Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andy Herlambang
"Penelitian ini mencoba mencari tahu apakah yang menjadi motivasi pelaku bullying, khususnya pada institusi pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksploratif dan tipe penelitian ex post facto field study.
Motivasi diukur dengan menggunakan alat ukur motivasi pelaku bullying. Alat ukur ini menggunakan metode rangking, dimana responden diminta untuk memilih motivasi apa yang paling sesuai dengan tindak bullying yang disajikan. Ada sepuluh kemungkinan motivasi dan tiga bentuk bullying. Dari rangking yang diberikan responden inilah, data yang didapat kemudian diolah. Penelitian dilakukan di Jakarta, Jogjakarta dan Surabaya pada tingkat SMP, SMA dan PT dengan jumlah total subjek 1398 orang.
Dari hasil yang didapat, disimpulkan bahwa motivasi pelaku bullying secara umum adalah social gain, dislike/jealousy dan emosi. Pada penelitian ini diperoleh juga motivasi yang merupakan hasil tabulasi silang dengan tingkat pendidikan, kota penelitian, bentuk bullying dam keterlibatan dengan bullying.

This study is trying to find out what motivates bullying among students, specially in educational institution. The study is using quantitave method and considered as explorative studies with ex post facto filed study type.
Motivation is measured with motivational bullying scale, which use rangking method. Respondent will give rank for motivation that match with his opinion, based on bullying act given. From those rank data is achieved and going on further process. The study enacted in Jakarta, Jogjakarta and Surabaya among high school and university student, with total 1398 respondent.
From the data achieved, the result of this study is bullying among students are motivated by social gain, dislike/jealousy and emotional reason. From the study, we also have cross-tabulation between motivation with educational level, city, bullying form, and takes part or not in bullying act."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
371.582 HER g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dezy Purwitaning Rahayu
"Skripsi ini membahas penerapan misconduct slip dan faktor-faktor penyebab bullying di SMP X, Lampung Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran mengenai bentuk-bentuk bullying apa saja yang dilakukan oleh pelaku, bentuk sanksi yang sudah dijalankan oleh pelaku dan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying pada pelaku di SMP X. penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan sekolah untuk mengadakan seminar edukatif atau sosialisasi bagi para orang tua murid dan pemberian solusi penanganan terhadap kasus bullying.

This study is discusses about the application of misconduct slip and factors that causes of bullying in SMP X, Lampung Tengah. The main purpose of this study is to give description about the forms of bullying, the sanction which was run by the bullies, and the factors that causes of bullying in SMP X. This research is qualitative with description design. The result of this study is to give some opinion for school to conduct the educational seminar or socializing about bullying for student's parents and to provide the handling solution for cases of bullying."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Mega Paranti
"ABSTRAK

Studi tentang bullying selama ini lebih banyak membahas hubungan dyadic pelaku dan korban, padahal studi pada saksi mata bullying (bystander) juga penting dilakukan. Studi di ranah kontekstual terutama level sekolah juga dapat mengembangkan pemahaman mengenai bullying. Bullying adalah perilaku agresif atau menyakiti orang lain secara sengaja, berulang-ulang, yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan fisik, verbal dan sosial. Penelitian ini membahas

hubungan antara school safety dan respons bystander siswa SMA pada kejadian bullying. School safety dihubungkan dengan 3 jenis respons bystander bullying, yaitu defender, outsider, dan reinforcer. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian dilakukan pada 130 siswa SMA dan SMK di Jakarta dan Depok. Hasil pengujian menunjukkan terdapat hubungan positif antara school safety dan respons defender bystander, r(128) = 0,233, p < 0,01. Lalu, terdapat hubungan negatif antara school safety dan respons outsider bystander, dengan r(128) = -0,302, p < 0,01. Sementara itu, terdapat korelasi yang tidak signifikan antara school safety dan respons reinforcer bystander. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui hubungan school safety dan respons bystander bullying pada tiap peran bullying yang dialami partisipan.


ABSTRACT

The study of bullying have mainly discussed the dyadic relationship of perpetrator and victim, whereas studies on bullying witnesses (bystanders) are also important. Studies in contextual domain especially school level can also develop the understanding of bullying. Bullying is aggressive behavior or intentional harm to another person, repeatedly, that involves an imbalance of physical, verbal and social strength. This study examines the relationship between school safety and bystander responses of high school students on bullying incidents. School safety associated with 3 types of bullying bystander response, the defender, outsider, and reinforcer. This research is a quantitative study with a correlational design. The study was conducted on 130 high school students in Jakarta and Depok. The study results showed a positive relationship between school safety and defender bystander response, r (128) = 0.233, p <0.01. Then, there is a negative relationship between school safety and outsider bystander response, with r(128) = -0.302, p <0.01. Meanwhile, there is no significant relationship between school safety and reinforcer bystander response. In this research can also be known the relationship between school safety and bullying bystander response in each role bullying experienced by participants.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uweisha Eraz Puteri
"Bunuh diri termasuk penyebab kematian ketiga pada remaja usia 10 hingga 19 tahun. Pada tahun 2016, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia diestimasikan sebesar 3,4 per 100.000 penduduk. Kematian akibat bunuh diri adalah sebuah fenomena gunung es, dimana besarnya masalah akan terlihat lebih jelas jika perilaku bunuh diri dimasukkan dalam perhitungan. Salah satu faktor utama perilaku bunuh diri remaja usia sekolah adalah bullying. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara bullying dengan perilaku bunuh diri ada pelajar SMP dan SMA di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel confounding. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder Global School Based Health Survey Indonesia 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 12-17 tahun (n = 8733). Analisis yang digunakan adalah analiss univariat, bivariat dan multivariabel dengan level kepercayaan 95%. Hasil analisis multivariabel dengan regresi logistik berganda, menunjukkan rasio odds terjadinya perilaku bunuh diri pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia yang pernah mengalami bullying dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah mengalami bullying adalah 2,27 (95% CI: 1,92-3,53). Selain itu, hasil analisis multivariabel juga mununjukan adanya variabel interaksi (variabel moderator/effect modifier) yaitu perilaku berkelahi dan kekerasan seksual. Strategi pencegahan bullying dan perilaku bunuh diri berbasis sekolah sangat diperlukan untuk mengurangi risiko perilaku bunuh diri pada pelajar.

Suicide is the third leading cause of death in adolescents aged 10 to 19 years old. In 2016, the death rate due to suicide in Indonesia was estimated at 3.4 per 100,000 population. Complete suicide is an iceberg phenomenon, where the problem will be seen more clearly if suicidal behavior was involved. One of the main factors that could intensify suicidal behavior risk among high school students is bullying. This study examined the association between bullying and suicide among high school student in Indonesia after adjusting for confounder variables. It was a secondary analysis of Global School Based Health Survey Indonesia 2015 which used cross sectional study design. Univariate, bivariate, and multivariable analyses were performed at 95% confidence level. Multivariable regression logistic model showed that students who had been bullied had 2.27 times greater odds of having suicidal behavior compared to students who had never experienced bullying (OR: 2,27; 95% CI: 1,92-3,53). Besides, we indicated that physical fighting, and sexual abuse as effect modifiers (moderator or interaction variables) that affect the association between bullying and suicidal behavior. School-based bullying and suicidal behavior prevention strategies are needed to reduce the risk of suicidal behavior among students."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarkat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Arta
"Di dalam lingkungan sekolah perilaku kekerasan bullying atau yang lebih dikenal dengan istilah penggencetan di Indonesia, dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Namun, akibat dari stereotipe peran gender yang dimilikinya, stigma yang diterima anak perempuan atas perilaku tersebut menjadi lebih negatif daripada anak laki-laki, karena kekerasan bukan bagian dari stereotipe gender yang dimiliki perempuan.
Penelitian ini mengungkapkan proses stigmatisasi yang dialami anak perempuan pelaku penggencetan dengan menggunakan teori stigma (Goffman, 1963) yang dikaitkan dengan gender. Stigma sebagai atribut sangat mendiskreditkan dan merusak pencitraan diri.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yakni wawancara mendalam terhadap 3 siswi SMA. Hasil penelitian menunjukkan, untuk menghindari dan mengurangi efek dari stigma, subjek melalui tahap passing dan covering. Passing adalah usaha menyembunyikan stigma dari masyarakat sebagai kelompok ?normal? atau kelompok orang yang tidak memiliki stigma, sedangkan covering adalah usaha untuk meminimalisir agar stigma tidak tampak jelas dan tidak mengganggu interaksi sosial antara pemilik stigma dengan kelompok ?normal?. Akan tetapi akibat statusnya sebagai anak perempuan, subjek tidak dapat melakukan passing dan covering dengan mudah. Akhirnya anak perempuan menerima stigma yang lebih negatif daripada anak laki-laki meski perilaku yang dilakukan sama, yakni perilaku kekerasan bullying. Standar ganda ini menciptakan ketidakadilan bagi anak perempuan.

In the school environment, violent behavior or commonly known as penggencetan in Indonesia, is conducted by boys and girls. However, since there is a gender role stereotypes, the stigma girls received from that behavior becomes more negative than how the boys would receive it. It is because violence is not part of gender stereotype that girls have.
This research reveals the stigmatization suffered by girls who bully others using The Stigma Theory (Goffman, 1963) and linked to gender role. Stigma as an attribute is very discrediting and spoiled the identity.
The method used is qualitative research, which is in-depth interview with 3 high school students. The result shows, to prevent and lessen the effect of Stigma, the subject must go through passing and recovering steps. Passing is an attempts to disguise or hide the stigma from society which defined as ?normal?, people who do not bear stigma. Covering is a technique to withdraw the attention caused by the stigma and to restrict the stigma into the center of attention. Even so, seeing the status quo of girls, subject cannot do these steps easily. In the end, girls encounter more negative stigma than boys do although the behavior is the same, which is bullying. This double standard creates discrimination for girls."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rindya Ayu Murti
"Skripsi ini membahas hubungan antara family functioning dan keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengambilan data terhadap 302 siswa SMA yang berada di daerah Jakarta dan Depok dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner. Pertama, Family Assesment Device yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin dan Bishop (1983), kedua, Bullying Questionnaire yang dikembangkan oleh Duffy (2004) dan telah dilakukan modifikasi oleh peneliti dan rekan.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dan keterlibatan siswa SMA dalam perilaku bullying, dengan r(302) = -0,282, p < 0,05. Hal itu berarti semakin tinggi family functioning, semakin rendah keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA, dan sebaliknya.

This study explored the relationship between family functioning and bullying involvement of senior high school student. This is a quantitative research with correlational design. Two questionnaires, Family Assesment Device (Epstein, Baldwin & Bishop, 1983) and modification of Bullying Questionnaire (Duffy, 2004), were used to obtained data from 302 senior high school student in Jakarta and Depok.
Pearson correlation test indicated negative significant correlation between family functioning and bullying involvement of senior high school student, with r(302) = -.282, p < .05. That means the higher family functioning, the lower bullying involvement of senior high school student, and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Rahmawati
"ABSTRAK

Bullying adalah jenis kekerasan yang sering terjadi di lingkungan sekolah yang dapat mengakibatkan siswa-siswi mengalami masalah dalam prestasi akademis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bullying dengan prestasi akademis siswa di SMA X di Jakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian ini berjumlah 140 siswa-siswi kelas X dan XI dengan menggunakan stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian dan jenis bullying dengan prestasi akademis siswa. Namun, ada hubungan antara frekuensi bullying dengan prestasi akademis siswa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak sekolah dan bidang ilmu keperawatan.


ABSTRACT

Bullying is a kind of violence that often occur in school environment which result in student having problem with academic achievement. This study aimed to measure the relationship of bullying and academic achievement at senior high school X in Jakarta. Design of this study is descriptive corellative with cross sectional approach. Respondents in this study are 140 students in grade 10 and 11 with stratified random sampling. The results of this study show that there are not relationship between prevalence and type of bullying with student?s academic achievement. But, there are relationship between frequent of bullying with student?s academic achievement. Hope this study can be useful for the school and for the field of nursing science.

"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Rahmadara
"Tujuan penelitian ini untuk melihat ada tidaknya hubungan antara pola asuh orangtua dengan peran-peran dalam perilaku bullying pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan ex post facto field study. Partisipan penelitian ini terdiri dari 132 siswa kelas 5 dan 6 dari empat SD Negeri di daerah Jakarta dan Bekasi.
Adapun pola asuh orangtua dibedakan menjadi tipologi yang dibuat Baumrind (1980 dalam Martin & Colbert, 1997) yakni authoritarian, authoritative, permissive dan uninvolved. Sementara peran-peran dalam perilaku bullying adalah peran sebagai pelaku, bystander, defender, dan korban.
Hasil uji Pearson Chi Square yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara pola asuh orangtua dengan peran-peran dalam perilaku bullying pada taraf signifikansi 0.05. Dengan demikian, anak yang memiliki orangtua dengan pola asuh berbeda tidak menjamin ia akan memiliki peran yang berbeda pula dalam perilaku bullying di sekolahnya.

This research was conducted to find the correlation between parenting style and the roles in bullying behavior among elementary students, and how much each parenting style contributes to the roles in bullying behavior. This study is an ex post facto field study. Participants of this study consisted of 132 students in grade 5 and 6 of the four primary schools in Jakarta and Jakarta.
The foster parents can be divided into patterns created Baumrind typology (1980 in Martin & Colbert, 1997) which is authoritarian, authoritative, permissive and uninvolved. While roles in bullying behavior is the role of a bully, bystander, defender, and the victim.
Pearson Chi-Square test results obtained in this study showed no significant relationship between parent and parenting roles in bullying behavior at the 0.05 level. Thus, children who have parents with different parenting does not guarantee it will have different role in bullying behavior at school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Pelangi
"Penelitian ini membahas salah satu masalah kesehatan mental di kalangan remaja yaitu fenomena bullying. Fenomena ini diteliti untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menghadapi bullying di kalangan remaja Depok. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini melakukan pengambilan data secara cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket pada seluruh siswa kelas X dan XI SMA 1 Muhammadiyah Pancoran Mas Depok dengan jumlah 71 responden berdasarkan metoda total sampling.
Berdasarkan hasil analisis univariat, 63,4% remaja berperilaku tepat dalam menghadapi bullying dan 36,6% remaja lainnya berperilaku tidak tepat. Selain itu, faktor yang berhubungan dengan perilaku menghadapi bullying adalah jenis kelamin (p=0,037), pengetahuan (p=0,046), dan peraturan di teman kelompok (p=0,044). Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menghadapi bullying adalah jenis kelamin (OR=3,495). Hasil ini menunjukkan perlunya penanganan khusus dalam penuntasan masalah bullying berdasarkan perbedaan karakteristik jenis kelamin.

This study addresses one of the mental health problems among teenager is the phenomenon of bullying. This phenomenon is examined to look at the factors that influence behavior of facing bullying among teenagers Depok. By using a quantitative approach, this study perform taking cross-sectional data. Data collected through questionnaires to all students of class X and XI SMA Muhammadiyah 1 Pancoran Mas, Depok with number of 71 respondents based on total sampling methods.
Based on the results of univariate analysis, 63,4% of teenagers behave appropriately in the face of bullying and 36,6% other teenagers behave inappropriately. In addition, factors related to facing bullying behavior is gender (p=0,037), knowledge (p=0,046) and the regulations in friends group (p=0,044). While the factors that influence the facing bullying based on gender differences in characteristics.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Junifrius
"Upaya menanamkan pemahaman dan kesadaran (awareness) di antara guru-guru merupakan sebuah alternatif intervensi dini guna pemecahan masalah bullying di sekolah. Bagaimanapun peran guru sangat strategis sebagai agen perubahan yang memiliki kapital sosial dan kognisi.
Dalam TA ini, intervensi khusus ditujukan kepada para guru-guru di mana dengan cara sharing informasi dan usaha-usaha. lainnya diharapkan guru mempunyai pemahaman dan juga pada gilirannya adanya kesadaran tentang kasus bullying di sekolah tempat mereka mengajar. Kesediaan guru-guru untuk terlibat dalam usaha pengurangan-idealnya penghentian-kasus bullying dapat menjadi suatu penggerak utama bagi kemajuan suatu sekolah yang pada gilirannya akan mendatangkan efek domino pada yang lainnya, seperti orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks sekolah setempat, guru-guru dapai menjadi titik acuan dari suatu hubungan sosial yang sehat bagi siswa-siswi.
Baseline study tugas akhir ini dilakukan melalui pengamatan, sharing, survey (angket) dan diskusi. Adapun teori yang dipakai dalam intervensi adalah teori kognisi dan reducative strategy.
Hasil yang diperoleh dari usaha intervensi ini adalah dengan adanya komitmen nyata dari sekolah untuk lebih memperhatikan hubungan yang sehat antar siswa dan kesadaran guru akan pentingnya peran serta nyata dari mereka dalam menciptakan kondisi yang kondusif yaitu lingkungan sekolah tanpa bullying (no bullying School).
Keunikan pendekatan ini adalah di mana guru-guru yang sebelumnya punya pemahaman-pemahaman lama (belief) dan sikap terhadap indikator kasus bullying mengalami perubahan setelah mengikuti proses intervensi yang dilakukan. Sikap positif ditunjukkan melalui kesediaan untuk memberikan masukan-masukan konstruktif untuk bersama-sama mengatasi masaiah bullying.
Sebagaimana disebutkan di awal, bahwa intervensi ini hanyalah merupakan usaha rintisan yang sangat awal maka sudah barang tentu pada tahapan selanjutiiya, penulis menyarankan untuk merealisasikan secara lebih atas keterlibatan banyak aspek untuk mengatasi persoalan bullying di sekolah tersebut, misalnya menyediakan layanan media yang memberi akses ke semua pihak, termasuk orang tua siswa, guna memantau hat yang terkait dengan pergaulan antar siswa, dan juga terbentuknya kelembagaan yang khusus dimaksudkan untuk meminimalisasi bullying dan tentunya pada tingkat yang lebih makro, adanya kemauan Yayasan untuk membuat kebijakan bersama untuk bullying.

Afford of cultivating knowledge and awareness about bullying among teachers is the very early initial alternative of intervention to prevent and to reduce bullying case in schools. Teacher, as an agent of change, has a unique and strategic role that brings about social change since he/she has social capital and cognitive aspect as well.
In this TA (Final Assignment), the intervention especially goes to the teachers by sharing of information on bullying and another methods in order teachers to have knowledge and as consequently they are aware of their school's situation and students and get themselves involved to be persons who are main mover that bring about revolving effect for wider spectrum of communities such as parents, society and government. For this context, teacher could also be a point of reference for students in creating a healthy social relationship.
Baseline study was done by tracing, observation, sharing, survey and discussion. The foundational theories of intervention are cognitive theory and reductive strategy by Kurt Lewin (quoted by Zaltmant).
The results of intervention are such as getting knowledge, awareness and commitment to be no-bullying school.
The uniqueness of this intervention is refreezing the new values and paradigm of teacher about bullying and in turn, developing positive behavior by giving some strategic, integrated and concrete input in order to reduce bullying.
As stated above, this project is only a beginning and early intervention, it is my hope and suggestion to follow up this intervention by further and vivid works namely integrated program which involve many aspect such as wider communities (parent, society and government) and policy on bullying.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>