Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Dewi sartika SLI
"ABSTRAK
Diabetes millitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat yang berlangsung
kronis, penyakit ini mempunyai beberapa komplikasi jangka panjang. Salah satu
komplikasinya adalah luka diabetes yang pada tahap lanjut dapat dilakukan amputasi.
Perawatan luka merupakan intervensi keperawatan yang dapat menghindarkan pasien
dari amputasi. Prinsip perawatan luka yang baik adalah memberikan lingkungan yang
lembab dan hangat untuk dapat meningkatkan proses perkembangan luka. Selain itu
perawatan luka juga harus efektif dalam pembiayaan, efektif dalam pembiayaan tidak
harus selalu murah tapi dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat pasien.. Penelitain
ini merupakan penelitian kuasieksperimen pretest-postest with control group design.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan dipilih secara acak.
Instrument pengkajian luka yang digunakan adalah instrument pengkjian luka Bates-
Jansen dan lembar pencatatan biaya material perawatan luka. Perbedaan proses
perkembangan luka dan efektifitas pembiayaan antara balutan modern dibandingkan
baluatan konvensional diuji dengan uji t independen dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil uji t independen menunjukkan ada perbedaan proses perkembangan luka antara
kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,031) dan terdapat perbedaan efektifitas
pembiayaan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,002). Dengan demikian
institusi pelayanan perlu mengembangkan metode perawatan luka diabetes menggunakan
balutan modern.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a chronic carbohydrate metabolism disturbance which has many long term complications. One of its complications is diabetic wound which has risk for amputation. Wound care is nursing intervention that prevents patient form being amputated. A good principle of wound care is giving a moist and warm environment in order to improve wound healing process. Wound care should be cost effective which does not mean to be cheap but can give benefits for patient. This research used quasi-experiment with pretest and post test with control group design. Sample was chosen randomly with purposive sampling. Instrument for wound assessment are Bates-Jansen wound assessment and the documentation of wound care material cost. The difference of wound healing process and cost effectivity between modern and conventional dressing was tested with independent t test with 95% confidence interval. The result of independent t test showed a difference in healing process between treated and controlled groups (p=0,031), and a difference in cost effectivity between treated and controlled groups (p=0,002). It is concluded that health services need to improve diabetic wound care method with modern dressing."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-24790
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Misella Elvira Farida
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan tingginya angka amputasi. Luka kaki diabetik membutuhkan perawatan yang efektif dan efisien untuk mecegah perluasan infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis keefektifan balutan luka modern dalam perawatan luka kaki diabetik. Metodologi yang digunakan adalah studi kasus. Hasil analisis yang didapat bahwa terdapat perbaikan pada kondisi luka berupa berkurangnya jaringan nekrotik sebanyak 75% , jumlah eksudat berkurang 80%, dan lingkungan disekitar luka tampak lembab. Studi kasus ini merekomendasikan agar perawatan luka dengan menggunakan balutan modern jenis hydrogel dapat diimplementasikan pada perawatan luka kaki diabetik untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is a complication of diabetes which causes high amputation rates. Diabetic foot ulcer requires effective and efficient treatment to prevent the spread of infection and repair damaged tissue. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the effectiveness of modern dressing Hydrogel in the treatment of diabetic foot ulcer. The methodology used is a case study. The results of the analysis found that there was an improvement in the condition of the wound in the form of 75% reduction in necrotic tissue, the amount of exudate was reduced by 80%, and the environment around the wound looked moist. This case study recommends that wound care using modern dressing hydrogel can be implemented for treatment of diabetic foot ulcer to promote the wound healing process.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Tobroni
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang jumlahnya terus meningkat setaip tahunnya. Individu yang menderita DM dengan gula darah yang tidak terkontrol sangat, berisiko mengalami luka ulkus diabetikum. Selain penanganan hiperglikemia dengan pemberian obat-obatan, perawatan luka ulkus diabetikum penting dilakukan untuk mencegah terjadi infeksi. Studi kasus ini bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan antibiotik topikal pada perawatan luka ulkus diabetikum grade 1. Analisis dilakukan pada asuhan keperawatan yang diberikan di ruang rawat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Evaluasi dilakukan dengan memonitoring proses penyembuhan luka ulkus selama perawatan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka ulkus dapat cepat mengering. Karya ilmiah ini menyarankan bahwa penggunaan antibiotik topikal sebagai alternatif jenis perawatan luka ulkus.

Diabetes Mellitus is a degenerative disease whose numbers continue to increase every year. Individuals suffering from diabetes mellitus with uncontrolled blood sugar are at risk of developing diabetic ulcer. In addition to handling hyperglycemia by administering drugs, care for diabetic ulcer wounds is important to prevent infection. This case study aims to determine the effectiveness of using topical antibiotics in grade 1 diabetic ulcer wound care. The analysis was carried out on nursing care given in the hospital room Dr. RSUPN Cipto Mangunkusumo. Evaluation is done by monitoring the ulcer wound healing process during treatment. Evaluation results indicate that the ulcer wound healing process can dry out quickly. This scientific work suggests that the use of topical antibiotics as an alternative treatment of diabetic ulcer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Lisa Indra
"Cairan NaCl 3% pada penelitian sebelumnya terbukti mampu menarik kelebihan eksudat dan mengurangi bau luka karena bersifat hipertonik. Penelitian eksperimen dengan penyamaran ganda dilakukan untuk mengetahui efektivitas perawatan luka dengan cairan NaCl 3% terhadap penurunan jumlah eksudat dan bau ulkus diabetik. Intervensi dilakukan selama 14 hari terhadap 15 sampel yang dibagi menjadi kelompok NaCl 0,9% dan NaCl 3% melalui randomisasi blok.
Tidak terdapat perbedaan signifikan jumlah eksudat setelah intervensi antara kedua kelompok namun terdapat perbedaan signifikan pada skor bau luka. Perawatan ulkus diabetik dengan NaCl 3% tidak lebih efektif dalam menurunkan jumlah eksudat luka dibandingkan NaCl 0,9% namun lebih efektif NaCl 3% dalam menurunkan skor bau.

Previous studies on wound care had proved that NaCl 3% solution able to absorbs the wound exudate and reduces the odor because it is hypertonic. A randomized controlled trial with double blinded technique was conducted to determine the effectiveness of wound care using NaCl 3% solution to decrease amount of exudate and odor of diabetic ulcers. Interventions performed for 14 days on 15 subjects blocked randomly allocated to NaCl 0,9% and NaCl 3% groups.
The result showed that there was no significant difference in the amount of exudate between the groups, however there was significant difference in the odor score. Wound care using NaCl 3% is no more effective to reduce the amount of exudate than NaCl 0,9%, however NaCl 3% is effective to reduce the odor score of diabetic ulcer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Dudut
"Luka maligna dengan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan dapat menyebabkan masalah ketidaknyamanan dan isolasi sosial sehingga berdampak negatif bagi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas antara perawatan Iuka menggunakan madu dengan metronidazole dalam menurunkan tingkat malodor dan mengurangi jumlah eksudat Iuka maligna. Penelitian dilaksanakan di RS. Kanker Dharmais Jakarta selama bulan Juni 2007.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest controlled group design dan non equivalent posttest only controlled group design. Berdasarkan consecutive sampling diambil sampel sebanyak 12 responden, terdiri dari enam responden kelompok kontrol dan enam responden kelompok intervensi, dengan kriteria: Iuka maligna stadium lanjut, laki-laki dan perempuan berusia 23-59 tahun, luas luka 24cm2. Perawatan Iuka dengan madu menurunkan tingkat malodor menurut pasien berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) dari 6,0 sebelum intervensi menjadi 2,1 sesudah intervensi hari ke-6. Sementara perawatan Iuka dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor dari 5,6 menjadi 4,6.
Hasil uji t menunjukkan nilai p<0,05; alpha 0,05 pada perubahan tingkat malodor. Sebaliknya perawatan Iuka dengan madu menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 66,6gr sesudah intervensi hari ke-3 menjadi 80,8gr hari ke-6, sementara perawatan Iuka dengan metronidazole menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 44,5gr menjadi 51,1gr. Hasil uji t menunjukkan nilai p>0,05; aloha 0,05 pada perubahan jumlah eksudat.
Peneliti menyimpulkan perawatan Iuka dengan madu Iebih efektif dibandingkan dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor. Sementara perawatan Iuka dengan madu dan metronidazole belurn efektif mengurangi jumlah eksudat Iuka maligna. Sehingga rekomendasi dari penelitian ini adalah agar para pengambil kebijakan di institusi pelayanan kesehatan mengeluarkan kebijakan yang dapat mengakomodasi penggunaan madu sebagai agen topikal perawatan Iuka maligna."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dera Alfiyanti
"Skala Braden Q digunakan untuk memprediksi risiko luka tekan pada anak sekaligus sebagai baseline untuk menentukan tindakan pencegahan. Penelitian ini bertujuan membahas pengaruh perawatan kulit berdasarkan skor Skala Braden Q terhadap kejadian luka tekan . Design penelitian adalah kuasi eksperimen dengan post test only design with control group. Hasil penelitian secara statistik tidak ada pengaruh antara perawatan kulit berdasarkan skor Skala Braden Q dengan kejadian luka tekan anak di PICU (p=0,60 ; α=0,05). Trend analysis dengan pendekatan kualitatif menunjukkan perawatan kulit berdasarkan skor Skala Braden Q efektif untuk mencegah luka tekan dan kerusakan kulit lebih lanjut. Hasil penelitian menyarankan agar institusi pelayanan keperawatan mengadopsi Skala Braden Q untuk memprediksi risiko luka tekan, melakukan intervensi sesuai kategori risiko luka tekan; serta penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah sampel, memperpanjang waktu pengamatan, dan mempertimbangkan indikator mikroskopik luka tekan.

Braden Q scale is used to predict the risk of pediatric pressure ulcer and as baseline for determine the prevention as well. The purpose of this study was to identify the influence of skin care based on Braden Q Scale to pediatric pressure ulcer incidence in pediatric intensive care unit (PICU). Design of this research was quasy experimental with post test only design with control group. The result of this study was not statistically significance between skin care based on Braden Q Scale with the incidence of pressure ulcer on children in PICU (p=0,60 ; α=0,05). Trend analysis with qualitative approach showed that skin care based on Braden Q Scale was effective for preventing pressure ulcer. The researcher suggests that health care provider should adopt Braden Q scale for predicting pressure ulcer risk in pediatric, implementing nursing intervention based on score of Braden Q scale; and future research should increase the number of sample, prolonge the skin observation, and consider pressure ulcer microscopic indicator."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nopian Hidayat
"Latar Belakang. Propofol merupakan obat anestesi intravena yang paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian 28-90%. Pemberian lidokain sebelumnya paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan propofol, akan tetapi tingkat kegagalannya 13-32. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian pre-emptive ketamin 0,1 mg/kg dan lidokain 1 mg/kg untuk mengurangi derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar ganda, bersifat eksperimental. Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang yang akan menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum, dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I (lidokain 1 mg/kg) dan kelompok II (ketamin 0,1 mg/kg) yang diberikan 1 menit sebelum induksi propofol. Derajat nyeri dinilai berdasarkan Verbal Rating Scale (VRS).
Hasil. Penelitian menunjukkan pemberian pre-emptive ketamin dapat menurunkan derajat nyeri yang lebih baik (84% tidak nyeri, 16% nyeri ringan) dibandingkan kelompok pre-emptive lidokain (56% tidak nyeri, 28% nyeri ringan, 12% nyeri sedang dan 4% nyeri berat) dengan nilai p = 0.021 (p bermakna < 0.05) pada uji statistik menggunakan Mann Whitney.
Kesimpulan. Pemberian pre-emptive ketamin 0.1 mg/kg BB intravena lebih baik dibandingkan dengan pemberian pre-emptive lidokain 1 mg/kg BB untuk mengurangi derajat nyeri akibat penyuntikan propofol intravena.

Background. Propofol is a popular IV anesthetic induction drug that causes pain when given IV. The incidence of which is between 28-90%. Lidocaine pre-treatment has been commonly proposed to decrease propofol induced pain, but its failure rate is between 13-32%. The purpose of this study was to compare a pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg and pre-emptive lidocaine 1 mg/kg to minimize the injection pain of propofol during anesthesia induction.
Methods. A comparative, randomized, double blind study of 50 patients (ASA I-II) scheduled surgery under general anesthesia were randomly allocated into two groups. Group I received lidocaine 1 mg/kg and group II received ketamine 0,1 mg/kg one minute before the anesthesia induction with propofol IV. Each patient’s pain score were evaluated by using Verbal Rating Scale (VRS)
Result. The result of this study described that pre-emptive ketamine had significantly lower incidence of pain and lower pain score (84% no pain, 16% mild pain) compared with pre-emptive lidocaine (56% no pain, 28% mild pain, 12% moderate pain and 4% severe pain) with p value = 0.021 (significant p < 0.05) using Mann Whitney statistic test.
Conclusion. Pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg significantly in reducing degree of propofol pain injection compare with pre-emptive lidocaine 1 mg/kg IV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Nareswari
"ABSTRAK
Ulkus kaki diabetik mengakibatkan mortalitas yang semakin meningkat terutama
pasca amputasi, beban yang signifikan pada pembiayaan kesehatan dan
menyebabkan hilangnya produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas terapi kombinasi dari laserpunktur dan perawatan luka konvensional
dibandingkan dengan laserpunktur sham dan perawatan luka konvensional
terhadap penyembuhan ulkus kaki diabetik. Uji klinis acak tersamar ganda dengan
pembanding dilakukan terhadap 36 pasien yang dialokasikan ke dalam kelompok
kasus atau kelompok kontrol. Tindakan laserpunktur dilakukan pada titik LI4
Hegu, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, dan KI3 Taixi bilateral serta penyinaran
pada ulkus dua kali seminggu, selama empat minggu. Rerata ukuran ulkus kaki
diabetik sebagai keluaran primer diukur setiap minggu. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan yang bermakna antara penurunan luas luka akhir di
kelompok laserpunktur dan perawatan luka konvensional dengan kelompok
laserpunktur sham dan perawatan luka konvensional (p=0,006). Dapat
disimpulkan bahwa terapi kombinasi laserpunktur dan perawatan luka
konvensional efektif mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik dengan
frekuensi terapi dua kali seminggu. ABSTRACT
Diabetic foot ulcers result in mortality is increasing, especially after the
amputation, a significant burden on health financing and lead to loss of
productivity. This study aims to determine the effectiveness of the combination
therapy between laserpuncture and conventional wound care compared with
sham laserpuncture and conventional wound treatment for healing diabetic foot
ulcers. Double-blind randomized clinical trial with a control carried out on 36
patients allocated to the case group or control group. Laserpuncture actions
performed on LI4 point Hegu, Zusanli ST36, SP6 Sanyinjiao and Taixi KI3
bilateral as well as exposure to ulcers twice a week, for four weeks. The mean size
of diabetic foot ulcers as the primary output is measured every week. The results
showed a significant difference between the reduction in wound area at the end of
the group laserpuncture and conventional wound care compare with
laserpuncture sham group and conventional wound treatment (p = 0.006). It can
be concluded that the combination therapy laserpuncture and conventional wound
care effectively accelerate the healing of diabetic foot ulcers with frequency
therapy twice a week.;Diabetic foot ulcers result in mortality is increasing, especially after the
amputation, a significant burden on health financing and lead to loss of
productivity. This study aims to determine the effectiveness of the combination
therapy between laserpuncture and conventional wound care compared with
sham laserpuncture and conventional wound treatment for healing diabetic foot
ulcers. Double-blind randomized clinical trial with a control carried out on 36
patients allocated to the case group or control group. Laserpuncture actions
performed on LI4 point Hegu, Zusanli ST36, SP6 Sanyinjiao and Taixi KI3
bilateral as well as exposure to ulcers twice a week, for four weeks. The mean size
of diabetic foot ulcers as the primary output is measured every week. The results
showed a significant difference between the reduction in wound area at the end of
the group laserpuncture and conventional wound care compare with
laserpuncture sham group and conventional wound treatment (p = 0.006). It can
be concluded that the combination therapy laserpuncture and conventional wound
care effectively accelerate the healing of diabetic foot ulcers with frequency
therapy twice a week.;Diabetic foot ulcers result in mortality is increasing, especially after the
amputation, a significant burden on health financing and lead to loss of
productivity. This study aims to determine the effectiveness of the combination
therapy between laserpuncture and conventional wound care compared with
sham laserpuncture and conventional wound treatment for healing diabetic foot
ulcers. Double-blind randomized clinical trial with a control carried out on 36
patients allocated to the case group or control group. Laserpuncture actions
performed on LI4 point Hegu, Zusanli ST36, SP6 Sanyinjiao and Taixi KI3
bilateral as well as exposure to ulcers twice a week, for four weeks. The mean size
of diabetic foot ulcers as the primary output is measured every week. The results
showed a significant difference between the reduction in wound area at the end of
the group laserpuncture and conventional wound care compare with
laserpuncture sham group and conventional wound treatment (p = 0.006). It can
be concluded that the combination therapy laserpuncture and conventional wound
care effectively accelerate the healing of diabetic foot ulcers with frequency
therapy twice a week."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Gayatri
"Aspek kenyamanan merupakan fokus keperawatan namun aspek ini cenderung diabaikan terutama didalam melakukan pengkajian. Luka kronik yang dialami pasien menimbulkan ketidaknyamananyang dapat mempengaruhi kondisi psikologis, spiritual, sosial, dan kultural pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemodelan teoritis kenyamanan pada pasien ulkus diabetikum. Penelitian ini dilakukan melalui 2 fase, fase I menghasilkan instrumen ketidaknyamanan luka kronik, yaitu Discomfort Evaluation of Wound Instrument (DEWI). Fase kedua dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang pada 140 pasien ulkus diabetikum. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa luka dapat menimbulkan ketidaknyamanan, luka juga dapat mempengaruhi status emosional psikologis. Ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari adanya luka dapat mempengaruhi terjadinya gangguan status emosional psikologis. Dukungan keluarga dapat menurunkan gangguan status emosional psikologis. Sifat hubungan ketidaknyamanan dan status emosional psikologis bersifat timbal balik dimana karakteristik individu tidak mempengaruhi hubungan ketidaknyamanan dan status emosional psikologis. Penelitian ini merekomendasikan agar perawatan yang bersifat holistik diterapkan dalam merawat luka terutama luka kronik. Manajemen pengelolaan stress perlu diajarkan dan diterapkan pada pasien ulkus diabetikum dengan meningkatkan peran keluarga.

Comfort is focus of nursing that tend to have less attention when conducting assessment. Wound chronic occurs discomfort on patient that influences psychologicl, spiritual, social, and cultural aspect. This study was to examine theoretical model of comfort on diabeticum ulcer. This study consisted of two phases. Phase 1 developed an instrument of wound chronic discomfort, namely Discomfort Evaluation of Wound Instrument (DEWI). Phase 2 was conducted with cross sectional involving 140 diabetic patient with ulcer. The result of modelling shows that chronic wound can occur discomfort. Chronic wound also affects emotional psychological status. This discomfortable contributes to emotional psychological disturbance. The relationship discomfort and emotinal psychological status is recursive which individual characteristics does not this fundings recommend to provide holistic care in wound care specifically chronic wound. Stress management needs to teach and apply on diabeticum ulcer patients with improving of family role.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D1864
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti
"ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di
seluruh negara di dunia, dan terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang
signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik
mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke
tungkai, yang dapt berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan kaki dengan
risiko ulkus kaki diabetes. Jenis penelitian ini adalah non eksperimentalkorelasional
dengan desain cross sectional. Jumlah responden dalam pemelitian
ini adalah 45. Hasil analisis bivariat didapatkan perawatan kaki (p=0.003) dan
pemilihan dan pemakaian alas kaki (p=0.008) berhubungan dengan risiko ulkus
kaki diabetes. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa perawatan kaki
berhubungan dengan risiko ulkus dengan p<0.05 (p=0.013). Diabetisi dengan
perawatan kaki yang baik berpeluang untuk mencegah risiko ulkus kaki diabetes
sebesr 14 kali dibandingkan dengan diabetisi yang perawatan kakinya buruk.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is one of chronic diseases that exist in all countries in
the world and keep growing significantly from year to year. Long term
complication from diabetes, both micro vascular and macro vascular, can cause
insufficiently blood supply to hills which can culminate to ulcer infection and
will end with an amputation.
The purpose of this research is to know the relationship between foot care and
ulcer risk of diabetes foot. This research design is non experimental- corelational
with sectional cross design. In this research, there are 45
respondents. Based on Bivariate analysis, it is known that foot care (p=0.003)
and footwear choice and usage (p=0.008). Multivariate analysis showed that
foot care related to ulcer risk with p<0.05 (p=0.013). People with diabetes who
get good foot care have chance to prevent diabetes foot ulcer risk 14 times
compared with people with diabetes who get poor foot care."
2012
T31066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>