Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Nofianty
"Tomato (Solanum lycopersycum L.) that the fruit mainly contained lycopene, beta carotene, vitamin C and vitamin E indECated that the fruit had antioxidant activity. These compound were known able to prevent and retention of free radECal forming whECh can cause aging and chronEC disease. This research, tomato with different concentration 0,5%, 1%, 2%, and 3% were formulated in cream. PhysECal stability test including the storage at three different temperatures including cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC), mechanECal test, and cycling test. Measurement of antioxidant activity tomato cream that using DPPH method pursuant to value of DPPH retention (EC50). This research resulted that shown tomato cream 0,5% 1%, 2%, and 3% have physECal stability with storage at cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC). Tomato cream 1%, 2%, and 3% reach minimum value of retention DPPH (EC50) but tomato cream 0,5% not reach minimum value of retention DPPH (EC50). Cream tomato 1% have the best physECal stability and cream tomato extract 3% have the best antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32733
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Agustini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S32025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasmawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthya Esra Wihelmina
"Minyak kencur mengandung senyawa etil p-metoksisinamat yang memiliki kemiripan struktur dengan senyawa UV filter organik. Minyak kencur diformulasikan menjadi nanoemulsi dengan konsentrasi berbeda, yaitu 5%, 11,14%, 15,08%, 18,61%, dan dibuat juga nanoemulsi mengandung oktil metoksisinamat 7% sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanoemulsi yang jernih, menguji stabilitas fisiknya, dan menentukan nilai SPF dari nanoemulsi tersebut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar (28±2°C), suhu tinggi (40±2°C), suhu rendah (5°C), uji cycling test, dan uji sentrifugasi. Parameter yang diamati adalah organoleptis, pH, viskositas, dan tegangan permukaan. Efektivitas nanoemulsi ditentukan melalui perhitungan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara in vitro menggunakan spektrofotometer UVVis. Dari hasil pembuatan diperoleh nanoemulsi mengandung minyak kencur yang jernih, tidak terjadi pemisahan fase, dan homogen secara fisik. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan kelima nanoemulsi stabil pada penyimpanan suhu kamar dan suhu rendah. Nilai SPF menunjukkan bahwa nanoemulsi minyak kencur memenuhi persyaratan sebagai tabir surya dengan memberikan nilai SPF sebesar 3-24.

The volatile oil of Kaempferia galanga L. contains ethyl p-methoxycinnamate which has structural similarity with organic UV filter compound. The volatile oil is formulated into nanoemulsions in various concentrations, which are 5%, 11.14%, 15.08%, 18.61%, and nanoemulsion which contains 7% of octyl methoxycinnamate was also made as comparison. This research was designed to create the clear nanoemulsions, examine their physical stability, and determine the SPF value from the nanoemulsions. Physical stability test was conducted by store at room temperature (28±2°C), high temperature (40±2°C), low temperature (5°C), cycling test, and centrifugation test. Parameters that being observed are organoleptic, pH, viscosity, and surface tension. The effectiveness of nanoemulsions were determined through Sun Protection Factor (SPF) value which in vitro using UV-Vis spectrophotometer. From the manufacture result obtained the clear nanoemulsions which do not occur phase separation and physically homogeneous. Physical stability test results showed that nanoemulsions are stable at room temperature and low temperature storage. The SPF value showed that the nanoemulsions meet the terms as sunscreen by giving 3-24 as SPF value."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Rachma
"Tanaman temulawak telah dikenal memiliki banyak khasiat dan telah dipakai turun menurun sebagai tanaman obat. Pemanfaatan minyak atsiri temulawak sebagai antibakteri dengan komponen xanthorrizol didalamnya cukup potensial bila diaplikasikan ke dalam sediaan obat kumur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak atsiri temulawak dengan berbagai variasi formula yang dikombinasikan dengan enzim-enzim seperti laktoperoksidase, laktoferin, glukosa oksidase, dan lisozim, serta papain. Berbagai variasi formula tersebut diuji aktivitas antibakterinya dengan uji Kadar Hambat Minimal (KHM) melalui metode dilusi dan pengujian stabilitas fisik sediaan terhadap berbagai variasi suhu, yaitu penyimpanan pada suhu rendah (4°C ± 2°C), suhu kamar (28°C ± 2°C), dan suhu tinggi (40°C ± 2°C) selama 8 minggu dengan parameter pengamatan organoleptis dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan obat kumur yang mengandung minyak atsiri temulawak (Curcuma xanthorriza) memiliki aktivitas antibakteri terhadap salah satu bakteri penyebab bau mulut yaitu Porphyromonas gingivalis, dengan nilai KHM pada masing-masing formula yaitu pada kadar 50% untuk formula yang mengandung minyak atsiri temulawak; kadar 40% untuk formula yang mengandung minyak atsiri temulawak dan dikombinasikan dengan laktoperoksidase, laktoferin, glukosa oksidase, dan lisozim; kadar 50% untuk formula yang mengandung minyak atsiri temulawak dan dikombinasikan dengan enzim papain; dan kadar 40% untuk formula yang mengandung minyak atsiri temulawak dan dikombinasikan dengan laktoperoksidase, laktoferin, glukosa oksidase, dan lisozim, serta enzim papain. Hasil pengujian stabilitas fisik sediaan menunjukkkan sediaan-sediaan obat kumur tersebut cenderung stabil pada penyimpanan suhu rendah (4°C ± 2°C)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33195
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febriyanti Wulandari
"Kemerahan pada kulit eritema merupakan salah satu tanda terjadinya inflamasi yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme, trauma mekanis, zat kimia, dan paparan sinar matahari. Kasus eritema yang disebabkan oleh paparan sinar matahari merupakan kasus yang dominan di Indonesia. Oleh karena itu dikembangkan produk perawatan kulit berbentuk lotion yang mengandung bahan aktif dari bahan alam. Selaginella plana dan Lagenaria siceraria merupakan tanaman asli Indonesia yang diduga dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Senyawa aktif yang berperan dalam penurunan kadar eritema adalah flavonoid dalam Selaginella plana dan asam amino dalam Lagenaria siceraria. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain randomized controlled trial RCT Study, dimana kelompok perlakuan terdiri dari 5 kelompok yaitu kelompok control negatif, kelompok kontrol positif, kelompok kontrol netral, kelompok uji formula A mengandung 1 fraksi etanol Selaginella plana dan 0,5 fraksi etanol Lagenaria siceraria , kelompok uji formula B mengandung 0,5 fraksi etanol Selaginella plana dan 1 fraksi etanol Lagenaria siceraria . Kelompok diinduksi dengan paparan sinar matahari outdoor selama 30 menit kemudian diamati kadar penurunan eritema setelah mendapatkan perlakuan pada masing-masing kelompok pada 1 jam, 3 jam dan 24 jam setelah aplikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formula A mampu menurunkan kadar eritema berbeda bermakna p

Erythema is a sign of inflammation which is caused by microorganisms, mechanical trauma, chemicals, and sun exposure. Cases of erythema caused by sun exposure is the dominant case in Indonesia. Therefore skin care lotion containing botanical of active ingredients was developed. Selaginella plana and Lagenaria siceraria molina Standl are Indonesian native plant which are been used as anti inflammatory. The active compounds decreasing the level of erythema are flavonoid in Selaginella plana and amino acids in Lagenaria siceraria molina Standl. This study is an analytical study design randomized controlled trial RCT Study, in which the treatment group consist of 5 groups negative control, positive control, neutral control, the test group of formula A containing 1 ethanol fraction Selaginella plana and 0, 5 ethanol fraction Lagenaria siceraria molina Standl , the test group of formula B containing 0.5 ethanol fraction Selaginella plana and 1 ethanol fraction Lagenaria siceraria molina Standl . Each group was induced by exposure to sunlight for 30 minutes at 10 00 to 16 00, then observed decreasing the level of erythema after 1 hour, 3 hour and 24 hour after application. The result shows that the A formulation is significantly p
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni
"Pewarna rambut alami menjadi pilihan untuk memperbaiki penampilan rambut karena tidak berbahaya dan tidak menimbulkan alergi. Salah satu pewarna alami yang digunakan adalah pacar kuku. Penggunaan pacar kuku sering dicampur dengan air seduhan teh hitam untuk meningkatkan intensitas warna yang dihasilkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas pewarnaan dari krim yang mengandung ekstrak pacar kuku dan ekstrak teh hitam. Dalam penelitian ini dibuat lima formulasi krim pewarna rambut yang masing-masing mengandung ekstrak pacar kuku 4%, ekstrak teh hitam 2% dan campuran kedua ekstrak yaitu pacar kuku 4% dengan teh hitam dengan variasi konsentrasi 0,5%, 1%, dan 2%.
Uji stabilitas krim dilakukan dengan pengamatan hasil cycling test, uji mekanik, dan penyimpanan pada suhu rendah (5°C±2°C), suhu kamar (27°C±2°C) dan suhu tinggi (40°C±2°C). Uji efektivitas pewarnaan antara lain intensitas warna dengan alat chromameter Minolta CR-300 dan ketahanan warna dengan penyimpanan di ruangan, penyinaran di bawah sinar matahari dan pencucian dengan sampo. Setiap formula menunjukkan kestabilan fisik selama 8 minggu, namun terjadi perubahan warna krim karena krim teroksidasi pada penyimpanan suhu kamar dan suhu tinggi. Formula campuran ekstrak pacar kuku 4% dan teh hitam dengan variasi konsentrasi 0,5%,1% dan 1% menghasilkan intensitas warna yang lebih kuat daripada formula ekstrak pacar kuku 4% . Setiap formula menghasilkan ketahanan warna selama 30 hari.

Natural hair colorants become the choice to improve hair performance because it is not harmful and non allergic. One of them is henna. Based on experience, the use of henna often mix with black tea for increasing the colour intensity from henna. The aim of this experiment is to know physical stability and coloring effectivity of combination of henna and black tea extract cream. In this experiment, five formulation were made: cream with 4% henna extract; cream with 2% black tea extract, cream with 4% henna extract combined with 0,5%, 1% and 2% of black tea extract.
The stability of cream formulations were tested by cycling test, centrifugal tested, and stored in low (4°C±2°C), room, and high (4°C±2°C) temperatures. The coloring effectivity in case of colour intensity was measured by chromameter Minolta CR-300 and in case of colour tenacity, the coloured hair was tested with three treatments : stored in room, sunlight exposed and shampoo washing. Each formulation shows the physical stability in 8 weeks, but changes in colour because of oxidation when stored in room and high temperatures. The combination of 4% henna extract with 0,5%, 1% and 1% black tea extract give the stronger colour intensity than 4% henna. Each formulation gives the colour tenacity in 30 days.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1077
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak buah merah (Pandanus conoideus) adalah hasil alam khas dari Papua yang bermanfaat untuk membantu pengobatan beberapa penyakit, food supplement, dan perawatan serta kecantikan kulit manusia. Tetapi, hal ini tidak didukung oleh bentuk sediaan minyak buah merah. Minyak sulit larut di dalam saluran pencernaan dan sulit menembus lapisan kulit manusia sehingga memperlambat proses absorbsi. Mikroemulsi adalah suatu sistem dispersi yang dapat membantu mengatasi masalah ini. Mikroemulsi dapat meningkatkan kelarutan minyak di dalam saluran pencernaan dan penetrasi minyak ke dalam kulit manusia. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil. Mikroemulsi akan dievaluasi secara fisik selama 2 bulan. Komposisi bahan yang digunakan adalah 5% gliserin dan 15% sorbitol sebagai kosolven serta surfaktan tween 20 dengan konsentrasi 20%, 30%, dan 40%. Tween 20 dengan konsentrasi 40% dapat membentuk sediaan mikroemulsi. Dari hasil pengamatan, formula mikroemulsi ini tetap stabil secara fisik selama dua bulan penyimpanan pada suhu kamar."
Universitas Indonesia, 2006
S32556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy N.P.
"Daun Nerium oleander memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak kering diolah menjadi sediaan gel dengan basis karbomer, natrium CMC, dan natrium alginat. Pemeriksaan dilakukan terhadap stabilitas fisik dan kimia gel yang meliputi warna, bau, pH, dan viskositas dilakukan selama masa penyimpanan gel dalam suhu rendah (4° C), suhu kamar (28 ± 2° C) dan suhu tinggi (40 ± 2° C). Dilakukan juga uji cycling test dan uji mekanik terhadap gel. Hasil analisis menunjukkan bahwa gel berbasis karbomer memiliki stabilitas fisik yang lebih baik daripada gel dengan basis natrium CMC dan gel dengan basis natrium alginat."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Hermawan
"Spirulina platensis merupakan nutrasetika sebagai sumber nutrisi dan protein lengkap yang mengandung fikosianin atau pigmen biru yang berfungsi sebagai antioksidan. Tablet Spirulina platensis memiliki kekurangan dikarenakan bau dan rasa yang kurang menyenangkan sehingga dibuat menjadi tablet salut lapis tipis dengan penyalut pragelatinisasi pati singkong (PPS) dan hidroksipropil selulosa (HPC). Tablet inti dibuat secara kempa langsung dan konsentrasi penyalut yang digunakan adalah PPS 5%, HPC 5%, PPS-HPC (2:1) 3%, dan PPS 3%. Evaluasi sediaan tablet salut lapis tipis meliputi penampilan fisik, keseragaman bobot dan ukuran, ketebalan salut, kenaikan bobot, uji waktu hancur, dan uji disolusi. Hasil evaluasi tablet salut lapis tipis menunjukan bahwa proses penyalutan tablet Spirulina platensis sudah dapat menutupi rasa dan bau.
Berdasarkan penampilan tablet salut lapis tipis Spirulina platensis diketahui bahwa formula larutan penyalut kombinasi F3 PPS-HPC (2:1) 3% memberikan hasil penyalutan yang baik. Hasil penyalutan F3 memberikan kenaikan bobot tablet sebesar 4,71 %, ketebalan lapisan penyalut 312 μm, dan waktu hancur 9,43 menit. Selain itu, kadar Spirulina platensis dalam tablet salut F3 dan disolusi selama 2 jam dievaluasi dengan hasil berturut-turut sebesar 86,48 dan 101,76 %. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Spirulina platensis dapat dijadikan tablet salut lapis tipis untuk menutupi rasa dan baunya yang kurang menyenangkan.

Spirulina platensis is a nutraceutical with a complete source of nutrients and proteins that contain phycocyanin or blue pigment known as antioxidants. Spirulina platensis tablets had the lacks of unpleasant odor and taste. Therefore, the aim of this study was to prepare and evaluate film coated tablets of Spirulina platensis. In this study, pregelatinized cassava starch (PCS) and hydroxypropyl cellulose (HPC) were used as coating polymers. The core tablets containing Spirulina platensis were prepared by direct compression method, then coated by 3% PCS, 5% PCS, 5% HPC, and 3% PCS-HPC (2:1). The coated tablets evaluation showed that the coating process could overcome the unpleasant odor and taste of Spirulina platensis.
The results showed that Spirulina platensis tablets which were coated with PCS-HPC (2:1) 3% (F3) indicated the best criteria for film coated tablets. Futhermore, the weight increasing, coating thickness and disintegration time of F3 tablets were 4.71%, 312 μm and 9.43 minutes, respectively. Moreover, the Spirulina platensis contents in coated tablets and release cumulative amounts of Spirulina platensis during 2 hours were 86.48 and 101.76 %, respectively. Based on the results, Spirulina platensis could be prepared as film coated tablets dosage form, thus they might be a marketable and acceptable nutraceutical product.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42055
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>