Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79468 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetriana Vivi Oktora Taolin
"Kehidupan kita dipengaruhi oleh kota tempat tinggal kita, oleh sistem yang berjalan di dalam kota. Karakter urban tertentu menghasilkan reaksi yang tertentu pula. Misalnya jika sebuah kota tidak menyediakan ruang terbuka publik sementara pusat perbelanjaan tersebar dimana-mana, maka masyarakat kota cenderung konsumtif karena tempat tersebut menjadi sarana utama kehidupan sosial dan rekreasi mereka. Dampaknya, komunitas semakin terpisah satu sama lain.
Orang akan membentuk kelompok sosial berdasar kesamaan minat, gaya hidup atau klasifikasi sosial lainnya, sementara tidak mengenal orang-orang di lingkungan tinggalnya sendiri. Kehidupan publik juga banyak dipengaruhi oleh sirkulasi dan pergerakan dalam kota. Transportasi adalah salah satu penentu tataran urban. Salah satu konsep baru mengenai pembangunan tata kota berkaitan dengan sistem transportasi adalah Transit Oriented Development.
TOD adalah konsep pengembangan kawasan yang mengutamakan perbaikan di sekitar titik transit dengan radius sejauh jarak yang dapat dijangkau berjalan kaki. Dalam konsep TOD, kawasan tersebut harus menggunakan tata guna lahan mixed-use. Tujuannya adalah merangsang penggunaan transit dan merevitalisasi kehidupan komunitas di area tersebut. Agar orang beraktivitas di kawasan TOD, menggunakan transit dan berinteraksi sosial, harus diadakan sebuah tataran lingkungan fisik yang mendukung. Karakteristik dan tataran fisik di kawasan TOD diyakini dapat mempengaruhi kehidupan publik penggunanya menjadi lebih baik.

We are shaped by our city. Our daily life is much affected by networks of system that occur in the city we live in. Certain urban setting can lead to specific reaction. For example, when there is lack of urban open space and many large-format retail spread out the entire city, there will be no doubt that citizens will become consumptive and socially segregated each other.
People tend to gather in a community of interest and lifestyle rather than community of place, of geographical proximity towards each other. The latter is what we known as traditional neighborhood. Public life in the city is also much affected by the way we move within the city. Transportation system is a key determinant to urban setting. One arising concept about urban planning related with transportation system is Transit Oriented Development.
TOD is a planning concept that basically encourages development along transit nodes. It implies that an area within walking distance from station should be enriched by variety of land use. The goals are to increase transit ridership and revitalize community's life. TOD will only succeed when it implement an comprehensive planning to create attractive and functional environment that induce people to walk trough the development, use transit and also be involved in social interaction. Therefore, a certain characteristic and criteria needed to be applied. Urban planners believe that physical settings of TOD can influent public realm of the city.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48453
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christa Indah Saptarini
"Dapur kota merupakan sebuah istilah yang saya berikan terhadap kegiatan memasak yang di lakukan di jalan. Kegiatan memasak pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat privat, ditinjau dari sejarah dapur yang merupakan bagian dari sebuah rumah tinggal. Dalam keseharian di ruang kota yang dipenuhi keragaman, banyak individu yang menempatkan ruang privat pada ruang publik, sehingga menciptakan suatu ruang yang tidak sesuai dengan order yang berlaku. Kejelian melihat eksisting, pemanfaatan tata ruang, dan pemilihan waktu ketika order lemah merupakan taktik arsitektur yang dilakukan dapur kota agar dapat melakukan aktivitasnya pada ruang publik. Akibat dari perlakuan taktik arsitektur ini, order semula mengalami perubahan.

Urban kitchen is a term which I applied to the cooking activities happened on the street. Cooking is basically private activities in reference to the history of kitchen, that kitchen has always been part of residential. In the city with plurality in its everyday life, individuals tend to claim their private territories in public space, thus creating space which is not proper in actual given order. The sharpness in understanding existing condition, the ability to turn existing spatial arrangement into an advantage, and the ability to define time of weakness in actual order, are architectural tactics executed by the urban kitchen in order to seize existence in public spaces. The executions of those tactics change the actual order."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51602
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Yosua Raja Saptama
"Jakarta merupakan kota yang sedang tumbuh, yang masih sedang mencari jati dirinya. Pembangunan fisik terus dilakukan baik dalam perbaikan sistem transportasi, pembangunan gedung bertingkat tinggi baik kantor, hotel, maupun apartemen, penggusuran perumahan liar, dan lain-lain. Jakarta dengan segala macam caranya berusaha untuk memiliki gambaran kota yang berkelas internasional. Walaupun demikian, gambaran banyak orang tentang Jakarta masih tetap sama seperti dulu. Jakarta adalah kota dengan tugu Monas, daerah-daerah pusat bisnis dengan gedunggedung tingginya, macet yang selalu terjadi tidak mengenal waktu, aktifitas rutin 24 jam, rumah-rumah kumuh dan liar, dan masih banyak lagi. Gambaran-gambaran tersebut menyebabkan ada satu hal yang terlupakan; gambaran Jakarta sebagai kota tepi air. Sama seperti kebanyakan kota di dunia, pertumbuhan kota Jakarta bermula dari air, karena letaknya yang berada di pinggir laut dan juga memiliki beberapa sungai besar yang membentuk karakter tapak kota secara signifikan. Ini semua mulai ditinggalkan ketika masyarakat lebih memilih dataran kota untuk hidup dengan efektif dan efisien. Dan lama kelamaan, daerah-daerah tepi air menjadi terabaikan dan ditinggalkan. Tulisan ini ingin memaparkan bahwa seharusnya pembentukan karakter kota harus bermula dari pengenalan akan karakter alam atau wujud tapaknya. Dalam hal ini, alam yang dimaksud adalah elemen air. Selain mengandung nilai sejarah dan nostalgia bagi masyarakat setempat, elemen air, walaupun merupakan sebuah wujud sederhana yang selalu dijumpai, memiliki sisi puitis yang dapat menyentuh perasaan dan jiwa setiap manusia. Oleh karena itu, elemen air pada kota tepi air seharusnya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jakarta yang terjadi pada ruang publiknya.

Jakarta is a growing city that is still seeking for its real character. All physical development is being occurred recently, such as transportation system improvement, high rises erections, illegal housing removal, etc. Jakarta with all this efforts, is trying to reach an international image of city. Indeed, people?s images about Jakarta is remain the same; a city with Monas, central business districts, traffic jams that occur every moment, 24 hours daily routine, illegal housing, and so on. Those images caused one thing forgotten; Jakarta?s image of waterfront city. Like most of other cities in the world, Jakarta arises from the activities on water. It was located near the sea and significantly shaped by sea and rivers. But then, all these facts were left behind, when people prefer to stay in city?s inland, seeking for more modernized and simple life. That's why every waterfront areas became wasted and separated from people of Jakarta. This writing is proposed to see that city?s character should be formed by the consideration of its natural component subsistence; the development has to see the Genius Loci of the place; has to see what the city want to be. Water is one of the natural elements that have a contribution on the city form. Beside it contained historical values and nostalgia to the natives, water, though it is simple and familiar substance, it has poetic part that can touch every emotion of human beings. Therefore, water element should ?exist? in the daily activity of people which takes place in the public spaces in waterfront city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhy Bato Raya
"Sejalan dengan pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) terdapat upaya untuk mendorong pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD), yang bertujuan mendorong mobilitas dengan berjalan kaki, bersepeda dan menggunakan angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi kondisi tata ruang, kondisi iklim mikro dan kenyamanan termal kawasan TOD. Pemodelan iklim mikro menggunakan ENVI-met atas kondisi eksisting Kawasan Dukuh Atas menunjukkan bahwa suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 16.00 WIB, kecepatan angin tinggi terdapat pada jalan yang orientasinya searah dengan arah angin. Hasil pemodelan rencana TOD menunjukkan bahwa suhu udara cenderung lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting, kecepatan angin meningkat pada street canyon yang berorientasi searah dengan arah angin namun menurun apabila tegak lurus arah angin. Seluruh areal mulai pukul 10.00-17.00 masuk dalam kategori tidak nyaman secara termal, dengan puncak ketidaknyaman terjadi pada pukul 13.00 dan 14.00. Nilai PET rencana TOD lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting, mengindikasikan rencana TOD dapat meningkatkan kenyamanan termal.

In line with the development of the Mass Public Transportation System (SAUM) there are efforts to encourage the development of the Transit Oriented Development (TOD) area, which aims to encourage mobility by walking, cycling and using public transportation. This study aims to analyze the spatial conditions, microclimate conditions and thermal comfort of the TOD area. Microclimate modeling using ENVI-met on the existing conditions of the Upper Dukuh Area shows that the highest air temperature occurs at 16.00 WIB, high wind speeds are found on roads that are oriented in the same direction as the wind direction. The results of TOD planning modeling indicate that the air temperature tends to be lower than the existing conditions, the wind speed increases in the street canyon which is oriented in the direction of the wind but decreases when it is perpendicular to the wind direction. The entire area from 10:00 a.m. to 5:00 p.m. was categorized as thermally uncomfortable, with peak discomfort occurring at 1:00 p.m. and 2:00 p.m. The PET design TOD value is lower than the existing condition, indicating that the TOD plan can improve thermal comfort."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Aisa Dokmauly
"Beberapa hasil penelitian memprediksi pada tahun 2030 hampir 80% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di dunia berasal dari kota-kota besar. Mitigasi perubahan iklim adalah pendekatan menuju kota rendah karbon dan berkelanjutan yang mencakup pengurangan produksi CO2 khususnya dari sektor transportasi yang memproduksi emisi terbesar di Jakarta, sekitar 45% atau 2,33 tCO2/kapita dari total 5,10 tCO2/kapita; Disisi lain penataan ruang dan desain kota dapat memainkan peran penting (key factor) dalam pengurangan dan penyerapan CO2. Model penataan ruang dan desain kota yang efektif dan inovatif adalah penataan ruang dan desain kota yang mempertimbangkan prinsip mitigasi yaitu bagaimana penataan ruang dan desain kota yang memproduksi CO2 serendah mungkin dan menyerap CO2 sebanyak mungkin. Hasil analisis mengindikasikan bahwa penataan ruang dan desain kawasan TOD secara substantif dapat mengurangi CO2 dengan berkurangnya pengguna angkutan pribadi dan bertambahnya akses penduduk terhadap sistem transit yang nyaman dan akses ke elemen kota lainnya. Upaya pengurangan emisi CO2 dan penambahan akses ini terkait dengan pengembangan model penataan ruang dan desain kawasan TOD yang memperhatikan prinsip-prinsip dasar Walk, Cycle, Connect, Transit, Mix use, Densify, Compact, dan Shift menghasilkan target pengurangan emisi menjadi 65% dari 30% Bussiness As Usual. Kondisi pengurangan emisi CO2 mengakibatkan menurunnya tingkat gradasi lingkungan dari 5,18 tCO2/kapita menjadi 4,47 tCO2/kapita, sedikit dibawah kondisi Kotra Metropolitan Tokyo (4,86 tCO2/kapita) yang telah mempunyai sistem TOD terstruktur dengan baik. Model ini dapat direplikasikan ke kawasan TOD lainnya yang mempunyai tipologi yang sama, dan membuktikan semakin banyak jumlah TOD yang tertata dan terstruktur di suatu kota metropolitan akan semakin tinggi tingkat keberlanjutannya.

Some studies envisage that 80% of global emissions GHG emanate from the big cities. The mitigation approach is aimed towards Low-Carbon and Sustainable Cities, especially in big cities. The approach encompasses a reduction in carbon dioxide (CO2) production and an increase in the absorption of CO2, especially from transportasion sector that produces the biggest emission in Jakarta as much of 45% or 2.33 tCO2/capita from 5.10 tCO2/capita in total emission. Spatial planning can play an important role or be the key factor towards the sustainability of the city. Innovative spatial planning and urban design model should take into account the principles of spatial planning and mitigation, how is producing carbon as low as possible and absorbing as much carbon as possible. The analysis indicate that the substantive TOD spatial planning can reduce CO2 emissions by reducing the private car, increasing the people's access to transit, adequate housing, pleasant facilities, pedestrians and cyclists, as well as large green open spaces. The research shows that the TOD spatial planning and urban design have resulted in greater achievement of emission mitigation target which do regard to the basic principles of Walk, Cycle, Connect, Transit, Mix use, Densify, Compact, dan Shift. The reducing is 65%, as compared to 30% of the target in bussiness as usual. These are demonstrated by the decreased level of enviromental degredation from 5.18 tCO2/capita to 4.47 tCO2/capita which is lower then Tokyo (4.89 tCO2/capita) that has been have a good TOD system. The contribution of emission reductions is significant and therefore it can be replicated to seven TOD which have similar typology. This study proves that the more TOD areas in a city, the higher the level of sustainability of the city."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina
"Transit-Oriented Development (TOD) merupakan salah satu konsep perencanaan kota yang berfokus pada keberlanjutan. Terdapat dua kepentingan bisnis di TOD, yakni bisnis operator transit yang berfokus pada peningkatan jumlah penumpang dan bisnis properti yang berfokus pada peningkatan land value dari properti yang dibangun di sekitar stasiun. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model optimasi ridership dan nilai lahan menggunakan metode pemrograman linier dan sistem dinamik pada TOD yang berdiri di lahan terbangun yang berbasis MRT. Pada penelitian ini diketahui komposisi lahan yang optimal untuk menghasilkan ridership maksimal yaitu residensial sebesar 27%, komersial 28%, perkantoran 10%, pemerintahan 10%, hotel 5% dan jenis pengembangan lahan lainnya sebesar 19%. Hasil potensi peningkatan ridership dengan komposisi lahan tersebut dapat meningkat hingga 11% dari rata-rata harian ridership eksisting MRT Jakarta saat ini. Sedangkan untuk menghasilkan land value maksimal pada kawasan TOD, diketahui bahwa rentang terbaik untuk mendapatkan nilai lahan maksimal dari properti residensial berada pada radius 100-200 meter yang dapat meningkatkan nilai lahan sebesar 86%, sedangkan untuk properti komersial dan perkantoran berada pada radius 200-300 meter dan dapat meningkatkan nilai lahan sebesar 11,6%. Berdasarkan simulasi pada penelitian diketahui untuk mendapatkan ridership dan nilai lahan yang optimal untuk properti residensial dapat dibuat dengan komposisi 27% pada jarak 100-200 dan 800-900 meter. Sedangkan untuk properti komersial dan perkantoran secara berurut dengan komposisi 28%, dan 10% pada jarak 100-300 meter.

Transit-Oriented Development (TOD) is one of the urban planning concepts that focuses on sustainability. There are two business interests in TOD, namely the transit operator business that focuses on increasing the number of passengers, and the property business that focuses on increasing the land value of properties built around the station. This study aims to create an optimization model for ridership and land value using linear programming and dynamic systems methods in TOD located in built-up land based on the MRT. The research reveals the optimal land composition to achieve maximum ridership, which consists of 27% residential, 28% commercial, 10% office, 10% government, 5% hotel, and 19% other types of land development. The potential increase in ridership with this land composition can reach up to 11% of the current average daily ridership of the existing Jakarta MRT. Meanwhile, to achieve maximum land value in the TOD area, it is found that the best range to obtain maximum land value from residential properties is within a radius of 100-200 meters, which can increase the land value by 86%. For commercial and office properties, the optimal radius is between 200-300 meters, resulting in an 11.6% increase in land value. Based on the simulation in this study, it is determined that to achieve optimal ridership and land value for residential properties, a composition of 27% within a range of 100-200 and 800-900 meters can be implemented. As for commercial and office properties, the respective compositions are 28% and 10% within a range of 100-300 meters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Sekar Ayu
"Kemacetan lalu lintas dan polusi udara merupakan masalah transportasi di Jakarta yang sudah lama tidak kunjung usai. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai mengubah paradigma Car Oriented Development menjadi Transit Oriented Development dalam mencapai transportasi berkelanjutan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun kemudian mengamanatkan PT MRT Jakarta sebagai pengelola kawasan TOD, salah satunya di Blok M. Dalam penyelenggaraannya, PT MRT Jakarta dapat menerapkan manajemen strategis. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis hasil dari manajemen strategis dalam penyelenggaraan transportasi umum berbasis sustainable transportation melalui TOD di Blok M. Penelitian ini menggunakan teori manajemen strategis oleh Wheelen dan Hunger (2012). Berlandaskan pendekatan post-positivist, verifikasi teori pada penelitian ini dilakukan berdasarkan pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 7 informan, observasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, hasil dari manajemen strategis penyelenggaraan transportasi umum berbasis sustainable transportation melalui transit oriented development di kawasan TOD Blok M masih belum optimal. Strategi dan program yang telah dilakukan dinilai sebagai upaya yang cukup baik, akan tetapi belum sesuai dengan prinsip sustainable transportation dan TOD. Hal tersebut ditunjukkan dari kualitas beberapa transportasi umum yang kurang baik, kurang memadainya jalur pejalan kaki dan jalur sepeda beserta fasilitasnya, dan kurangnya hunian terjangkau.

Traffic congestion and air pollution are transportation problems in Jakarta that have not been resolved for a long time. Therefore, the Provincial Government of DKI Jakarta has begun to change the paradigm of Car Oriented Development to Transit Oriented Development in achieving sustainable transportation. The Provincial Government of DKI Jakarta then mandated PT MRT Jakarta as the manager of the TOD area, one of which is in Blok M. In its implementation, PT MRT Jakarta can apply strategic management. The purpose of this study is to analyze the results of strategic management in the implementation of sustainable transportation-based public transportation through TOD in Blok M. This research uses strategic management theory by Wheelen and Hunger (2012). Based on a post-positivist approach, theory verification in this study was carried out based on collecting qualitative data through in-depth interviews with 7 informants, observation, and literature study. Based on the results of the research, the results of the strategic management of public transportation based on sustainable transportation through transit oriented development in the TOD Blok M area are still not optimal. The strategies and programs that have been carried out are considered a fairly good effort, however, they are not yet in accordance with the principles of sustainable transportation and TOD. This is shown by the poor quality of some public transportation, inadequate pedestrian and bicycle paths and their facilities, and lack of affordable housing."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risha Aisyah
"Taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka publik, memiliki peran penting dalam menyelaraskan pola kehidupan kota yang sehat. Taman kota memiliki fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi estetika, yang memberikan manfaat yaitu sebagai wadah aktivitas sosial, paru-paru kota, dan juga memperindah wajah kota. Kebayoran Baru merupakan kota taman (Garden City) pertama di Indonesia yang dirancang oleh arsitek lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas taman kota di Kecamatan Kebayoran Baru, baik sebagai fungsi sosial maupun sebagai fungsi estetika serta untuk melihat hubungan kualitas taman kota dengan karakteristik lokasi pelayanan publik, yang dilihat dari locational efficiency, locational accessibility, dan personal accessibility dari taman tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan.
Hasil penelitian didapatkan kualitas taman kota sebagai ruang publik di Kecamatan Kebayoran Baru, sebagian besar memiliki kualitas fungsi sosial dan kualitas fungsi estetika yang termasuk kategori sedang. Hubungan kualitas taman kota dengan karakteristik lokasi pelayanan publik beragam. Hal ini disebabkan kualitas fungsi sosial juga terpengaruh dari kualitas fungsi estetikanya. Namun, kualitas fungsi estetika yang baik saja tidak cukup untuk menjadi penentu keberhasilan taman sebagai fungsi sosial, apabila tidak disertai dengan lokasi yang efisien dan mudah dicapai oleh pengguna ruang publik.

As a part of public open space, city parks have an important role in aligning the pattern of a healthy city life. City park has double functions those are social function and aesthetic function, which provide various benefits such as a place for doing social activities, city lungs, and also beautify the city faces. Kebayoran Baru is a first garden city in Indonesia who designed by local architect. This study aims to determine the quality of the city parks in the District of Kebayoran Baru, both as social function and aesthetic function, and also to see the correlations of city parks quality with characteristics of public services location, which is explored from ‘locational efficiency, locational accessibility, and personal accessibility’ of the parks. This research is a descriptive study using a spatial approach.
The study results showed the quality of city parks as public spaces in the District of Kebayoran Baru, mostly have quality both of the social function and aesthetic function are classified as moderate quality. The correlations between quality of city parks and characteristics of public services locations are diverse. This is due to the quality of social function was also detracted from the quality of aesthetic function. However, the good quality of aesthetic function alone is not enough to be a determinant of successful parks as social function, if not accompanied by an efficient location and easily accessible by public space users.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Flora Sinamo
"Penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik diatur dalam undang-undang Nomor 24 tahun 2009. Melalui undang-undang tersebut ruang publik dapat menjadi contoh praktik baik pengutamaan bahasa negara. Namun, keberadaan undang-undang tersebut diabaikan bahkan tidak diketahui oleh masyarkat dan pemerintah sekali pun. Program pengutamaaan bahasa negara memfokuskan pada lembaga-lembaga yang memiliki efek domino, artinya diakses dari bernagai kalangan, yaitu lembaga pendidikan, lembaga swasta, dan lembaga pemerintahan. Metode penelitian dilakukan dengan pengumpulan data langsung ke lapangan dana analisis deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan bahasa pada lembaga binaan program Pengutamaan Bahasa Negara di Kota Serang. Ada pun hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat 67 objek yang mengandung kesalahan ejaan, 32 objek mengandung kesalahan penggunaan bahasa asing, dan 50 objek yang mengandung kesalahan fisik kebahasaan."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Candra Junior
"Alun-alun Kota Serang merupakan ruang publik yang dibangun pada tahun 1828 oleh Belanda. Sebagai warisan benda budaya, pemanfaatan ruang publik ini diatur agar sesuai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah Daerah Kota Serang dalam mengatur pemanfaatan ruang Alun-alun Kota Serang dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diidentifikasi melalui interaksi tiga elemen spasial yaitu representasi ruang (conceived space), praktik spasial (perceived space), dan ruang representasi (lived space) yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan, penyelenggaraan, dan pemanfaatan ruang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis dilakukan dengan metode komparatif spatial antara rencana tata ruang pemanfaatan alun-alun, dengan persebaran aktivitas dan kepadatan pengguna di alun-alun. Selain itu juga dilakukan identifikasi interaksi antara tiga elemen spasial pembentuk aktivitas di alun-alun. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai conceived space, terdapat dua ruang perencanaan. Pada area timur, perencanaan dilakukan dengan konsep modern dan berorientasi pada peningkatan ekonomi sehingga fasilitas dan atraksi yang tersedia lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan pada area barat, perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah dilakukan dengan konsep kuno dan berorientasi untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di sekitar Alun-alun Kota Serang. Untuk mempertahankan fungsi warisan budaya di area barat, fasilitas dan atraksi disediakan secara terbatas. Dengan perbedaan pola ruang pemanfaatan tersebut, perceived space cenderung memusat di area timur. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan alun-alun sebagai warisan benda budaya yang dilakukan pemerintah berhasil mengatur pemanfaatan ruang. Alun-alun sebagai lived space tidak berdiri sendiri, namun menunjukkan keterkaitan dengan ruang di sekitarnya.

Serang Alun-alun is a public space built in 1828 by the Dutch. As a cultural heritage, the utilization of this public space is regulated according to its conditions. This study aims to identify the role of the Local Government of Serang City in regulating the spatial use of Serang Alun-alun and its influence on space utilization. This is identified through the interaction of three spatial elements, namely spatial representation (conceived space), spatial practices (perceived space), and representational space (lived space) which are embodied in the form of planning, organizing, and spatial utilization. The research data was collected through observation, interviews, and documentation studies. While the analysis was carried out using a spatial comparative method between the spatial plan for the use of the Alun-alun, with the distribution of activities and the density of users in the Alun-alun. In addition, the study was also carried out to identify interactions between the three spatial elements forming activities in the Alun-Alun. The results of the analysis show that as a conceived space, there are two planning spaces. In the eastern area, planning is carried out with a modern concept and is oriented towards improving the economy so that more and more varied facilities and attractions are available. Whereas in the western area, the planning carried out by the government with an ancient concept is oriented towards preserving historical buildings scattered around Serang Alun-alun. To maintain the function of cultural heritage in the West area, the government provided limited facilities and attractions. With the difference in the spatial utilization pattern, the perceived space tends to concentrate in the east. The conclusion of this study shows that the planning of the Alun-alun as a cultural heritage by the government has succeeded in regulating the use of space. Alun-alun as a lived space does not stand alone but shows a connection with the space around it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>