Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Alif Shalahuddin
"Kondisi alam dan lingkungan terus berubah baik itu ke arah yang lebih baik atau bahkan yang lebih buruk. Fakta bahwa perubahan tersebut memicu manusia untuk memberikan respon sudah disadari semenjak dahulu. Menanggapi berbagai komplikasi tersebut, kehadiran portable architecture memberikan kompensasi yang baik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Bangunan permanen yang awalnya dirancang dengan baik secara kontekstual akan selalu memiliki kecenderungan gagal dalam menyeimbangkan diri dengan perkembangan lingkungannya. Hal ini seringkali berakibat fatal dan akan membalikkan keberadaan bangunan tersebut sebagai perusak lingkungan.
Keberadaan portable architecture masih sangat kuat tersebar ke seluruh dunia, termasuk Jakarta. Salah satu penerapan portable architecture yang bisa ditemui hampir di sepanjang trotoar Jakarta: warung tenda milik pedagang kaki lima. Keberadaan pedagang kaki lima menjadi kasus yang merepresentasikan fenomena diatas dengan baik. Pada siang hari, tidak tampak adanya tanda-tanda kehidupan mereka, namun pada malam hari keberadaan pedagang kaki lima ini ?mencuri? sebagian besar perhatian pengguna jalan.
Pendefinisian tempat, keberdirian warung, pemanfaatan eksisting, sense of place, kontinuitas warung, fleksibilitas, faktor ephemeral, penggunaan waktu yang spesifik, peluang pada suatu ruang dan tata ruang yang sederhana hadir bersama keberadaan pedagang kaki lima di ibukota ini. Keterkaitan faktor-faktor di atas yang memberi keunikan pada kehadiran portable architecture di Indonesia khususnya Jakarta dan sekitarnya.

Nature?s condition is continuously altering, whether it is approaching positive or negative consequences. The verity that this transformation elicits responds from human beings has been apprehended since a long time ago. In counter of these impediments, (seen from its notion which persistently compliant to its current settings) the existence of portable architecture seems to encounter the necessities of societal alteration. While contextually permanent buildings are still alleged as the only way to decipher problems architecturally, the failure of building conjunction with surroundings? improvements can easily prejudice its destruction. These incidences often lead to a fatal clause of which will turn a building?s function into the main motive of its environmental demolition.
The survival of portable architecture is nonetheless fervently spread amid the entire world, including Jakarta which reflexively has profound correlation with its concept for over many years. One of the most widespread patterns can be seen alongside Jakarta?s sideways: the street vendors. The oscillation of street vendors? life embodies the perfect occurrence for these phenomena. By day, there is no sign whatsoever pertaining to their being, yet at night their commotions draw most of the attention.
Place definition, vendor formation, existing utilization, sense of place, continuity, flexibility, ephemeral factors, definite time consumption, space opportunity and simple space organization subsists together with street vendors? dispersion throughout this metropolitan city. The bond within these aspects grants inimitability to the existence of portable architecture in Indonesia, mainly in prominent cities such as Jakarta.
"
2008
S48428
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Sutanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"After the launching of tourism in 1986 by President Suharto jathilan become more varied both in terms of presentation and story themes resources are taken. The development of the presentation is able to shift the initial function jathilan as part of the ritual as Merti village, rasullan, sedhekah sea, and the like are held regularly every year. Jathilan that there transformed into a commodity that is used as a tourist attraction. The presentation function jathilan now able to adapt to the needs of the community aestetic supporters, so that there are currently several categories jathilan; First jathilan ritual that we can only meet once a year for certain ceremonial events. Both jathilan entertainment, which can be encountered at any time when no one had a lavatory. And third jathilan for the festival. Jathilan festival is formatted with choreography and certain rules by the organizers"
JKSUGM 1:1 (2014) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harma Adi Santri
"Perdebatan ruang-waktu dalam Arsitektur akan memakan waktu yang belum dapat diperkirakan. Arsitektur sendiri, belum secara tegas melakukan penelahaan akan makna ruang dan waktu itu sebelum terjadinya revolusi Perands. yakni pada sekitar akhir abad kesembilan-belas. Pada masa sebelum 'rtu, pemikiran tentang ruang-waktu hanya banyak menjadi bahan permasalahan ilmu-ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan alam saja. Baru setelah terjadinya revolusi Perands, kalangan arsitektur mulai membuka pemahaman akan pe-makna-an penting dari definisi ruang dan waktu itu sendiri. Hal ini sangatlah disadari sebagai sesuatu yang ironis, karena pemahaman yang kemudian timbul adalah bahwasanya arsitektur itu sendiri adalah tentang 'pengolahan ruang*.
Pemahaman tentang 'waktu’ di dalam arsitektur sendiri, sepertinya akan lebih sedikit dibandingkan pemahaman-pemahaman mengenai ruang. Hal ini mengingat bahwa penyadaran tenteng pentingnya waktu sebagai salah satu dimensi dari ruang baru diberikan oleh Einstein dalam teori relativitasnya. Sebelumnya, dalam teori Newton, waktu hanyalah dianggap sebagai suatu elemen saja dari ruang, karena pada dasamya ruang itu sendiri adalah absolut. Pada perkembangannya, pemikiran Einstein ini sedikit banyak membuka cara baru dalam Arsitektur untuk menelaah definisi dari ruang, dimana 'waktu’ dipandang sebagai sesuatu yang “tidak terpisahkan' ketika kita berbicara soal 'ruang* di dalam arsitektur. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan guna memahami persoalan ruang-waktu tersebut. Salah satunya adalah dengan melihat bagaimana persoalan ruang-waktu ini dipahami dalam bidang kajian-kajian diluar arsitektur ftu sendiri, dengan maksud menghadirkan suatu sudut pandang (perspektif), sebagai penyajian dari cara melihaVberpikir dari kajian tersebut, yang pada akhirnya hal ini dapat dijadikan pelajaran, terutama bagi dunia arsitektur"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miansheng, Zhu
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2019
615.892 MIA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fandhy Maulana Imansyah
"Sistem bus TransJakarta adalah sistem BRT yang pertama kali beroperasi 15 Januari 2004 dan semenjak itu telah berkembang menjadi sebuah sistem angkutan massal yang terdiri dari sepuluh koridor tersebar di seluruh Jakarta. Untuk meningkatkan pelayanan, maka diterapkan kebijakan sterilisasi guna mempercepat travel time dan headway serta meningkatkan ridership. Untuk melihat jika sterilisasi meningkatkan ridership, ridership dibandingkan dengan travel time serta headway menggunakan uji analisis statistik deskriptif, analisis regresi, serta ANOVA. Koridor yang ditinjau adalah koridor IV dan koridor VI. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, travel time dan headway tidak berpengaruh signifikan terhadap ridership.

The TransJakarta bus system is a BRT system that first operated on January 15th 2004 and has since developed into a mass transportation system that consists of ten coridors spread all over Jakarta. In order to increase service, a sterilization policy was established in order to fasten travel time and headway and also increase ridership. In order to see if sterilization has an effect on ridership increasement, ridership is compared with travel time and headway utilizing descriptive statistics analysis, regression analysis, and ANOVA. Coridors observed are coridors IV and coridor VI. According to the analysis conducted, travel time and headway doesn?t significantly effect towards ridership. "
2011
S120
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Jakarta sebagai Ibu Kota negara dan kola Metropolitan, menjadi salah satu magnit bagi masyarakat Indonesia dan juga Dunia. Masyarakat kota dengan tingkat sosial ekonomi yang heterogen mempunyai aktivitas atau kegiatan yang tinggi dan beragam. Berbagai kegiatan ini membutuhkan ruang, tempat dan waktu. Kegiatan utama manusia adalah kegiatan untuk melangsungkan kehidupannya, untuk berinteraksi sosial dan juga untuk pengembangan diri. Kegiatan manusia di perkotaan juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dari kebutuhan tempat-tempat untuk hidup dan bekerja (to live and to work) menjadi tempat untuk hidup (untuk tinggal, makan), bekerja, berinteraksi, berbelanja dan juga bcrekreasi atau bersantai (to Live, to Work, to Interact, to Shop and to leasure). Pengembangan kota sebagai tujuan wisata. selain melihat potensi tempat yang disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dari berbagai golongan, hendaklah tidak melupakan benang merah pemersatu berbagai golongan dan identitas kota. Wisata kota sebagai suatu "perjalanan" adalah penelusuran seluruh komponen kehidupan manusia kota yang nyata dan berwujud pada kegiatan manusia yang menempati ruang dan waktu. Sejarah perkembangan kehidupan (budaya) dan kegiatan manusia pada suatu kota merupakan modal dasar bagi terwujudnya tempat-tempat wisata yang beridentitas. Berbagai artifak berupa bangunan dan arsitektur pada jamannya, tempat-tempat wisata budaya baik itu berupa permukiman penduduk, kawasan kerja, ruang publik, bangunan publik, pusat-pusat perbelanjaan maupun taman-taman rekreasi, menyatu membentuk fisik dan arsitektur kota. Jakarta memiliki potensi untuk pengembangan ini. Penulisan ini mcmaparkan berbagai potensi, hambatan serta upaya untuk mewujudkan kota Jakarta menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat kota dan dunia. Ketidakseimbangan pcmbangunan sosial maupun fisik kota, ketidakseimbangan pembangunan gedung-gedung dengan ruang terbuka kota (ruang publik kota), menimbulkan berbagai permasalahan sosial psikologis kota. Hambatan berupa pengelolaan kota yang buruk, kemacetan lalu lintas, kurangnya tempat-tempat rekreasi nyaman yang mudah diakses berbagai golongan, pcnyebaran yang tidak merata, masalah keamanan, kenyamanan dan integrasi antara satu tempat wisata dengan lainnya, merupakan beberapa hambatan yang perlu ditangani untuk dapat menciptakan suatu "perjalanan" wisata kota yang menyenangkan."
720 JIA 3:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Kadin Indonesia, 2007
746.611 9 PES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardus Brahmantyo Putra
"

Observabel dari \f{topological defect} di alam semesta dapat diperlajari dengan menyelidiki ruang-waktunya. Konsekuensi paling jelas dari ruang-waktu untuk pendeteksi objek tersebut adalah pelensaan gravitasi. Salah satu dari tipe \f{topological defect} yang paling mungkin untuk ada adalah dawai kosmik. Tensi/tegangan dalam dawai dapat disetimbangkan dengan adanya arus mengalir di dalamnya, memungkinkan terbentuknya \f{loop} stabil yang dinamakan vorton. Keberadaan objek-objek ini diprediksi dalam model terra Witten $U(1)\times U(1)$ dan teori elektrolemah $SU(2)\times U(1)$. Dalam studi ini, ruang-waktu dari \f{loop} dawai kosmik superkonduktor ditelaah, dimulai dari solusi metrik dari vorton \f{chiral} lingkaran, efek pelensaan gravitasinya, dan gambar terlensakan dari beberapa keluarga solusi vorton \f{chiral} menggunakan pendekatan lensa tipis. Kita juga menganalisis dinamika dari \f{loop} dawai superkonduktor dalam latar ruang-waktu Kerr-Newman.


Observables of topological defects in the universe can be studied by examining its spacetime. The most obvious properties of spacetime for the detection of such objects would be the gravitational lensing. One of the likely type of topological defect to exist is the cosmic string. The tension of the string could be balanced by a current flowing inside it, possibly forming a stable loop called vorton. The existence of these objects is predicted both in the Witten gauge $U(1)\times U(1)$ model and electroweak $SU(2)\times U(1)$ theory. In this study, the spacetime of superconducting string loop is examined, starting from the metric solution of a circular chiral vorton, its gravitational lensing effect, and the lensing image of various families of chiral vorton solutions using the thin lens approximation. We also analyze the dynamics of superconducting string loop in the Kerr-Newman spacetime background.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>