Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114950 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vinsensius Ricko Handaya
"Mesin milling di era sekarang sudah banyak yang menggunakan arah pergerakan 5-aksis. Dengan begitu mampu mengerjakan kontur yang sulit dan daerah yang tidak terjangkau oleh pemakanan milling 3-aksis biasa. Pada kontur tertentu pahat akan melakukan perubahan sudut pemakanan terhadap benda. Dengan adanya perubahan sudut pemakanan maka diperkirakan akan mempengaruhi kualitas permukaan hasil pemesinan. Pada skripsi ini meneliti efek yang terjadi ketika pahat melakukan manufer saat melakukan pemakanan dengan sudut kemiringan tertentu. Sudut ini disebut sudut inklinasi. Pada skripsi ini juga dibahas pengaruh kecepatan perubahan inklinasi ini terhadap kekasaran permukaan yang terbentuk dan juga kemunculan gelombang (waviness) pada daerah perubahan inklinasi dari pahat.

Milling machines now has been used 5-axis feed direction. Depend on that it able to finish any difficult contour and complex region which can?t reached in 3-axis machining. In some difficult contour tool will change the angel direction depend on its workpiece. With this changing suppose there is will effect the quality of machining surface. This final project will examine the effect changing at an angel in some direction that happen in machining process. This angle called the inclination angel. In this final project will be observed the effect of rapidity in inclination changing to the surface roughness and also the possibility of waviness in the region of inclination changing of the tool."
2008
S50733
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulhendri
"Untuk melakukan proses pemesinan milling berupa kontur atau pocket biasanya diawali dengan proses roughing secara 3-axis berdasarkan kontur yang diingini dengan kedalaman pemakanan dan ketinggian scallop tertentu, setelah itu lalu dilakukan proses finishing secara 5-axis untuk menghilangkan scallop dari proses roughing tersebut (tanpa kedalaman pemakanan). Ada beberapa arah pemakanan yang bisa dilakukan dalam proses finishing tersebut yaitu sejajar (in-line) atau arah melintang (across) serta menggunakan beberapa tipe pahat seperti pahat flat, toroidal dan ball nose. Masing-masing cara pemakanan dan tipe pahat yang digunakan pada saat proses roughing dan finishing tersebut akan menghasilkan kualitas permukaan (roughness dan waviness) yang berbeda.
Tesis ini meneliti pengaruh tipe pahat dan arah pemakanan pada pemesinan awal (roughing) dan akhir (finishing) terhadapa kualitas permukaan pemesinan milling. Faktor yang diuji adalah pahat roughing dua tipe (end mill flat dan toroidal), tipe pahat finshing dua tipe (toroidal dan ball nose), arah pemakanan dua tipe (sejajar dan melintang) dengan respon (data) yang diukur adalah roughness dan waviness. Variasi percobaan secara faktorial penuh adalah 23 = 8 variasi. Hasil analysis of variance (ANOVA) menunjukkan bahwa tipe pahat roughing, tipe pahat finishing dan arah pemakanan secara statistik berpengaruh terhadap kekasaran permukaan, sedangkan untuk gelombang hanya arah pemakanan yang berpengaruh.

The product of process machining by milling to mill contour or pocket is usually started with process of roughing by 3-axis mlling base on desired contour, in this process we selected depth of cut (DOC) and height of scallop and then did process finishing by 5-axis milling to eliminate scallop from process roughing, in this process we selected scallop without DOC. The feed directions in finishing are in-line and across direction and tools used were flat, toroidal and ball nose end mill. Each type of toolls and feed direction in process roughing and finishing will influent difference surface quality ( roughness and waviness).
This research is to analyze influence of type of tools and feed direction machining roughing and finishing to the quality of surface resulted by milling machining. Examinee factor is two types of tooling roughing ( end mill flat and toroidal), two type of tools finshing( toroidal and ball nose), two types of feed direction ( in-line and scross) and we measured roughness and waviness as respon datas. The attempt full factorial is 23 = 8 variation. Result analysis of variance (ANOVA) indicate that the type of roughing tools, type of finishing tools and feed direction statistically have an effect on surface roughness, while only the feed direction having an effect on surface waviness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T41185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refi Kunaefi
"Fluida pendingin dan pemanas adalah dua hal penting untuk banyak sector industri, termasuk bidang energi, transportasi dan manufaktur. Thermal conductivity dari fluida tersebut memainkan peranan penting dalam perkembangan peralatan penukar kalor yang efisien.
Dalam industri manufaktur, khususnya industri pemesinan logam (metal cutting), fluida pendingin mempunyai pengaruh besar dalam menentukan kualitas kekasaran permukaan (surface roughness) hasil pemesinan. Kekasaran permukaan adalah parameter utama yang (selalu) digunakan setelah ketepatan dimensi-toleransi untuk menyatakan kualitas hasil pemesinan. Kekasaran permukaan suatu produk pemesinan dapat mempengaruhi beberapa fungsi produk seperti gesekan permukaan (surface friction), perpindahan panas, estetika, dan lain-lain. Beberapa metode yang sering digunakan untuk meningkatkan kualitas kekasaran permukaan adalah: pengaturan kecepatan potong, material pahat potong, kedalaman pemotongan (depth of cut), dan penggunaan fluida pendingin (cooling fluid) konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan dengan cara mengganti fluida pendingin konvensional dengan nanofluida. Nanofluida adalah material komposit padatan-cairan yang mengandung nano partikel atau nano fiber (serat nano) dengan ukuran pada umumnya 1-100 nm yang larut dalam cairan; air, minyak, atau ethilene glycol [Pawel Geblinski, Jeffrey A.Eastman, David G. Cahill, 2005]. Jumlah yang sangat kecil dari nano partikel, dapat meningkatkan secara signifikan karakteristik termal dari fluida dasar.
Banyak publikasi yang menyebutkan bahwa penggunaan nanofluida dapat memperbaiki karakteristik termal suatu fluida pendingin?khususnya peningkatan konstanta perpindahan panas, heat transfer coefficient. Fenomena inilah yang penulis manfaatkan pada proses metal cutting. Hasil pengujian menunjukkan peningkatan karakteristik perpindahan panas. Selain itu, penggunaan nanofluida yang dicampur dengan lubricant mampu menghasilkan kualitas kekasaran permukaan produk yang lebih baik dibanding dengan pendingin konvensional yang banyak digunakan saat ini. Kata kunci: nanofluida, thermal conductivity, kekasaran permukaan.

Cooling and heating fluid are two important things for many industry fields, such as energy field, transportaion, and manufacture. The thermal conductivity of this fluid has important role in developing an efficient heat exchanger device.
In manufacturing, especially metal cutting industry, cooling fluid has significant effect in determining the surface roughness of the machining product. Beside dimension accuracy, surface roughness is main parameter which is always used for scoring the quality of machining product. Surface roughness of machining product can influence some of product function: surface friction, heat transfer, aestetic, etc. Many methods have been developed to enhance surface roughness quality of the product within adjusting machining parameter: cutting speed, type of cutting tool, depth of cut, and using various cooling fluid system.
This research?s purpose is increasing surface roughness quality of machining product by changing conventional cooling fluid with nanofluids. Nanofluids is novel fluid which contains nano particle (1-100 nm in dimension). This nano particle can be solved in liquid such as water, oil, and ethylene glycol [Pawel Geblinski, Jeffrey A.Eastman, David G. Cahill, 2005]. Low concentration of nano particle in liquid can significantly enhance the thermal characteristic of the base fluid.
There are many publication state that nanofluids can improve thermal charactistic of cooling fluid?especially enhanching heat transfer coefficient. Due to this phenomenon, writer has the idea to use this nanofluid in metal cutting process. Laboratory investigation show increasing in heat transfer characteristic of nanofluid in metal cutting process. Then, combination nanofluid with lubricant with 3.3 % volume can produce better surface roughness quality of metal cutting product compare with conventional cooling fluid."
2008
S37312
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Taufiqurrakhman
"Teknologi fabrikasi berskala mikro saat ini sangat bervariasi dan sedang terus dikembangkan. Salah satunya menggunakan mikroorganisme (biomachining). Terdapat jenis bakteri yang dapat melakukan pemakanan pada logam sebagai sumber energinya, salah satunya adalah Acidithiobacillus ferooxidans. Penelitian sebelumnya telah membuktikan kemampuan Acidithiobacillus ferooxidans dalam karakterisasi proses pemakanan dan hasil akhir material benda kerja. Namun, perkembangan teknologi biomachining belum selesai.
Dalam penelitian ini, proses biomachining diberikan tambahan parameter variasi sudut inklinasi terhadap benda kerja material tembaga untuk mengetahui pengaruhnya terhadap profil permukaan dan tingkat kekasaran yang dihasilkan. Benda kerja diberi sebuah pola dengan metode photolithography dan dimasukkan dalam cairan medium kultur bakteri, dengan diberikan sudut inklinasi sebesar 20° dan 30° dengan alat bantu inklinator. Data hasil pengukuran bentuk profil dan tingkat kekasaran permukaan oleh mesin SURFCOM akan dibandingkan dengan hasil biomachining yang diberi sudut inklinasi berbeda yaitu 40° dari hasil penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian ini yaitu pemakanan sampel 20° memiliki kedalaman yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel 30°, namun center island yang dihasilkan cenderung lebih panjang. Tren untuk nilai tingkat kekasaran (Ra) yaitu sampel 20°>30°>40°. Perbedaan karakteristik pemakanan ini diharapkan dapat mendukung pengembangan proses biomachining multi-axis kedepannya.

Nowadays, micro fabrication technology is very varied and being continuosly developed. One of them uses microorganisms culture (biomachining). There is a type of bacteria which can do metal removal as a source of energy, one of which is Acidithiobacillus ferooxidans. The previous research has proven the ability of Acidithiobacillus ferooxidans in the characterization and result of workpiece material removal process. However, biomachining technology has not done yet.
In this research, biomachining process is added by angle of inclination parameter to know the effect on copper surface profile and roughness. Workpieces are given a pattern by photolithography method and put in the bacterial culture medium, which is added inclination angle of 20° and 30° on inclinator. Profile shape and the surface roughness measurement data which are taken by SURFCOM machine will be compared with the inclination angle of 40° measurement data from previous research.
The results of this research that removal depth of sample 20° is smaller than the sample 30°, but the center island tend to be longer. Result for the value of roughness average (Ra) is the sample 20° > 30° > 40°. This characteristic differences are expected can support the development of multi-axis biomachining.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlan Hadi
"Salah satu teknologi fabrikasi mikro yang dikembangkan adalah penggunaan mikroorganisme dalam proses pemakanan suatu material atau yang biasa disebut biomachining. Teknologi ini memanfaatkan bakteri yang dapat melakukan pemakanan terhadap suatu logam yang diolah sebagai sumber energinya. Penelitian ini mengamati karakteristik hasil proses biomachining ini dengan menambahkan parameter suhu yang konstan dan variasi sudut inkliinasi yang lebih beragam, yaitu 20º, 30º, dan 40º.
Hasil dari proses biomachining dengan parameter-parameter tersebut menghasilkan keragaman profil permukaan juga, mulai dari tingkat kekasaran, hingga sudut undercut yang dihasilkan. Benda kerja diberi sebuah pola berbentuk segi empat menggunakan metode photolithography. Lalu, benda kerja dimasukkan ke dalam cairan medium kultur bakteri, dengan diberikan sudut inklinasi sebesar 20°, 30°, dan 40° menggunakan inklinator yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Data hasil pengukuran bentuk profil dan tingkat kekasaran permukaan didapatkan dengan bantuan mesin SURFCOM. Lalu, hasilnya akan dibandingkan antara sudut inlinasi yang satu dengan yang lainnya.
Hasil penelitian ini yaitu bahwa perbedaan suhu mempengaruhi nilai MRR. Lalu sudut inklinasi tidak mempengaruhi nilai Ra. Untuk sudut undercut α1, semakin rendah posisi objek machining, semakin tingi sudut undercut α1 yang terbentuk. Perbedaan karakter profil permukaan ini diharapkan dapat direkayasa untuk penerapan teknologi mikrofabrikasi kedepannya.

One of microfabrication technology developed is the use of microorganisms in a material processing, commonly called biomachining. This technology utilizes bacteria that can perform the funeral of a metal as a source of its energy. The study looked at the characteristics of this process results biomachining by adding a constant temperature and angular variation inclination more diverse, which is 20º, 30º, and 40º.
The results of the biomachining process with these parameters produce a diversity of surface profile as well, from the level of roughness, to undercut the resulting corner. Workpiece are given a rectangular pattern using photolithography method. Then, the workpiece were drawn into the liquid bacterial culture medium, with a given angle of inclination of 20°, 30°, and 40° using inklinator that has been prepared in advance. Shape measurement data and the level of surface roughness profiles obtained with the help of machines Surfcom. Then, the results will be compared between inlinasi angle with each other.
The results of this research that is going on every rise impairment MRR inclination angle. Then The greater the angle of inclination, the greater the value of Ra. To undercut angle α1, the lower the position of the object machining, the steeper the angle α1 undercut formed. The difference of character from the surface profile is expected to be engineered for future technology implementation mikrofabrication.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Riansyah
"Kualitas produk manufaktur hasil proses pemesinan selalu dikaitkan salah satunya dengan ketepatan dimensi-toleransi dan nilai kekasaran permukaan (surface roughness) dari produk hasil pemesinan tersebut. Hal inilah yang mendorong industri pemesinan khususnya pemesinan logam (metal cutting) secara terus menerus mengembangkan metode serta teknologi proses pelepasan material. Kekasaran permukaan suatu produk hasil pemesinan dapat mempengaruhi beberapa fungsi produk seperti gesekan permukaan (surface friction), perpindahan panas, aliran fluida, kemampuan penyebaran pelumasan, estetika, dan lain-lain. Oleh karena itu kekasaran permukaan menjadi salah satu standar keakuratan dan kualitas permukaan produk manufaktur. Sudah banyak metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas permukaan hasil pemesinan (menurunkan atau mendapatkan kekasaran permukaan sesuai spesifikasi yang ditetapkan) dengan melakukan pengaturan terhadap parameter pemesinan berupa: kecepatan potong, laju pemakanan, material pahat-potong, dan kedalaman potong, namun masih sedikit sekali yang menggunakan fluida pendingin baru dengan karakteristiknya sebagai parameter yang dapat mempengaruhi kekasaran permukaan hasil pemesinan untuk mengatur temperatur pemotongan. Penelitian ini merupakan salah satu kontibusi dalam teknologi manufaktur dan heat transfer dimana akan ditampilkan jenis fluida baru yang belum pernah digunakan dalam proses pemesinan yaitu nanofluida.
Banyak publikasi yang menyebutkan bahwa penggunaan nanofluida dapat memperbaiki karakteristik termal suatu fluida pendingin?khususnya peningkatan konstanta perpindahan panas, heat transfer coefficient. Fenomena inilah yang penulis manfaatkan pada proses metal cutting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pengunaan nanofluida sebagai jenis cooling fluids baru terhadap kualitas hasil permukaan dan temperatur pemotongan dari material kerja AISI 4140 dengan menggunakan coated carbide insert. Hasil dari pengujian yang dilakukan ialah dengan konsentrasi nano partikel yang sangat kecil dibandingkan dengan volume total terdapat kenaikan karakteristik heat transfer dari nanofluida dan dengan penggunaan kombinasi antara nanofluida dengan lubricant 3.3% volume didapatkan kualitas permukaan terbaik bila dibandingkan dengan jenis fluida pendingin konvensional yang banyak digunakan dalam dunia industri.

The quality of a manufacturing product originated from machining is consistently being associated with the accuracy of dimensional tolerance and the degree of surface roughness from the machining product itself. Such evaluation drives the machining industri, particularly metal cutting to continuously develop efficient methods and technology for the material release. The surface roughness of a machining product will have major impact on several product?s functions such as surface friction, heat flow, fluid movement, lubricant spreading ability, aesthetics, etc. For those reasons, the surface roughness becomes one of the accuracy standard and surface quality measure of a manufacturing product. There has been many methods being employed to increase the surface quality of a machining product (lowering or producing the desired degree of surface roughness). One of them is done by measuring and regulating the machining parameters, e.g. slicing velocity, the cutting tools material and the depth of cut. However, there are only few methods that employ the breakthrough cooling fluid whose characteristics can influence the surface roughness of a machining product to control the cutting temperature. This paper aims to serve as a contribution in the manufacturing technology and heat transfer technology where it describes a new type of fluid that has never been implemented in machining process: nanofluid.
There are many publication state that nanofluids can improve thermal charactistic of cooling fluid?especially enhanching heat transfer coefficient. Due to this phenomenon, writer has the idea to use this nanofluid in metal cutting process. This research investigate the effect of novel cooling fluid called nanofluids on cutting temperature and surface roughness in turning of AISI-4140 steel with coated carbide insert. Low concentration of nano particle in liquid can significantly enhance the thermal characteristic of the base fluid. The result of laboratory investigation show increasing in heat transfer characteristic of nanofluid in metal cutting process. Then, combination nanofluid with lubricant with 3.3 % volume can produce better surface roughness quality of metal cutting product compare with conventional cooling fluid."
2008
S36228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Derris Surya
"Permintaan akan produk-produk mikro yang sedang meningkat pesat dewasa ini menyebabkan proses manufaktur cetakan mikro mendapat perhatian dan penekanan lebih, guna mendapatkan pemahaman yang semakin mendalam untuk mencapai hasil akhir produk mikro yang semakin berkualitas [1-4]. Proses micromilling merupakan proses yang populer dalam memanufaktur cetakan mikro karena kapabilitas dan fleksibilitas yang dimilikinya terkait proses pelepasan material terhadap benda kerja [1-3,5-7]. Proses manufaktur cetakan mikro dengan material steel ST41 dan alumunium AA 1100 berukuran 3 x 3 x 3 mm yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan proses pemesinan milling 3 axis terhadap kontur sculptured surface dan logo android dengan cutting tool berdiameter 0.1 mm sampai ukuran 2 mm. Lintasan pahat yang dibuat telah menghasilkan permukaan produk dengan profil yang dikehendaki. Dilakukan pengambilan gambar SEM pada hasil pemesinan cetakan mikro ini, serta dilakukan analisis mengenai dua pola lintasan pahat yang dibuat dengan menggunakan software CAM untuk operasi roughing yang dikerjakan yaitu metode face milling (planar) dan cavity milling (contour) yang hasilnya menunjukkan bahwa metode cavity mill memerlukan machining time yang lebih singkat. Analisis dari perbandingan jumlah CL point yang terdapat pada bagian lintasan pahat yang serupa antara produk makro dan produk mikro juga dilakukan dan didapatkan bahwa densitas CL point pada lintasan pahat produk makro lebih besar dibandingkan yang dimiliki lintasan pahat produk mikro.

The increasing demand of micro products these days causes the manufacturing process of micro-molds gets more emphasis and attention in order to gain better quality of micro-products [1-4]. The micro milling process is popular as the chosen method to manufacture micro molds due to its capability and flexibility in machining operation [1-3,5-7]. In this research, the manufacturing processes of micro molds of 3 mm x 3 mm x 3 mm from steel ST41 and alumunium AA 1100 were carried out using 3 axis micro milling utilizes various cutting tools from 2 mm diameter to 0.1 mm of diameter. The designed tool path successfully produced the specified profile of the machined surface. SEM photographs were taken to observe the machined surface and an analysis of two tool path generation methods of face milling area (planar) and cavity mill (contour) using CAM software was conducted and shorter cutting time for the cavity milling method was found as the result. Analysis of CL point density comparison between the micro molds and macro molds roughing tool path in the same region was also done with the comparable applied cutting parameters and the result shows that the macro mold roughing tool path has denser CL point than the other of the micro mold's.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S45664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Dirhamsyah
"Friction Stir Welding (FSW) yang ditemukan di The Welding institute (TWI), Inggris pada tahun 1991 merupakan teknik pengelasan pada kondisi padat (solid-state) sehingga memiliki keuntungan seperti tingkat deformasi yang rendah serta tidak ada material terbakar sehingga kadar asap yang dihasilkan rendah. Pada awalnya diaplikasikan pertama kali pada material aluminium. Konsep dasar pengelasan ini sangat sederhana, yaitu perkakas (tool) yang berputar yang memiliki probe dan shoulder yang dirancang khusus dimasukan diantara dua ujung plat atau benda kerja yang akan disambung, lalu secara teratur digerakan di sepanjang garis sambungan. Proses ini tergolong baru dan belum banyak diaplikasikan di indonesia.
Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan paramater pemesinan terhadap sifat mekanik material yang disambung dengan proses friction stir welding, dalam hal ini material AC4CH (JIS). Variasi parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tool, sudut tool, dan kecepatan putar tool. Dimana hasil penelitian dan pengujian menunjuakan bahwa variasi parameter tersebut berpengaruh terhadap visual hasil pengelasan (kekasaran & flashing), kekuatan tarik material yang sudah di las, kekerasan pada setiap area pengelasan (weldzone) dan bentuk penampang potong dari pengelasan (Makrostruktur).

Friction stir welding (FSW) was invented at The Welding Institute (TWI) of United Kingdom in 1991 as solid-state joining technique so it has advantages such as low level deformation, low fume because no burned material. It was initially applied to alumunium alloys. The basic concept of FSW is remarkably simple, a nonconsumable rotating tool with a specially designed Probe and shoulder is inserted into the abuttting edges of sheets or plates to be joined and subsequently traversed along the joint line. This process is relatively new and not yet widely applied in Indonesia.
Therefore, the study was conducted to study the change of machining parameter can affect the mechanical properties of the material to be joined by friction stir welding process, in this case AC4CH (JIS) material. Variaton of parameters used in this research is a form of a tool, tool angle, and rotation speed of tool. Where the study and test result shown that the variation of these parameters will affect the visual welding result (roughness & flashing), tensile strength of welded material, hardness at each weldzone and cross-sectional shape of the welding material (macrostructure).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1061
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Prasetya
"Teknologi STEP-NC (ISO 14649) merupakan interface data untuk numerical control yang dikeluarkan untuk mengatasi kekurangan dari teknologi G-Code (ISO 6983). Masalah-masalah yang diakibatkan oleh pemrograman dengan menggunakan G-Code seperti aliran data yang searah antara sistem CAD/CAM dan mesin NC akibat adanya post processor dan berbedanya standar G-Code yang dimiliki oleh masing-masing vendor yang menyulitkan pertukaran informasi, dapat diatasi oleh STEP-NC. Namun perubahan pada numerical control juga harus diikuti oleh perubahan pada kontroler mesin, yang sampai saat ini masih berada dalam tahap pengembangan. Dengan masih dikembangkannya kontroler mesin yang mendukung format STEP-NC, maka penggunaan teknologi STEP-NC masih harus menunggu.
Untuk itu dibuat sebuah software konversi yang dapat mengubah format STEP-NC menjadi format G-Code, sehingga format STEP-NC tetap dapat digunakan tanpa memerlukan perubahan pada kontroler mesin. Pembuatan software konversi dilakukan berdasarkan proses mapping yaitu proses mengurutkan data dalam file STEP-NC dan mencari korelasinya dengan G-Code, untuk mendapatkan aturan baku yang digunakan dalam proses konversi. Data yang didapat dari file STEP-NC disimpan terlebih dahulu dalam database sebelum dikonversi menjadi G-Code. Sehingga ketika proses konversi berakhir data STEP-NC tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam database. Masalah yang muncul dari proses konversi ini adalah adanya data STEP-NC yang tidak terwakili dalam G-Code, karena keterbatasan yang dimiliki oleh GCode. Namun software konversi ini sudah berhasil menghasilkan G-Code dari file STEP-NC berdasarkan hasil dari validasi yang dilakukan.

STEP-NC technology (ISO 14649) is a data interface for numerical control that aim to overcome disadvantage of G-Code technology (ISO 6983). Problems that resulted by G-Code programming like one direction data flow between CAD/CAM system and NC machine due using post processor and different GCode standard between vendors that cause information aren't interchangeable solved by STEP-NC. But changes in numerical control should be followed by changes in machine controller, that still in development process. With machine controller that still in development process, so application of STEP-NC still have to wait.
To overcome that problem a convertion software have been made to convert STEP-NC format to G-Code format, so STEP-NC technology still can be used without machine controller changing. The convertion software is made based on mapping process that is a process to sort STEP-NC file data and search for corelation between STEP-NC data and GCode, to produce fixed rule that used in convertion proces. Data from STEP-NC file stored first into database before converted into G-Code file. So after convertion process STEP-NC data in database not lose. Problems that come from the corvertion process is losses data, because the limit of G-Code. However the convertion software has been succeed to convert STEPNC file into G-Code based on result of validation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38087
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shierly Citra Setiawan
"Latar Belakang: Beberapa penelitian menyatakan bahwa perawatan ortodonti non ekstraksi pada kasus borderline menyebabkan perubahan inklinasi insisif atas dan bawah yang dapat mempengaruhi profil jaringan lunak pasien.
Tujuan: Mengetahui korelasi perubahan inklinasi insisif atas dan bawah terhadap perubahan besar sudut Nasolabial dan sudut Mentolabial sebelum dan sesudah perawatan ortodonti non ekstraksi pada maloklusi kelas I.
Metode: 26 sampel penelitian sefalometri lateral sebelum dan sesudah perawatan ortodonti non ekstraksi dilakukan penapakan dan pengukuran sudut I-SN, IMPA, sudut Nasolabial, dan sudut Mentolabial. Uji statistik menggunakan uji non parametrik Wilcoxon dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Tidak ada perbedaan yang bermakna pada sudut I-SN dan sudut Nasolabial sebelum dan sesudah perawatan namun, terdapat perbedaan yang bermakna pada IMPA dan sudut Mentolabial sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. Uji korelasi menunjukkan terdapat korelasi negatif yang sangat lemah antara perubahan sudut I-SN terhadap perubahan sudut Nasolabial serta antara perubahan IMPA terhadap perubahan sudut Mentolabial.
Kesimpulan: Penurunan sudut I-SN disertai peningkatan sudut Nasolabial, meskipun korelasinya sangat lemah. Peningkatan sudut IMPA disertai peningkatan sudut Mentolabial, juga mempunyai korelasi yang sangat lemah.

Background: Some studies showed that non-extraction orthodontic treatment in borderline cases led to upper and lower incisor inclination changes that affected patient’s soft tissue profile.
Objective: To find out the correlation between upper and lower incisor inclination changes towards Nasolabial angle and Mentolabial angle value changes before and after non-extraction orthodontic treatment in class I malocclusion.
Method: There were 26 samples before and after lateral cephalometric of orthodontic non extraction treatment with measurement of I-SN, IMP, Nasolabial, and Mentolabial angles. Statistical test was done using non parametric Wilcoxon test and Spearman correlation test.
Result: No significant difference in I-SN angle and Nasolabial angle before and after orthodontic treatment. However, there was a significant difference in IMP and Mentolabial angles before and after orthodontic treatment. Correlation test showed a very weak negative correlation between I-SN and IMP angle changes towards Nasolabial and Mentolabial angle changes.
Conclusion: The decrease of I-SN angle is followed by the increase of Nasolabial angle, although the correlation is very weak. The increase of IMP angle is followed by the increase of Mentolabial angle, which also has a very weak correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>