Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ardi Yudistira
"Pada masa remaja perkembagan psikososial semakin meningkat seiring dengan perkembangan biologis. Akibat dari perkembangan tersebut remaja mulai tertarik dengan lawan jenis yang pada akhirnya berpacaran (Santrock,1990). Konflik merupakan hal yang sulit dihindari ketika berpacaran. Terdapat tiga cara dalam menyelesaikan konflik yaitu menghindar (avoidance), menyerang (attacking) dan menyelesaikan masaalah (problem solving) (Weber dan Haring, 1998).Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan remaja dalam memilih cara penyelesaian konflik tersebut dan untuk melihat apakah ada perbedaan perempuan dan laki-laki dalam menyelesaikan konflik.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner cara penyelesaian konflik.Partisipan penelitian ini adalah remaja tengah (15-18 tahun) dan remaja akhir (19-21 tahun) dengan jumlah 84 orang berimbang antara laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa remaja di Indonesia cenderung memilih cara problem solving dibandingkan dengan attacking dan avoidance. Selain itu tidak ada perbedaan diantara perempuan dan laki-laki dalam memilih cara penyelesaian konflik tersebut.

The psychosocial development increases alongside the biological development. This development can be seen from their interested in the opposite sex and because of it they start to make an intimate relationship with the opposite sex that we usually called romantic relationship (Santrock, 1990). In romantic relationship conflict can not be avoided. There are three methods of conflict resolution which are avoidance, problem solving and attacking (Weber and Haring, 1998). The objective of this study is knowing what kind of conflict resolution styles adolescences tend to use and see the differences between male and female in choosing the conflict resolution styles.
This is a quantitative study that use questionnaire as a measuring tool. The measuring tool which is used in this study is the conflict resolution styles questionnaire. The participants of this study are middle adolescences (15-18 years) and late adolescences (19-21 years). The total numbers of participants are 84. This number is equal between male and female.
The result shows that adolescences in Indonesia tend to choose the problem solving style than attacking. or avoidance. However there is no difference between male and female in choosing the conflict resolution styles."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Linda Dinartika
"Membentuk dan membina hubungan romantis adalah tugas perkembangan dewasa muda. Salah satu faktor pendorongnya adalah relationship contingency of self-worth (RCSW). Berdasarkan studi Sanchez dan Kwang (2007), RCSW dapat mengakibatkan body shame. Oleh karenanya, penting ditemukan suatu aspek diri yang dapat mengurangi dampak buruk dari RCSW yakni self-efficacy dalam hubungan romantis (SEHR). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi prediksi RCSW dan SEHR terhadap body shame, serta mengidentifikasi ada atau tidaknya peran SEHR sebagai moderator dari RCSW dengan body shame. Pengukuran self-report dilakukan pada 186 orang berusia 21-40 tahun di Jabodetabek. Dengan menggunakan teknik statistik regresi didapati bahwa RCSW dapat memprediksi body shame secara positif dan SEHR mampu memprediksi body shame secara negatif. Namun, tidak ada peran moderasi dari SEHR pada hubungan RCSW dengan body shame.

Developing and maintaining a romantic relationship is a young adulthood’s development task. Relationship contingency of self-worth has known as one of its factor. Grounded on Sanchez and Kwang’s (2007) study, RCSW could cause body shame. Hence, it was important to find a self-aspect which could lessen RCSW’s negative impact, that was self-efficacy in romantic relationship (SERR). This study examined to identify RSCW and SERR predictions toward body shame, also identified SERR’s presence as the moderator of RCSW and body shame. A self-report measurement was done to 186 individuals aged 21-40 years old in Jabodetabek. By using regression techniques, it was found that RCSW could predict body shame positively and SERR could predict body shame negatively. Yet there was no moderation effect of SERR on RCSW and body shame relationship.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pengambangan Ketahanan Sosial Masyarakat - Depsos, 2004
305 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syannia Tasha Indra Putri
"Hubungan romantis seperti berpacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang dikembangkan oleh umat manusia. Setiap pasangan yang sedang menjalani hubungan berpacaran pasti ingin memiliki hubungan yang memuaskan di mana hubungan tersebut membutuhkan upaya yang berkelanjutan.Terkadang individu menerima secara cuma-cuma upaya yang dilakukan pasangan karena dianggap sebagai bare minimum dan individu tidak mengapresiasi upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan berpacaran. Penelitian ini menggunakan Appreciation in Relationship (AIR) Scale untuk mengukur apresiasi dan Couple Satisfaction Index (CSI[16]) untuk mengukur kepuasan hubungan. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, pada usia emerging adult yang sedang menjalani hubungan berpacaran, perasaan diapresiasi pasangan dapat berguna untuk meningkatkan hubungan yang memuaskan.

Romantic relationships such as dating is a form of relationship developed by mankind. Every couple who is in a dating relationship wants to have relationship satisfaction where it requires continuous effort. Sometimes individuals accept the efforts made by their partner for granted because they are considered a bare minimum and individuals do not appreciate these efforts. This study aims to examine the relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction. In this study, Appreciation in Relationship (AIR) Scale used to measure appreciation and Couple Satisfaction Index (CSI[16]) used to measure relationship satisfaction. Spearman correlation technique’s result showed a positive and significant relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Therefore, this study found that the feeling of being appreciated by a partner can bep useful to increase satisfaction in dating relationship among emerging adults."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Novi Yanti
"ABSTRAK
Individu yang sedang menjalani hubungan romantis beda agama sering mengalami hambatan untuk melanjutkan hubungan menuju pernikahan di masa depan. Salah satu hambatan yang dihadapi adalah kurangnya dukungan dari lingkungan sosial. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dalam hubungan romantis dan dukungan sosial pada pasangan beda agama. Pengambilan data dilakukan secara offline dengan menyebarkan kuesioner hardcopy kepada partisipan dan online dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada partisipan. Partisipan pada penelitian ini adalah 262 individu, terdiri dari 70 laki-laki dan 192 perempuan yang berusia 20-40 tahun dan sedang menjalani hubungan romantis beda agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi masa depan dalam hubungan romantis berhubungan positif dengan dukungan sosial pada pasangan beda agama. Keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya akan didiskusikan lebih lanjut.

ABSTRACT
Individuals who are in interfaith romantic relationships often face obstacles to get married in the future. One of the obstacles is less support from their social network. This study is correlational study and purposed to examine the relationship between future time orientation in romantic relationship and social support on interfaith couple. The data was gathered through offline by sending questionnaire to the participants and online by sending the link of the questionnaire to the participants. Total of participants are 262 individuals, consist of 70 males and 192 females, who are 20–40 years old and currently being in interfaith relationships. The results have shown that there is positive relationship between future time orientation in romantic relationships and social support on interfaith couple. Limitations and suggestions for future research are discussed."
Lengkap +
2016
S63267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Tenri Faradiba
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kepribadian dan resolusi konflik
interpersonal yang dialami oleh remaja (N=227). Uji hipotesis satu arah antara
variabel kepribadian dan resolusi konflik dilakukan dalam penelitian ini. Kepribadian
dijelaskan menurut teori kepribadian Five Factor Model (McCrae & Costa, 2006)
yang terdiri dari faktor openness to experience, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, dan neuroticism sedangkan resolusi konflik dijelaskan sebagai upaya
penyelesaian konflik yang terbagi atas tiga kategori, yaitu resolusi konflik power
assertion, negotiation,dan disengagement (Jensen-Campbell, Graziano & Hair, 1996).
Semakin tinggi neuroticism remaja, semakin tinggi kemungkinan menggunakan
resolusi konflik power assertion, negotiation, dan disengagement. Semakin tinggi
conscientiousness remaja, semakin rendah kemungkinan menggunakan resolusi
konflik power assertion dan disengagement. Remaja yang memiliki agreeableness
tinggi cenderung tidak menggunakan resolusi konflik power assertion.

ABSTRACT
The aim of this research is to examine correlations between personality and
interpersonal conflict resolution in adolescents (N=227). One tail hypothesized
between personality and interpersonal conflict resolution is verified. Personality is
explained by Five Factor Model (McCrae & Costa, 2006) and measured using NEOFive
Factor Inventory: openness to experience, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, conscientiousness. Conflict resolution is explained as an effort to
resolve conflict: power assertion, negotiation, and disengagement (Jensen-Campbell,
Graziano, & Hair, 1996). Adolescents with high neuroticism tend to use power
assertion, negotiation, and disengagement. On the other hand, adolescents with high
conscientiousness tend to avoid power assertion and disengagement. Low-agreeable
adolescents tend to implement power assertion, The aim of this research is to examine correlations between personality and
interpersonal conflict resolution in adolescents (N=227). One tail hypothesized
between personality and interpersonal conflict resolution is verified. Personality is
explained by Five Factor Model (McCrae & Costa, 2006) and measured using NEOFive
Factor Inventory: openness to experience, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, conscientiousness. Conflict resolution is explained as an effort to
resolve conflict: power assertion, negotiation, and disengagement (Jensen-Campbell,
Graziano, & Hair, 1996). Adolescents with high neuroticism tend to use power
assertion, negotiation, and disengagement. On the other hand, adolescents with high
conscientiousness tend to avoid power assertion and disengagement. Low-agreeable
adolescents tend to implement power assertion]"
Lengkap +
2015
T28996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana Trisnia Aditya
"Konflik antar orang tua yang terjadi terus menerus akan dapat diinterpretasikan
oleh anak dan memiliki dampak pada anak. Pengalaman paparan konflik ini akan
memengaruhi anak dalam ekspektasi mengenai hubungan romantis yang bersifat
negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara konflik
antar orang tua dan optimisme dalam hubungan romantis pada emerging
adulthood di Jakarta. Partisipan penelitian ini berusia 18-25 tahun, berjumlah 172
orang, saat ini masih tinggal dengan kedua orang tua, dan berdomisili di Jakarta.
Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) yang dikembangkan oleh
Grych, Seid, dan Fincham tahun 1992 digunakan untuk mengukur persepsi anak
mengenai konflik orang tua yang dilihatnya dan Optimism about Future
Relationship Scale yang dikembangkan oleh Carnelley dan Janoff-Bulman tahun
1992 digunakan untuk mengukur optimisme dalam hubungan romantis pada
emerging adulthood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara konflik antar orang tua dan optimisme
dalam hubungan romantis pada emerging adulthood di Jakarta. Maka, untuk
meningkatkan optimisme dalam hubungan romantis dalam diri perlu
memperhatikan dinamika konflik orang tua yang terjadi dan meminimalkan
dampaknya.

Continuous conflicts between parents will be able to be interpreted by the children and have an impact on them. The experiences of conflict exposure will affect children in forming an expectation toward romantic relationship that tend to negative. The purpose of this study is to examine the relationship between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Participants in this study were 172 participants, aged 18-25 years old, currently living with parents, and have domicile in Jakarta. Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) developed by Grych, Seid, and Fincham in 1992 was used to measure children’s perceptions of interparental conflict that they saw. Optimism about Future Relationship Scale developed by Carnelley and Janoff-Bulman in 1992 was used to measure optimism toward romantic relationship on emerging adulthood. The results of this study indicate that there is a significant negative correlation between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Therefore, to increase optimism toward romantic relationship within oneself it is necessary to pay attention to the dynamics of interparental conflict that occurs and minimize its impact."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Tia Marlyna Kusuma Wardani
"Penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran adult attachment style dan cara penyelesaian konflik serta perbedaan cara penyelesaian konflik terhadap orang yang memiliki attachment style tertentu pada hubungan romantis emerging adulthood di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu korelasional. Penelitian terdiri dari 289 partisipan yang sedang menjalani hubungan romantis pada usia 18-25 tahun. Variabel adult attachment style diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship – Revised (ECR-R) oleh Fraley, Waller dan Brennan (2000) dan variabel cara penyelesaian konflik diukur menggunakan Romantic Partner Conflict Scale (RPCS) oleh Zacchilli, Hendrick dan Hendrick (2009). Hasil yang didapatkan yaitu sebagian besar partisipan memiliki secure dan preoccupied attachment style dan cara penyelesaian konflik yang compromise dan avoidance. Melalui teknik korelasi chi square dan crosstabulation ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan cara penyelesaian konflik antara orang memiliki secure dan preoccupied attachment.

This aim of this study is to see how adult attachment style describes and how to resolve conflict and also resolve conflict resolution methods for people who have a certain attachment style in romantic relationship that emerged during the Pandemic COVID-19. This research is a non-experimental research that is correlational. The study consisted of 289 participants who were in romantic relationships at the age of 18-25 years. Adult attachment style variables were measured using The Experiences in Close Relationship – Revised (ECR-R) by Fraley, Waller and Brennan (2000) and variable conflict resolutions were measured using Romantic Partner Conflict Scale (RPCS) by Zacchilli, Hendrick and Hendrick (2009). The results obtained, most of the participants have a secure and preoccupied attachment style and for conflict resolution is compromise dan avoidance. Through the correlation technique of chi square and crosstabulation, it was found there is differences way to resolve conflicts between people who have a secure and preoccupied attachment."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Kusumaningrum
"Skripsi ini membahas tentang bagaimana drama korea merepresentasikan relasi gender dalam konflik hubungan romantis. Studi pustaka menunjukkan adanya perbedaan lakilaki yang mendapatkan sosialisasi gender maskulin dengan perempuan yang mendapatkan sosialisasi gender feminin dalam menghadapi konflik hubungan romantis. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan analisis semiotika kode televisi John Fiske. John Fiske melihat bahwa kode-kode yang ditampilkan di televis membawa ideologi tertentu. Metode penelitian merupakan studi kasus dengan mengambil objek penelitian drama tvN tahun 2016, Another Miss Oh.
Hasil penelitian menunjukkan adanya ideologi patriarki dengan laki-laki yang lebih banyak mendominasi dalam konflik hubungan dibanding perempuan. Ideologi patriarki tersebut didukung dengan stereotipstereotip feminin dan maskulin yang juga ditampilkan dalam drama. Hal tersebut ditambah dengan penggambaran konflik sebagai sebuah adegan romantis yang mengaburkan batasan antara konflik dengan romantisme dalam drama. Dengan representasi tersebut, nilai patriarki semakin mudah diterima oleh perempuan sebagai penonton utama yang semakin sulit melihat adanya ketidaksetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan.

This thesis talks about how korean drama represents gender relation in relationship conflict between a man and a woman. Literature research shows that men who learn about masculinity and women who learn about femininity have different ways in handling romantic relationship conflict. The study was conducted with qualitative methods using semiotic television code analysis from John Fiske. John Fiske saw television as a tool to represent certain ideologies. The research method that is used is case study of Another Miss Oh, a korean drama released in 2016 from channel tvN.
The results indicate tha there is a patriarchal ideology in the drama that can be seen from male domination in relationship conflict. This patriarchal ideology is supported by feminine and masculine stereotypes in the drama. The depiction of conflict as a romantic scene also helps in blurring the boundary between conflict and romanticism and contributes in peoples perception of the drama. With those values being represented, patriarchy is being accepted well by female watchers of the drama and make it harder for these female watchers to spot gender inequality in daily life.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Cahsya Ariefa
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana individu dewasa muda yang pernah mengalami Adverse Childhood Experience memaknai hubungan romantis dengan memahami pengalaman masa kecil yang menyakitkan, pola asuh, dan proses sosialisasi gender yang dialami oleh masing-masing partisipan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe fenomenologi. Peneliti mewawancarai 4 partisipan perempuan dan 2 partisipan laki-laki di rentang usia 19-24 tahun. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa pengalaman masa kecil yang menyakitkan, pola asuh, dan proses sosialisasi gender yang dialami berpengaruh pada bagaimana partisipan memandang diri dan pasangan, konflik serta kekerasan dalam hubungan romantis, serta bagaimana mereka mendefinisikan hubungan romantis yang sehat. Pengaruh tersebut menghambat partisipan dalam membangun kompetensi romantis yang baik sehingga mempersulit partisipan untuk membangun hubungan romantis yang sehat. Kesulitan yang dialami partisipan berbeda-beda. Ada yang mengalami kesulitan untuk keluar dari hubungan romantis yang berkekerasan, ada partisipan yang memutuskan hubungan romantis karena takut untuk merasakan emosi positif, dan ada partisipan yang melakukan kekerasan kepada pasangan. Walaupun begitu, lebih dari separuhnya menunjukkan peningkatan kompetensi romantis, belajar dari pengalaman menjalin hubungan romantis sebelumnya
This study aims to find out how young adults who have experienced Adverse Childhood Experience interpret romantic relationships by understanding painful childhood experiences, parenting patterns, and the process of gender socialization experienced by each participant. This study uses a qualitative method with a phenomenological type. Researcher interviewed 4 female participants and 2 male participants in the age range of 19-24 years. Based on the results of the analysis, it was found that painful childhood experiences, parenting, and the process of gender socialization experienced affect how participants view themselves and their partners, conflict, and violence in romantic relationships, and how they define healthy romantic relationships. This influence inhibits participants from building good romantic competence, making it difficult for them to build healthy romantic relationships. The difficulties experienced by the participants varied. There are those who have difficulty getting out of violent romantic relationships, there are participants who break off romantic relationships because they are afraid to feel positive emotions, and there are participants who commit violence to their partners. Even so, more than half showed increased romantic competence by learning from experiences in previous romantic relationships."
Lengkap +
Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>