Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sita Danyarati
"Skripsi ini membahas mengenai upaya pengidentifikasian relief-relief tokoh yang dipahatkan dalam ruang bilik Candi Induk Plaosan Lor. Relief-Relief tokoh berjumlah keseluruhan 12 panil relief, dengan pembagian 4 panil relief pada bilik Candi Induk Utara dan 8 panil relief dalam bilik Candi Induk Selatan. Identifikasi akan ditelusuri melalui beberapa tahapan, yakni deskripsi detail ciri ikonografis relief, selanjutnya analisa yang diacu dengan analisis morfologis dan kontekstual. Selain itu dipergunakan pula interpretasi analogi dengan temuan Prasasti Prenâgarî yang berada dalam gugusan candi bersangkutan.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan penggambaran yang konkret atas isi prasasti yang dituangkan dalam panil-panil relief tokoh bilik candi tersebut. Selain itu, ditemukan pula kesejajaran antara keduabelas panil yang terpisah dalam dua Candi Induk Plaosan Lor. Interpretasi penelitian dalam penelitian terpadu adalah identifikasi tokoh-tokoh tersebut sebagai tokoh-tokoh kenegaraan yang direpresentasi dalam suatu Gugusan Candi Buddhis Plaosan Lor yang merupakan kuil pemujaan dan simbolisme religius, namun juga sarat dengan interpretasi aspek kenegaraan.

The Focus consist about identification of the figure reliefs which carved inside the chamber of Candi Induk Plaosan Lor. These figure reliefs numbered of 12 panels, divide into 2 temples; 4 panels located in the North Plaosan Lor, while the other 8 panels in the Southern Plaosan Lor. The process of identification will be divided into several steps, first will be started by detailed description of iconographical element. Subsequent to are morphological and contextual analysis, which will be made by the additional analogy with the Prenâgarî Inscription within the Candi Plaosan Lor Complex.
The research's result shown about some concrete association between the portrayal figures from the haut-reliefs with the descriptive image told by the inscription. Furthermore, research? study conclude a comparability relation within those twelve panels. The highest conclusion made is the fact that those figure reliefs represent the nation-kingdom members whom recorded inside The Plaosan Lor Buddhist Temple Complex which symbolize a religious concept, yet enclosed with major political-nation aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11986
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noverita Widya Putri
"Penelitian ini mengkaji penggambaran relief Hiranyagarbha dan konsepsi keagamaan yang melatarbelakangi pemahatan relief Hiranyagarbha pada dinding kaki candi induk utara dan selatan Percandian Plaosan Lor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk penggambaran relief Hiranyagarbha dan konsepsi keagamaan yang melatarbelakangi penggambaran relief Hiranyagarbha. Penelitian ini juga memaparkan perbandingan relief Hiranyagarbha di Percandian Plaosan Lor dengan candi-candi lain di Jawa Tengah abad 8 ndash;10 M. Hasil pemaparan penggambaran relief Hiranyagarbha pada dinding kaki candi induk utara dan selatan Percandian Plaosan Lor juga menjukkan konsepsi keagamaan yang melatarbelakangi penggambaran relief Hiranyagarbha.

This research describe the depiction of form Hiranyagarbha's relief and its relation to religious conceptions on the foot wall of the northern and southern main temples Plaosan Lor. The purpose of this research is to figure out the depiction of form The Hiranyagarbha's relief and the religious conceptions. This research also describe the comparison of Hiranyagarbha's relief in Plaosan Lor Temple with other temples in Central Java 8th ndash 10th Century. The explanation of Hiranyagharbha's relief on the foot wall of the northern and southern main temples Plaosan Lor will also shows the background of the religious concept from the depiction Hiranyagarbhas relief."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Nadhrotul Uyyun
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang penggambaran relief Bodhisattwa di candi induk Utara dan Selatan Plaosan Lor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ikonografi penggambaran relief Bodhisattwa di candi induk Utara dan Selatan Plaosan Lor. Melalui metode deskripsi dan perbandingan, penelitian ini akan memaparkan hasil mengenai ikonografi relief Bodhisattwa di candi Induk Utara dan Selatan Plaosan Lor. Penggambaran relief Bodhisattwa di Plaosan Lor memiliki keunikan, yaitu persamaan ikonografi, namun tetap memiliki penggambaran yang berbeda di tiap panil. Hasil penelitian ini akan menunjukkan peranan seniman silpin dalam penggambaran relief Bodhisattwa dan peranan relief Bodhisattwa pada bangunan suci, arah mengelilingi candi pada prosesi keagamaan, meditasi, dan konsep Catur Arya Saccani dan Astawidha dalam agama Buddha Mahayana.

ABSTRACT<>br>
This research describes the depiction of Bodhisattwa rsquo s relief in North and South Main Temples of Plaosan Lor. The purpose of this research is to figure out the iconography of Bodhisattwa rsquo s reliefs in Main Temple of Plaosan Lor. Based on a description and comparison method, this research describes the result of the depiction of Bodhisattwa rsquo s iconography in North and South Main Temples of Plaosan Lor. The depiction of Bodhisattwa rsquo s relief in Plaosan Lor has a special style because they have same iconography, but still has different style depiction in every frames. The explanation of Bodhisattwa rsquo s reliefs on main tempels of Plaosan Lor will also show the artist silpin role in every depiction of Bodhisattwa rsquo s reliefs and role of Bodhisattwa rsquo s reliefs in the holy buildings, this research will also show the walking direction in the temple rsquo s ritual procession, meditation point, and the concept of Catur Arya Saccani and Astavidha in Mahayana Buddhism."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arif Primanda Aji
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penggambaran relief yang dikaji dari latar
belakang penggambarannya dan kemudian dikaitkan dengan struktur candi secara
vertikal pada Candi Plaosan Lor, Plaosan Kidul, Sewu, Sojiwan dan Lumbung.
Secara umum candi terbagi dalam tiga bagian yaitu, kaki, tubuh dan atap candi.
Masing-masing bagian tersebut mewakili pembagian tiga dunia secara
makrokosmos, yaitu kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu dalam ajaran
Buddha. Berdasarkan latar belakang penggambaran, relief dibedakan menjadi
relief hiasan biasa, konsepsi keagamaan dan naratif. Oleh karena itu, skripsi ini
berusaha mengkaji candi sebagai representasi makrokosmos dikaitkan dengan
latar belakang belakang relief yang ada di setiap candi tersebut.

ABSTRACT
This thesis discusses about the depiction of relief is examined from its background
and then associated with a temple structure vertically on Candi Plaosan Lor,
Plaosan Kidul, Sewu and Lumbung. Generally, the temple divided into three parts
namely, the foot, body and roof of the temple. Each of this sections represent three
zone of world in macrocosm, that is kamadhatu, rupadhatu, and arupadhatu in
Buddhism. Relief itself can be divided according its background drawing,
decoration relief, religious relief, and narrative relief. Therefore, this thesis
attempt to examine the temple as a representation of macrocosm associated with
relief background portrayal in each temple."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kusumo Anggoro
"Skripsi ini membahas tentang relief prajurit yang terdapat pada candi-candi masa Majapahit. Sebagai kerajaan besar pada abad 13-15 M, Majapahit banyak mengalami ancaman baik dari dalam maupun luar kerajaan sehingga memerlukan sebuah pertahanan yang kuat. Dalam penelitian ini dibahas mengenai identifikasi prajurit dan atributnya berdasarkan relief yang digambarkan pada candi-candi masa Majapahit, jenis-jenis prajurit berdasarkan telaah naskah dan prasasti serta hierarki prajurit pada masa Majapahit. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pertahanan pada masa Majapahit belum terorganisir kecuali prajurit pengawal raja atau yang sering dikenal dengan nama pasukan bhayangkari, selebihnya jika terjadi peperangan raja mengerahkan penduduk untuk berperang

The focus of this study is relief of soldiers that engraved in the candi from the era of Majapahit. As one of the biggest and largest kingdom in 13th -15th century Majapahit had faced threat from both inside and outside of its kingdom. Hence, Majapahit need a strong defense system. This study discusses about the soldier identification and its attribute based on the relief depicted, the type of soldiers according from inscription and ancient text also the soldiers hierarchy. The conclusion of this study is that the defensive system of the kingdom of Majapahit was not fully organized except the king_s guardsmen known as bhayangkaris, but if there is any serious threat that requires colossal scale of soldier then the king may draft the service of his peasant"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11850
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Radila Adwina
"ABSTRAK
Candi Sukuh merupakan kompleks bangunan suci berbentuk punden berundak dengan tiga teras, yang digunakan pada masa akhir Kerajaan Majapahit, yaitu abad ke-15 M. Setiap teras dihias dengan berbagai relief, baik relief hiasan maupun relief naratif. Penelitian terhadap cerita pada relief-relief naratif tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun mereka menafsirkan cerita yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pula relief naratif yang ceritanya masih berupa dugaan peneliti sebelumnya atau belum pernah diteliti sama sekali. Relief-relief tersebut terbagi ke dalam 13 batu berelief dengan jumlah panil yang berbeda pada tiap batu. Tiap relief disusun dari komponen relief, yang dapat terdiri dari komponen tokoh, binatang, tumbuhan, bangunan, senjata, dan benda lain, yang kemudian dibandingkan dengan penelitian-penelitian relief masa Majapahit sebagai identifikasi awal. Setelah itu, masing-masing komponen disusun sehingga menghasilkan 18 adegan cerita. 18 adegan tersebut kemudian dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna ataupun relief bangunan suci masa Majapahit lainnya sehingga dapat diketahui sumber cerita, dan bila memungkinkan mengetahui adegan tertentu dalam cerita yang sama dengan penggambaran relief.

ABSTRACT
Candi Sukuh is a sacred temple complex shaped like step-pyramid structure with three terraces, that was used on late period of Majapahit Kingdom, around 15th century. Every terrace is decorated with various reliefs, either ornamental relief or narrative relief. The tale of the narrative reliefs had been studied by some researchers, but they had different opinion about it. Besides that, there are allegations on the tale from those reseachers of some other narrative reliefs, and narrative reliefs that have never been studied before. There are 13 carved stones of those narrative reliefs, with one or more panels on each stone. Each relief may consist of various relief components, such as figures, animals, plants, buildings, weapons, and other things. Those components are compared with other studies of relief on Majapahit period to obtain early identifications of the relief. After that, each component is arranged to form 18 tale scenes. The scenes are compared with Ancient Javanese texts or other sacred building reliefs from Majapahit period, so that the source of the tale and, if possible, particular scene of the tale are identified.
"
2016
S65809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radila Adwina
"ABSTRACT
Candi Sukuh merupakan kompleks bangunan suci berbentuk punden berundak dengan tiga teras, yang digunakan pada masa akhir Kerajaan Majapahit, yaitu abad ke-15 M. Setiap teras dihias dengan berbagai relief, baik relief hiasan maupun relief naratif. Penelitian terhadap cerita pada relief-relief naratif tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun mereka menafsirkan cerita yang berbeda-beda. Selain itu terdapat pula relief naratif yang ceritanya masih berupa dugaan peneliti sebelumnya atau belum pernah diteliti sama sekali. Relief-relief tersebut terbagi ke dalam 13 batu berelief dengan jumlah panil yang berbeda pada tiap batu. Tiap relief disusun dari komponen relief, yang dapat terdiri dari komponen tokoh, binatang, tumbuhan, bangunan, senjata, dan benda lain, yang kemudian dibandingkan dengan penelitian-penelitian relief masa Majapahit sebagai identifikasi awal. Setelah itu, masing-masing komponen disusun sehingga menghasilkan 18 adegan cerita. 18 adegan tersebut kemudian dibandingkan dengan karya sastra Jawa Kuna ataupun relief bangunan suci masa Majapahit lainnya sehingga dapat diketahui sumber cerita, dan bila memungkinkan mengetahui adegan tertentu dalam cerita yang sama dengan penggambaran relief.

ABSTRACT
Candi Sukuh is a sacred temple complex shaped like step pyramid structure with three terraces, that was used on late period of Majapahit Kingdom, around 15th century. Every terrace is decorated with various reliefs, either ornamental relief or narrative relief. The tale of the narrative reliefs had been studied by some researchers, but they had different opinion about it. Besides that, there are allegations on the tale from those reseachers of some other narrative reliefs, and narrative reliefs that have never been studied before. There are 13 carved stones of those narrative reliefs, with one or more panels on each stone. Each relief may consist of various relief components, such as figures, animals, plants, buildings, weapons, and other things. Those components are compared with other studies of relief on Majapahit period to obtain early identifications of the relief. After that, each component is arranged to form 18 tale scenes. The scenes are compared with Ancient Javanese texts or other sacred building reliefs from Majapahit period, so that the source of the tale and, if possible, particular scene of the tale are identified."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Joenoes
"Relief di teras kedua candi induk Panataran berdasarkan penelitian Stein Callenfele dikatakan sebagai relief yang mengikuti jalan cerita dari kakawina Kranayana, yang inti ceritanya adalah penculikan Rukmini oleh Krana . Selain Kranayana terdapat beberapa kakawin lain yang mempunyai inti cerita yang sama, tetapi jika dilihat dari usia kakawin tersebut kebanyakan lebih muda daripada candi induk Panataran. Stein Callenfele sewaktu akan nembandingkan carita dari relief dengan cerita dari kakawin mendapat kesulitan karena kakawin-kakawin mengenai penculikan Rukmini oleh Krana yang ada belum diterjemahkan dari bahasa Jawa kuno ke bahasa Belanda. Sehingga Stein Callenfels hanya menggunakan kakawin Kranayana yang diterjemahkan dengan bantuan R. Ng. Poerbatjaraka. Berdasarkan pendapat dari Stein Callenfels mengenai relief di teras kedua candi induk Panataran, maka diadakan penelitian kembali berupa perbandingan antara relief tersebut tidak hanya dengan kakawin Kranayana, tetapi juga kakawin Hariwansa. Relief di teras kedua candi induk Panataran ini dideskripei kembali secara lebih mendetil, lalu tokah-tokoh dan adegan-adegan yang ada pada relief diidentifikasi, sehingga dapat diadakan perbandingan dengan kakawin Kranayana dan Hariwafa. Mari perbandingan tersebut diketahui bahwa meskipun terdapat beberapa adegan pada panil relief di teras kedua candi induk Panataran yang tidak dapat dite_rangkan oleh kakawin Kranayana atau Hariwansa; tetapi pada dasarnya kakawin Kranayana memang lebih sesuai alur ceritanya dengan alur cerita yang terdapat pada panil relief di teras kedua candi induk Panataran..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Praptiani Maruto
"Mempelajari sejarah kesenian apa pun pendekatannya, harus bersandar pada bahan yang terdapat pada sederetan urutan waktu. Studi sejarah kesenian mempersoalkan kaitan antara gejala seni dan gejala kemasvarakatan (Sedyawati I973:8). Untuk pemahaman gejala yang lebih terperinci perlu diperhatikan lapisan-lapisan dan kelompok-kelompok dalam tiap masyarakat yang mempunyai laju perkembangan, khususnya dalam kebutuhan akan seni dan selera yang berbeda. Ilmu perbandingan bentuk-bentuk seni besar artinya dalam memberikan wawasan mengenai arti dari gejala tertentu kesenian, dan proses-proses yang terjadi. Ini dapat diterima tanpa mengaitkannya dengan jaman atau titik waktu tertentu apabila tidak ada alat pengawas yang dapat meneguhkan tempatnya (Sedyawati 1973:2).
Bentuk-bentuk seni yang akan dibahas adalah komponen perhiasan tokoh pada relief dan Wayanq pada empat tahapan: Prambanan, Panataran, Wayang Bali dan Wayang Purwa, sebagai artefak seni, suatu obyek ilmu yang dipelajari dalam hubungannya dengan sejarah kesenian tanpa mengkaitkan dengan jaman atau titik waktu tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>