Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173593 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Erwan Setyobudi
"Sebagai hasil dari kesepakatan antar negara anggota ASEAN untuk menerapkan Single Window, Indonesia bersama 6 negara lainnya berkomitmen untuk dapat melaksanakan ASW (ASEAN Single Window) di tahun 2008. ASW adalah satu layanan satu atap bagi pengurusan dokumen kepabeanan di lingkup negara anggota ASEAN, dengan memaksimalkan transaksi melalui media elektronis. Sebagai salah satu kewajiban awal untuk menjalankan ASW, setiap negara terlebih dahulu harus sudah mengimplementasikan NSW(National Single Window). Pihak yang akan terlibat di dalam NSW ini adalah Customs, OGA (Other Government Agencies), Bank and Insurance Agencies, Komunitas Transportasi, Komunitas masyarakat usaha dan ASEAN/ International Link. Akan diterapkan satu dokumen tunggal yang akan menyatukan beberapa dokumen bisnis yang ada. Sehingga diharapkan adanya NSW ini selain akan mempercepat proses impor dan ekspor juga semakin meningkatkan laju perekonomian Indonesia. Infrastruktur adalah komponen yang sangat penting di dalam NSW ini. Karena NSW mewajibkan semua pihak yang terlibat untuk saling mengintegrasikan sistem informasi yang terkait. Dengan begitu bervariasinya sistem informasi dan arsitektur yang ada, maka perlu dikembangkan sebuah infrastruktur yang adaptif untuk dapat memenuhi kebutuhan integrasi tersebut. Tulisan pada proyek akhir ini akan membahas tentang perancangan infrastruktur yang dapat mendukung dan mempercepat proses integrasi antar sistem. Teknologi yang digunakan adalah SOA (Service Oriented Architecture) dengan didukung EDI (Electronic Data Interchange). Pemilihan ini didasarkan pada kesiapan sistem yang sudah berjalan, rekomendasi dari ASW dan keunggulan dari teknologi itu sendiri.

According to ASEAN agreement to implement Single Window, 6 main member of ASEAN including Indonesia have commited to establish ASW(ASEAN Single Window) by 2008. ASW is single integrated environment of custom release and customs clearance at any entry point of ASEAN, that maximise transactions electronically. As preparation of ASW implementation, each member should implement NSW(National Single Window). At NSW there are six major areas : customs, other government agencies, banking and insurance agency, transport community, trading community and ASEAN/International Link. There are modifications to simplify the existing business document. The goal is to ease and fasten the import and export process, that will take Indonesian economy to move forward. Infrastructure consider to be the main component of NSW. Because in NSW, integration of information system is a must. With variety of existing information system and architecture that will involve, adaptive infrastructure will be the solution of this requirements. This final project provides analysis and design of adaptive infrastructure to support and fasten the integration. Architecture will use SOA (Service Oriented Architecture) and EDI (Electronic Data Interchange) as main technology. The condition of existing information system, ASEAN recommendation and technology trend are the major consideration to choose this technology."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A window material study of window of Geiger-Muller detector was carried out. The aim of the investigated are determine type and optimum thickness of window materials for end window Geiger Muller,basically on the counting correction factor of alpha and gamma raditiation...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raditya Fajri
"Prinsip Eddy-current sudah banyak digunakan pada beberapa aplikasi industri, seperti uji nondestruktif dan karakterisasi, sistem transmisi, dan proses separasi. Mekanisme Halbach array pun sudah banyak aplikasinya, terutama pada industri Hyperloop. Hal ini bukan tanpa alasan, Halbach array mampu menciptakan fluks magnet yang lebih besar pada satu sisinya sehingga mampu dimanfaatkan pada mekanisme magnetic levitation. Dalam konteks separasi bahan non-ferrous, seperti aluminium dan tembaga, banyak dari penelitian tersebut berkutat pada bentuk separator dengan konfigurasi magnet vertikal atau biasa disebut vertical drum Eddy-current separator. Penelitian ini berfokus pada desain dan manufaktur separator berbasis Eddy-current untuk pemisahan salah satu material non-ferrous (aluminium) yang terkandung dalam multi-material multilayer plastics packaging (MMPP) dengan konfigurasi horizontal yang bahkan belum pernah ada sebelumnya. Penulis menganalisis performa dari separator MMPP ini berdasarkan komparasi success rate yang dihasilkan dari konfigurasi magnet Halbach single-stack dan magnet Halbach double-stack dengan parameter berupa displacement resultant atau resultan perpindahan spesimen yang terlontar ke zona separasi mesin. Penelitian ini menemukan bahwa performa dari magnet Halbach single-stack dan double-stack tidak berbeda secara signifikan karena persentase success rate kedua konfigurasi magnet tersebut sangat mirip (magnet Halbach single-stack sebesar 90% dan magnet Halbach double-stack sebesar 96,67%).

The Eddy-current principle finds extensive application across various industries, including non-destructive testing and characterization, transmission systems and separation process. Additionally, the Halbach array mechanism, particularly in the context of the Hyperloop industry, leverages its ability to create a stronger magnetic flux on one side, enabling magnetic levitation mechanisms. In the context of non-ferrous material separation, such as aluminium and copper, many of previous research studies focus on the vertical drum Eddy-current separator. Notably, recent research focuses on designing and manufacturing Eddy-current-based separators for non-ferrous material separation within multi-material multilayer plastics packaging (MMPP). This novel approach employs a previously unexplored horizontal configuration. The study compares the performance of single-stack and double-stack Halbach magnets, revealing that their success rate are remarkably similar (90% for single-stack and 96,67% for double-stack magnets)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"From simple Roman shades and ethereal balloons to sumptuous Austrian blinds, in Make It with Style: Window Shades you'll find stylish solutions for every window in your home. Easy-to-follow directions offer the kind of decorator secrets that ensure a professional-looking result every time. Included are directions and patterns for making more than 20 custom designs that can be adapted to suit your personal style, dozens of detailed full-color illustrations, decorator tips on mounting and installing treatments, helpful information on choosing and caring for fabrics, guidelines for working with trims and notions, and glossaries of technical terms and techniques, as well as more than 50 full-color photographs of stunning window treatments that are sure to inspire you own creativity."
New York: Clarkson Potter Publisher, 1996
645.3 LAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Triyanto
"Doktrin Single Economic Entity (SEE) bukan konsep yang asing dalam dunia bisnis dan akuntansi. Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mempelopori penerapan doktrin ini dalam penanganan perkara pelanggaran hukum persaingan usaha. Berdasarkan doktrin ini, satu kelompok pelaku usaha yang terdiri dari beberapa pelaku usaha yang merupakan subyek hukum mandiri, dapat dimintakan pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan pelaku usaha yang merupakan angota SEE, bahkan jika induk perusahaan berdomisili di luar yurisdiksi pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Di Indonesia, penerapan doktrin SEE telah dilakukan pada dua kasus hukum persaingan usaha, yaitu kasus Temasek dan Astro. Penerapan doktrin ini membawa perdebatan terutama berkaitan dengan landasan yuridisnya karena doktrin SEE tidak secara ekplisit tertuang dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Praktek Persaingan Tidak Sehat (UU nomor 5 tahun 1999). Untuk mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai konsep doktrin SEE, landasan yuridis, mekanisme penerapan, dan kendala yang dihadapi, kami tertarik untuk melakukan penulisan terkait tema dimaksud.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, penerapan doktrin SEE di Indonesia bukan sama sekali tidak memiliki landasan yuridis. Walaupun doktrin tersebut tidak tertuang dalam batang tubuh dan penjelasan UU nomor 5 tahun 1999, penerapan doktrin SEE sejalan dengan Memory van Toleighting UU dimaksud yang memasukkan "frasa satu kelompok pelaku usaha" untuk mengantisipasi pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang merupakan anggota sebuah perusahaan grup. Selain itu, doktrin SEE sejalan dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 347/BL/2014 yang mewajibkan emiten dan perusahaan publik yang memiliki pengendalian atas anak perusahaan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi (menjadi satu kesatuan). Selain itu, untuk memperdalam pembahasan, dilakukan juga studi komparasi atas penerapan doktrin SEE di Malaysia dan Afrika Selatan. Lebih lanjut, untuk mengatasi perdebatan dalam penerapan doktrin SEE dimaksud, sebaiknya substansi doktrin SEE dimasukkan dalam perubahan RUU nomor 5 tahun 1999.

Single Economic Entity doctrine (SEE) is not a new concept in the world of business and accounting. United States and the EU has pioneered in practicing this doctrine to handle the infringements of competition law. According to the doctrine, a group of undertaking consisting of several businesses that are legal person, should be accountable for the actions of businesses which are members of SEE, even if the parent company is domiciled outside the jurisdiction of the businesses commiting infringements. In Indonesia, the application of the doctrine of SEE have been performed on two competition law cases, namely the case of Temasek and Astro. The practice of the doctrine drives a debate, mainly concerned with the juridical foundation since the SEE doctrine is not explicitly stated in the Act No. 5 of 1999 on Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Competition (Act No. 5 of 1999). To achieve a comprehensive understanding around the concept of SEE doctrine, juridical bases, implementation mechanisms, and encountered obstacles, we are interested to write such theme.
Based on the analyses, the practice of the SEE doctrine in Indonesia is not in the absence of legal bases. While the doctrine is not stated in the article and explanation of Act No. 5 of 1999, the practice of the of SEE doctrine is in line with the Memory van Toleighting of the act referred that include "phrase one group of businesses" to anticipate offenses committed by a company, member of a group company. In addition, the SEE doctrine is in line with the Financial Services Authority regulation number 347 / BL / 2014 requiring listed companies and public interest entities that posses control over the subsidiaries to prepare consolidated financial statements (as single economic unit). For further analyses, we also conducted comparison between the practice of Malaysia and South Africa. Furthermore, to address the argue, the substance of SEE doctrine should be included in the amandment draft of the Act number 5 of 1999.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
T43768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah praktik window dressing terjadi pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian menggunakan 15 perusahaan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling..."
TEMEN 10:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lolong, Karen A.
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk meneliti peran dari tarif tunggal PPh Badan
terhadap investasi di Indonesia. Secara khusus, tesis ini bertujuan untuk
mengevaluasi apakah tarif tunggal PPh Badan dapat meningkatkan investasi
dengan menggunakan metode kajian pustaka lanjutan. Studi sebelumnya
mengungkapkan bahwa tarif PPh Badan mempengaruhi investasi, sebagian besar
dari studi tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara tarif PPh Badan dan
investasi adalah negatif. Meskipun begitu, tarif PPh Badan bukan merupakan satusatunya
faktor yang mempengaruhi investasi. Oleh karena itu, pembuat kebijakan
seharusnya juga mempertimbangkan faktor-faktor penting lain yang dapat
menarik investasi dalam dan luar negeri.

ABSTRACT
This thesis aims to investigate the role of a single corporate tax rate on
investment in Indonesia. In particular, it aims to evaluate whether a single
corporate income tax rate has improved or encouraged investment using extended
literature review method. Previous studies revealed that corporate tax rate indeed
influenced investment where the majority of these studies showed that it was
negatively correlated. However, corporate tax rate was not the only factor that
affected investment; therefore, policy makers should also consider other factors
which were also important to attract both domestic and foreign investment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sahala David
"Pada proses flotasi terdapat 3 sub-proses penting, yaitu penipisan interverensi dari lapisan fluida menjadi ketebalan kritis, pecahnya lapisan liquid terinterverensi dan pembentukan formasi kontak tiga fasa, serta ekspansi garis kontak tiga fasa mencapai kestabilan agregat. Kestabilan agregat menentukan keberhasilan proses separasi. Kestabilan agregat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu reagent, geometri dan ukuran partikel.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh geometri dan ukuran partikel terhadap stabilitas agregat. Eksperimental setup terdiri dari kolom flotasi dengan ukuran 9x9x26 cm dilengkapi dengan bubble generator, particle feeding system, dan video kamera berkecepatan tinggi (high speed video camera). Bubble generator berupa single nozzle berdiamater 0,3 mm yang dihubungkan ke programmable syringe pump. Particle feeding system terbuat dari pipet. Partikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel hasil tambang tembaga dengan bentuk sub-angular dengan ukuran antara 38-300 μm. Hasil rekaman high speed video camera diolah dan dianalisa dengan menggunakan image processing software. Hasil penelitian diharapkan akan menambah pemahaman pengaruh geometri dan ukuran partikel pada interaksi bubble-particle khususnya stabilitas agregat.
Hasil eksperimen menunjukkan stabilitas agrgegat bubble-partikel dan waktu induksi (waktu partikel melekat pada bubble) dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar probabilitas terbentuk agregat yang stabil dan semakin panjang waktu induki. Partikel berukuran 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm mamapu membentuk agregat stabil sehingga melekat pada gelembung. Sedangkan, partikel berukuran 150 μm dan 300 μm tidak mampu membentuk agregat stabil sehingga tidak melekat pada gelembung.

There are three sub-proces on flotation. These processes are intervening liquid film intu critical thickness, rupture of liquid film forming three phase contact line, and expansion three phase contact line forming agregate stability. Agregate stability determines flotation efficiency. Agregate stability has some important factors such as reagent and particle geometry.
This research focus on understanding effect of particle geometry to agregate stability. Experimental setup consists of 9x9x26 cm flotation coloumn made of glass, bubble generator, particle feeding system, and high speed video camera. Bubble generator made from single nozzle with 0,3 mm diameter attached to programmable syringe pump. Particle feeding system made of pipette. Particle used in this research is taken from open pit Grasberg in timika, Papua. Parcile has sub-angular size and varies between 38-300 μm. Recordings from high speed video camera analyzed using image processing software.
Experiment result shows thet agregate particle-bubble and induction time depends on particle size. The smaller particle size, the higher probability attachment, agregate stability, and iduction time. Particle with size 38 𝜇m, 45 μm, 75 μm, 106 μm able to form stable agregate. While, particle with size 150 μm and 300 μm unable to form stable agregate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>