Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudith Abdullah
"Beton teraerasi merupakan salah satu alternatif material pracetak untuk bangunan permukiman, highrise atau lowrise building, baik sebagai pengganti batu bata, dinding partisi ataupun pelat lantai. Hal ini karena sifat beton teraerasi yang mudah dipotong menjadi ukuran-ukuran yang diinginkan menggunakan alat potong apapun seperti gergaji kayu/gergaji mesin serta kemudahan pada saat instalasi karena beratnya yang ringan, kemudian umur beton teraerasi yang lebih cepat matang dibandingkan dengan beton ringan lainnya, menjadikan beton teraerasi memiliki nilai jual yang lebih, serta limbah yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan beton biasa.
Untuk mendapatkan kekuatan yang optimal, beton teraerasi harus melalui proses pemberian tekanan uap panas/steam (autoclave) (12 bar) selama 12 jam, akan tetapi dikarenakan biaya investasi yang diperlukan cukup besar untuk proses tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk menggantinya dengan memberikan tekanan uap panas/steam menggunakan pressto cooker (0,8bar ) selama 15 jam. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dengan mengetahui pengaruh penambahan aerated agent H2O2 (Hidrogen Peroksida) dan Admixture ke dalam campuran beton teraerasi yang terdiri dari semen, kapur, pasir dan air, serta pengaruh pemberian tekanan uap panas/steam terhadap kekuatan, densitas, dan pertambahan volume, serta mencari proporsi yang optimal dari beton teraerasi.
Nilai densitas terkecil pada umur 7 hari diperoleh pada kadar SikamentNN sebesar 0,6 % dengan nilai rata-rata 1,673 gr/cm3, pada umur 14 hari nilai densitas terkecil diperoleh pada kadar SikamentNN sebesar 1,2 % dengan nilai rata-rata 1,643 gr/cm3, sedangkan pada umur 28 hari nilai densitas terkecil diperoleh pada kadar SikamentNN sebesar 1,2 %.
Nilai kuat tekan terbesar pada umur 7 hari diperoleh pada kadar SikamentNN sebesar 0,9 % dengan nilai rata-rata 6,067 Mpa, pada umur 14 hari nilai kuat tekan terbesar diperoleh pada kadar SikamentNN sebesar 1,2 % dengan nilai rata-rata 7,7 Mpa, sedangkan pada umur 28 hari nilai kuat tekan terbesar diperoleh pada kadar SikamentNN sebesar 0,9 % dengan nilai rata-rata 7,933 Mpa.
Kadar optimum admixture SikamentNN yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan beton teraerasi adalah berkisar antara 0,9 -1,2 %. Biaya yang diperlukan untuk membuat satu buah benda uji berkisar Rp 4287,5 hal ini lebih mahal dibandingkan dengan harga 1 buah batu bata.

Concrete teraerasi is one of the material alternative precast for the building of setlement, highrise or lowrise building, good in the place of brick, wall partisi and or lisp the floor. This matter because nature of aerated concrete the crosscut easyness become the measure - wanted measure use any clippers be like saw kayu/gergaji machine and also amenity at the time of installation because light wt., then aerated concrete the matured quickerness compared to the other light concrete, make the aerated concrete have the value sell the more, and also slimmer yielded waste if/when compared to usage of ordinary concrete.
To get optimal strength, aerated concrete have to through process pressurizing of vapour steam ( autoclave) ( 12 bar) during 12 hour, however because of big enough needed invesment expense for the process, hence wishful researcher to change it by giving the vapour pressure steam use pressto cooker ( 0,8 bar ) during 15 hour. At this research of writer try to continue the research which have been done before all that is given the influence of addition aerated agent H2O2 ( Hydrogen Peroxida) and Admixture into concrete mixture teraerasi which consist of the cement, chalk, water and sand, and also influence of pressurizing of hot vapour / steam to strength, density, and accretion of volume, look for the optimal proportion of aerated concrete.
Value of density smallest at the age of 7 day obtained at rate SikamentNN equal to 0,6 % with value flatten - flatten 1,673 gr/cm3, at the age of 14 day assess density smallest obtained at rate SikamentNN equal to 1,2 % with value flatten-flatten 1,643 gr/cm3, seadangkan at the age of 28 day assess density smallest obtained at rate SikamentNN equal to 1,2 %.
Strong value depress biggest at the age of 7 day obtained at rate SikamentNN equal to 0,9 % with value flatten-flatten 6,067 Mpa, at the age of 14 strong value day depress biggest obtained at rate SikamentNN equal to 1,2 % with value flatten-flatten 7,7 Mpa, is while at the age of 28 strong value day depress biggest obtained at rate SikamentNN equal to 0,9 % with value flatten-flatten 7,933 Mpa.
Optimum rate admixture SikamentNN able to be used to improve strength of aerated concrete is ranging from 0,9 -1,2 %. needed to expense make one test object gyrate Rp 4287,5 this matter costlier compared to the price of 1 brick."
2008
S50563
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Rafles Parada
"Konkrit teraerasi dapat dikarakterisasi dengan adanya pori-pori dalam matriks konkrit untuk mengurangi densitasnya. Konkrit teraerasi ini umumnya diproduksi dengan metoda curing di dalam autoclave. Akan tetapi, produksi konkrit teraerasi yang harus menggunakan autoclave membutuhkan biaya yang besar. Untuk menekan biaya produksi, eliminasi autoclave menjadi pilihan yang terbaik. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh pasta aluminium (A% dan B%) dan hidrogen perosida (P%, Q%, R%, S%, T % dan U%) sebagai agen pengaerasi pada konkrit teraerasi dengan metoda curing di udara terbuka selama 28 hari (non autoclaved). Setelah masa curing selesai, pengujian densitas dan kekuatan tekan dan kemudian dibandingkan dengan hasil pengujian konkrit AAC Hebel. Pengamatan struktur mikro juga dilakukan pada perbesaran 150 dan 1000 kali. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan pasta aluminium akan meningkatkan nilai densitas dan nilai kekuatan tekan untuk konkrit teraerasi tanpa autoclave dan penambahan H2O2 akan meningkatkan nilai densitas konkrit teraerasi akan tetapi nilai kekuatan tekan optimum sebesar 3.43 MPa diperoleh pada saat R% H2O2. Nilai densitas yang terrendah dimiliki oleh konkrit dengan agen pengaerasi H2O2 yaitu sebesar 0.91 g/cm3 dengan P% H2O2 dan nilai kekuatan tekan yang tertinggi dimiliki oleh konkrit dengan agen pengaerasi H2O2 yaitu sebesar 3.43 MPa dengan R% H2O2.

Aerated concrete is characterized by the presence of pores in its matrix to reduce density. This aerated concrete is generally produced by curing in autoclave. However, aerated concrete produced in autoclaving needs a lot of cost. In order to reduce the production cost, eliminating autoclave is the best choice. This research is focused in the effect of aluminum paste (A% and B%) and hydrogen peroxide (P%, Q%, R%, S%, T% and U%) as aerating agent in aerated concrete by curing time 28 days (non autoclaved aerated concrete). After curing time, the density and compressive strength tests are conducted then the results will be compared to the AAC Hebel's. Microstructure observation is also conducted in 150 and 1000 magnificence. The test results indicate that increasing aluminum paste will increase the density and compressive strength for non autoclaved aerated concrete and increasing hydrogen peroxide will increase the density but the optimum compressive strength (3.43MPa) is gained at R% H2O2. The lowest density is 0.91 g/cm3 at P% H2O2 and the highest compressive strength is 3.43 MPa at R% H2O2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Triastuti
"Beton busa (Foamed Concrete) adalah salah satu jenis beton ringan yang terdiri dari pasta semen atau mortar, dimana ruang udara atau pori-pori strukturnya terbentuk dengan menambahkan foaming agent kedalam campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan abus ampas tebu sebagai bahan pengganti semen dalam pembuatan beton busa ringan (lightweight foamed concrete). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland tipe I, abu ampas tebu, pasir, foaming agent dan air. Mix design yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan ASTM C796-97 dengan kuat tekan yang diharapkan sebesar 1,4 MPa. Kuat tekan tertinggi yang dihasilkan pada umur 28 hari sebesar 1,2 MPa sampai 1,9 MPa. Kuat tekan terbesar didapat pada beton busa ringan dengan kadar abu ampas tebu 12%. Sedangkan berat jenis sebesar 1014 - 1037 kg/m3 dan kuat lenturnya sebesar 0,69 - 1,38 MPa."
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017
728 JUPKIM 12:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Yuta Prayoga
"Tujuan dari penelitian ini di fokuskan pada properti dari kuat rekat beton pada batang besi ulir yang tertanam dalam beton ringan dengan polimer sebagai agregat kasar pada campuran beton ringan. Campuran pertama menggunakan campuran 100 agregat kasar 25mm, pada desain campuran kedua meggunakan ukuran yaitu 70 25mm dan 30 20mm, kedua campuran tersebut menggunakan 0.4 superplasticizer. Total benda uji masing-masing campuran A dan B sebanyak 32 buah dengan diameter yang berbeda yaitu 10,12, dan 16mm. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukan benda uji yang memiliki kuat tekan lebih tinggi akan menghasilkan hasil tes kuat tarik yang lebih tinggi.
The purpose of this research is focused on studying the bond properties of deformed steel embedded in lightweight concrete with polypropylene as the coarse lightweight aggregate. By following ACI211.2.98 this research is using two types of mix design which one is using fully 100 of 25mm size of aggregate diameter and the second one is 70 25mm and 30 20mm diameter aggregate sizes, with both of the mix design is using superplasticizer additive 0.4 . The testing method of Pull out test followed RILEM 7 testing method, by using self made frame for 24 sample of the specimens, by each of the mixture is 12 specimens with different diameter of steel bar which is 10, 12, and 16 mm. Final result of this research shows that the sample with higher compressive strength is showing higher bond strength value. "
2017
S66372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Syamtidar Apriansyah
"Beton teraerasi merupakan salah satu alternatif material pracetak untuk bangunan residensial, highrise atau lowrise building, baik sebagai pengganti batu bata, dinding partisi, pelat lantai ataupun. Hal ini karena sifat daripada beton teraerasi yang mudah dicetak ataupun dipotong menjadi ukuran-ukuran yang diinginkan menggunakan gergaji kayu / gergaji mesin serta kemudahan pada saat instalasi karena beratnya yang ringan, kemudian umur beton teraerasi yang lebih cepat matang dibandingkan dengan beton ringan menjadikannya memiliki nilai jual yang lebih. Kemudian limbah yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan beton biasa. Untuk mendapatkan kekuatan yang optimal, beton teraerasi harus melalui autoclave (12 bar) selama 12 jam. Karena biaya investasi cikup mahal, proses ini digantikan dengan pemberian tekanan uap panas / steam menggunakan pressto cooker (0,8 bar) selama 15 jam. Pada penelitian ini penulis menoba untuk mengetahui pengaruh penambahan aerated agent (alumunium yang berbentuk serbuk dan H2O2) kedalam campuran beton teraerasi yang terdiri dari semen, kapur, pasir dan air, serta pengaruh pemberian tekanan uap panas / steam terhadap kekuatan, densitas, dan pertambahan volume, serta mencari proporsi yang optimal dari beton teraerasi. Dari hasil percobaan diperoleh kuat tekan 0.5826 MPa dengan densitas 0.52 gram/cm3 pada penggunaan alumunium dan jika di steam kuat tekannya 0.0784 Mpa dan densitas 0,492 gram/cm3. Pada penggunaan H2O2 kuat tekannya 1.225 MPa dengan densitas 0.76 gram/cm3 dan jika di steam kuat tekannya 0.784 Mpa dengan densitas 0.828 gram/cm3. Untuk membuat 1 m3 beton terarasi dibutuhkan 1,6 kg dan 25,6 kg air atau 19,2 kg H2O2 (30 % air), 200 kg Semen Portland, 480 kg Pasir Silika, dan 40 kg Kapur. Harga 1 m3 batu bata adalah Rp.291.550,- sedangkan bila menggunakan beton teraerasi dengan aerated agent H2O2 biaya yang dibutuhkan adalah Rp.463.000,-

Aerated Concrete is one of the alternatif material precast for resedencial building, highrise or lowrise biulding, or can be used as a brick subtitute, wall partition, slab fluor etc. This is because characteristic of aerated concrete which easyly to precast or slice or cut to be size which we want using saw / saw machine and easy for instalation because the lihgt weight, then the age of aerated concrete which already faster then ordinary concrete make it have more valueable. This also produce waste less than ordinary concrete. To get an optimal strength, aerated concrete must through autoclave process at the time of 12 hour with 12 bar pressure. Because the investation cost very expensive, this process subtituted by steam using pressto cooker at the time of 15 hour with 0,8 bar pressure. On this research the author try to find out influence from the add of aerated agent into concrete mix which contain of portland cement, limestone, silica coarse, and water, and to find out influence added of steam to strength, density, and the increase of volume, and find the optimal proportion of aerated concrete. From this reasearch the compressive strength is 0.5826 MPa with density 0.52 gram/cm3 and if through steam process the compressive strength become 0.0784 Mpa with density 0,492 gram/cm3. If using H2O2 the compressive strength is 1.225 MPa with density 0.76 gram/cm3 and if through steam process the compressive strength become 0.784 Mpa with density 0.828 gram/cm3. To made 1 m3 aerated concrete needs 1,6 kg Alumunium and 25,6 kg water or 19,2 kg H2O2 (30 % water), 200 kg Portland Cement, 480 kg Silica Coarse, and 40 kg lime stone. The price of 1 m3 brick is Rp.291.550,- and if using aerated concrete with aerated agent H2O2 the price is Rp.463.000,-"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Kharisma Firdaus
"Pertumbuhan infrastruktur Indonesia semakin meningkat. Salah satu bahan utama dalam pembangunan infrastruktur adalah beton dengan semen sebagai pengikatnya. Semakin tingginya pembangunan infrastruktur akan membuat kebutuhan semen juga bertambah. Akan tetapi tanpa disadari, industri semen merupakan penghasil sekitar 8% dari keseluruhan emisi gas CO2 di dunia. Jika semen tetap menjadi komponen utama dalam pembuatan beton, angka ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pencegahan perlu dilakukan dengan melakukan penelitian untuk mencari bahan-bahan pengganti semen. Dalam penelitian kali ini dilakukan studi untuk mendapatkan rancang campuran beton geopolimer, yaitu beton yang dibuat tanpa menggunakan semen. Beton geopolimer yang dibuat pada penelitian kali ini menggunakan terak nikel hasil produk Geofast sebagai bahan utamanya. Dari hasil uji bahan agregat kasar dan halus, peneliti melakukan studi berbagai rancang campuran beton geopolimer dengan variasi umur beton 14 hari dan 28 hari. Masing-masing sampel kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui perkembangan kuat tekan, lentur dan belah dari setiap sampel yang dibuat.

Indonesia's infrastructure growth is increasing. One of the main ingredients in infrastructure development is concrete with cement as the binding. The higher infrastructure development will make the demand for cement also increase. But without realizing it, the cement industry is a producer of about 8% of total CO2 gas emissions in the world. If cement remains a major component in making concrete, this number will continue to grow from year to year. Prevention needs to be done by conducting research to look for cement replacement materials. In this research, a study was conducted to obtain a geopolymer concrete mixture design, which is concrete that is made without using cement. Geopolymer concrete made in this study uses nickel slag from Geofast products as its main ingredient. From the results of the coarse and fine aggregate material test, the researchers conducted a study of various geopolymer concrete mix designs with concrete age variations of 14 days and 28 days. Each sample is then tested to determine the development of compressive strength, flexure, and splitting of each sample made."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Nafian Priatmojo
"Beton merupakan material penting yang banyak digunakan dalam pembangunan infrastruktur. Sehingga penggunaan semen sebagai bahan dasar pengikat beton juga akan semakin meningkat setiap tahunnya. Namun yang harus diperhatikan dalam proses produksi semen ini ialah terjadinya pelepasan karbon dioksida (CO2) yang sangat banyak ke atmosfer dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan material lain sebagai bahan pengganti semen yang lebih ramah lingkungan. Beton geopolimer merupakan salah satu alternatif untuk menggantikan beton yang berbahan dasar semen sebagai material yang kurang ramah lingkungan. Pembuatan beton geopolimer tidak menggunakan semen sebagai bahan pengikat melainkan menggunakan Abu Terbang (Fly Ash) sebagai penggantinya yang kaya akan Silika dan Alumina dan dapat bereaksi dengan cairan alkalin untuk menghasilkan bahan pengikat (binder). Penggunaan silica fume sebesar 10% dalam campuran pasta juga akan diamati dalam pengaruh terhadap sifat mekanik beton setelah beton direndam dalam lingkungan air danau selama 1 bulan. Tes kuat tekan menggunakan sampel berbentuk silinder 15x30cm dengan curing selama 72 jam pada suhu 800C dilakukan untuk membandingkan setiap benda uji dari komposisi silica fume dan juga kondisi lingkungan yang berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa kuat tekan beton dipengaruhi oleh penambahan 10% silica fume dan juga dalam kondisi perendaman di air danau. Nilai kuat tekan beton geopolimer tanpa silica fumesebelum perendaman memiliki kekuatan rata-rata 23,65 MPa dan menurun setelah direndam dalam air danau sebesar 9,20 MPa menjadi 14,45 Mpa. Sedangkan kuat tekan beton geopolimer dengan penambahan 10% silica fume sebelum perendaman memiliki kekuatan rata-rata 11,82 MPa dan meningkat setelah direndam dalam air danau sebesar 6 MPa menjadi 17,80 MPa. Selain itu uji XRD juga dilakukan pada beton setelah perendaman untuk mengetahui unsur-unsur yang terbentuk pada beton ketika berada di lingkungan air danau. Hasil XRD menunjukkan adanya kandungan kuarsa dan microcline (KAlSi3O8) pada beton dengan penambahan 10% silica fume. Microcline sendiri memiliki nilai kekuatan yang baik pada skala Mohs yaitu sebesar 6 (orthoclase). Sedangkan hasil XRD pada beton geopolimer tanpa penambahan silica fumedidapatkan kandungan kuarsa, microcline(KAlSi3O8), calcite (CaCO3) dan CSH (Calcium Silicate Hydrate). Adanya kandungan calcite (CaCO3) dan CSH menunjukkan terperangkapnya udara pada beton dan juga perembesan air yang terjadi yang menyebabkan terjadinya reaksi hidrasi sehingga dapat menurunkan kekuatan beton geopolimer setelah perendaman.

Concrete is an important material and widely used in building construction. Therefore, the use of cement as concrete binder will also increase within the next few years. However, the release of Carbon Dioxyde during the production of cement can be harmful for environment. To overcome this difficulty, another material is needed to replacement. Geopolymer concrete is one of the alternative materials that can be used without any side effects towards environment. Cement is not used during the production of Geopolymer Concrete. Instead, Fly Ash is used as a binder because of its richness in Silica and Alumina and its capability to react with alkaline solution to produce a binder. The use of silica fume amounting to 10% of the mixture will also be observed on its effects towards the mechanical properties of geopolymer concrete that was submerged inside the fresh water lake for a month. Compressive strength tests using samples of cylindrical 15x30cm with curing for 72 hours at a temperature of 800C was performed to compare each samples of geopolymer concrete with difference in silica fume composition and different environmental condition. The compressive strength of geopolymer concrete without silica fume before immersion has an average of 23.65 MPa and decreased after immersion in water lake at 9.20 MPa to 14.45 MPa. While the geopolymer concrete compressive strength with the addition of 10% silica fume before immersion has an average power of 11.82 MPa and increased after immersion in water lake by 6 MPa to 17.80 MPa. XRD test was also conducted after submerging the geopolymer concrete to analyze elements that was formed when the concrete was being submerged inside the lake. XRD results showed the content of quartz and microcline (KAlSi3O8) in geopolymer concrete with the addition of 10% silica fume. Microcline itself has good hardness on the Mohs scale is equal to 6 (orthoclase). While the results of XRD on geopolymer concrete without the addition of silica fume content of quartz, microcline (KAlSi3O8), calcite (CaCO3) and CSH (Calcium Silicate Hydrate). The content of calcite (CaCO3) and CSH showed air trapping in the concrete and water seepage that occurs the causes of hydration reaction so as to reduce the strength of geopolymer concrete after soaking."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>