independent variable is International Peace Efforts, and the second one is the US Interest and Efforts. Based on the two dependent variables, the dependent variable which will be used is UN-US Cooperation. The Iraqi invasion of Kuwait on August 2nd 1990, is the major violation to UN Charter that had been signed by its member, including Iraq. The act of Iraq cannot be accepted by the member of international society while at the time of relatively peaceful and stable situation, although there are small parts of the world which at are conflict. Every nation in the world is shocked by the Iraqi aggression and most of them have the negative reaction and condemn the invasion. The push factors of the Iraqi invasion are the mixed result of historical and economic background, Saddam Hussein's ambition and the Iraq's national interest. After invading of Kuwait, furthermore, Iraq reinforced its military occupation of Kuwait without obeying UN Security Council resolutions. The international peace efforts which had done to expel Iraqi from Kuwait were getting failure, because Iraq remained its stand that Kuwait is a part of Iraq. Iraq will withdraw from Kuwait, if Israel to do so from the Arab land which have been occupied since 1967. The UN which is responsible for peace and international security strove for throwing out Iraq from Kuwait. UN Security Council that supported by the US declared the UN Security Council resolutions in order Iraq to withdraw from Kuwait unconditionally, but Iraq did not comply those UN Security Council resolutions. Finally, the UN Security Council that was supported by the US declared Resolution 678 that gave a mandate for using military force to expel Iraq from Kuwait. US supports to UN were diplomacy, pressure and even bribes to the Security Council permanent and nonpermanent members in order to agree UN resolution that giving a mandate for using military force to throw out Iraq from Kuwait. It showed that UN was dependent upon US and it was caused the cooperation between UN and US. The US which its national interest in the Middle East had been threatened when the Iraq had launched its military invasion of Kuwait. For that reason, US strove to launch all of its military and economical power and ability to expel the Iraq from Kuwait and to restore the peace and security in Middle East. US efforts analysis is started to explain about the US national interest in Middle East and its historical background. This explanation shows that the Iraqi invasion of Kuwait was clash with the US interest in Middle East. Therefore, the US took all necessary efforts to solve the case of Iraqi invasion of Kuwait in order to maintain its national interest. The US efforts would be failed without UN supports, because US needed the UN Security Council mandate to launch military intervention into Iraq. It shows that US needs the cooperation with UN to solve the case of Iraqi invasion on Kuwait.
Based on the facts and data which can be found, it will be discussed and analyzed of the happening of the cooperation between UN and US. The involvement of UN in the case of Iraqi invasion will precede the analysis of how UN could be dependent to US. In this term, it will explain the efforts of UN, according to UN Charter, had to response the violation of international law that had been done by the Iraqi. The UN, through the UN Security Council and the support of its member, declared the UN resolutions to force the Iraqi withdrawal from Kuwait. The main support came from US, because UN Security Council could not do much without US support. Furthermore, it will be analyzed the involvement of US in the case of Iraqi Invasion. In this term, it will discuss about US dependence to UN on US effort to expel Iraq from Kuwait. US, which its national interest has been threatened by the Iraqi Invasion, are trying to stop the Iraqi movements and to expel Iraq from Kuwait. The US effort is highly dependent upon the UN Security Council, because the US needs the UN Security Council mandate for launching US military forces into Iraq. With the connection between UN with Iraq and US with Iraq in the case of Iraqi Invasion of Kuwait, it caused the cooperation between UN and US. Furthermore, by using the analyses tools of interdependent theory, collective security theory and collaboration theory concluded that the UN-US cooperation was caused by UN and US interdependence. UN was dependent upon US and US was dependent upon UN. UN or US could not take action alone in solving the case of Iraqi invasion of Kuwait."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T23483
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tahrul Anam
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh kontroversi kasus Irak yang bersumber dari sikap Amerika Serikat yang berambisi menjatuhkan pemerintahan Irak di bawah Presiden Sadam Hussein. Berbagai argumentasi dan bukti tentang keterlibatan Irak dalam terorisme dan senjata pemusnah masal terus disampaikan oleh Amerika Serikat guna mendapatkan dukungan masyarakat internasional. Perdebatan tentang perlu tidaknya tindakan militer atas negara Irak terus berlanjut baik di media massa maupun di forum-forum resmi di Perserikatan Bangsa Bangsa. Perdebatan tentang perlu tidaknya invasi tersebut juga berkembang di negara-negara Uni Eropa yang selama ini dikenal sebagai anggota NATO di bawah Amerika Serikat. Negara senior yang sangat berpengaruh seperti Jerman dan Prancis dengan tegas menolak rencana invasi militer atas Irak. Permasalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah 1) apa kepentingan Amerika Serikat menggulingkan Presiden Sadam Husein? dan 2) mengapa Uni Eropa menentang invasi militer terhadap Irak? Serangan terhadap Irak adalah bagian dari kepentingan Amerika Serikat untuk menjamin keamanan sumberdaya minyak bumi dan dominasinya terhadap kawasan Timur Tengah dengan cara mengganti pemerintahan yang dianggap tidak mendukung Amerika Serikat. Timur Tengah yang selama ini menjadi daerah instabilitas harus berada di bawah kontrol Amerika Serikat. Pada saat yang sama, Jerman dan Francis atas nama Uni Eropa juga mempunyai kepentingan untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah melalui kerjasama-kerjasama ekonomi dan peran diplomatiknya dalam menyelesaikan damai terhadap masalah konflik antara Israel dan negara-negara di Timur Tengah. Konsisten dengan langkah damai melalui perlucutan senjata Irak melalui Resolusi PBS 1441, Jerman dan Prancis menentang Amerika Serikat yang mengesampingkan resolusi tersebut dengan menginvasi Irak secara sepihak. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Jerman dan Prancis dengan Amerika Serikat mempunyai kepentingan yang sama yaitu peningkatan pengaruh terhadap kawasan Timur Tengah. Penolakan Jerman dan Prancis terhadap invasi militer atas Irak berangkat dari keinginan Jerman dan Prancis meningkatkan peran-peran diplomatiknya di Timur Tengah.

This research attempts to explain the different policy of European Union and US on Iraqi war H. Since 11 September attack, US government believed that radical Moslem terrorist was behind on WTC case. For US, North Korea, Iran and Iraq are devil axis where terrorists are free to live and grow. Those countries must be under control the UN extremely for international stability reason. For Iraq, in particular, US government proposes to change Iraqi administration for world peace and democratization of Iraqi people. Under Saddam Husein, the peace process of Middle East has not been achieved. US have pushed the UN to take military action deal with Iraq. US said that Saddam Husein developed the weapon mass of destruction to fight Israel and occupy other Arabic land. Although the UN team did not find the weapon mass of destruction like US opinion, the Bush administration would like to change Saddam government. Meanwhile, European Union disagreed to US policy. For European Union both Germany and France as leading countries of Europe, diplomacy is much better way than a war. It is necessary to take some questions dealing with the European Union (Germany and France) and US policy on Iraq problem. First, Why US really wanted to change Saddam Husein government? Second, Why European Union (Germany and France) rejected US proposal for Iraq? There were opinions on European forum itself whether fighting Iraq military was need. Some of them did so, and the rest did not so. Germany and France as senior countries of Europe preferred to take diplomacy. European Union asked the UN to take pays more attention for Iraq problem. The point is that European Union has not wanted to US as sole power for Iraqi future. It is fact that some European Union countries are member of NATO, but it does not mean that all US policy will be supported. They have worried what US did would cause race and religious sentiment. The most important thing of combating Iraq is national interest of US. A natural resource of Iraqis the answer. Oil is a main of Iraq resource that is hunted. US have recognized that potential oil of Iraq is bigger than Sandia. If US could change Iraq government, most oil resource of Iraq would support US industry. US efforts have disturbed the bilateral economical relationship between Iraq and European Union. Politically, European Union wants to give more contribution for peace process in Middle East region. Without any political tension on that region, European Union will get many advantages. The Middle East countries those are disappointed to the US domination will tend to Europe. European Union for future time will have power and influence like US."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Crystal, Jill
San Francisco: Westview Press, 1992
953.6 Cry k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Iqbal Bulgini
"Embargo Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir terhadap Qatar pada 5 Juni 2017 telah merugikan pihak Qatar dan memecah stabilitas GCC'. 'Terlibatnya Iran dan Turki di sisi Qatar membuat perpecahan GCC tidak dapat dihindari. Krisis ini sejatinya dipicu oleh anggapan Arab Saudi bahwa Qatar telah mendukung gerakan teroris yang membuat Arab Saudi mengundang seluruh negara GCC untuk memblokade Qatar, namun diantara negara-negara Teluk, Kuwait adalah satu-satunya negara yang menolak embargo tersebut dan memilih netral, bahkan memediasi krisis. Alasan penolakan Kuwait atas embargo Arab Saudi dan kepentingan Kuwait atas krisis akan dianalisis menggunakan teori neorealisme dan konsep hedging.
Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif-analitis. Menurut neorealist, netralitas dan mediasi Kuwait dalam krisis Teluk 2017 karena Kuwait ingin “survive” di GCC dan kawasan, mengingat ketrelibatkan Iran di sisi Qatar sedangkan Kuwait tidak ingin berkonflik dengan Iran. Berdasarkan strategi 'hedging', Kuwait melakukan 'indirect balancing' terhadap Arab Saudi seperti menolak pakta keamanan GCC 1981, menolak mengirim pasukan ke Bahrain 2011, dan menantang Saudi mengembangkan zona ekonomi di lima pulau yang melibatkan kehadiran Iran. Kuwait juga melakukan 'engagement' terhadap Qatar dengan memediasi krisis di Qatar pada 2014 dan 2017.

The Saudi Arabia, United Arab Emirates, Bahrain and Egypt embargoes against Qatar on June 5, 2017 have harmed the Qatari side and have broken the stability of the GCC. The involvement of Iran and Turkey on the Qatari side has made GCC fragments unavoidable. This crisis was actually triggered by Saudi Arabia's perception that Qatar had supported a terrorist movement that made Saudi Arabia invite all GCC countries to blockade Qatar, but among the Gulf countries, Kuwait is the only country that rejects the embargo and chooses neutral, even mediating the crisis.The reasons for Kuwait's rejection of the Saudi Arabian embargo and Kuwait's interest in the crisis will be analyzed using the theory of neorealism and hedging concepts.
This writing uses a qualitative approach with descriptive-analytical analysis. The neorealist, neutrality and mediation of Kuwait in the 2017 Gulf crisis because Kuwait wants to "survive" in the GCC and the region, given Iran's involvement on the Qatar side while Kuwait does not want to conflict with Iran. Based on the hedging strategy, Kuwait undertakes indirect balancing of Saudi Arabia such as rejecting a security pact GCC 1981, refused send troops to Bahrain 2011, and challenge the Saudis to develop economic zones on five islands involving Iran's presence. Kuwait also engaged Qatar with mediating the crisis in Qatar in 2014 and 2017.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Septiana Pratiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Politik Luar Negeri George Walker Bush: Studi Kasus Invasi Amerika Serikat terhadap Irak 2003. Penelitian ini adalah penelitian sejarah politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan sumber- sumber tertulis. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa peristiwa invasi Irak ke AS yang dimulai pada 19 Maret 2003 merupakan upaya AS untuk menjaga kepentingan politik nasional maupun internasional AS di kawasan Timur Tengah, khususnya Irak. Selain itu, dalam penelitian ini juga membahas bagaimana proses perencanaan penyerangan AS ke Irak yang didukung oleh kelompok neokonservatif, hawkish, inggris, dan organisasi lobi seperti AIPAC. Proses perencanaan hingga terjadinya penyerangan AS untuk menginvasi Irak banyak dilakukan oleh CENTCOM salah satunya melalui OPLAN 1003. Penelitian ini juga menitikberatkan pada dampak adanya peristiwa Invasi AS terhadap Irak pada tahun 2003 terhadap masalah ekonomi, politik, dan sosial.

ABSTRACT
This study discusses the Foreign Policy of George Walker Bush: A Case Study on United States Invasion Towards Iraq in 2003. This research is a study of political history. The method used in this study is historical methods, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography using written sources. The results of this study explain the invasion of Iraq which began on March 19, 2003 is an effort for national and international political interests in the Middle East region, specifically Iraq. In addition, in this study also discussed how to plan US attacks on Iraq supported by neoconservative, hawkish, British and lobby organizations such as AIPAC. The planning process to spend US attacks on invading Iraq was mostly carried out by CENTCOM, one of them through OPLAN 1003. This research also focused on when it involved the participation of the US invasion of Iraq in 2003 on economic, political and social issues."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Andriyani
"Artikel ini membahas tentang peran Palang Merah Indonesia (PMI) dalam konflik Irak-Kuwait tahun 1991. PMI mengumpulkan donasi berupa uang dan barang-barang kebutuhan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk disalurkan kepada para korban terdampak krisis. Penggalangan bantuan yang digerakkan oleh PMI ini merupakan suatu konsep yang disebut sebagai diplomasi kemanusiaan (humanitarian diplomacy). Konsep ini mengacu pada upaya meyakinkan para pembuat kebijakan dan pemimpin opini untuk bertindak atas dasar tujuan kemanusiaan. Aktor dalam diplomasi ini tidak terbatas pada pejabat pemerintah saja, melainkan melibatkan pula aktor-aktor non-pemerintah seperti organisasi kemanusiaan. Dalam konteks ini, PMI berhasil menjalin kerja sama dengan pihak-pihak seperti Pemerintah RI, organisasi masyarakat, dan media massa dalam misi pengumpulan bantuan kemanusiaan untuk korban Konflik Irak-Kuwait. Hal ini tidak hanya berdampak bagi pegembangan internal organisasi PMI, tetapi juga dapat membangun citra Indonesia di mata dunia. Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penulis menggunakan data dari sumber-sumber sejarah berupa arsip, majalah dan surat kabar sezaman, wawancara, buku, serta artikel diperoleh melalui Arsip Nasional RI, Perpustakaan UI, Arsip Kompas Data, Arsip Markas PMI, Koleksi Pusat Data Antara, dan sumber daring lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerja sama yang dilakukan PMI dalam upaya mengumpulkan bantuan kemanusiaan sesuai dengan konsep diplomasi kemanusiaan.

This article discusses the role of the Indonesian Red Cross (PMI) in the Iraq-Kuwait conflict in 1991. PMI collects donations in the form of money and necessities from the Indonesian government and citizens to be distributed to victims of the crisis. This PMI’s aid-raising is a concept known as humanitarian diplomacy. This concept refers to persuading decision makers and opinion leaders to act based on the principle of humanity. The actors are not limited to government officials, but also involve non-government actors including humanitarian organizations. In this context, PMI has succeeded in collaborating with the Government, community organizations, and the mass media in Indonesia in collecting humanitarian aid for the victims of the Iraq-Kuwait Conflict. This not only impacted the internal development of the PMI, but also build Indonesia's image in the world. This article uses historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The author uses data from historical sources in the form of archives, contemporary magazines and newspapers, interviews, books, and articles obtained through the Indonesian National Archives, UI Library, Kompas Data Archives, PMI Headquarters Archives, Antara Data Center Collections, and other online sources. The results of this study indicate that the cooperation carried out by PMI in an effort to collect humanitarian aid is in accordance with the concept of humanitarian diplomacy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987
342.53 KON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azman Ridha Zain
"Topik riset ini adalah mengenai perjalanan konflik antara Irak dan AS dengan segala dinamikanya. Terutama berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pasta perang dingin, khususnya setelah berlangsungnya perang Teluk II yang menjadikan Irak sebagai pihak yang kalah dan menerima akibatnya sejak saat itu sampai sekarang. Penelitian tentang dinamika konflik tersebut diarahkan pada realitas dan hakikat dibalik konflik berkepanjangan antara Irak dan AS yang berujung pada invasi AS ke Irak serta untuk mengetahui sejauh mana dampak dan pengaruh invasi AS terhadap negara Irak dan proses perdamaian yang sedang terus diupayakan di kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.
Sejak Perang Teluk II Amerika sebenamya telah merancang berbagai cara untuk menaklukkan Saddam Hussein, balk dengan pemberian sanksilembargo ekonomi, dikeluarkannya berbagai resolusi PBB untuk melemahkan kekuatan persenjataan Irak sampai usaha pembunuhan terselubung maupun terang-terangan yang dilakukan oleh Amerika. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil, sementara Saddam Hussein tetap bertengger di singgasana kekuasaannya.
Invasi Amerika ke Irak bulan Maret tahun 2003 yang lalu adalah sebagai salah satu bagian dari kebijakan pemerintahan George Bush sekarang. Tapi menjadi prioritas utama untuk memuluskan agenda-agenda Iainnya yang tersembunyi. Alasan kepemilikan terhadap senjata pemusnah massal, upaya untuk menjadikan Irak sebagai negara demokratis dan lebih terbuka, dendam pribadi George Bush terhadap Saddam Hussein, dan ancaman terorisme maupun keterkaitan Saddam Hussein dengan al-Qaida, meskipun memang bisa dijadikan dalih oleh Amerika untuk memberangus Irak, tetapi fakta di lapangan dan mats hati maupun nurani jernih ummat manusia tidak bisa dikelabui, bahwa itu semua hanyalah sebagian dari alasan dibalik adanya agenda tertentu yang telah sejak lama dirancang oleh pengambil kebijakan di pemerintahan George Walker Bush.
Dengan demikian tidaklah berlebihan bila mengatakan bahwa Dibalik invasi Amerika terdapat sejumlah agenda tersembunyi yang sedang dijalankan oleh negara adidaya itu. Agenda tersebut ada yang memiliki dampak yang langsung bagi Amerika berupa keuntungan-keuntungan materi maupun kepuasan batin setelah berhasiI mengalahkan musuh bebuyutan, ada pula yang berupa kemenangan atas nama hegemoni politik, ekonomi, militer dan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Disamping itu terdapat banyak sekali dampak ikutan (side effect) maupun realitas yang terungkap dibalik konflik Amerika dan lrak yang telah berlangsung lebih dari dua dasawarsa tersebut.
Hipotesis:
"Semakin besar dan berani penentangan Irak terhadap AS semakin besar dan berat pula konsekuensi yang diterima Irak. Invasi yang dilancarkan AS terhadap Irak didasari oleh keinginan untuk menjadi satu-satunya negara super power yang paling berkuasa dan berpengaruh di dunia.."
Metode Penelitian:
Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan datanya antara lain dengan menggunakan kajian literature, bail( dengan eksplorasi bahan-bahan kepustakaan, bahan-bahan dari berbagai artikel? majalah, mass media/surat kabar, pendapat tokohlahli dan pengamat hubungan intemasional, utamanya pengamat masalah-masalah keislaman dan Timur Tengah. Disamping itu penelitian juga dilakukan dengan menelusuri situs-situs Internet yang relevan dengan penelitian.
Oleh karenanya bertitik tolak pada pendekatan deskriptif analisis yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam pembahasannya penel;itian ini banyak memaparkan berbagai peristiwa yang berhubungan dengan konflik antara Irak dan AS. Dengan menggunakan teori konflik dan berbagai teori lain yang ada dalam hubungan internasional, berbagai peristiwa konflik tersebut dianalisa secara kritis.
Hasil Penelitian :
Dengan mengumpulkan serta menganalisa data yang ada, penulis menyimpulkan bahwa invasi AS ke Irak didasari oleh keinginan AS untuk lebih mengukuhkan supremasi kekuasaannya sebagai satu-satunya super power yang tanpa tandingan di muka bumi ini. Dan kekuatan dunia lainnya yang potensial untuk menandingi serta mengalahkan kekuatannya terlebih dahulu akan dilemahkan atau dikalahkan sebelum benar-benar menjelma menjadi kekuatan yang besar. Kekuatan Islam dalam kacamata Barat adalah yang paling potensial untuk menyaingi bahkan mengalahkan supremasi AS tersebut. Maka dengan dalih memberantas terorisme, menjaga perdamaian dunia, serta mengalahkan realm Partai Baath di bawah Saddam Hussein yang tiran atau tidak demokratis, AS pun menginvasi Irak. Keberhasilan tentara AS untuk menaklukkan Saddam Hussein memberi keuntungan yang besar dari segi politic dan ekonomis bagi AS maupun Zionis Israel, karena akan memuluskan agenda besar mereka untuk menaklukkan dan menguasai dunia Arab maupun dunia.
Diantara realitas yang berhasil penulis ungkap dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut: Bahwa dibalik segala alasan Amerika untuk menginvasi Irak terdapat agenda tersembunyi yang telah direncanakan dan diperhitungkan dengan sangat matang oleh pengambil kebijakan di Amerika. Disamping itu terdapat realitas yang tak sempat mereka pikirkan atau sengaja mereka abaikan dari dampak invasi mereka kepada Irak. Dalam bidang politik adalah terjadinya perubahan konstelasi politik internasional yang cukup signifikan. Yang implikasinya sangat luas, mengarah kepada terjadinya konflik-konflik susulan yang semakin memanaskan suhu politik dunia. Dampaknya tidak hanya mempengaruhi kawasan Timur Tengah tetapi juga dunia secara keseluruhan. Akan terjadi pergeseran kekuatan antara Timur dan Barat, peran PBB akan semakin terkecilkan, dan akan muncul kekuatan-kekuatan dunia baru yang potensial untuk menahan laju keserakahan Amerika untuk menguasai dunia. Kekuatan dunia akan semakin terkonsentrasikan ke arah kawasan Timur Tengah. Kondisi ini nantinya akan memunculkan terpolarisasikannya kekuatan dunia menjadi dua kekuatan utama, yaitu Islam dan Barat.
Namun hal ini justru diawali dengan semakin kuatnya cengkeraman Amerika untuk menguasai kawasan Timur Tengah. Realitas berikutnya adalah bahwa kemenangan Amerika pada hakikatnya adalah kemenangan Zionis Israel. Karena keingian mereka yang telah Iama dirancang, untuk memuluskan didirikannya negara Israel Raya semakin mudah untuk diwujudkan. Dan itu dilakukan melalui perpanjangan tangan Amerika, Dengan demikian Israel akan semakin dapat leluasa untuk menjalankan berbagai kebijakan politiknya untuk semakin memojokkan perjuangan Palestina dan melemahkan bargaining politik negara-negara Arab.
Dalam bidang ekonomi, realitas yang disepakati oleh banyak pengamat adalah bahwa motivasi utama Amerika menginvasi lrak adalah untuk meraih keuntungan yang besar dari minyak Irak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Amerika merupakan negara yang kebutuhan akan energi minyaknya terbesar di dunia. Realitas lainnya adalah adanya perseteruan antara mata uang Euro dan Dolar, faktor yang sangat krusial yang bisa sangat mempengaruhi hidup matinya perekonomian Amerika. Keberanian Saddam untuk menggunakan Euro disaat perekonomian Amerika sedang sekarat, membuat marah pihak Amerika karena hal itu bisa mendorong negara lain untuk juga menggunakan Euro, yang implikasinya bisa membuat US Dolar menjadi sekarat. Realitas lainnya adalah kehancuran Irak sebagai suatu bangsa. Kekalahan Irak menjadikan negara tersebut menjadi kehilangan jati diri kebangsaannya. Karena elemen-elemen kenegaran yang menjadi dasar berdirinya suatu negara telah tercabikcabik akibat perang.
Realiatas berikutnya adalah bahwa perang menimbulkan sentimen agama yang memberi jalan bagi diabsahkannya tesis Samuel P. Huntington yang mempertentangkan antara budaya Barat dan Islam. Meskipun tidak diakui, tetapi perang ini bisa juga dijadikan legitimasi bagi adanya benturan antar peradaban. Meskipun alasan ini masih kontroversial dan masih bisa diperdebatkan, namun dari perspektif agama sejarah membuktikan bahwa berbagai pertentangan yang selama ini terjadi antara berbagai kekuatan di dunia yang memiliki dampak bagi kemunduran dan kekalahan politik ummat Islam terhadap Barat sebenarnya dilandasi oleh adanya rivalitas laten, kebencian yang telah tertanam di hati ummat Yahudi maupun Nasrani terhadap ummat Islam. Baik itu diakibatkan oleh faktor kekuasaan dan hegemonitas, maupun karena faktor ideologi agama. Terlepas dari motif apapun yang ada dibalik alasan invasi AS ke Irak, tetapi konflik antar peradaban bisa mengemuka menjadi sesuatu yang akan berperan bagi terjadinya konflik antar kekuatan Barat dan Islam.
Terhadap kasus konflik AS- Irak, konflik antar peradaban bukanlah sesuatu yang menjadi alasan bagi terjadinya perang antar keduanya. Namun perang tersebut justru memicu semakin terbukanya gap dan perbedaan antar peradaban Barat dan Islam.
Realitas lain yang muncul sebagai dampak dari perang yang berlangsung di Irak adalah terjadinya penderitaan rakyat Irak yang sangat memilukan, dan berdampak sangat panjang terhadap nasib masa depan rakyat Irak. Terhadap masalah ini Amerika terbukti telah melanggar HAM di Irak, hal yang tak terelakkan sebagai akibat dari perang yang tak berperikemanusiaan.
Adapun realitas sebagai dampak ikutan akibat perang diantaranya adalah bahwa perang kali ini dijadikan Amerika sebagai lahan ajang unjuk kekuatan teknologi militer. Hal yang semakin mengukuhkannya sebagai satu-satunya negara militer terkuat di dunia. Unjuk kekuatan ini bcrmanfaat dari segi uji kemampuan militer, maupun untuk pengembangan strategi perang di masa-masa yang akan datang. Disamping itu realitas ikutan lainnya adalah bahwa perang ini juga menimbulkan terjadinya perang media antar berbagai media massa internasional. Peran media terbukti sangat penting dan efektif untuk memanipulasi opini massa tentang kondisi dan realitas perang yang sedang berlangsung. Kaitannya dengan masalah ini, terdapat dua kutub media yang berperang dalam hal ini, yaitu media Arab (baca Islam) dengan media-media yang berasaI dari Barat. Kondisi ini tidak terjadi pada perang-perang sebelumnya. Dimana tradisi yang ada selama ini bahwa sumber berita dari media Baratlah yang dominan menjadi sumber berita dan mempengaruhi opini massa dunia. Demikianlah diantara realitas yang bisa diungkap dari konflik dan perang antara Amerika dan Irak. Konflik yang sangat besar pengaruhnya bagi perubahan konstelasi politik di Timur Tengah dan dunia.
Namun hal ini justru diawali dengan semakin kuatnya cengkeraman Amerika untuk menguasai kawasan Timur Tengah. Realitas berikutnya adalah bahwa kemenangan Amerika pada hakikatnya adalah kemenangan Zionis Israel. Karena keingian mereka yang telah Iama dirancang, untuk memuluskan didirikannya negara Israel Raya semakin mudah untuk diwujudkan. Dan itu dilakukan melalui perpanjangan tangan Amerika, Dengan demikian Israel akan semakin dapat leluasa untuk menjalankan berbagai kebijakan politiknya untuk semakin memojokkan perjuangan Palestina dan melemahkan bargaining politik negara-negara Arab.
Dalam bidang ekonomi, realitas yang disepakati oleh banyak pengamat adalah bahwa motivasi utama Amerika menginvasi lrak adalah untuk meraih keuntungan yang besar dari minyak Irak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Amerika merupakan negara yang kebutuhan akan energi minyaknya terbesar di dunia. Realitas lainnya adalah adanya perseteruan antara mata uang Euro dan Dolar, faktor yang sangat krusial yang bisa sangat mempengaruhi hidup matinya perekonomian Amerika. Keberanian Saddam untuk menggunakan Euro disaat perekonomian Amerika sedang sekarat, membuat marah pihak Amerika karena hal itu bisa mendorong negara lain untuk juga menggunakan Euro, yang implikasinya bisa membuat US Dolar menjadi sekarat. Realitas lainnya adalah kehancuran Irak sebagai suatu bangsa. Kekalahan Irak menjadikan negara tersebut menjadi kehilangan jati diri kebangsaannya. Karena elemen-elemen kenegaran yang menjadi dasar berdirinya suatu negara telah tercabikcabik akibat perang.
Realiatas berikutnya adalah bahwa perang menimbulkan sentimen agama yang memberi jalan bagi diabsahkannya tesis Samuel P. Huntington yang mempertentangkan antara budaya Barat dan Islam. Meskipun tidak diakui, tetapi perang ini bisa juga dijadikan legitimasi bagi adanya benturan antar peradaban. Meskipun alasan ini masih kontroversial dan masih bisa diperdebatkan, namun dari perspektif agama sejarah membuktikan bahwa berbagai pertentangan yang selama ini terjadi antara berbagai kekuatan di dunia yang memiliki dampak bagi kemunduran dan kekalahan politik ummat Islam terhadap Barat sebenarnya dilandasi oleh adanya rivalitas laten, kebencian yang telah tertanam di hati ummat Yahudi maupun Nasrani terhadap ummat Islam. Baik itu diakibatkan oleh faktor kekuasaan dan hegemonitas, maupun karena faktor ideologi agama. Terlepas dari motif apapun yang ada dibalik alasan invasi AS ke Irak, tetapi konflik antar peradaban bisa mengemuka menjadi sesuatu yang akan berperan bagi terjadinya konflik antar kekuatan Barat dan Islam.
Terhadap kasus konflik AS- Irak, konflik antar peradaban bukanlah sesuatu yang menjadi alasan bagi terjadinya perang antar keduanya. Namun perang tersebut justru memicu semakin terbukanya gap dan perbedaan antar peradaban Barat dan Islam.
Realitas lain yang muncul sebagai dampak dari perang yang berlangsung di Irak adalah terjadinya penderitaan rakyat Irak yang sangat memilukan, dan berdampak sangat panjang terhadap nasib masa depan rakyat Irak. Terhadap masalah ini Amerika terbukti telah melanggar HAM di Irak, hal yang tak terelakkan sebagai akibat dari perang yang tak berperikemanusiaan.
Adapun realitas sebagai dampak ikutan akibat perang diantaranya adalah bahwa perang kali ini dijadikan Amerika sebagai lahan ajang unjuk kekuatan teknologi militer. Hal yang semakin mengukuhkannya sebagai satu-satunya negara militer terkuat di dunia. Unjuk kekuatan ini bcrmanfaat dari segi uji kemampuan militer, maupun untuk pengembangan strategi perang di masa-masa yang akan datang. Disamping itu realitas ikutan lainnya adalah bahwa perang ini juga menimbulkan terjadinya perang media antar berbagai media massa internasional. Peran media terbukti sangat penting dan efektif untuk memanipulasi opini massa tentang kondisi dan realitas perang yang sedang berlangsung. Kaitannya dengan masalah ini, terdapat dua kutub media yang berperang dalam hal ini, yaitu media Arab (baca Islam) dengan media-media yang berasaI dari Barat. Kondisi ini tidak terjadi pada perang-perang sebelumnya. Dimana tradisi yang ada selama ini bahwa sumber berita dari media Baratlah yang dominan menjadi sumber berita dan mempengaruhi opini massa dunia. Demikianlah diantara realitas yang bisa diungkap dari konflik dan perang antara Amerika dan Irak. Konflik yang sangat besar pengaruhnya bagi perubahan konstelasi politik di Timur Tengah dan dunia.

There are many dimensions to the US-Iraq conflict. They can be looked at from varying perspectives to highlight American concerns, Iraqi objections to US behaviour and the wider consequences of a war between the two protagonists for regional stability and world order. The objective of this research is to focus on those dimensions for which ample evidence exists in the public arena. Is is also to underline one major contention: that the US is partly responsible for the current crisis and a war with Iraq for the purpose of destroying Saddam Hussein's regime and transforming Iraq into a subordinate US ally, free of Weapons of Mass Destruction (WMD), changing Iraqi government to be a democratic country, and weakening Saddam Hussen's potention to threat US interests in the area, since it suspected to have a relation with group of terrorist al-Qaida, is unlikely to make the Middle East any less volative and American interests any more secure in the region in the long run.
The ruination of Saddam Hussein' regime was expected by most American government. As it can smooth the American ambition to become a real super power of the world. US superiority will facilitate realizing of occult agenda from Israel Zionism to build 'the Great Israel Nation' unfolding from Israel to Afghanistan. Neglectfully react to ossify international world protesting unilateral action of its country, US remain to be determined groan, conquering even colonizing Iraq. Notwithstanding this action neglect the aspects of human right and regional perfection of Iraq sovereignity. The American invasion to Iraq, however carries a very high risk of inflicting greater suffering upon the Iraqi people and subjecting the region to geostrategic shifts that may be beyond the US's power to control. The invasion also Ieft the other impacts and realities caused by a brutal war launched by US armies: the national identity ruination of Iraq, the mass media war between media of Arab and the West, a new phenomenon which not yet been happened in the previous Gulf War, And not to mention was the foray and crushing to various heritage and valuable old cultures of the past Iraqi history.
hypothesis :
"The greater Iraq confrontation towards US the greater and harder consequense faced by Irak as US launched the war and invation against Irak, a hidden and desired agenda to beat any potential opponent power and to prove that US is the only one unbeatable and influense super power in the Middle East and of the world."
Research Method :
This research uses a qualitative methode with analytical descriptive approach. The technique of data collecting is by using literature study, exsploration of bibliography substances from various articles, magazines, mass medial newspapers, the opinions of the international relation experts and observers about Middle East issues, and not to mention also the searching or tracing relevant intemet sites.
Along with using of a theorical framework utilize to comprehend social reality, hence the way of thinking used in this research by the character of deductive. Here the concepts mustered in theorical framework weared to explain, non to be tested. Starting at analytical descriptive approach used in this research, hence under consideration, this research analize a lot of various events dealing with conflict between Iraq And US_ By using conflict theory and various existing other similar theories in international relations, the various conflict events analysed critically.
Research Method :
This research uses a qualitative methode with analytical descriptive approach. The technique of data collecting is by using Iiterature study, exsploration of bibliography substances from various articles, magazines, mass medial newspapers, the opinions of the international relation experts and observers about Middle East issues, and not to mention also the searching or tracing relevant internet sites.
Along with using of a theorical framework utilize to comprehend social reality, hence the way of thinking used in this research by the character of deductive. Here the concepts mustered in theorical framework weared to explain, non to be tested. Starting at analytical descriptive approach used in this research, hence under consideration, this research analize a lot of various events dealing with conflict between Iraq And US. By using conflict theory and various existing other similar theories in international relations, the various conflict events analysed critically.
Result of Research:
By collecting and analysing the relevance data to this research, the writer conclude that the US invasion towards Iraq was constituted by US desire to maintain and increase its power supremacy as a single major super power of the world. Any other potential power that might have a capability and opportunity beforehand to compete with US power or even to threat and beat its supremacy must be defeated and destroyed before it really transform to become a big strength and the real threat for US hegemony. As the Islamic Strength is now awakening and is the biggest power that might defeat US power,- for the US and West perspective- The Islamic power is the most potential power to be a real threat for its supremacy. Eventhough Iraq ought not to be claimed as a representative of Islamic power or movement but in the fact that for decades the other enemies or the rival potential of US never be beated as to Iraq and Afghanistan.
Hence under the cloak of fighting against terrorism, taking care of world peace, and also defeating Baath Party Regime under Saddam Hussein, which is tyran leader or undemocratic, US decided to invade Iraq. Military efficacy of US to conquer Saddam Hussein gave big advantages from economic and political facet for US and also Israel Zionism, since this conquering smooths their 'hidden agenda' to conquer and to have control over the Middle East and the World.
There are many realities noted in this research : Behind the reasons of attacking Iraq, America had planned to launch the war long before it happened. The invasion however can not be avoided from any negative impact or side effect caused by the war. And the war had been affecting many implications in politics, economic, humanity, civilization, etc. In politics side is the changing of world politics constalation. It has a wide effect that can be inflicting the upcoming of conflict in the area between the international actors around the middle east, there would be a changing between the west and east power, the role of United Nation would be reduced as it failed to hinder the US war against Iraq.
The US winning the war against Iraq is indeed the winning of Zionism against Iraq and Islam power_ Indirectly involved in the war Israel will take an advantage from US superiority that facilitate realizing of occult agenda from Israel Zionism to build 'the Great Israel Nation' unfolding from Israel to Afghanistan. It can be the smart way to weaken the Palestine's struggle for freedom and to reduce the bargaining position from the Arab nations.
In economic field, almost the middle east experts and observer aggred that the main motivation from US to attack Iraq is to get a lot of benefit and advantage from Iraq oil. Not to mention is the rivalries between US Dollar vs Euro currencies, as the crucial factor that has a vital impact for US future economic.
Other reality is Iraq ruination as a nation. US invasion towards Iraq has made it state lost of its national spirit and exixtence. However the war caused the loss of Iraq identity and the basic elements as a nation.
Next Reality is that war generate religion sentiment between Islam and the west (read: Christian and Jews) as stated by Samuel P. Huntington thesis opposing to Western civilization and Islam. Though this reason still be controversy and still can be debated, but from religion perpective, the history proved that various oposition which during the time be happened among various strength in the world indeed be based on the existence of rivalries coming from the hatret and dislike from the Jew and Christian towards Islam and its communities. In the ease of conflict between US and Iraq, the war of civilization between the west and Islam was not a direct cause of the war launched by US towards Iraq, and was not also the significance reason for US to attack Iraq. But, however the Saddam and Iraq factors which are coming from the power that represented Islam as their religion opened the big gap and religious sentiment from George Bush and his governmental desicive maker. And the war had been escalating the sencitive issues about the beginning war of civilization between the west and Islam, eventhough it sencitive issues always be hidden by US policy maker or the middle east observers or experts worried of it dangerous and wide effect for the peace of the world.
The invasion also left the other impacts and realities caused by a brutal war launched by US armies : greater suffering upon the Iraqi people and the uncertainty living of Iraqi people, unpredictable fate of future Iraq. The war had also caused the national identity ruination of Iraq, the killing of thousand unsin people, and not to mention was the foray and crushing to various heritage and valuable old cultures of the past Iraqi history.
The other impact of US light against Iraq is that the war used by US army to show up the force of its war machine technology. US wanted to show to the world that he was the biggest military power in the world, and for those who dared to challenge, claimed as the US enemy or to fight against him must be defeated before it become the real potential power that threat US power.
The last reality found in this research is the mass media war between media of Arab and the West, a new phenomenon which not yet been happened in the previous Gulf War.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>