Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajarullah Mufti
"Dalam hal perencanaan bangunan tahan gempa, mekanisme pembentukan sendi plastis harus dapat ditentukan, sehingga bangunan dapat diketahui tingkat performanya dalam menahan beban gempa yang diberikan. Tingkat performa bangunan terhadap gempa ini dikenal sebagai seismic performance level dari suatu bangunan, yang terdiri atas kekakuan, periode getar dan partisipasi massa, kekuatan, rasio gaya geser dasar maksimum terhadap gaya geser dasar lelehnya, daktilitas dan performance level struktur.
Prosedur dalam mendapatkan seismic performance level ini ditentukan dengan prosedur push-over, dimana penambahan beban diberikan secara berulang hingga komponen struktur mengalami sendi plastis atau keruntuhan pada elemen struktur. Salah satu metode dalam hal meningkatkan seismic performance level dari suatu bangunan adalah dengan memberikan voute pada join balok kolom. Voute merupakan suatu modifikasi pada join balok-kolom yang dimaksudkan agar daerah penulangan pada join balok-kolom menjadi lebih luas, sehingga perilaku bangunan yang diperoleh menjadi lebih daktail.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan variasi terhadap voute tersebut, yaitu variasi dimensi voute dan variasi lokasi voute. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dimensi lebar pada join voute memberikan peningkatan seismic performance level yang signifikan. Sementara lokasi voute pada join balok-kolom interior, memberikan peningkatan seismic performance level seperti yang diharapkan, dibandingkan lokasi voute pada join balok-kolom eksterior dan join balok-kolom gabungan (interior dan eksterior).

In order to design a seismic resistance building, the plastic hinges mechanisms have to decide, so the performance level of a building to resist a large earthquake is known. This performance level to resist an earthquake is known as seismic performance level of a building, consist of stiffness, building period and mass participation, strength, maximum base shear to yield ratio, ductility and performance level of structure.
The procedures in order to achieve this seismic performance level could be obtain with push-over analysis, which is an increasing load, is given continuously until a component of structure forms a plastic hinges, or the structure is collapse. One of method to increase the seismic performance level of a building is by giving voute to beam-column joint. Voute is one of modification way to extend the reinforcement area of beam-column joint, so the building can behave more ductile.
This research is done by applying variation to voute, these are dimensional and location variation. The result of this research shown that wide variation is increasing the seismic performance level more than height variation. Beside that, the location of voute in interior beam-column joint is giving the increased of seismic performance level better than the location of voute in exterior joint or both (interior and exterior).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35278
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mosley, William Henry
Jakarta: Erlangga, [date of publication not identified]
693.4 MOS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mosley, William Henry
Jakarta: Erlangga, 1989
624.1834 MOS r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nawy, Edward G.
Surabaya: ITS Press, 2010
624.183 41 NAW b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfetra Henoch Tandita
"Praktik sambungan spun pile terhadap pile cap di Indonesia pada umumnya ialah berupa pemberian pengisi beton bertulang di bagian hollow spun pile hingga kedalaman kurang lebih 1 meter. Tujuannya ialah untuk memastikan sendi plastis terjadi pada area tersebut dan meningkatkan kemampuan struktur dalam berdeformasi secara inelastis. Namun, analisis yang dilakukan terhadap fondasi masih berada di tahap linear elastis dan batas displacement yang disyaratkan oleh SNI 8460:2017 hanya sebesar 25 mm. Akibatnya, diperlukan jumlah dan ukuran fondasi yang besar supaya fondasi tetap berperilaku elastis. Oleh karena itu, dilakukan studi eksperimen pada spun pile dengan pembebanan siklik lalu dibandingkan dengan pushover analysis pada software finite element ABAQUS untuk mengetahui kapasitas struktur pada fase non linear plastis. Terdapat 2 benda uji berupa spun pile dengan diameter 450 mm yang diberikan pengisi beton bertulang dan salah satu benda uji diberikan pengisi beton non shrinkage mutu tinggi 54 MPa. Hasil permodelan ABAQUS menunjukkan bahwa idealnya beton non shrinkage mutu tinggi akan meningkatkan seluruh parameter penelitian. Namun, berdasarkan hasil eksperimen, didapat bahwa beton non shrinkage mutu tinggi tidak memberikan dampak yang signifikan untuk seluruh parameter penelitian, yaitu daktilitas, energi disipasi, degradasi kekuatan, degradasi kekakuan, overstrength ratio, ketahanan lateral, kapasitas geser dan kapasitas bending.

The practice of spun pile to pile cap connections in Indonesia is by giving reinforced infilling concrete in the hollow spun pile to a depth of approximately 1 meter. The purpose of giving the infilling concrete is to ensure that the plastic hinge occurs nearly below the connection and increase the ability of the structure to deform inelastically. However, the analysis carried out on the foundation is still at the linear elastic stage and the lateral displacement limit required by SNI 8460:2017 is only 25 mm. As the result, a large number and size of foundations are required to keep the foundation remain elastic. Therefore, an experimental study was conducted on spun piles under cyclic loading and then compared with pushover analysis on the ABAQUS finite element software to determine the capacity of the structure in the non-linear plastic phase. There are 2 specimens of 450 mm diameter spun pile: common practice and high-strength non-shrinkage infilling concrete. The results of the ABAQUS modeling show that high-strength non-shrinkage concrete will ideally improve all the parameters of the study. However, the testing results show that the high-strength non-shrinkage concrete did not have a significant effect on all research parameters, which are ductility, energy dissipation, strength degradation, stiffness degradation, overstrength ratio, lateral resistance, shear capacity and bending capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifat Thahtawi
"Setiap bangunan bertingkat tinggi, selalu didisain terhadap gaya gempa selain terhadap gaya akibat beban mati maupun benda hidup. Demikian pula untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah terutama untuk bangunan yang tidak boleh hancur/rusak berat terhadap gempa bumi.
Gaya gempa adalah suatu gaya lateral terhadap bangunan yang menimbulkan perpindahan/lendutan, gaya aksial & momen pada kolom atau balok pada struktur. karena adanya eksentrisitas akibat lendutan pada struktur, gaya-gaya aksial pada kolom kembali menimbulkan pertambahan momen pada struktur tersebut. Hal ini yang disebut Efek P-Delta.
Tugas yang akan dilaksanakan ini adalah melakukan studi parameter pada suatu sistem portal yang mempunyai ketinggian dan lebar bentang keseluruhan sama dengan memvariasikan jarak bentang kolomnya. Dari studi parameter tersebut, dicari besarnya delta/simpangan untuk tiap lantai dan pertambahan momen pada kolom terbesar. Untuk perhitungan delta, karena gaya aksial akibat gaya gempa pada kolom berbeda-beda, maka untuk menyamakan tegangan pada kolom dibuat pendimensian luas kolom yang berbeda-beda. Kemudian dibuat grafik antara besarnya selisih delta pada tiap lantai dan prosentase pertambahan momen dengan perbandingan jarak antar kolom dengan lebar bentang keseluruhan dari bangunan.
Dari grafik yang didapat tersebut, kemudian dibandingkan dengan peraturan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, 1987 yang menjelaskan besarnya delta dan prosentase pertambahan momen yang diijinkan untuk suatu ketinggian tertentu dari bangunan. Dengan melihat dari hasil tugas ini yang ingin ditinjau adalah apakah kuantitas dari kolom dalam satu bentang ada pengaruhnya pada peraturan tersebut dan seandainya ada, bagaimana sebaiknya peraturan itu dapat diperinci lagi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Nina O.E.
"Sebagai negara yang teletak pada pertemuan lempengan-lempengan tektonik dunia, Indonesia merupakan negara yang beresiko tinggi terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur perlu mendapat perhatian khusus sehingga perilaku struktur akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialami selama masa penggunaannya dapat dikontrol. Sambungan balok-kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam mentransfer gaya-gaya yang bekerja pada struktur. Apabila sambungan balok-kolom ini tidak sempurna dan terjadi kegagalan di daerah ini akibat beban lateral, maka akan mengakibatkan keruntuhan prematur dari struktur tersebut. Pada umumnya pelaksanaan sambungan balok-kolom pada bangunan bertingkat kurang memperhatikan detail dari penjangkaran tulangan dan confinement dari joint, terutama pada daerah sambungan tepi portal.
Untuk mengetahui bagaimana sifat sambungan sesungguhnya di daerah balok-kolom beton bertulang dilakukan penelitian dengan eksperimental dan pendekatan numerik, dalam hal ini dilakukan pada sambungan balok-kolom beton bertulang bagian sisi luar portal dengan penonjolan balok pada sisi luar. Analisa numerik yang dilakukan menggunakan program komputer Drain-2DX versi 1.10 dengan menggunakan element type 15 (fiber beam-column element). Struktur didiskritisasi menjadi elemen balok dan kolom dengan menggunakan element type 15 di atas, dan setiap elemen dibagi menjadi segment yang didiskritisasi dengan pendekatan fiber. Untuk setiap fiber pemodelan dilakukan dengan menggunakan kurva tegangan-regangan masing-masing 2 untuk pemodelan sifat tekan material beton (kurva Hognestad dan Kent dan Park), 1 untuk pemodelan sifat tarik material beton (kurva dengan tension stiffening), 1 untuk pemodelan sifat tarik dan tekan material baja (kurva bilinear dengan strain hardening). Selain itu dalam analisa numerik digunakan nilai pullout dan gap fiber properties untuk memperoleh hasil kurva beban vs lendutan yang mendekati hasil eksperimen di laboratorium. Mengingat eksperimental dilakukan dengan semi cyclic, maka analisa numeruk dilakukan dengan displacement control untuk fase loading dan load control untuk fase unloading.
Dari hasil analisa numerik yang dilakukan, baik dengan kurva tegangan-regangan Hognestad maupun Kent dan Park, serta penggunaan pullout dan gap fiber properties diperoleh kurva beban vs lendutan dan pola retak yang dapat mewakili eksperimen di laboratorium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McCormac, Jack C.
Jakarta : Erlangga, 2001
624.1 MCC d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muto, Kiyoshi
Tokyo: Shokoku-Sha, 1965
691.3 MUT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>