Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita Karti
"Keaneka-ragaman pola perilaku wisata dan kecenderungan wisatawan melakukan perilaku wisata yang berisiko melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara trait sensation seeking dan tourist role pada wisatawan nusantara. Trait sensation seeking adalah sifat yang mengambarkan kecenderungan untuk mencari sensasi, variasi, dan pengalaman baru, diiringi oleh keinginan untuk mengambil risiko fisik, sosial, legal dan finansial untuk mendapatkan pengalaman tersebut (Zuckerman, 1991; 2000). Sementara tourist role adalah pola perilaku wisata yang dilakukan oleh wisatawan (Cohen, 1972; Giddens dalam Wickens, 2002). Penelitian dilakukan pada 150 orang wisatawan nusantara usia dewasa muda.
Desain penelitian ini adalah ex post facto, dengan tipe field study. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara trait sensation seeking dan tourist role. Semakin tinggi trait sensation seeking akan diikuti oleh semakin besarnya kecenderungan wisatawan untuk memilih tujuan wisata yang baru dan berbeda, baik dalam konteks budaya, masyarakat, bahasa maupun kemapanan daerah tujuan wisata. Wisatawan pencari sensasi yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan kontak sosial dengan penduduk dan budaya lokal, serta berwisata secara independen. Ketika berpergian, mereka kurang menyukai untuk menggunakan pelayanan dari institusi pariwisata, seperti penggunaan paket wisata dari agen atau biro perjalanan wisata.

The diversity of tourist behavior and its propensity of risk taking behavior among tourists are the background of this research. This research has an objective to prove the hypothesis of the relationship between trait sensation seeking and tourist role among Indonesian tourists. Zuckerman (1991; 2000) define sensation seeking as a trait which delineates the inclination to seek novel, varies, complex, and intense sensations and experiences and the eagerness to take risks for the sake of such experience. Tourist role is the patterns of tourist behavior (Cohen, 1972; Wickens, 2002). This research conducted on 150 young adult Indonesian tourists.
The design of this research is ex-post-facto; moreover the type is field study. The result shows that there is a significant correlation between trait sensation seeking and tourist role. The increase of trait sensation seeking among Indonesian tourist aptly ensued by the escalation of tourist?s propensity to acquire a pristine and distinctive tourism experiences in the terms of culture, folks, language, and tourism establishments at a macro or destination level. Furthermore, the higher sensation seekers are, the more they would have propensities to get in touch with the locals and carry out the journey independently. As well, they less prefers to employ an established service, such as packaged tour from travel agency when they carry out the journey.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
152.1 KAR h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Rajawali Press, 2023
910.2 PAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novia Indrianti
"Pesatnya pertumbuhan pariwisata diiringi dengan munculnya pertanyaan mengenai alasan orang-orang melakukan kegiatan wisata. Alasan yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan wisata disebut sebagai motivasi wisata. Yogyakarta menjadi daerah tujuan para wisatawan asing yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menjadi dua daerah tujuan wisata favorit dibanding tiga kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mengkaji alasan yang mendorong para wisatawan asing melakukan perjalanan ke Yogyakarta sehingga dapat dikaitkan dengan tingginya jumlah wisatawan asing yang datang ke Yogyakarta. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan spasial dan analisa deskriptif. Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa motivasi wisatawan asing di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman tidak dipengaruhi oleh jenis wisata yang ada di daerah tujuan.

The rapid growth of tourism followed by the emergence of questions about the reasons people do tourist activities. Reasons that cause a person to travel referred to as tourist motivation. Yogyakarta became the destination of foreign tourists whose number is increasing every year. Yogyakarta city and Sleman district into two favorite tourist destination compared to three other districts in the province of Yogyakarta.
This study examines the reasons that encourage foreign tourists to travel to Yogyakarta so it can be attributed to the high number of foreign tourists come to Yogyakarta. The method of analysis used in this study is the approach of spatial and descriptive analysis. From the research, it was concluded that the motivation of foreign tourists in the city of Yogyakarta and Sleman District was not influenced by the type of tourism in the destination.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Intani Putri
"This research aims to know to what extend tourist use travel guidebooks for their visit to Yogyakarta, as one of tourism destination in Indonesia. This research was conducted by taking tourist who has been to or during their visit to Yogyakarta. Qualitative interviews with three travel experts precede this research in order to gather the purpose of using travel guidebooks by tourist visiting Yogyakarta.
The results are 31 purposes of using travel guidebooks. After conducting factor analysis and reliability tests, seven factors comprising 26 statements were extracted which are: functional needs, forward-looking needs, learning needs, autonomy needs, tension reduction needs, security needs, and objectification needs.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana wisatawan menggunakan buku panduan wisata untuk kunjungannya ke Yogyakarta yang merupakan salah satu destinasi pariwisata di Indonesia. Wawancara kualitatif dengan tiga ahli pariwisata di Yogyakarta dilakukan sebagai tahapan awal penelitian ini untuk menggali tujuan penggunaan buku panduan wisata oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
Hasil dari wawancara ini adalah 31 pernyataan yang kemudian dikembangkan sebagai item pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan kepada 100 wisatawan asing yang pernah berkunjung atau sedang berkunjung ke Yogyakarta. Setelah melakukan analisis faktor dan uji reliabilitas, dihasilkan tujuh faktor yang terdiri dari 26 pernyataan, yaitu: functional needs, forward-looking needs, learning needs, autonomy needs, tension reduction needs, security needs, and objectification needs."
Management Research Center (MRC) Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2014
AJ-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Natia Humairah
"Studi ini meneliti hubungan antara halal tourism (pariwisata halal), tourist experience (pengalaman wisata), dan constraint (kendala) untuk mengidentifikasi peran khusus dari atribut-atribut dalam membentuk destination image (citra daerah tujuan) dan revisit intention (intensi mengunjungi kembali) ke Lombok. Populasi penelitian terdiri dari 330 tanggapan survei dari wisatawan domestik Lombok. Untuk mencapai tujuan ini, pemodelan persamaan struktural digunakan untuk menganalisis data menggunakan PLS untuk menguji dampak dimensi dan variabel yang mempengaruhi destination image dan revisit intention. Lima dimensi halal tourism attributes (lingkungan sosial, fasilitas, makanan dan minuman, layanan, dan staf), empat dimensi tourist experience (escapism, entertainment, esthetics, dan education), tiga dimensi constraint (avaibility, structural, dan interpersonal), tiga dimensi destination image (scenery, infrastructure, affective dan water sports), dan tiga atribut revisit intention diidentifikasi. Analisis regresi kuadrat terkecil parsial menunjukkan bahwa tourist experience menentukan peran terbesar dalam destination image. Hasil penelitian menentukan apakah keberadaan faktor pariwisata halal dapat mempengaruhi citra tujuan dan membuat wisatawan untuk mengunjungi kembali Lombok di masa depan, oleh karena itu pemasar dapat menciptakan nilai tambah untuk daerah tujuan wisata yang dikelola dengan mempertimbangkan faktor-faktor pariwisata halal.

This study examines the relationship between halal tourism, travel experience, and constraint to identify the particular role of the attributes in forming destination image and revisit intention to Lombok. The study population comprises of 330 survey responses from domestic tourists of Lombok. In order to achieve this objective, structural equation modelling was used to analyze the data using PLS to examine the impact of dimensions and variable that influence destination image and revisit intention. Five dimensions of halal tourism (social environment, facilities, food and beverages, service, and staff), four dimensions of travel experience (escapism, entertainment, esthetics, and education), three dimensions of constraints (avaibility, structural, and interpersonal), three dimension of destination image (scenery, infrastructure, affective, and water sports), and three attributes of revisit intention were identified. Partial least squares regression analysis shows that tourism experience defining biggest roles in the destination image. The results determine whether the existence of halal tourism factors can affect the destination image and make a tourist to revisit Lombok in the future, therefore marketers can create added value for managed tourist destination areas by taking into the factors of halal tourism."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Budhiman
"Mewujudkan sukses pembangunan dalam hal ini pembangunan kepariwisataan, bukanlah suatu hal yang mudah. Harapan besar yang diletakkan di atas pundak sektor pariwisata untuk menjadi andalan utama penghasil devisa non-migas, tentunya haaus dijawab dengan kerja keras dan keterpaduan seluruh lini yang terkait dengan sektor ini. Dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada, maka menjadi suatu tantangan bagi seluruh pelaku dunia pariwisata, untuk mendukung berbagai kebijaksanaan yang mengarah pada pencapaian keberhasilan tersebut.
Penulisan tesis ini mencoba untuk menelaah kondisi kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta. Penelitian difokuskan kepada implementasi kebijaksanaan Sapta Pesona, yang dinilai berdasarkan persepsi para wisatawan yang berkunjung ke Jakarta. Data primer diperoleh dari kuisoner yang dibagikan kepada responden. Di sisi lain, dikemukakan pula kinerja kepariwisataan DKI Jakarta melalui penelitian data sekunder.
Sapta Pesona merupakan kebijaksanaan yang bertujuan mewujudkan daya tarik suatu Daerah Tujuan Wisata. Komponen-komponen yang membentuk daya tarik tersebut, adalah: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesejukan, Keramah-tamahan, dan Kenangan. Memperhatikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan, terdapat kekhawatiran Sapta Pesona hanya terkesan sebagai slogan, dan bukan sebagai suatu kebijaksanaan publik yang harus didukung oleh semua pihak.
Terdapat tiga komponen yang menjadi kelemahan utama, yaitu kesejukan, kebersihan, dan ketertiban. Disamping itu, komponen yang dikategorikan sebagai tiga unggulan utama, adalah keramahtamahan, keindahan, dan keamanan. Berdasarkan kondisi tersebut, Jakarta harus bekerja ekstra keras, apabila ingin berdiri sejajar dengan daerah tujuan wisata "kelas dunia" lainnya.
Bertitik tolak dari temuan tersebut, direkomendasikan prioritas kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan menggunakan pendekatan daya tarik kota, melengkapi pendekatan ekonomi sebagaimana yang selama ini dilakukan. Implementasi model kebijaksanaan tersebut, diharapkan dapat menjadi perspektif baru dan memberikan dukungan yang kondusif bagi pencapaian keberhasilan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Khalishah
"Local Food Experience merupakan salah satu produk yang ditawarkan dalam industri pariwisata. Makanan dilihat sebagai salah satu refleksi budaya lokal, dan pengalaman tersebut dapat menciptakan tourist satisfaction, terutama bagi wisatawan yang baru pertama kali memakan makanan tersebut dalam sebuah perjalanan wisata.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan pengaruh local food experience terhadap tourist satisfaction pada wisatawan mancanegara di Kota Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian eksplanatif, metode survey, dengan menyebarkan kuesioner ke 100 responden dengan teknik pengambilan sampel non-probability sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara local food experience dengan tourist satisfaction. Penelitian ini menunjukan bahwa pengalaman terkait makanan lokal telah menciptakan kepuasan wisatawan yang baik pada wisatawan mancanegara di Kota Yogyakarta.

Local food experience is a product that is being offered in tourism industry. Local food is seen as a reflection of local culture, and the experience may results in tourist satisfaction, especially for tourist who eat local food for the first time during a tourism purpose trip.
This research was conducted with the aim to explain the influence of local food experience towards tourist satisfaction among international tourists in Yogyakarta City.
This study was conducted using quantitative research approach with explanative type of research, survey method, with the number of survey respondents is 100 to the technique of taking samples of non probability sampling.
The results shows that local food experience had created positive tourist satisfaction among international tourist in Yogyakarta City.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Syurawati
"Kawasan Puncak merupakan salah satu kawasan wisata unggulan di Provinsi Jawa Barat yang memiliki objek wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus. Masing-masing objek wisata memiliki tingkat daya tarik yang berbeda-beda. Terdapat perbedaan tingkat daya tarik objek wisata di masa new normal akibat adanya atraksi wisata dan akomodasi yang tidak beroprasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah wisatawan sebelum dan masa new normal di objek wisata Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, serta untuk mengetahui hubungan perbedaan tingkat daya tarik objek wisata sebelum dan masa new normal terhadap perbedaan jumlah wisatawan. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan spasial temporal serta menggunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment untuk mencari keeratan hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah wisatawan sebelum dan masa new normal di semua objek wisata Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Penurunan jumlah wisatawan tinggi terjadi pada objek wisata yang memiliki banyak atraksi wisata yang tidak beroprasi di masa new normal. Sedangkan objek wisata yang memiliki atraksi wisata tidak di berhentikan beroprasi di masa new normal mengalami penurunan jumlah wisatawan rendah. Objek wisata yang mengalami penurunan tingkat daya tarik yang tinggi di masa new normal juga diikuti dengan penurunan jumlah wisatawan di masa new normal. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan arah korelasi bernilai positif antara perbedaan tingkat daya tarik objek wisata sebelum dan masa new normal dengan perbedaan jumlah wisatawan. Semakin tinggi perbedaan tingkat daya tarik objek wisata, maka semakin tinggi perbedaan jumlah wisatawan sebelum dan masa new normal.

The Puncak area is one of the leading tourist areas in West Java Province that has natural tourism, cultural tourism, and special interest tourism. Each tourist objects has a different level of attractiveness. There are differences in the level of attractiveness of tourist objects in the new normal period due to tourist attractions and accommodations that do not operate. The purpose of the research is to identify the difference in number of tourists before and the new normal period in tourist objects in the Puncak Area, Bogor Regency, and to identify correlation of differences in the level of attractiveness before and the new normal period on the difference in number of tourists. The analytical method used is descriptive method of temporal-spatial and using the Pearson Product Moment Correlation Test to find the closeness of the correlations. The results showed that there are differences in the number of tourists before and the new normal period in all tourist objects in the Puncak Area, Bogor Regency. The decrease in the number of tourists is high in tourist objects that have many tourist attractions do not operate in the new normal period. Meanwhile, tourist objects that have tourist attractions do not stop operating in the new normal period have a low decrease in the number of tourists. Tourist objects that have a high different level of attractiveness in the new normal period were also followed by a decrease in the number of tourists in the new normal period. The result of the correlation test showed that there is a strong correlation and the direction of the correlation is positive between differences in the level of attractiveness of tourist objects before and the new normal period with the difference in the number of tourists. The difference in the level of attractiveness being higher, then the difference in the number of tourists before and the new normal period also being higher."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Walam Anggawijaya
"ABSTRAK
Pariwisata merupakan sarana dalam peningkatan pendapatan daerah dan andalan Indonesia dalam perolehan devisa. Indonesia secara geologi merupakan daerah yang sangat dinamik banyak memunculkan bentuk bentang alam ( landfornr ) menarik yang dapat merupakan asset dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara faktor-faktor fisik alami dengan perkembangan kepariwisataan pantai di Gunung Selok, Jawa Tengah serta Pangandaran dan Cipatujah, Jawa Barat. Diadakan penilaian peranan komponen-komponen fisik bentang alam yakni kepentingan dan kemampuannya, yang disebut nilai kapabilitas dalam membentuk keindahan.alam pantai.
Daerah wisata Gunung Selok, Pangandaran dan Cipatujah berlokasi di daerah pantai yang menghadap Samudra Hindia. Perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tersebut, dilihat dari jumlah pengunjung dari tahun-ketahun meningkat. Peningkatan ini disebabkan semakin besar minat masyarakat mencari hiburan melakukan rekreasi ke daerah-daerah tersebut untuk menikmati daya tarik alami berupa keindahan alam yang masih terawat.
Laju perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tidak sama disebabkan faktor pendukung daya tarik alami berbeda satu sama lain. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor fisik yakni kondisi geologi dan geomorfologi yang memegang peranan penting dalam membentuk bentang atau tatanan alam di permukaan bumi. Bentang alam yang terdiri dari komponen-komponen sebagai produk proses geologi dan geomorfologi, dapat memberikan bentuk yang unik indah sehingga merupakan potensi maupun kendala dalam perkembangan kepariwisataan, bukan saja terhadap keunikan dan keindahan alam tetapi juga terhadap penyediaan lahan alami bagi perkembangan flora dan fauna maupun sarana binaan seperti hotel dan fasilitas air bersih.
Dalam penelitian terungkap bahwa daerah wisata Pangandaran lebih meningkat perkembangan kepariwisataannya dibandingkan dengan daerah wisata gunung Selok dan Cipatujah, karena didukung oleh kemampuan atau kapabilitas komponenkomponennya yang lebih besar daripada komponen-komponen bentang alam yang ada di gunung Selok dan Cipatujah. Perkembangan kepariwisataan di gunung Selok dan Cipatujah tidak begitu berbeda karena kapabilitas masing-masing komponennya dalam mendukung keunikan dan keindahan hampir sama.
Proses Geologi dan Geomorfologi yang perlu diwaspadai dan diantisipasi selain erosi dan pengendapan di pantai adalah tsunami yang bila terjadi mungkin akan dapat merusak fasilitas (sarana dan prasarana) yang telah dibangun dan selanjutnya menurunkan citra kepariwisataan di daerah tersebut.
Daftar Kepustakaan : 28 ( 1953-1995 )

ABSTRACT
Relationship between Gemorphological Aspects and Coastal Tourism (A Case Study at Gunung Selok, Central Java and Pangandaran and Cipatujah, West Java)Tourism is an important mean for raising domestic income as well as devisa for Indonesia. Geologically, Indonesia is a very active or dynamic area from which unsual morphology or landforms were created. The fascinating landforms are potential asset for developing tourism. The intention of this research is to study the relationship between finical factors i.e. the components of the landform and the development of coastal tourism at Gunung Selok area, Central Java and Pangandaran and Cipatujah area, West Java. Evaluation were undertaken concerning the importancy and capability of the components in contributing the beauty of the coastals landform. The natural beauty is a main attractive factor by which tourists will come.
The tourism areas of Gunung Selok, Pangandaran and Cipatujah are located at the coast of Indian Ocean, The development of tourism at the area, in the view of the number of tourist visiting the areas, is increasing because of the greater demand of people to get fresh and beautifull natural environment.
The different rate of tourism development at the three tourist areas are mainly caused by the difference in their physical i.e. geological and geomorphlogical conditions in the form of natural landform (landscape). Both geological and geomorphological conditions play an important role in creating and enchanting unsual and beautiful landscape; on the contrary, in the other situation, the geological and geomorphological processes act as a detrimental factor for environmental condition. This research dicovers that the greater rate of tourists visiting Pangandaran area compared with Gunung Selok and Cipatujah areas are due to the greater support of capabilities of the components of landscape at Pangandaran compared with those two other areas.
Deteriorating natural processes which have to be noticed and anticipated in respect to tourism development in the three areas are current coastal erotion and sedimentation which are steadly happening at the three areas. Furthermore, effort must be undertaken for anticipating the tsunamic catastrophy since the areas especially Pangandaran are very vulnerable.
Total of references : 28 (1953-1995)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pariwisata. Dijen Pariwisata, 1997
175 IND b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>