Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191286 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Zahraini
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi balita 12-59 bulan. Data sekunder yang digunakan bersumber dari data Riskesdas 2007 untuk wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar (60,9%) keluarga balita di DI Yogyakarta sudah KADARZI, sedangkan di NTT baru 12,2% keluarga balita yang termasuk KADARZI. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan yang bermakna antara status KADARZI, keteraturan menimbang, makan beraneka ragam, penggunaan garam beryodium, dan kejadian diare dengan status gizi balita (p<0,05). Akhirnya disarankan bahwa masih perlu dilakukan sosialisasi secara merata tentang KADARZI serta indikator perilakunya kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi terjadinya masalah kurang gizi pada balita khususnya di provinsi NTT.

The reseach is aimed to know the relationship between nutritional family awareness and nutritional status of child 12-59 month. The data was used from Riskesdas 2007 for DI Yogyakarta and NTT. The result of this research show that 60,9% family who has child 12-59 month in DI Yogyakarta has nutritional awareness status, but in NTT there was only 12,2%. The result of statistical test shows that the family nutritional awareness, continiously child weighing, consumption of combine food, used of iodine salt, and diarrhoea were associated with nutritional status of child 12-59 month.(p<0,05). This finding may be used to inform future intervention aimed at increasing nutritional family awareness status specially in NTT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S5749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Hartati
"Status gizi berperan dalam menentukan sukses tidaknya upaya peningkatan sumberdaya manusia. Prevalensi gizi kurang BB/U di Kabupaten Tangerang meningkat dari tahun 2007 sampai 2010 yaitu 7,2% menjadi 9,12%. Tujuan penelitian adalah dianalisisnya hubungan antara perilaku KADARZI, karakteristik keluarga dan balita dengan status gizi balita (12-59 bulan) di Kabupaten Tangerang tahun 2011. Penilitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekuder hasil survey PSG KADARZI Kabupaten Tangerang tahun 2011. Prevalensi balita gizi kurang (termasuk gizi buruk) 17,9%, pendek (termasuk sangat pendek) 32,9%, kurus (termasuk sangat kurus) 11,8%. Variabel yang berhubungan secara bermakna dengan status gizi balita BB/U adalah menimbang balita secara teratur, riwayat ASI Eksklusif, menggunakan garam beryodium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, usia ibu, besar keluarga, dan umur balita. Variabel yang berhubungan bermakna dengan status gizi PB/U atau TB/U sama dengan BB/U ditambah variabel konsumsi kapsul vitamin A. Berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB adalah riwayat ASI Eksklusif, dan pendidikan ibu. Hasil uji multivariat menunjukkan faktor dominan BB/U adalah pendidikan ibu, PB/U atau TB/U adalah pendidikan ayah. Sedangkan BB/PB atau BB/TB adalah riwayat ASI Eksklusif. Perlu adanya pendidikan gizi bagi keluarga.

Nutritional status is one of the important indicator for human resources. From 2007 to 2010, prevalence of undernutrition increased from 7,2% to 9,12%. General objective of this study was to determine the relationship between family nutrition awareness (KADARZI), family and children under five characteristics with nutritional status of children under five (12-59 months) at Tangerang District in 2011. This quantitative study using cross sectional study design. The data were result from family nutrition awareness and nutritional status survey at Tangerang district in 2011. The analysis showed that the prevalence of underweight was found at 17,9%. stunted was found at 32,9%, wasted was found at 11,8%. Chi square test result showed that there was a significant association (p≤0.05) between growth monitoring, exclusive breastfeeding history, the use of iodized salt, father?s level of education, mother?s level of education, mother?s age, number of family members, and child?s age with nutritional status based on BB/U index. PB/U or TB/U index were the same as BB/U but added by vitamin A capsule intake. BB/PB or BB/TB Index were exclusive breastfeeding history and mother's level of education. Multivariate test results showed that mother's level of education is the most dominant factor associated with nutritional status (BB/U). PB/U or TB/U index was father?s level of education. BB/PB or BB/TB index was exclusive breastfeeding history. The following need famiy nutritional education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Atmadika Rahim
"Balita merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan mengalami masalah status gizi. Di Indonesia, prevalensi balita kekurangan gizi, pendek, dan kurus cukup tinggi, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain masalah status gizi, sebagian besar balita di Provinsi NTT juga mengalami kekurangan asupan protein. Asupan protein merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi balita dan hubungannya dengan tingkat pola asupan protein di Provinsi NTT. Desain penelitian yang digunakan adalah desain potong lintang analitik dengan jumlah sampel sebesar 564 balita berusia 12-59 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa sebesar 47 subjek kekurangan gizi, 62,8 subjek pendek, dan 14,9 subjek kurus. Setengah dari jumlah subjek juga memiliki tingkat pola asupan protein yang kurang 50,4. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pola asupan protein dengan status gizi menurut BB/U p=0,001 dan TB/U p=0,041. Selain itu, juga terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat penghasilan keluarga dengan status gizi menurut BB/U p=0,019 dan TB/U p=0,002 serta tingkat pendidikan ibu dengan status gizi menurut TB/U p=0,011. Kesimpulannya, prevalensi kekurangan gizi, pendek dan kurus pada balita di Provinsi NTT tinggi dan secara signifikan berhubungan dengan tingkat pola asupan protein.

Under five children are one of group which is very vulnerable to nutritional status problem. In Indonesia, prevalence of underweight, stunting, and wasting among under five children is high, especially in Nusa Tenggara Timur. Besides nutritional status problem, most of under five children in NTT also had low protein intake. Protein intake is one of many factors that may influence nutritional status. The aim of this study is to determine nutritional status of under five children and its association with protein intake in NTT. Study design applied is analytical cross sectional with. sample of 564 under five children aged 12 59 months. The results showed that 47 subjects were underweight, 62.8 subjects were stunting, and 14.9 subjects were wasting. Half of subjects had insufficient protein intake 50.4. Bivariate analysis using Chi square test showed significant association between protein intake and nutritional status index of weight for age. 0.001 and height for age. 0.041. In addition, there were significant association between family income and nutritional status index of weight for age. 0.019 and height for age. 0.002. as well as mother rsquo. education and nutritional status index of height for age. 0.011. In conclusion, prevalence of underweight, stunting, and wasting among under five children in NTT was high and it significantly associated with protein intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kurniawati
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita usia 6-59 bulan. Data sekunder yang digunakan berasal dari data survei Penilaian Status Gizi (PSG) dan Kadarzi 2012 di Kota Probolinggo. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 337 sampel keluarga. Hubungan antara status Kadarzi dan faktor lainnya dengan nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita dianalisis menggunakan uji T-Test Independen, uji Anova dan uji Korelasi. Uji multivariat yang digunakan adalah uji Regresi Berganda.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebanyak 32,6% keluarga balita di Kota Probolinggo telah berperilaku Kadarzi. Persentase gizi kurang, pendek dan kurus pada balita masih di atas angka nasional. Nilai z-score BB/U, TB/U dan BB/TB balita adalah -1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, dan -0,36±1,56 SD. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan antara konsumsi garam beryodium, pemberian vitamin A, usia balita, pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan nilai z-score BB/U balita (p<0,005).
Terdapat hubungan signifikan antara pemberian vitamin A dan pengetahuan gizi ibu dengan nilai z-score TB/U balita (p<0,005). Terdapat hubungan antara usia balita dengan nilai z-score BB/TB balita (p<0,005). Uji Regresi Berganda menunjukkan bahwa pendidikan ibu adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/U balita. Konsumsi makanan beraneka ragam adalah faktor yang paling berhubungan terhadap rata-rata nilai z-score BB/TB balita di Kota Probolinggo. Pesan Kadarzi beserta indikatornya masih perlu disosialisasikan untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo. Masih perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan serta pengetahuan gizi ibu untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di Kota Probolinggo.

This research is aimed to know the relationship between nutritional family awareness, called Kadarzi, and other factors with WAZ, HAZ and WHZ of children 6-59 months. The secondary data was used from survey PSG and Kadarzi 2012 in Probolinggo. This research uses the cross sectional study with 337 samples. The relationship betwees Kadarzi and other factor with WAZ, HAZ and WHZ were analized with Independent T-Test, Annova Test and Correlation Test. Linear Regression Test was used to multivariate analysis.
The result shown that 32,6% family in Probolinggo are Kadarzi. The percentage of underweight, stunting and wasting are above national rates. The mean of WAZ, HAZ and WHZ children are - 1,06±1,34 SD, -1,45±1,94 SD, and -0,36±1,56 SD. The statistical test shows that iodized salt consumption, vitamin A supplementation, children age, father's education and mother's education were associated with the mean of WAZ of children (p<0,005).
There are significantly association between vitamin A supplementation and mother's nutritional knowledge with the mean of HAZ of children (p<0,005). The children age was associated with the mean of WHZ of children (p<0,005). Linier Regression Test shows that mother's education is the most related factor for the mean of WAZ and food diversity consumption is the most related factor for the mean of WHZ of underfive children in Probolinggo. The inform about Kadarzi and its indicators are needed to decrease undernutrition problems in Probolinggo. Besides, up grading mother's education and nutritional knowledge are needed to decrease undernutrition in Probolinggo.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teshalonica Mellyfera Irania
"Di Indonesia, defisiensi makronutrien (stunting, wasting, dan underweight) masih menjadi salah satu masalah kesehatan. Salah satu penyebab dari stunting, wasting, dan underweight adalah kurang beragamnya diet yang dikonsumsi, yang dapat diukur dengan indikator dietary diversity score. Penelitian cross- sectional ini meneliti data sekunder, yang melibatkan sebanyak 85 subjek usia 24—36 bulan di kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Riwayat asupan makan didata menggunakan 24-hour recall, yang akan digunakan untuk menghitung dietary diversity score. Status gizi diukur berdasarkan nilai skor Z dari height- for-age, weight-for-age, dan weight-for-height. Pada hasil, didapatkan mayoritas subjek memiliki DDS sedang (54,1%). Prevalensi subjek dengan stunting, underweight, dan wasting, secara berturut-turut adalah 36,5%, 29,4%, dan 7,1%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara DDS dengan stunting, underweight, ataupun wasting. Melalui analisis multivariat, terdapat dua faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stunting, yakni jenis kelamin (p=0,025) dan tingkat pendidikan ibu (p=0,047). Sebagai kesimpulan, selain keragaman pangan, terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi status gizi anak, seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan ibu. Oleh sebab itu, pemberian edukasi kepada ibu terhadap diet anak yang sehat dapat menjadi suatu bentuk tindakan pencegahan terhadap undernutrition.

In Indonesia, macronutrient deficiency (stunting, wasting, and underweight) is still a health problem. One of the causes of stunting, wasting, and underweight is the lack of variety in the diet consumed, which can be measured by an indicator called dietary diversity score. This cross-sectional study examined a secondary data, involving 85 subjects aged 24—36 months in Kampung Melayu sub-district, East Jakarta. Food intake history was recorded using 24-hour recall, which will be used to calculate the dietary diversity score. Nutritional status was measured based on the Z score of height-for-age, weight-for-age, and weight-for- height. As a result, majority of subjects had medium DDS (54.1%). The prevalence of subjects with stunting, underweight, and wasting was 36.5%, 29.4%, and 7.1%, respectively. There is no significant relationship between DDS and stunting, underweight, or wasting. Through multivariate analysis, there were two factors that were significantly associated to stunting, which are gender (p=0.025) and mother's education level (p=0.047). In conclusion, in addition to food diversity, there are many other factors that influence the nutritional status of children, such as gender and maternal education. Therefore, providing education to mothers about a healthy child's diet can be used as a form of preventive action against undernutrition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Parlina
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26474
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
"Status gizi merupakan parameter yang dapat mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah atau negara. Hingga saat ini prevalensi masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yang dapat ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BB/U) dan tinggi badan menurut usia (TB/U). Masalah gizi kronik akan menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kelengkapan tanggal lahir, pengukuran antropometri, serta analisis food recall 24 jam. Besar sampel penelitian ini adalah 122 anak. Analisis statistik yang digunakan adalah metode Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,024; indeks TB/U: p=0,037). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,358; indeks TB/U: p=0,733), kecukupan asupan lemak dengan status gizi (indeks BB/U: p=1,000; indeks TB/U: p=1,000), dan kecukupan asupan karbohidrat status gizi (indeks BB/U: p=0,462; indeks TB/U: p=1,000).

Nutritional status is a parameter that could determine health problems in a region or a country. So far prevalence of nutritional problem in Indonesia is still quite high. Nutritional problem can be determined by measuring weight-for-age (W/A) and height-for-age (H/A) index. Persistent nutritional problem correlates with long-term sequelae. This study was intended to evaluate the association between energy-macronutrient adequacy and nutritional status in children age five to seven year old.
This study was an observational-analytic, cross-sectional using secondary data. In order to be analayzed datas must have complete birth date, anthropometric measurement, and analysis of 24-hour food recall. The study population was 122 children. Statistical analysis was performed using Fisher test.
We found that there was a significant association between protein adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.024; H/A index: p=0.037). There was no significant association between energy adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.358; H/A index: p=0.733), fat adequacy and nutritional status (W/A index: p=1,000; H/A index: p=1.000), carbohydrate adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.462 and H/A index: p=1.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhiza Caesari Kristata
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mismaini Noor
"Prevalensi stunting pada balita masih cukup tinggi di Indonesia, termasuk di provinsi Sumatera Barat. Stunting atau pendek pada balita merupakan keterlambatan pertumbuhan linear mencapai ukuran tubuh optimal sehingga berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Upaya perbaikan gizi menuju perilaku keluarga sadar gizi (KADARZI) merupakan solusi tepat untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat.
Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi stunting pada balita, penerapan perilaku KADARZI dan faktor yang paling dominan dalam hubungan penerapan perilaku KADARZI dengan kejadian stunting pada balita (6-59 bulan) di Provinsi Sumatera Barat tahun 2012. Penelitian menggunakan data sekunder Survei Pemantauan Status Gizi-Keluarga Sadar Gizi (PSG-KADARZI) Provinsi Sumatera Barat tahun 2012 dengan desain penelitian cross-sectional dan jumlah sampel 18.864 rumah tangga. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi-square (bivariat) dan uji regresi logistik ganda model faktor risiko (multivariat).
Prevalensi stunting pada balita (6-59 bulan) ditemukan sebesar 31,5% dan penerapan perilaku KADARZI sebesar 9,7%. Hasil uji multivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penerapan perilaku KADARZI dengan kejadian stunting pada balita setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan ibu dan wilayah tempat tinggal. Wilayah tempat tinggal merupakan faktor yang paling dominan dalam hubungan antara penerapan perilaku KADARZI dengan kejadian stunting pada balita. Disarankan adanya kebijakan mendukung penerapan perilaku KADARZI, pembangunan yang merata dan pendidikan yang lebih tinggi untuk kaum wanita.

The prevalence of stunting in under five children in Indonesia is still quite high, including in West Sumatera Province. Stunting is linear growth retardation achieve optimal body size so decrease the quality of human resources. The effort to improve nutrition behavior with familly nutrition awareness (KADARZI) is the right solution to improve the nutritional status.
This research purposes to determine the prevalence of stunting, implementation behavior family nutrition awareness and the dominant factor in relationship between implementation behavior family nutrition awareness with stunting in under five children (6-59 months) in West Sumatera Province 2012. This study using secondary data the Monitoring Nutritional Status - Behavior Family Nutrition Awareness (PSGKADARZI) Survey in West Sumatera Province 2012 with cross-sectional design and total of sampel 18.864 household. Processing and analyzing data using chisquare test (bivariat) and multiple logistic regresion (multivariat).
The result of analysis was found the prevalence of stunting as 31,5% and the implementation behavior family nutrition awareness as 9,7%. The result multivariat test showed significant relationship between the implementation behavior family nutrition awareness with stunting after controlled variables age, sex, mother education and region of recidence. Region of recidence is the most dominant factor in the relationship between the Implementation Behavior Family Nutrition Awareness (KADARZI) with stunting in under five children. Recommended the policies supporting Behavior Family Nutrition Awareness (KADARZI), equitable development and higher education for women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Anak usia sekolah dasar merupakan aset negara dalam bentuk sumber daya manusia yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan bangsa. Anak usia sekolah dasar memerlukan perhatian khusus dalam hall kecukupan gizi sesuai kebutuhannya. Anak dengan gizi kurang yang kronis memiliki IQ lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mengalami masalah gizi. Masalah gizi anak usia sekolah saat ini tidak hanya pada masalah gizi kurang, namun berkembang dengan meningkatnya pravalensi gizi lebih berupa overweight dan obesitas. Kebiasaan jajan makanan dan minuman yang berenergi tinggi namun kekurangan zat gizi lainnya menjadi salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian, karena kelebihan energi memicu anak mengalami kelebihan berat badan dan berpotensi menderita obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan perilaku konsumsi terhadap status gizi anak sekolah dasar di kota Serang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, mencakup data kebiasaan konsumsi pangan utama dan makanan serta minuman jajanan, pengukuran antropometri dan status gizi anak SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan sebelum berangkat ke sekolah berkorelasi positif sangat nyata terhadap status gizi siswa, dengan r = 0,263**. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar siswa sekolah dasar membiasakan diri sarapan setiap pagi serta harus memperhatikan jumlah dan jenis makanan dan minuman jajanan untuk menghindari risiko kelebihan berat badan karena mengonsumsi makanan yang kandungan gizinya tidak berimbang."
JMSTUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>