Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98926 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ice Yulia Wardani
"Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah yang banyak dialami oleh pasien skizofrenia. Keluarga sebagai caregiver di rumah dituntut untuk mampu mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang makna pengalaman menghadapi ketidakpatuhan anggota keluarga dengan skizofrenia dalam mengikuti regimen terapeutik: pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah caregiver pasien di rumah, yang didapatkan dengan cara purposive sampling sebanyak 12 orang yang berasal dari 9 keluarga pasien. Metode pengumpulan data adalah indepth interview, dengan tipe pertanyaan semi terstuktur. Hasil wawancara dalam bentuk transkrip dianalisa dengan menggunakan teknik Collaizi.
Hasil penelitian mengidentifikasi sepuluh tema yaitu persepsi tentang kepatuhan meliputi perilaku patuh, penyebab patuh, durasi patuh setelah pasien dirawat di rumah sakit; sedangkan persepsi ketidak patuhan meliputi perilaku tidak patuh, penyebab, dan akibatnya; dukungan keluarga didapat dari keluarga dan masyarakat dalam bentuk dukungan instrumental, emosional, informasional, dan penilaian; merawat anggota keluarga yang tidak patuh dirasakan sebagai suatu beban sehingga keluarga menggunakan mekanisme koping baik positif maupun negatif; keluarga mengharapkan mendapatkan pelayanan yang mampu menumbuhkan atau meningkatkan kepatuhan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia; penerimaan tanggung jawab dan perubahan sikap merupakan makna pengalaman keluarga dalam merawat pasien.
Temuan penelitian ini menggambarkan pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga yang tidak patuh terhadap pengobatan, meliputi dukungan yang diberikan, beban yang dirasakan, dan bagaimana keluarga mengatasi beban yang dirasakan. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh praktisi keperawatan baik di area praktik maupun area pendidikan untuk mengembangkan cara penanganan ketidakpatuhan pada pasien skizofrenia. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat memahami konsep ketidakpatuhan pada pasien skizofrenia sehingga mampu memberikan intervensi keperawatan yang tepat baik untuk pasien maupun keluarganya.

The non-compliance to the treatment is the common issue among the patients with schizophrenia. Family as the main caregiver at home was being charged to be able to solve this problem. The objective of the study was to understand deeply about the family experiences in facing the non-compliance the treatment of patient with schizophrenia. This study used the phenomenology descriptive design. The participants were the patients caregiver at home, and they were taken by using purposive sampling technique. The number of participants were 12 people taken from 9 patients family. The method used for collecting data was in-depth interview, with semi structure questions. The interviews transcript was then analyzed by using the Collaizi method.
Ten themes were identified as study result. There are perception of compliance that consist of compliance behavior, the causes of compliance, the length of compliance after hospitalization; perception of non-compliance covers non compliance behavior, the causes and the impact; social support from family and community includes instrumental, emotional, informational, and appraisal support; applying positive or negative coping mechanism in caring for family member in response to family burden; family expectation for services that able to increase compliance; the meaning of familys experience in taking care their family members are acceptable responsibility and behavioral changes.
The finding of this study described the family experience in treating the family member with non-compliance to the treatment, including the support given, the burden felt by the care giver, and the strategy used to ease the burden. The findings of this study can be used as reference by the nursing practitioners, both in clinical and educational area, to develop the strategy to solve the non-compliance of patients with schizophrenia. This study recommends the nurses to understand the concept of non-compliance in patients with schizophrenia in order to give proper nursing interventions both for patients and the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ellah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang.

This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF.
The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don't have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arundhati Nugrahaning Aji
"ABSTRAK
Adanya anak dengan skizofrenia dapat mempengaruhi sistem relasi keluarga, termasuk relasi orangtua terhadap anak mereka. Tujuan: untuk melihat pengaruh adanya anak dengan skizofrenia terhadap pola relasi orangtua dan untuk mendapatkan gambaran pola relasi orangtua yang mempunyai anak dengan skizofrenia. Metode: penelitian ini merupakan studi kasus kontrol. Pola relasi orangtua diukur menggunakan Family Adaptability and Cohesion Evalution Scale (FACES) IV. Hasil: sebesar 73,33% keluarga yang memiliki anak dengan skizofrenia mempunyai pola relasi orangtua yang sehat dan 26,67% mempunyai relasi orangtua yang tidak sehat, baik menurut ayah maupun menurut ibu. Keluarga yang memiliki anak dengan skizofrenia memiliki pola relasi orangtua yang tidak sehat sebesar 6,65 kali dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak dengan skizofrenia (p < 0,05, 95% CI = 2,428 – 18,213). Kesimpulan: adanya anak dengan skizofrenia memberikan pengaruh terhadap pola relasi orangtua.

ABSTRACT
Children with schizophrenia can affect family relation system, including parental relationship
towards their children. Purpose: To evaluate the impact of children with schizophrenia to
parental relationship pattern and acquire description of relationship pattern of parents having
children with schizophrenia. Method: This research is a case control study. Parental
relationship pattern is measured usingFamily Adaptability and Cohesion Evalution
Scale (FACES) IV. Result: 73,33% of families of children with schizophrenia have a healthy
parental relationship pattern, and 26,67% have an unhealthy relationship according to the
fathers and the mothers. Families of children with schizophrenia have an unhealthy pattern of
parental relationship 6,65 times compare to families having no children with schizophrenia
(p < 0,05, 95% CI = 2,428 – 18,213). Conclusion: Children with schizophrenia in the family
have an impact towards parental relationship pattern."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah yang banyak dialami oleh klien skizofrenia. Keluarga sebagai caregiver di rumah dituntut untuk mampu mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang makna pengalaman menghadapi ketidakpatuhan anggota keluarga dengan skizofrenia dalam mengikuti regimen terapeutik: pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah caregiver yang didapatkan dengan cara purposive sampling. Metode pengumpulan data adalah indepth interview.
Hasil wawancara dianalisis menggunakan teknik Collaizi. Hasil penelitian ini menggambarkan pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga yang tidak patuh terhadap pengobatan, meliputi dukungan yang diberikan, beban yang dirasakan, dan bagaimana keluarga mengatasi beban yang dirasakan. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh praktisi keperawatan untuk mengembangkan cara penanganan ketidakpatuhan klien skizofrenia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sri Nurtantri
"Latar belakang: Penelitian ini merupakan penelitian penentuan validitas dan realibilitas instrumen Family Questionnaire (FQ) agar dapat digunakan dalam menilai kualitas dan kuantitas ekspresi emosi pada keluarga penderita skizofrenia di Indonesia.
Tujuan: Untuk mendapatkan instrumen Family Questionnaire (FQ) dalam bahasa Indonesia yang sahib dan mengetahui apakah FQ tersebut stabil dan terpercaya untuk digunakan dalam penilaian ekspresi emosi yang dialami oleh keluarga yang merawat penderita skizofrenia di Indonesia.
Metode: Pengambilan sampel keluarga yang merawat penderita skizofrenia sejumlah 97 orang (N = 97) dan sampel pada keluarga yang merawat penderita reumatoid artritis sebagai kontrol sejumlah 94 orang (N = 94). Memenuhi kriteria inklusi dengan metode consecutive yang dilaksanakan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Pengisian kuesioner dilakukan secara self report. Hasil pengisian kuesioner dianalisis secara statistik dengan alat bantu SPSS versi 13, untuk mendapatkan validitas diskriminan, validitas konstruksi, reliabilitas test retest, reliabilitas interobserver, dan reliabilitas konsistensi internal dari instrumen FQ.
Hasil: Hasil analisis diskriminan menunjukkan kemampuan diskriminasi yang baik dari instrumen FQ. Dari pengujian didapatkan sensitivitas (95,5%), spesifisitas (93,8%) dan akurasi FQ (94,3%). Pada pengujian analisis faktor didapatkan koefisien korelasi antara butir dalam domain yang sama menunjukkan angka yang iebih tinggi dibanding domain yang berbeda. Hasil dari analisis faktor menunjukkan 2 underlying construct yaitu Emotional Over Involvement (EO1} dan komponen Critical Comments (CC). Hasil pengujian reliabilitas memperlihatkan skor Cronbach alpha sebesar 0,896, tidak terdapat perbedaan bermakna pada sebagian besar reliabilitas test-retest (p >0,05) dan reliabilitas interobserver (p >0,05).
Kesimpulan: Pada penelitian ini terbukti bahwa instrumen FQ versi bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk menilai ekspresi emosi yang dialami oleh keluarga penderita skizofrenia, namun ada beberapa pertanyaan yang perlu diperbaiki, terutama pada tatabahasa agar mudah dipahami.

Background: This study is a research of validity and realibility of the Family Questionnaire (FQ) for evaluating quality and quantity of emotional expression of schizophrenia caregivers.
Objective: To obtain the Family Questionnaire (FQ) in Bahasa and to explore the stability and reliability of the FQ in Bahasa for evaluating emotional expression experienced by family members and relatives as caregivers of schizophrenia patients.
Method: Participants were caregiver of the schizophrenia patients (N = 97) and caregiver of arthritis rheumatoid patients (N = 94) and were recruited consecutively from Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. The data was analyzed systematically with the SPSS 13 version instrument, to obtain discriminant validity, construct validity, test retest reliability, inter-observer reliability and internal consistency reliability of the family questionnaire.
Result: The FQ has good validity. The sensitivity is 95.5%, specificity is 93.8% and accuracy of the FQ is 94.3%. In the test of the analysis factor it was obtained correlation coefficient between items in the similar domain showed higher figures compared to the dfferent domain. The result of the analysis factor showed 2 underlying construct, (1) emotional over involvement (EOI) and (2) critical commence (CC). The reliability test produced score of the Cronbach 's alpha 0.896, there was no significant difference in most of the test retest reliability (p >0.05) and inter-observer (p >0.05).
Conclusion: The Family Questionnaire in Bahasa has good validity and reliability and can be used to evaluate emotional expression experienced by the relatives/Family members of schizophrenia patients, there are several items have to be reviewed to make the questions more comprehensible for Indonesians.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Wuri Wuryaningsih
"Perilaku kekerasan merupakan masalah yang sering muncul pada pasien gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia. Alasan keluarga membawa pasien ke RSJ adalah ketidakmampuan mengatasi perilaku kekerasan pasien di rumah. Keluarga berusaha mencegah kekambuhan perilaku kekerasan pasien pasca rawat inap karena perilaku kekerasan menimbulkan beban bagi keluarga. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengalaman keluarga mencegah kekambuhan pasien dengan riwayat risiko perilaku kekerasan pasca rawat inap di RSJ. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 8 partisipan dengan purposive sampling. Analisis data menggunakan metode Collaizi.
Hasil penelitian yaitu terdapat 8 tema yang menggambarkan pengalaman keluarga tersebut yaitu: 1) pengetahuan keluarga tentang riwayat perilaku kekerasan; 2) kepekaan keluarga terhadap pencetus kekambuhan, 3) cara pengendalian pasien untuk mencegah kekambuhan; 4) kepedulian keluarga sebagai upaya pencegah kekambuhan, 5) beban keluarga, 6) strategi koping keluarga; 7) bentuk dukungan keluarga, 8) kepasrahan dalam menerima kondisi pasien. Perawat jiwa dapat memberikan pendidikan kesehatan pencegahan dan manajemen perilaku kekerasan kepada pasien dan keluarga. Pelatihan perawat tentang terapi supportif sehingga dapat memfasilitasi terapi supportif pada pasien dan keluarga.

Violence behavior has been the common problem for patients with severe mental illness, including schizophrenia. The reason their family brought them to the psychiatric hospital is their inability to control the patients? violent behavior at home. Their family tried to prevent patients? posthospitalization recurrence because it has been a burden for them. This research was aimed to describe the family experiences in preventing patients? recurrence with risk for violence after being treated in psychiatric hospital. This research used descriptive phenomenology qualitative approach. The research sample was 8 participants taken by purposive sampling method. The data had been analyzed using Collaizi method.
Eight themes were revealed to describe the family experiences: 1) family knowledge of patients? violent behavior history; 2) family sensitivity to trigger violence behavior; 3) the ways of family controlled patient to prevent recurrence; 4) family care as an effort to prevent recurrence; 5) family burden; 6) family coping strategies in preventing recurrence; 7) family support to prevent recurrence; 8) resignation to accept the patients? condition. Nurses can provide mental health preventing education and management of violent behavior to patients and families. Nurse training of supportive therapy to facilitate supportive therapy for patients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Rakhmawati
"Keluarga merupakan lembaga sosial pertama dan terpenting bagi manusia untuk berinteraksi. Keluarga memprmyai peran yang sangat panting bagi perkembangan kepribadian dari sejak ia kecil sampai dewasa. Menurut Lidz,Fleck, dan Comelison (1965) keluarga dipandang sebagai kekuatan pembentuk kepribadian anak. Keluarga memberikan dasar yang sangat penting untuk pembentukan kepribadian anak melalui keturunan (hereditas), dan akan memberikan kontribusi yang terus menerus baik melalui contoh, pembelajaran, ataupun melalui interaksi dengan anggota keluarga yang lainnya. Di lingkungan keluargalah seorang manusia mulai mengenal rasa cinta kasih, memberikan rasa cinta kasih kepada sesama manusia, mulai belajar cara-cara melakukan hubungan interpersonal, dan menyesuaikan diri dengan orang lain di sekitarnya, serta berbagai kemampuan dasar bagi kehidupan seseorang nantinya yang akan sangat menentukan keberhasilannya dalam menghadapi hidup di masa yang akan datang. Oleh kanena itu segala bentuk komunikasi, kepribadian orang tua, serta situasi di dalam keluarga akan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anggota keluarga. Karena di dalam unit keluarga inilah anak dipersiapkan untuk berada dalam huhungan sosial dengan orang lain dan kelompok sosial di masyarakat. Beberapa penelitian menyatakan bahwa dalam keluarga dengan kondisi yang patologis dapat memunculkan simtom skizofrenia pada anggota keluarga,terutama pada anak. Yang dimaksud dengan kondisi patologis disini terutama adalah hubungan antara anak dengan ibu, pola komunikasi yang tidak tepat, serta pola asuh orang tua yang kurang sesuai (Lidz, Fleck, & Cornelison,l965). Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap keluarga-keluarga dengan anak yang menderita skizofrenia menujukkan adanya masalah komunikasi dalam struktur keluarga, lebih jauh lagi, ternyata terdapat pola komunikasi yang berbeda antara keluarga dengan anak-anak yang yang menderita skizofrenia dengan keluarga dengan anak»anak yang normal (Salzinger, 1973). Meskipun dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan belum cukup meyakinkan untuk membuktikan bahwa pola komunikasi yang patologis menyebabkan skizofrenia, tetapi Clausen (dalam Salzinger, 1973) berpendapat bahwa pola komunikasi tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Beberapa pasien skizofrenia biasanya berasal dari keluarga yang gagal menjalankan fungsinya dan memiliki perilaku patologis. Di dalam keluarga seperti itu secara signifikan akan meningkatkan stres pasien skizofrenia (Lidz,Fleck, & Comelison, 1965). Menurut Lidz (1965), skizofrenia juga merupakan defciency disease. Yang dimaksud dengan deficiency disease disini adalah gangguan ini muncul akibat kurangnya pengasuhan dan arahan untuk beradaptasi dari masa kanak-kanak ke arah hidupnya untuk menjadi orang dewasa yang mandiri (Lidz, Fleck,& Comelison, l965). Oleh ketiga tokoh tersebut, defisiensi ini dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu defisiensi pengasuhan orang tua, dimana biasanya anggota keluarga menjadi tidak mampu untuk mencapai otonomi diri. Defisiensi yang kedua adalah kegagalan keluarga sebagai institusi sosial untuk menggali kemampuan anak, menciptakan lingkungan keluarga yang bebas konflik, serta memberikan peran yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Defisiensi yang terakhir adalah adanya kerusakan atau gangguan pola komunikasi dan budaya dalam keluarga Beberapa penelitian menemukan bahwa pola komunikasi yang salah dari orang tua secara signifikan memainkan peranan dalam etiologi/penyebab munculnya skizofrenia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat latar belakang keluarga pasien skizofrenia. Yang dimaksud dengan latar belakang keluarga, meliputi karakteristik orang tua; fungsi keluarga yang mencakup pengasuhan orang tua, fungsi keluarga sebagai institusi sosial, serta fungsi keluarga dalam transmisi komunikasi dan teknik adptasi; dan gaya komunikasi yang digunakan oleh keluarga, mencakup double bind, serta ekspresi emosi. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang memiliki anak dengan diagnosa skizofrenia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap kedua orang tua pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini adalah, bahwa ketiga keluarga memilikj keunikan karakteristik orang tua. Kesamaan karaktenstik yang menonjol dari sosok ayah adalab sikap tidak mau terpengaruh oleh kebutuhan anak. Sedangkan karakteristik yang menonjol dari sosok ibu adalah memanjakan anak Dari ketiga keluarga, satu keluarga secara menonjol menampilkan kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga, sedangkan dua keluarga lainnya walaupun tidak menonjol tetap mengarah kepada kegagalan fungsi keluarga, yaitu adanya dekctive transmission of instrumenral techniques. Ketiga keluarga juga memiliki kecenderungan untuk melakukan double bind pada anak-anak, dengan tidak konsistennya reward dan punishment yang diberikan Hasil lainnya menunjukkan bahwa dua dari tiga keluarga responden menampilkan ekspresi emosi yang tinggi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keliat, Budi Anna
"Penelitian tentang Disability Adjusted Life Year (DALY), yang dilakukan pada tahun 1990, menemukan 7 (tujuh) masalah kesehatan yang mempunyai kontribusi paling besar terhadap kesehatan. Dalam penelitian tersebut, masalah kesehatan jiwa menempati urutan ketiga yakni sebesar 10,5 % dan seluruh masalah kesehatan (WHO, 1990). Berdasarkan laporan rumah sakit di Indonesia, ditemukan prevalensi gangguan jiwa cenderung meningkat dari 1.9 % pada tahun 1990 menjadi 2.0 % pada tahun 1995 (DepKes RI,1996). Sedangkan survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SRMRT) yang dilakukan pada tahun 1995 menemukan prevalensi gejala gangguan jiwa sebesar 185 orang per 1000 penduduk (Bahar,1995). Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa mempunyai rata-rata lama hari rawat yang tinggi yaitu 54 hari (DepKes RI, 2000) dan klien yang paling lama dirawat adalah skizofrenia yaitu 64,8 hari (DepKes, 1995). Beberapa rumah sakit jiwa mempunyai rata-rata lama hari rawat yang lebih tinggi dari rata-rata nasional, antara lain, RSJP Bogor 115 hari (RSJP Bogor, 2001), RSJP Lawang 95 hari (RSJP Lawang, 2001). Survei tentang rata-rata lama hari rawat klien skizofrenia dengan perilaku kekerasan adalah 42 hari (RSJP Bogor, 2001), sedangkan Morrison (1994) dalam penelitiannya menemukan bahwa rata-rata lama hari rawat Mien perilaku kekerasan dengan diagnosis skizofrenia adalah 14 hari.
Berdasarkan hasil focus group discussion dengan sekelompok perawat yang berpengalaman merawat klien perilaku kekerasan ditemukan bahwa upaya yang biasa dilakukan adalah pemberian antipsikotik sesuai program terapi medik, disertai pengontrolan eksternal berupa pembatasan gerak dan pengikatan fisik. Berdasarkan data tersebut didapatkan beberapa masalah yaitu asuhan keperawatan klien perilaku kekerasan belum optimal, lama hari rawat klien masih panjang dan jarak kekambuhan belum diteliti.
Penelitian bertujuan untuk memberdayakan klien dan keluarga dalam merawat klien perilaku kekerasan melalui Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan Perilaku Kekerasan (PKPPK) yang diberikan oleh perawat, sehingga menghasilkan kemampuan. Klien yang mengikuti PKPPK dilatih 4 (empat) cara mencegah perilaku kekerasan yaitu cara fisik, cara sosial, cara spiritual dan patuh makan obat. Kemampuan klien melaksanakan keempat cara pencegahan dibagi tiga yaitu mandiri, bantuan dan tergantung. Kemudian dilakukan analisis pengaruh kemampuan yang dimiliki klien terhadap kejadian perilaku kekerasan, lama hari rawat dan jarak kekambuhan.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dalam bentuk rancangan sari ganda (multiple time series design). Penelitian dilakukan di RSJP Bogor dengan 152 klien dibagi dalam 2 kelompok yaitu 75 orang kelompok eksperimen dan 77 orang kelompok non eksperimen. Intervensi PKPPK diberikan pada klien kelompok intervensi dan keluarganya sesuai pedoman yang telah ditetapkan sampai klien pulang dari rumah sakit. Kemampuan klien diobservasi setiap hari sampai klien pulang dari rumah sakit.
Selama 120 hari setelah pulang dilakukan evaluasi kekambuhan setiap bulan melalui surat, telepon, dan daftar klien yang dirawat kembali di rumah sakit jiwa.
Hasil penelitian menunjukkan klien pria dua kali lipat lebih banyak dari klien wanita; usia paling banyak 30 tahun ke bawah; paling banyak anak pertama; Sebagian besar berpendidikan menengah dan rendah; tidak bekerja dan tidak kawin. Sebagian besar klien dirawat pertama kali, dan paling banyak dengan diagnosis skizofrenia paranoid. Anggota keluarga yang paling banyak bertanggung jawab adalah orangtua dan saudara kandung.
Klien yang mengikuti PKPPK, 86.6% mempunyai kemampuan mandiri dalam mencegah perilaku kekerasan dan klien yang lain mempunyai kemampuan bantuan. Klien yang tidak mengikuti PKPPK, semuanya hanya mempunyai kemampuan tergantung dalam menengah perilaku kekerasan. Kejadian perilaku kekerasan berkurang secara bermakna pada kedua kelompok, namun tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok yang mengikuti PKPPK clan yang tidak mengikuti PKPPK. Dari analisis bivariat dan multi variat tidak ditemukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian perilaku kekerasan. Klien yang mengikuti PKPPK mempunyai lama hari rawat 23 hari dan yang tidak mengikuti PKPPK 40 hari. Lama hari rawat klien yang mengikuti PKPPK lebih pendek secara bermakna dari pada klien yang tidak mengikuti PKPPK. Dan analisis regresi linier ditemukan model yang fit, dan variabel yang berpengaruh secara bermakna memperpendek lama hari rawat adalah kemampuan mandiri dalam pencegahan perilaku kekerasan, jenis kelamin pria, usia 30 tahun ke bawah, perawatan pertama dan kedua, dan anggota keluarga yang merawat mempunyai latar belakang pendidikan menengah atau tinggi.
Klien yang mengikuti PKPPK sebanyak 13.39% (10 orang) kambuh dengan rata-rata jarak kekambuhan 92 hari setelah pulang dari rumah sakit jiwa. Klien yang tidak mengikuti PKPPK sebanyak 20.8% (16 orang) kambuh dengan rata-rata jarak kekambuhan 44 hari setelah pulang dari rumah sakit jiwa. Dari analisis regresi Cox ditemukan model yang fit, dan variabel yang berpengaruh secara bermakna memperpanjang jarak kekambuhan adalah kernampuan mandiri dalam pencegahan perilaku kekerasan, usia 30 tahun ke bawah dan mempunyai diagnosis skizofrenia paranoid.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan mandiri dalam pencegahan perilaku kekerasan yang diperoleh klien yang mengikuti PKPPK berpengaruh secara bermakna dalam memperpendek lama hari rawat dan memperpanjang jarak kekambuhan, sehingga klien dapat 65 hari lebih lama di rumah atau masyarakat. Oleh karena itu disarankan agar PKPPK digunakan sebagai pedoman dalam merawat klien skizofrenia dengan perilaku kekerasan.

The Empowerment Of Client And Family In Caring For Schizophrenia Client With Violence Behavior In Bogor Mental HospitalResearch on Disability Adjusted Life Year (DALY), which was conducted in 1990, found 7 (seven)-health problems which contributed most to health matter. In that research, mental health problem was on the third place about 10.5% of all health problems (WHO, 1990). Based on reports from Indonesian hospitals, it was found that the prevalence of mental disturbance tend to increase from 1.9% in the year 1990 to 2.0% in the year 1995 (DepKes RI, 1996). Meanwhile, survey on the Mental Health of Household conducted in 1995 found the prevalence of mental disturbance symptoms in 185 out of 1000 people (Bahar, 1995). Clients who were hospitalized in mental hospital have an average length of stays (AvLOS) 54 days (DepKes RI, 2000) and the longest time is for schizophrenia, 64.8 days (DepKes, 1995). Some mental hospitals have higher AvLOS compare to national AvLOS, such as in Bogor Mental Hospital 115 days (RSJP Bogor, 2001), Lawang Mental Hospital 95 days (RSJP Lawang, 2001). Survey on the AvLOS for schizophrenia client with violent behavior found 42 days (RSJP Bogor, 2001), while Morrison (1994) in his research found that the AvLOS for client with violent behavior diagnosed with schizophrenia was 14 days.
Based on the result of focus group discussion with a group of nurses experienced in caring for client with violent behavior, it was found that the common effort was to administer anti-psychotic based on doctor's therapy, along with external control in the form of seclusion and physical restraint. Based on that data, several problems were derived such as: nursing care for client with violent behavior is not optimum yet, client's length of staying is longer and there has been no research on the time of relapse.
This research is intended to empower client and family in caring for client with violent behavior through the health education in preventing violent (HEPV) given by nurses, in order to result in the client's ability to prevent violent behavior. An analysis will then be conducted to find out the effect of clients ability to the occurrence of violent behavior, length of staying and time of relapse.
The method of research is quasi experiment, in the form of multiple time series design. Clients who followed HEPVare trained in 4 (four) ways to prevent violent behavior, namely: physical, social, spiritual and compliant medication. Clients' ability to perform those four preventive ways of violent behavior is divided into three kinds, which are independent, with help, and dependent. The research was conducted in Bogor Mental Hospital with 152 clients divided into two groups, 75 clients in the experimental group and 77 clients in the non-experimental group. HEPV intervention is given to clients in the experimental group and their families according to established HEPV until the clients are discharge from the hospital. The clients' capability is observed daily. For 120 days after their discharge from hospital, evaluation on relapse occurrence is conducted through letters, telephone and list of clients admitted to the mental hospital.
The result of the research showed that the number of male clients is twice as many as the number of female clients, the most common age is 30 and below, first born is also among the most number, most of them have medium and low level of education, most are being admitted for the first time, and the most common diagnosis is schizophrenia paranoid. The family members who are commonly responsible for caring of the client are parents and siblings.
Among the clients who followed HEPV, 86.6 % have the independent capability in preventing their violent behavior and the rest of the percentage has the capability with help. All clients who did not follow HEPV only have dependent capability in preventing their violent behavior. The occurrence of violent behavior decreases significantly in both groups, but there is no significant difference between the groups that follow HEPV and the group that did not follow HEPV. From bivariat and multi variat analysis, it was unable to find the variable that affects the occurrence of violent behavior.
Clients who follow HEPV have 23 days length of staying and clients who did not follow HEPV have 40 days length of staying. The length of staying from clients who follow HEPV is significantly shorter than that of clients who did not follow HEPV. From linear regression analysis was found a fit model, and the variable which have significant effect in reducing the length of staying are the independent capability in preventing violent behavior, male gender age of 30 and below, first and second admission, and the family members responsible for caring have a medium or high level of educational background.
Among the clients who follow HEPV, 13.39 % (10 clients) relapsed with an average relapse time of 92 days upon return from the mental hospital. Among clients who did not follow HEPV, 20.8 % (16 clients) relapsed with an average relapse time of 44 days upon return from the mental hospital. From Cox regression analysis was found a fit model, and the variable which have significant effect in increasing the relapse time are the independent capability in preventing violent behavior, age of 30 and below, and diagnosed with schizophrenia paranoid.
The result of this research has proven that independent capability in preventing violent behavior that the clients received from following HEPV has a meaningful effect in reducing the length of staying and prolong relapse time. Client can stay at home as well as in the community 65 days longer. Therefore, it is advisable that HEPV be used as guidance in caring for schizophrenia clients with violent behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
D570
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Imelisa
"Prevalensi schizophrenia di Kersamanah adalah sebesar 2.6/1000 jiwa, dan 39,8% klien drop out berobat. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO (terapi keperawatan) terhadap kemandirian dan kepatuhan berobat. Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment dengan purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kemandirian CMHN Jakarta dan MARS.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan bermakna kemandirian dan kepatuhan berobat setelah diberikan terapi keperawatan (p-value<α=0.05). Terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol (p-value<α=0.05). Terdapat hubungan erat antara kemandirian dengan kepatuhan berobat (p-value < α=0.05). Saran dari penelitian ini adalah dikembangkannya asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO di Kersamanah.

The prevalence of schizophrenia in Kersamanah is 2.6/1000 person, 39.8% client has been drop out in medication. This research aimed to found the effect of nursing process to the client, family and PMO role (as nursing therapy) to independency and medication adherence. This research used a quasy experiment design with purposive sampling. This research use the instrument of independency from the CMHN Jakarta research and the MARS instrumen for medication adherence.
The result shows that there is a significant change of independency and medication adherence after intervension of nursing therapy (p-value < α=0.05). There is a significant differences change between intervention and control group (p-value < α=0.05). There is a close relation between independency and medication adherence (p-value < α=0.05). This research suggest continue implementation of nursing process to client, family and PMO role in Kersamanah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suryaningrum
"Skizofrenia menduduki peringkat keempat sebagai penyakit yang membebankan di seluruh dunia. Salah satu manifestasi klinik dari skizofrenia adalah perilaku kekerasan. Beban berat yang dirasakan keluarga dapat menurunkan kemampuan keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan beban dengan kemampuan keluarga merawat pasien perilaku kekerasan di Poliklinik Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian adalah analitik dengan tehnik purposive sampling terhadap 103 responden.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara beban dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan (P value <0,05). Penigkatan kemampuan keluarga merawat pasien perilaku kekerasan perlu dilakukan agar beban yang dirasakan keluarga menjadi berkurang.

Schizophrenia is the fourth most burdening health problem in the world. One of the clinical manifestation of schizophrenia is violent behavior. Strenous burden perceived by the family could lower the ability of family to care for patient.
The purpose of this study is to indentify the relationship of family's burden and the family ability to care for patient with violent behavior at the Psychiatric Clinic of Marzoeki Mahdi Hospital of Bogor. This study used analitical design and collected 103 samples using the purposive sampling technique.
This study result indicated a significant relationship between family?s burden and family ability to care for patient with violent behavior (p value < 0,05). Study showed it is necessary to increase family capability in caring for patient with abusive behavior in order to lower the burden perceived by the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>