Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134973 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Marie Wattie
"Pertautan antara agama dan adat istiadat di Bali merupakan hal yang penting karena Bali dan Hindu merupakan dua identitas yang tidak bisa dipisahkan. Bali menunjuk pada kategori etnis yang mempunyai adat-istiadat khusus. Demikian pula halnya dengan Hindu yang merupakan kategori agama yang ditandai oleh seperangkat sistem kepercayaan. Meskipun lembaga yang peduli terhadap HIV/AIDS tidak secara eksplisit menempatkan Hindu-Bali sebagai dasar kegiatan, pemahaman ini sangat berguna dalam penyelenggaraan program dan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, khususnya yang berkaitan langsung dengan masyarakat adat Bali. Hasil penelitian ini makin menegaskan argumentasi bahwa setiap program dan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS harus melibatkan masyarakat adat melalui proses jejaring dengan berbagai lembaga lain secara multiperspektif, yaitu agama, adat, dan kesehatan. Dengan adanya hal tersebut, para ODHA merasa lebih diterima di dalam keluarga dan desa adat."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rendy Ramadhan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai peran pendamping di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kuldesak dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu, pendamping menjalankan berbagai peran diantaranya adalah, enabler, konselor, konselor keluarga, broker, pendidik, advokat, aktivis, menjalankan lembaga, dan pendamping minum obat. Selain itu, ditemukan dukungan yang diterima oleh pendamping adalah dukungan internal seperti, pengamalan diri, dukungan keluarga, dorongan untuk beribadah. Selanjutnya adalah dukungan eksternal, yaitu dukungan dari masyarakat, dukungan dari tenaga kesehatan, dukungan dari lembaga itu sendiri, dan dukungan dari ODHA. Dukungan-dukungan itulah yang menjadi alasan mereka mendampingi ODHA hingga saat ini. Penelitian ini membahas mengenai peran pendamping di Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Kuldesak dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Depok, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu, pendamping menjalankan berbagai peran diantaranya adalah, enabler, konselor, konselor keluarga, broker, pendidik, advokat, aktivis, menjalankan lembaga, dan pendamping minum obat. Selain itu, ditemukan dukungan yang diterima oleh pendamping adalah dukungan internal seperti, pengamalan diri, dukungan keluarga, dorongan untuk beribadah. Selanjutnya adalah dukungan eksternal, yaitu dukungan dari masyarakat, dukungan dari tenaga kesehatan, dukungan dari lembaga itu sendiri, dan dukungan dari ODHA. Dukungan-dukungan itulah yang menjadi alasan mereka mendampingi ODHA hingga saat ini.

ABSTRACT
This research discusses about the role of caseworker in non governmental organization named Kuldesak on the countermeasures HIV AIDS in Depok City, West Java. This study is conducted with qualitative approach, using descriptive studies. The result of the study shows that the caseworker implementing a various roles, such as enabler, counselor, family counselor, broker, educator, advocator, activist, administrative, and accompanying people living with hiv PLWH to take their medicine. Other than that case worker recieve many supports, internal support such as self experiences, family support, and some faith reason. Another support is from the external factor, such as support from the society, support from health worker, from Kuldesak, and also from PLWH itself. Those kind of support make them still giving a services for PLWH in Depok City. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Detty Gusnida
2007
T38466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Puteranto
"ABSTRAK
Problematika pengelolaan program HIV/AIDS muncul ketika suatu organisasi
sosial keagamaan menjalankan program ini. Organisasi keagamaan dituntut untuk
mampu menjalankan program secara efektif. Namun demikian dalam
implementasinya akan berhadapan dengan ?body of knowledge? dari program
HIV/AIDS. Oleh karenanya kemampuan organisasi untuk merespon program
menjadi sesuatu yang krusial. Organisasi keagamaan memiliki peran untuk tetap
memegang nilai keagamaan namun tidak bertentangan dengan strategi yang
dimiliki oleh program HIV. Penelitian mengeksplorasi tiga isu dalam Lembaga
Kesehatan Nahdlatul Ulama. Tiga hal tersebut adalah interaksi nilai dan norma,
upaya membangun legitimasi organisasi, dan kemampuan organisasi melakukan
manajemen pengetahuan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk
mengeksplorasi ketiga topik permasalahan di atas. Hasil dari studi menunjukkan
bahwa Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial
keagamaan mampu menjawab isu-isu sensitif di program HIV/AIDS untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi, membangun legitimasi organisasi dan
mengelola manajemen pengetahuan secara efektif

ABSTRACT
The problems of managing HIV/AIDS programs arises when religious social
organizations run the program. Religious organizations are required to run the
program effectively. However, the implementation is not easy since they have to
faced the "body of knowledge" of HIV/AIDS programs. Therefore, the ability of
the organization to undertake this program is crucial. Religious organizations have
a role to still keep the significance of religious values, at the same time to avoid
conflict with the strategies possessed in HIV programs. This study explores three
issues in the Health Organization of Nahdlatul Ulama, the interaction of values
and norms, efforts to establish the organization legitimacy, and the ability to
perform knowledge management. Qualitative research methods is used to explore
the three issues mentioned above. The study results showed that the Health
Organization of Nahdlatul Ulama as a socio-religious organization is able to
answer sensitive issues in HIV/AIDS programs to reduce stigma and
discrimination, building of organization legitimacy and conducting of knowledge
management effectively"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Gunawan
"Permasalahan penyebaran HIV/AIDS semakin memprihatinkan dan dapat menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Upaya penanggulangannya melalui Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sering mendapatkan penolakan dari masyarakat luas mengingat karaktreristik cara penularannya. Fokus Evaluasi Proses Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia adalah faktor pihak atau aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, faktor interaksi diantara pihak atau aktor tersebut, dan sumber atau dukungan dana penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Untuk menjelaskan faktor-faktor tersebut dalam rangka pemahaman mengenai pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, digunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan langkah-langkah penelitian kuantitatif. Faktor Pihak atau aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS dilihat dari keterlibatan dalam upaya penanggulangan dan khususnya keterlibatan dalam pembuatan kebijakan. Masih banyak pihak atau aktor penting yang tidak terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut sehingga kebijakan yang dibuat tidak mengakomodasi kepentingan yang seluas mungkin mewakili kelompok-kelompok yang terlibat. Interaksi diantara pihak atau aktor berjalan dengan baik bahkan karena adanya kedekatan hubungan diantara para pihak atau aktor tersebut sering kali pertemuan atau rapat diadakan secara informal. Secara teknis dalam pertemuan atau rapat pembuatan kebijakan publik, Komisi Penanggulangan AIDS, Departemen Kesehatan dan UNAIDS, lebih mendominasi jalannya berbagai pertemuan dan rapat. Dan dilihat dari nilai-nilai kepentingan yang diakomodasi dalam kebijakan penanggulangan HIV/AIDS, nilai-nilai kesehatan masyarakat dirasakan dominan.Besarnya keterlibatan dan pengaruh akademisi serta praktisi dalam pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS dan lemahnya keterlibatan masyarakat secara luas menjadikan model pembuatan kebijakannya adalah model rasional komprehensif, karena selain dibuat para ahli dengan sedikit kepentingan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia merupakan kebijakan terobosan. Faktor sumber atau dukungan dana memperlihatkan bahwa dana penanggulangan didominasi bantuan luar negeri yang penggunaannya secara prosedural harus melalui bimbingan teknis lembaga internasional. Dominasi pembiayaan yang berasal dari luar negeri tidak baik bagi upaya penanggulangan dari segi kontinuitas dan a\terakomodasinya kepentingan-kepentingan dalam negeri. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) harus membuka akses seluas mungkin dalam perlibatan pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu KPA juga harus meningkatkan kapasitasnya agar mampu menjaring dana dalam negeri. Pada akhirnya komitmen pemimpin merupakan hal penting untuk mengawali kondisi yang baik dalam proses pembuatan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

The HIV and AIDS epidemic spread out rapidly and threatening the development in Indonesia. The alleviation program through HIV and AIDS policy oftenly gets denial from the people, it is happen because of the HIV transmission of this disease.
Focus of the HIV and AIDS Policy Making Process in Indonesia are actors or stakeholders factors involved in the policy making process in Indonesia, interaction factor of the stakeholders, and financial support for the program. The Descriptive Research with qualitative approach and quantitative research is chosen to explain the policy making process factors. Actors or stakeholders factor involved in the policy making process can be assessed by the involvement in the prevention program and policy making. Many parties or actors were not involved in the policy making process, therefore the policy could not accommodate all people interests. Interaction of parties or actors run very smooth because they are having close relations and oftenly share ideas on the formal and informal meetings. National AIDS Commission, Ministry of Health and UNAIDS technically dominating the meetings among stakeholders. When we overview the values accommodated on the HIV and AIDS policy, the most accommodated value is health value. The dominate of experts in the HIV and AIDS policy turn the policy into rational comprehensive model, because it is made by expert who has low interest in the HIV and AIDS policy and it is also called cross cut policy. Resource factor or financial support shows that fund for HIV and AIDS is dominated by international funding, where the management should follow the international agencies regulations. International fund domination make uncontinuity program and low local value interest. The National AIDS Commission (NAC) should be scaling up access in policy making process. Besides that, NAC should be able to increase capacity in international resource mobilization. In the end, leadership commitment is an important thing to start good climate in HIV and AIDS policy making process."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rini Puji Lestari
"Secara nasional, Indonesia telah mengantisipasi epidemi HIV/AIDS, tetapi
jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali dari tahun ke tahun memperlihatkan
peningkatan yang semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan jumlah kasus dan kebijakan penanggulangan
HIV/AIDS di Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang di-
lakukan di Denpasar pada tanggal 11-17 September 2011. Sampel penelitian ini
menggunakan informan terpilih yaitu kepala bappeda, pejabat Dinas Kesehatan
Kabupaten Denpasar, direktur rumah sakit, puskesmas, ketua komisi penang-
gulangan AIDS di kabupaten/kota dan pemerhati HIV/AIDS termasuk ODHA.
Penelitian menemukan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar yang terting-
gi dan penularan terbesarnya melalui hubungan seks. Namun, dukungan pe-
merintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS ter-
lihat belum maksimal. Padahal kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sangat di-
tentukan oleh cara pandang pemerintah terhadap penyakit HIV/AIDS. Untuk itu,
perlu peningkatan pemahaman tentang HIV/AIDS serta pencegahan dan
penanganan semua pihak terkait sehingga penanggulangan HIV/AIDS dapat
lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Secara nasional, Indonesia telah mengantisipasi epidemi HIV/AIDS, tetapi
jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali dari tahun ke tahun memperlihatkan
peningkatan yang semakin mengkhawatirkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan jumlah kasus dan kebijakan penanggulangan
HIV/AIDS di Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang di-
lakukan di Denpasar pada tanggal 11-17 September 2011. Sampel penelitian ini
menggunakan informan terpilih yaitu kepala bappeda, pejabat Dinas Kesehatan
Kabupaten Denpasar, direktur rumah sakit, puskesmas, ketua komisi penang-
gulangan AIDS di kabupaten/kota dan pemerhati HIV/AIDS termasuk ODHA.
Penelitian menemukan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar yang terting-
gi dan penularan terbesarnya melalui hubungan seks. Namun, dukungan pe-
merintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS ter-
lihat belum maksimal. Padahal kebijakan penanggulangan HIV/AIDS sangat di-
tentukan oleh cara pandang pemerintah terhadap penyakit HIV/AIDS. Untuk itu,
perlu peningkatan pemahaman tentang HIV/AIDS serta pencegahan dan
penanganan semua pihak terkait sehingga penanggulangan HIV/AIDS dapat
lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran."
Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sherley Silvia Yahya Putri
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dewi Pusparini
"[Penelitian ini membahas tentang modal sosial apa saja yang dimiliki LSM Bandungwangi sekaligus melihat bagaimana peran modal sosial tersebut dalam upaya pencegahaan penularan HIV AIDS yang dilakukan di kalangan PSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bandungwangi sebagai sebuah LSM memiliki modal sosial berupa jaringan sosial yang menciptakan ikatan sosial antara Bandungwangi dengan PSP lembaga donor pemerintah. LSM lain dan antar Staf dalam Bandungwangi sendiri Ikatan sosial ini nyatanya membangun nilai dan norma bersama mengenai kebiasaan sehari hari nilai bekerja sebagai PSP dan kelebihan Bandungwangi dalam menjangkau komunitas PSP. Nilai dan norma bersama ini yang kemudian membangun kepercayaan antar aktor. Bentuk modal sosial seperti ini menandakan bahwa bonding dan bridging Bandungwangi kepada aktor aktor tersebut berhasil dibangun. Penelitian ini juga menemukan bahwa kelemahan modal sosial Bandungwangi terletak pada jaringannya dengan LSM lain yang kurang dimaksimalkan. Masing masing bentuk modal sosial yang dimiliki LSM Bandungwangi juga terbukti berperan dalam membangun komunikasi kordinasi meningkatkan reputasi hingga menciptakan tindakan kolektif upaya pencegahan penularan HIV AIDS pada tataran partisipasi kegiatan. Penelitian ini mengisi kekosongan pembahasan mengenai modal sosial LSM dalam upaya pencegahan penularan HIV AIDS di kalangan PSP yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus pada LSM Bandungwangi. Terdapat 12 informan dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive.

This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers. This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS. The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers. This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers. Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi's bonding and bridging to another actors perfectly build. The finding also shows that the weakness of Bandungwangi's social capital is social network with other NGO. Each of these forms Bandungwangi's social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS. This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before. This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta. Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling.;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling, This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>