Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Nurul Syakbani
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kepuasan perkawinan pada istri yang mengalami infertilitas. Gambaran kepuasan perkawinan diperoleh dari deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan, di antaranya komunikasi, ciri kepribadian pasangan, kemampuan menyelesaikan masalah, kebersamaan, keintiman, kehidupan seksual, keyakinan beragama, ungkapan cinta, hubungan dengan mertua, kesepakatan, komitmen dan anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan tiga orang subyek penelitian yang berstatus sebagai istri yang belum memiliki anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subyek tetap dapat merasakan kepuasan di dalam perkawinannya. Faktor-faktor yang berperan besar dalam kepuasan perkawinan ketiga subyek antara lain komunikasi, ciri kepribadian suami, kebersamaan, hubungan dengan mertua, dan kehidupan seksual. Ketiga subyek memandang kehadiran anak sebagai sesuatu yang penting tetapi bukanlah sumber kebahagiaan mereka.

This study tries to examine marital satisfaction of the infertile wives. Marital satisfaction comes from the description of factors influence marital satisfaction, they are communication, couples personality characteristic, problem solving ability, companionship, intimacy, sexual activity, religious orientation, love, relationship with in-law, consensus, commitment and children. This study use qualitative method and choose three wives as subjects who didn?t have children yet.
These study show that all participants felt satisfaction with their marriage. Factors which have significant effect with their marital satisfaction are communication, couples personality characteristic, companionship, relationship with in-law and sexual activity. They perceived the presence of children as an important thing but it is not their source of happiness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
306.81 SYA g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Habbah Mazidah
"Kepuasan pernikahan menjadi sumber kesejahteraan psikologis bagi individu (Baumeister & Leary, 1995). Maka dari itu, penting untuk mengetahui prediktor dari kepuasan pernikahan, tak terkecuali bagi commuter couples. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran attachment dalam memprediksi kepuasan pernikahan. Responden dari penelitian ini adalah istri yang menjalani commuter marriage. Kepuasan pernikahan diukur dengan Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16), sedangkan attachment diukur dengan Experiences in Close Relationship Short-form (ECR-S).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa attachment, yakni attachment anxiety dan attachment avoidance dapat memprediksi kepuasan pernikahan secara signifikan dengan medium effect size sebesar 0,139 dan 0,107. Temuan ini dapat diaplikasikan dalam ranah psikologi keluarga untuk menangani permasalahan pada commuter couples.

Marital satisfaction was founded to be the source of the individuals psychological well-being (Baumeister & Leary, 1995). Thus, it was crucial to know the factors affected marital satisfaction, especially among commuter couples. The purpose of the current research was to investigate the role of attachment in predicting marital satisfaction. The sample consisted of wives who are having commuter marriage. Marital satisfaction was measured with Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16), while attachment was measured with Experiences in Close Relationship Short-form (ECR-S).
The results indicated that attachment anxiety and attachment avoidance can predict marital satisfaction significantly, with the effect size of 139 and 107 as medium effect. This findings provide practical implications family psychology field when dealing with commuter couples problems.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Elza Trianda
"Pernikahan merupakan sebuah proses memiliki beberapa tahapan inti yang salah satunya adalah mid-IW marriage yang juga disebut sebagai periode empty-nest karena pada saat ini anak yang melalui masa remaja akan mcninggalkan rumah. Pada tahapan ini umurnnya suami dan istri sedang berada pada masa dewasa madya (40 - 65 tahun; Papalia, 2001). Menumt Preto (dalam Bird & Melville, 2004), tahapan mid- IW marriage memiliki potensi besar untuk mengaiami stres. Hal ini tezjadi karcna adanya krisis psikologis dan biologis pada suami maupun istri berdasarkan tugas perkembangannya Bila stresor yang tezjadi tidak diselesaikan dengan cara komunikasi dan kcrjasama yang baik antara suami dan isiri, maka akan berakibat pada kepuasan pemikahan. Sementara, kepuasan pemikahan sendiri merupakan falctor yang sangat penting yang dapat mcmpengaruhi kepuasan hidup yang diukur secara subyektif oleh masing-masing individu. Dengan tingkat kepuasan pernikahan yang baik, maka akan membantu individu untuk meningkatkan kesehatan mental individu dalam pcmikahan dan dalam kehidupan tua kelak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambamn mengenai kepuasan pemikahan pada pasangan mid-IW marriage. Pendekatan penelitian ini adalah pcndekatan kuantitatif dengan 62 partisipan, dengan menggunakan Icuesioner Marita! Satisfaction Questionnaire jbr Older Persons (MSQFOP). Selain itu penclitian juga menggmmakan pendekatan kualitatif untuk menggali secara lebih mendalam kepuasan pernikahan pada satu pasangan mid-1% marriage.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada rata-rata pasangan mid-IW marriage memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang memuaskan. Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang signilikan pada kepuasan pernikahan suami maupun istri. Pcnclitian kualitatif menunjukkan perbedaan pandangan pada suami dan isui yang mempengaruhi kepuasan pemikahan. Perbedaan ini akhimya menyebabkan suami dan istri menyatakan kepuasan pemikahannya secam nonnatif, terutama karena adanya masalah yang texjadi pada komunikasi dan kesehatan dari suami dan istri yang menunjukkan kurangnya kepuasan pada aspek tersebut. Data tambahan menunjukkan bahwa rata-lata suami menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri. Sclain itu, tjngkat pendidikan, pekenjaan, penghasilan, usia, dan jumlah anak tidak mempengaruhi kepuasan pemikahan. Namun Iama pcmikahan mempakan faktor yang mcmpcngaruhi kepuasan pemikahan.

Marriage, as a process, has its several core stages, in which one of them, is mid-life marriage, which also called empty-nest period since in this stage, the rnaturely growing child will leave home, Generally at this stage, the husband and wife are currently in a middle age adult (40 - 65 year old, Papalia, 2001). According to Preto, (Bird & Melville, 2004), the rnid-life marriage stage has a big potential to endure stress. It happen because there is a psychological and physical crisis on husband and wife based on their developmental tasks. Ifthe occurred stressor does not resolved in a well and good communication and cooperation between husband and wife, it will effect on marriage satisfaction. In addition, the marital satisfaction itself is a very important factor that could aifect the satisfaction in life measured subjectively by each individual. With a high level of marital satisfaction, it will aid individuals in improving its mental health in marriage and fixture life soon.
The main object of this research is to lcnow and leam as well as to gain an image of how marital satisfaction is suppose to be in mid-life marriage spouses. The research approach is a quantitative with 62 participants, using Marital Satisfaction Questionnaire for Older Persons (MSQFOP) questionnaire. Aside &om that this research is using qualitative approach as well to dig deeper the marital satisfaction in a mid-life marriage couple.
Result of the research showed that most of mid-life marriage couples has a good level of marital satisfaction. In addition, there was not any significant difference in the husbands or wife's marital satisfaction. Qualitative research showed that different views in them are affecting the marital satisfaction. This different views iinally made them stated their level of marital satisfation normatively. Additional data shown that generally, most of husbands showed higher level on marital satisfaction than wives. In addition, educational level, job, income, age and amount of children did not aifect their marital satisfaction, but the period of marriage itself is thc one that aifecting marital satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34154
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Mayda Anggarini Artana
"ABSTRAK
Tak sedikit individu yang menaruh harapan besar bahwa pernikahan akan
membawa kebahagiaan pada dirinya. Namun seringkali terdapat
ketidaksesuaian pemikiran individu mengenai pernikahan dengan kenyataan
yang dihadapi, sehingga individu merasa tidak puas pada pernikahannya.
Pemikiran akan pernikahan tersebut berkembang menjadi beliefs atau yang
lebih dikenal sebagai relationship beliefs. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa beliefs yang tidak realistis pada pasangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan yang dihadapi, akan menyebabkan penurunan kepuasan pernikahan
individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
relationship beliefs khususnya dysfunctional relationship beliefs dengan
kepuasan pernikahan pada suami atau istri. Sebanyak 174 suami dan 173 istri
berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara relationship beliefs suami atau
istri dengan kepuasan pernikahan suami atau istri. Selain itu, diketahui hasil
bahwa dimensi relationship beliefs yaitu sexes are different, merupakan
dimensi yang paling berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan. Hal ini terjadi
karena budaya kolektivis yang dianut masyarakat Indonesia serta faktor
demografis yaitu jumlah anak yang memengaruhi hasil penelitian.
ABSTRACT
Many individuals have high expectation that marriage will bring happiness to
them. But, sometimes what they think do not resemble the reality, and they tend
to feel dissatisfy with their marriage. Their thought can develop into beliefs or
commonly known as relationship beliefs. Previous studies showed that
unrealistic beliefs to their spouse or inconsistency between beliefs and reality,
will decrease their marital satissfaction. This study is aimed to investigate the
correlation between relationship beliefs and marital satisfaction among married
men and women. There are 174 husbands and 173 wives who participated in
this research. The results show that there is significant negative correlation
between relationship beliefs and marital satisfaction. The other results show that
relationship beliefs?s subscale ?sexes are different?, is significantly strongest
endorsement of marital satisfaction. This condition occurred because of
collectivism in Indonesia?s people and demographic factor is number of
children that contributed to this study results"
2016
S62867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Amalia
"One man lI1l crtujuan unluk melihal hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kecenderungan berselingkuh pada kelompok suami dan istri yang bertempat linggal di Jabodetabek. Metode penelitian ini bcrupa Studi kuanlitatif yang menggunakan kuesioner Inventori Kcpuasan Pemikahan yang terdiri alas 1 1 domain yang disusun oleh Herfianti (2005) dan kucsioner Ir;/Edeliry Scale yang disusun olch Drigotas (1999), yang mengukur 3 _ienis persclingkuhan. Respondcn pcnelilian scbanyak 84 orang yang terdiri alas 43 laki-laki dan 41 pcrcmpuan yang berusia 27-56 tahun.
Hasil penclitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pemikahan dengan kecenderungan perselingkuhan emosional dan emosional fisik. Domain kepuasan pemikahan yang berkorelasi signifikan dengan kecenderungan pcrselingkuhan cmosional adalah hubungan interpersonal. kesamaan minat, kesesuaian pcran dan harapan, hubungan dengan mcrlua dan ipar. serla kekuasaan dan sikap terhadap pvzmikahan. Domain kepuasan pcmikahan yang berkorclasi signifikan dcngan perseiingkuluan cmosional fisik adalah kesamaan minat, hubungan dengan merlua dan ipar_ scrta kekuasaan dan sikap terhadap pemikahzm. Aspek hubungan dengan mcrtua dan ipar merupakan aspek yang memiliki kontribusi lebih besar mcmpengaruhi kccendcrungan seseorang untuk berselingkuh.

The purpose of this study is to iind out the relationship between marital satisfaction and tendency in infidelity among husbands and wives who live in Jabodetabek. This study is a quantitative approach using lnvcntori Kepuasan Pernikahan consists of ll domains which were constructed by Herfianti (2005) and infidelity Scale measuring 3 types of infidelity which was constructed by Drigotas (l999). The samples of this research are 43 males and 4| females between the ages of 27 and 56 years.
The results showed that there are a relationship between marital satisfaction and emotional, and emotional physical infidelity. Interpersonal relationship, mutual interest, Congruency between role and hope, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage are the domains of marital satisfaction which have a significant relationship with emotional infidelity. The domains mutual interest, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage found have a significant relationship with emostional physical infidelity. Among all those domains, relationship with in laws has more contribution affected tendency in infidelity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T34058
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon.
Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.

This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her.
Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon.
The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yassin Yanuar Mohammad
"ABSTRAK
Tesis ini membahas kadar Anti Mullerian Hormone (AMH) sebagai salah satu prediktor cadangan ovarium dalam infertilitas. Tujuan penelitian adalah membandingkan kadar AMH perempuan berusia 40 tahun ke atas yang dapat hamil dengan perempuan berusia 40 taun ke atas yang mengalami infertilitas. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan juga diperoleh suatu nilai kadar AMH yang dapat digunakan untuk prediktor terjadinya kehamilan pada perempuan 40 tahun ke atas. Penelitian ini merupakan suatu studi potong lintang. Dari hasil studi ini, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan kadar AMH pada perempuan usia 40 tahun ke atas yang mengalami kehamilan spontan dan dengan infertilitas. Di samping itu, penelitian ini belum bisa membuktikan peran kadar AMH untuk memprediksi terjadinya kehamilan pada perempuan usia 40 tahun ke atas.

ABSTRACT
This thesis discusses the levels of Anti Mullerian Hormone (AMH) as a predictor of ovarian reserve in infertility. The research objective was to compare the levels of AMH women aged 40 years and over who can get pregnant naturally and in women aged 40 and over who are experiencing infertility. In addition, through this study is expected to also expect to have a value of AMH levels to be used for predictors of pregnancy in women 40 years and over. This study is a cross-sectional study. From the results of this study. From the results of this study, it was found that there was no significant difference in the levels of AMH in women aged 40 years and over who experienced spontaneous pregnancy and infertility. In addition, this study can’t prove a role for AMH levels predict the occurrence of pregnancy in women aged 40 years and over."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Desita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara passion dan kepuasan perkawinan pada individu dalam tahap perkawinan yang memiliki anak remaja.
Sebanyak 157 partisipan yang memiliki anak remaja (usia 13-20 tahun) mengisi kuesioner passion (subskala passion dari Sternberg?s Triangular Love Scale) dan kepuasan perkawinan (ENRICH Marital Satisfaction Scale).
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan positif (r=0.656,p<0.01). Hal tersebut menandakan bahwa passion dan kepuasan perkawinan partisipan tinggi. Berdasarkan analisis tambahan, ditemukan adanya hubungan signifikan lama berpacaran dengan kepuasan perkawinan pada partisipan (r=0.164, p<0.05).

This research is aimed to examine the relationship between passion according to Sternberg?s triangular theory of love and marital satisfaction in individuals at marital stage with teenagers.
A total of 157 participants complete the questionnaires on passion (Sternberg?s Triangular Love Scale) and marital satisfaction (Fowers and Olson?s ENRICH Marital Satisfaction Scale). This research shows that participants have high passion and marital satisfaction.
The result of this study indicates a positive and significant relationship between passion and marital satisfaction (r = 0.656, p<0.01). In addition, a significant correlation was found between courtship length and marital satisfaction (r = 0.164, p<0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Putri Fadhilah
"Tren penurunan kebahagiaan wanita dibandingkan dengan pria menjadi perhatian mengingat peluang dan tingkat partisipasi kerja wanita yang terus bertambah. Para wanita yang bekerja tidak hanya memiliki peran pada pekerjaannya, melainkan juga pada keluarganya sebagai istri bahkan seorang ibu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kepuasan kerja dan kepuasan pernikahan sebagai prediktor subjective well-being pada istri yang bekerja. Terdapat 117 istri bekerja dengan rentang usia 21–56 tahun yang menjadi responden penelitian ini. Hasil analisis hierarchical multiple regression mengindikasikan bahwa kepuasan kerja (β = .30, p < .01) dan kepuasan pernikahan (β = .65, p < .01) berhubungan secara positif dengan subjective well-being. Kepuasan pernikahan (ΔR² = .43, F = 85.8, p < .01) juga merupakan prediktor yang lebih dapat menjelaskan subjective well-being pada istri bekerja dibandingkan kepuasan kerja (ΔR² = .08, F = 58.6, p < .01).

The decreasing trend of women's happiness compared to men is a concern considering the increasing opportunities and level of women's work participation. Working women not only have a role in their work but also in their families as wives and even mothers. This study aims to examine the role of job satisfaction and marital satisfaction as predictors of subjective well-being in working wives. There were 117 working wives with an age range of 21–56 years who were respondents in this study. The results of the hierarchical multiple regression analysis indicated that job satisfaction (β = .30, p < .01) and marital satisfaction (β = .65, p < .01) were positively related to subjective well-being. Marital satisfaction (ΔR² = .43, F = 85.8, p < .01) was also a better predictor that could explain subjective well-being in working wives than job satisfaction (ΔR² = .08, F = 58.6, p < .01)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivin Alvina
"Adanya tingkat perceraian yang semakin meningkat akhir-akhir ini di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam telah mendorong penulis untuk meneliti pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan, karena seorang yang relijiusita cenderung memiliki sifat pemaafan Untuk itu tesis ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa pengaruh aspek-aspek religiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalaui pemaafan pada para istri pelaut di Tanjung Priok, Jakarta. Penelitian menggunakan metode analisa kuantitatif dan kualitatif terhadap hasil kuesioner dengan responden para istri terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan fit secara statistic dan tidak ada pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan. Namun ada pengaruh aspek relijiusitas praktek ibadah individu dan religious coping terhadap pemaafan pada para istri pelaut.

There is an increasing divorce rate lately in Indonesia, a Muslim predominantly country. This has prompted the writer to examine the influence of religiosity on marital satisfaction through forgiveness, as a religious moslem tends to have forgiveness trait in his life. This thesis aims to examine and analyze the effect of religiosity aspects on marital satisfaction through forgiveness on the sailors’ wife in Tanjung Priok, Jakarta. The research using quantitative analysis method based on questionnaires distributed to respondent, and qualitative method.
The results showed that the model of influence religiousity toward marital satisfaction through forgiveness is fit statistically and there is no influence on religiosity toward marital satisfation throuh forgiveness ; but there are positive influence between private religious practices aspect in religiosity towards forgiveness and negative influence between religious coping aspect in religiousity towards forgiveness on the sailors’ wife.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>