Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Radiananda
"Porphyromonas gingivalis dalam plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Aloe vera memiliki sifat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek antibakteri kulit lidah buaya terhadap Porphyromonas gingivalis dengan metode ekstraksi terpilih. Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dan infundasi untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan metode difusi (zona hambatan). Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM dan KBM pada konsentrasi 70%. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 2.25 mm pada konsentrasi 80%. Dapat disimpulkan bahwa infusum kulit Aloe vera mengandung senyawa fenol, tanin, dan antrakuinon serta memiliki efek bakteriostatik dan bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.
Porphyromonas gingivalis in dental plaque has been the primary cause of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial properties because of its active compounds such as phenol. The aim of this study was to examine antibacterial effects of Aloe vera rind on Porphyromonas gingivalis using the chosen method. It was performed by doing xtraction with maceration and infusion methods to attract antibacterial active compounds. Antibacterial tests on Porphyromonas gingivalis were carried out using dilution (MIC and MBC)) and diffusion (inhibition zone) methods. The result of the dilution method showed MIC and MBC values at 70% concentration while the diffusion method showed the highest inhibition zone of 2.25 mm at 80% concentration. Hence, Aloe vera rind infuse revealed the presence of phenol, tannin, and anthraquinon and along with bacteriostatic and bacterisidal effects on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armalia Iriano
"Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri penyebab penyakit periodontal. Aloe vera memiliki khasiat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antibakteri Aloe vera terhadap Porphyromonas gingivalis. Dilakukan metode ekstraksi maserasi dan infundasi terhadap Aloe vera untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan difusi (zona hambat).
Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM sebesar 70% dan tidak terdapat nilai KBM. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 1,75 mm pada konsentrasi 90%. Kesimpulan, infusum lidah buaya mengandung senyawa aktif fenol, tanin dan antrakuinon serta memiliki sifat bakteriostatik dan tidak bersifat bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.

Porphyromonas gingivalis is the main etiologic agent of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial effect because of its phenolic compound. The aim of this study is to investigate the antibacterial effectivity of Aloe vera on Porphyromonas gingivalis. The study was performed by extracting Aloe vera using maceration and infusion extraction methods in order to attract the antibacterial active compounds. The test method of the antibacterial effect was carried out by dilution method (MIC and MBC) and diffusion method (inhibition zone).
The results of dilution method showed that MIC value was at 70% concentration while MBC value could not be determined. The largest inhibition zone of the diffusion method was 1,75 mm at 90% concentration. In summary, Aloe vera infuse contained antibacterial active compounds such as phenol, tannin and anthraquinone and showed bacteriostatic effect on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
R20-OB-446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tara Prathita
"Aloe vera memiliki sifat antibakteri karena kandungan senyawa fenolnya. Porphyromonas gingivalis merupakan agen penyebab dominan pada penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek antibakteri infusum daging Aloe vera terhadap Porphyromonas gingivalis (in vitro). Dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dan infundasi untuk menarik senyawa aktif antibakteri dalam Aloe vera. Uji antibakteri dilakukan melalui metode dilusi (KHM dan KBM) dan difusi (zona hambat). Infusum daging Aloe vera terbukti mengandung senyawa fenol dan tanin. Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM sebesar 80% dan nilai KBM tidak dapat ditentukan. Hasil metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 1,75 mm pada konsentrasi 50% dan 90%. Kesimpulan, infusum daging lidah buaya hanya memiliki sifat bakteriostatik terhadap Porphyromonas gingivalis strain standar ATCC 33277, in vitro.

Aloe vera has been known to possess antibacterial properties because of its phenolic compound. Porphyromonas gingivalis is a dominant etiological agent of periodontal disease. The aim of this study was to examine the antibacterial effect of Aloe vera leaf pulp on rphyromonas gingivalis (in vitro). Extraction of Aloe vera was performed using maceration and infusion method to attract antibacterial active compounds in Aloe vera. The antibacterial test was carried out by applying dilution technique (MIC and MBC values) and diffusion technique (inhibitory zones). Aloe vera leaf pulp infuse revealed the presence of phenol and tannin. The result of dilution method showed that MIC value was at 80% concentration and MBC value could not be determined. The largest inhibitory zone resulting from diffusion method was 1,75 mm at 50% and 90% concentrations. Conclusion, Aloe vera leaf pulp infuse has only bacteriostatic effect on Porphyromonas gingivalis standard strain ATCC 33277, invitro."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kelcy Theresia Gotama
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut utama di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 74,1% pada tahun 2018. Salah satu penyebab utama dari periodontitis merupakan akumulasi biofilm yang mengalami pematangan menjadi plak di daerah permukaan gigi, khususnya subgingiva yang kaya akan bakteri anaerobik seperti Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola. Maka dari itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hingga saat ini, agen antiplak gold standard di bidang kedokteran gigi ialah Chlorhexidine 0,2%. Namun, penggunaan Chlorhexidine dalam jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping. Oleh karena itu, dicarilah alternatif dari Chlorhexidine sebagai agen antibakteri—salah satunya yaitu kulit semangka. Kulit semangka merupakan bagian buah semangka yang tinggi akan zat fitokimia yang memiliki kemampuan antibakteri, seperti saponin, tanin, alkanoid, flavonoid, dan terpenoid, namun khasiatnya belum banyak diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui dan menganalisa aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola, dan membandingkannya dengan kemampuan antibakteri gold standard anti-plaque agent yaitu Chlorhexidine 0,2%.
Metode: aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) dan Treponema denticola (ATCC 35405) diamati melalui uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan mengukur Optical Density dari sampel menggunakan microplate reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan mengukur secara visual koloni bakteri yang terbentuk setelah dipaparkan ekstrak dengan konsentrasi 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil dioleh secara statistik.
Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Uji komparatif secara statistik dengan uji One-Way Anova menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas antibakteri ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dengan Chlorhexidine 0,2%.
Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola sehingga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif agen antibakteri untuk mencegah penyakit periodontal.

Background: Periodontal disease is one of the main oral and dental health diseases in Indonesia, with a prevalence of 74,1% in 2018. The etiology of periodontal disease is multifactorial. One of the main causes is the accumulation of dental biofilm which matures, forming plaque on tooth surfaces, particularly the subgingival area that has an abundance of anaerobic bacteria such as Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola. Hence, preventive measures has to be implemented in order to preserve oral and dental health. One way to do so is by regular usage of oral rinses. Chlorhexidine 0,2% is considered to be the gold-standard antiplaque agent in today’s dental field. However, long-term use of Chlorhexidine may lead to several side effects. As a result, researchers have begun looking for alternatives to Chlorhexidine as an antibacterial and antiplaque agent—one of which is watermelon peel. Watermelon peel is rich in phytochemicals which possess antibacterial properties, such as saponin, tannin, alkanoid, flavonoid, and terpenoid; however, its benefits have not been studied much in Indonesia.
Goal: To analyze the antibacterial activity of watermelon (Citrullus lanatus) peel extract in preventing the growth and eliminating bacteria colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola as well as comparing them to the antibacterial activity of Chlorhexidine 0,2% as gold standard.
Method: the antibacterial activity of watermelon peel extract against the bacteria Porphyromonas gingivalis (ATCC 33277) and Treponema denticola (ATCC 35405) is observed through the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test by measuring the Optical Density (OD) of the studied samples through a microplate reader, as well as the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test by visually counting the number of colonies formed after being exposed to the extracts at 30%, 20%, and 10% concentration. Afterwards, the data collected is statistically.
Results: Watermelon peel extract is capable of inhibiting as well as eliminating bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola with MIC score of 10% and MBC score of 10%. Statistical comparative test reveals that there’s no significant difference between the antibacterial activity of all sample groups of watermelon peel extract and Chlorhexidine 0,2%.
Conclusion: Watermelon peel extract can inhibit the growth as well as eliminate bacterial colonies of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola, which makes it a considerable alternative as antibacterial agent in order to prevent periodontal diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
"Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus merupakan dua dari sekian banyak bakteri yang menginfeksi manusia. Infeksi bakteri tersebut menjadi semakin berbahaya akibat tingginya kejadian resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keterbatasan antibiotik yang tersedia menyebabkan perlunya penggunaan bahan alternatif sebagai antibiotik, antara lain tanaman herbal yang banyak djumpai di Indonesia sebagai kekayaan hayati. Kalanchoe pinnata merupakan salah satu tanaman herbal yang sering digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Daun Kalanchoe pinnata diekstraksi dengan etanol. Sampel bakteri diambil secara acak dari koleksi kultur bakteri yang diisolasi dari pasien. Uji kepekaan dilakukan dengan metode mikrodilusi. Kalanchoe pinnata mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum ekstrak daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii sebesar 144,9 mg/ml dan 289,8 mg/ml, sedangkan terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus sebesar 144,9 mg/ml; dengan Konsentrasi Bunuh Minimum yang tidak dapat ditentukan.

Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus are two out of many human infecting bacteria. These bacterial infections are becoming more threatening due to their high resistance towards antibiotics. This condition leads to a challenge in searching alternative substances that can be utilized as antibiotics. One way to obtain the substance is from herbs that are found all around Indonesia as its national plant heritage. Cocor Bebek Kalanchoe pinnata is one of the herbs that is often used to treat infections. The aim of this study is to investigate the antibacterial activity of leaves extract of Kalanchoe pinnata against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. This study was conducted at The Department of Microbiology and Pharmacy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Leaves of Kalanchoe pinnata were extracted using ethanol as solvent. Bacterial samples were selected randomly from a culture collection isolated from patients. Susceptibility test was done by broth microdilution method. Kalanchoe pinnata has antibacterial activity against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. The Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of Kalanchoe pinnata leaves extract against Acinetobacter baumannii are 144.9 mg ml and 289.8 mg ml, while for Methicillin Resistant Staphylococcus aureus is 144.9 mg ml unfortunately, its MBC cannot be determined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Nindya Lestari
"Infeksi bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Asia, khususnya Indonesia dengan kepadatan penduduk yang juga tinggi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit infeksi ini. Hingga saat ini, vankomisin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani infeksi MRSA. Untuk itu, perlu dikembangkan alternatif antibiotik agar dapat mencegah peningkatan penyakit infeksi akibat MRSA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri terhadap MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM.
Penelitian menggunakan metode makrodilusi ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri dan antibiotik vankomisin sebagai pembanding. Konsentrasi bakteri MRSA dalam penelitian ini sesuai dengan Mc Farland 0,5. Hasil penelitian menunjukkan terjadi kekeruhan pada tabung di setiap konsentrasi dan tumbuh koloni bakteri pada agar Mueller Hinton yang menunjukkan adanya bakteri MRSA. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri pada konsentrasi 1280 g/mL hingga 0,625 g/mL tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA.

Bacterial infection of Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of the health problem with high prevalence in Asia, especially Indonesia with high population density that influence the spread of this infectious disease. Until now, vancomycin is an antibiotic that can be used to treat MRSA infection. It is necessary to develop alternative antibiotic in order to prevent the increase of infection due to MRSA. This study was conducted to determine the antibacterial activity of ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract against MRSA to see the minimum inhibitory concentration MIC and the minimum bactericidal concentration MBC.
This research used macrodilution method with ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract and vancomycin as a comparison. Concentration of MRSA in this study based on Mc Farland 0,5. The results showed turbidity occured in tubes at each concentrations and bacterial colonies grown on Mueller Hinton Agar that indicate the presence of MRSA. Therefore, from this study we can conclude that the ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract at concentration of 1280 g mL until 0,625 g mL do not have antibacterial activity against MRSA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian uji aktivitas antibakteri dari partikel nano ZnO pada konsentrasi 0,1%--
1% terhadap bakteri Staphylococcus aureus NBRC 100910 telah dilakukan
menggunakan beberapa metode uji. Metode uji yang dilakukan terdiri atas
metode kualitatif, yaitu difusi agar menggunakan paper disc dan silinder serta
metode kuantitatif, yaitu tube dilution dan agar dilution. Hasil uji menunjukkan
zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus mulai terbentuk pada
konsentrasi 0,1% ZnO. Konsentrasi 0,1% ZnO juga merupakan konsentrasi
minimum bakterisidal (KMB). Laju sintas bakteri menunjukkan bahwa pada jam
ke-4 telah terjadi penurunan bakteri sebesar 89,15%. Analisis kandungan asam
nukleat dari medium pertumbuhan pada jam ke-6 menunjukkan peningkatan
(15,07%) yang menandakan adanya kerusakan sel akibat aktivitas antibakteri
partikel nano ZnO yang diiringi dengan penurunan jumlah adenosine triphosphate
(83,93%) yang diukur berdasarkan nilai relative light units (RLU)., Antibacterial activity of 0,1%--1% ZnO nanoparticle against
Staphylococcus aureus NBRC 100910 using several methods has been
studied. The qualitative methods used were paper disc and cylinder
diffusion, while the quantitative methods used were tube and agar
dilution. The results showed that zone of inhibition started to appear at
0,1% ZnO concentration. Minimum bactericidal concentration (MBC)
was also determined at the same concentration. The survival rate of
bacterial cells showed a decrease of 89,15% after 4 hours of exposure.
Analysis of nucleic acid compounds in growth medium indicated an
increase by 15,07% after 6 hours of incubation, which was caused by cell
leakage due to ZnO antibacterial activity. This result was also supported
by decreasing amount of adenosine triphosphate (83,93%) which was
measured by amount of relative light units.]"
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S58012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Ulfiarakhma
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah terbesar di banyak negara, salah satunya infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA . Meskipun vankomisin merupakan antibiotik standar dalam mengobati infeksi MRSA, terdapat kekhawatiran munculnya galur yang resisten terhadap vankomisin, sehingga diperlukan pengembangan antibiotik alternatif untuk pengobatan MRSA yaitu dengan ekstrak daun sukun Artocarpus communis yang telah terbukti memiliki efek antibakteri berdasarkan penelitian terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun A. communis terhadap MRSA.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in vitro menggunakan metode makrodilusi. Uji aktivitas antibakteri ekstrak A. communis dilakukan dengan mencampurkan suspensi bakteri dan ekstrak kasar daun A. communis berkonsentrasi 1280 ?g/mL, 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2,5 ?g/mL, 1,25 ?g/mL, dan 0,625 ?g/mL, kemudian diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Uji diulang sebanyak dua kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tabung menghasilkan cairan yang keruh. Setelah larutan dari masing-masing tabung dikultur pada agar Mueller-Hinton, ditemukan pertumbuhan koloni bakteri pada seluruh agar. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun A. communis terhadap MRSA tidak ditemukan pada konsentrasi 1280 ?g/mL hingga 0,625 ?g/mL.

Infectious disease still remains a major problem in many countries, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA infection. Although vancomycin is used to treat MRSA infection, there is concern about vancomycin resistant strain. Thus, the development of new alternative antibiotic such as breadfruit Artocarpus communis leaf rsquo s extract, which has antibacterial effect according to previous researches, is needed for more effective MRSA treatment. This research aims to know the antibacterial activity of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA.
This in vivo experimental research uses macrodilution method which is performed by mixing bacterial suspension and A. communis leaf rsquo s crude extract with concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2,5 g mL, 1,25 g mL, and 0,625 g mL, then incubated at temperature of 37o C for 24 hours.
The result shows that all tubes give cloudy solution. After all of concentration from each tubes is cultivated in Mueller Hinton agar, the growth of bacteria colony was found in all agar. In conclusion, minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of A. communis leaf rsquo s extract towards MRSA cannot be obtained at the concentration range from 1280 g mL to 0,625 g mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Zahra
"Tingginya angka kejadian penyakit infeksi di Indonesia menyebabkan peningkatan angka peresepan antibiotik. Antibiotik merupakan terapi efektif untuk mengatasi infeksi bakteri, namun penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri salah satunya Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA . Agen antimikroba untuk mengatasi MRSA masih terbatas sehingga penulis tertarik untuk mencari alternatif pengobatan lain. Penelitian ini menggunakan tanaman Bintangur spesies Calophyllum nodosum karena tanaman ini banyak tumbuh di Indonesia dan banyak penelitian terdahulu menemukan adanya aktivitas antibakteri dari tanaman Bintangur spesies lain. Penelitian dilakukan dengan meneliti aktivitas antibakteri ekstrak daun Bintangur Calophyllum nodosum terhadap bakteri Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA. Penelitian dilakukan dengan metode makrodilusi untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak tanaman terhadap bakteri MRSA pada konsentrasi 1280 ?g/mL , 640 ?g/mL, 320 ?g/mL, 160 ?g/mL, 80 ?g/mL, 40 ?g/mL, 20 ?g/mL, 10 ?g/mL, 5 ?g/mL, 2.5 ?g/mL, 1.25 ?g/mL, 0.625 ?g/mL . Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak daun Bintangur Calophyllum nodosum terhadap bakteri MRSA pada konsentrasi yang diujikan.

The high incidence of infectious disease in Indonesia led to increased rates of antibiotic prescribing. Antibiotic is an effective therapy against bacterial infection, but antibiotic misuses can lead to antibiotic resistance, one of which is Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA . Antimicrobial agents which effective against MRSA are limited, therefore writer wanted to find out another alternative therapy. This research use Bintangur species Calophyllum nodosum because it grows much in Indonesia and several research found out the antibacterial activity of other Bintangur species. The research examining antibacterial activity of Bintangur Calophyllum nodosum extract to Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA. The research use macrodilution method to determine the minimum inhibitory concentration MIC and minimum bactericidal concentration MBC of the Calophyllum nodosum extract on MRSA at a concentration of 1280 g mL , 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2.5 g mL, 1.25 g mL, 0.625 g mL. Result showed that there are no MIC and MBC of Calophyllum nodosum extract to Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA at the extract concentration tested."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiradipta Ardining
"ABSTRAK
Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan strain S aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan beta-laktam. Antibiotik yang efektif untuk mengobati MRSA adalah vankomisin, yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Namun, strain yang resisten terhadap vankomisin mulai bermunculan, sehingga dibutuhkan obat alternatif untuk melawan infeksi MRSA. Pada penelitian ini, diteliti aktivitas antibakteri ekstrak daun Samanea saman KHM dan KBM terhadap MRSA karena tanaman ini sering digunakan untuk pengobatan herbal dan sudah diteliti memiliki aktivitas antimikroba terhadap organisme tertentu. Penelitian ini menggunakan metode makrodilusi, dimana ekstrak daun Samanea saman pada konsentrasi 1280 g/mL, 640 g/mL, 320 g/mL, 160 g/mL, 80 g/mL, 40 g/mL, 20 g/mL, 10 g/mL, 5 g/mL, 2.5 g/mL, 1.25 g/mL, dan 0,625 g/mL, dicampur dengan suspensi MRSA 0,5 McFarland didalam tabung reaksi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Samanea saman tidak memiliki KHM maupun KBM terhadap MRSA dalam rentang konsentrasi didalam percobaan ini.

ABSTRACT
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of S aureus strain which is resistant to beta lactam antibiotics. The effective antibiotic towards MRSA is vancomycin, which works by inhibiting the synthesis of bacteria rsquo s cell wall. However, vancomycin resistant strain starts to emerge, thus an alternative drug to cure MRSA infection is needed. In this research, the antibacterial activity of Samanea saman rsquo s leaf crude extract was assessed because this plant is usually used for herbal treatment and has antimicrobial activity towards several organisms. This research used macrodilution method, in which Samanea saman rsquo s leaf crude extract with concentration of 1280 g mL, 640 g mL, 320 g mL, 160 g mL, 80 g mL, 40 g mL, 20 g mL, 10 g mL, 5 g mL, 2.5 g mL, 1.25 g mL, and 0,625 g mL, were mixed with 0,5 McFarland MRSA suspension in reaction tubes. From this research, it can be inferred that Samanea saman rsquo s crude leaf extract does not have MHC and MIC toward MRSA in the concentration range of this research."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>