Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Widyasanti
"PT. Indosat memerlukan langkah strategis dalam melakukan proses migrasi frekuensi CDMA StarOne agar dalam pelaksanaannya tidak mengganggu performansi jaringan GSM eksisting, hal tersebut diperlukan karena keputusan Menkominfo KM. Nomor 181 Tahun 2006 per tanggal 12 Desember 2006 tentang alokasi frekuensi yang diberikan untuk CDMA StarOne yang ternyata berhimpit dengan frekuensi eksisting GSM PT. Indosat terutama pada frekuensi CDMA downlink 889.515 MHz. Frekuensi yang berhimpit tersebut akan menimbulkan resiko disisi internal antara jaringan GSM eksisting dan CDMA, seperti akan munculnya interferensi dimana-mana, meningkatnya drop call, penurunan daya jangkauan/coverage, timbulnya blank spot baru, yang pada akhirnya akan mengurangi performasi jaringan GSM yang sekarang ini masih menjadi bisnis paling dominan. Untuk mengantisipasi resiko paska dimigrasikannya frekuensi CDMA StarOne ini, maka langkah re-engginering pada jaringan GSM PT. Indosat mau tidak mau harus dilakukan.
Ada beberapa opsi yang akan dipilih dan dianalisa baik dari sisi performansinya maupun dari sisi keefektifan biaya yang dikeluarkan. Opsi-opsinya adalah dengan/tanpa pemasangan filter pada kedua jaringan, berapa kanal yang akan dibebaskan, dan metode hopping yang bagaimana yang akan digunakan. Bagaimana pengaruh hasil implementasi global frequency planning ini pada jaringan GSM PT. Indosat, akan dianalisa lebih lanjut hasil performansinya sebelum dan sesudah implementasi, kendala-kendala dilapangan, efektifitas penggunaannya dengan dan tanpa filter, perolehan nilai KPI, dan tentunya implikasi implementasi ini pada revenue perusahaan.

PT Indosat needs strategic steps in doing the migration process of CDMA StarOne, so that it does not conflict the existing GSM network performance. It is in accordance with the regulation of Menkominfo KM No.181Year 2006 dated of December 12, 2006 stating that frequency allocation given to CDMA StarOne is crashed againts the existing PT. Indosat GSM frequency especially in CDMA frequency downlink 889,515 Mhz. The crash will lead into internal risk between GSM network and CDMA network, such as interference, the significant increasing of drop call, decrease the coverage area, additional blank spot, conclusively it will decrease GSM Network performance that currently is the main business. To antisipate the risk of post CDMA StarOne frequency migration, re-engineering steps must be done by PT. Indosat.
There're some options that should be done and analyzed from performance side and revenue improvement. Those options are with or without filter implementation at both network, how many channels should be released, what hopping methode should be implemented. How these methode effect in GFP implementation in GSM Network of PT. Indosat will be analyzed further, before and after time implementations, the real constraint, the effectiveness with or without filter implementation, KPI score, and the total revenue of the company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24642
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aerlangga Bachtiar
"Suatu fenomena yang menarik dalam suatu komunikasi suara adalah adanya jeda dalam pembicaraan yaitu kondisi dimana pihak pertama sebagai pembicara dan pihak kedua sebagai pendengar dan juga sebaliknya. Sementara itu, dalam sistem komunikasi semua informasi akan dilewatkan tanpa terkecuali, baikitu yang berisikan data ataupun tidak. Dengan adanya pekembangan teknologi, dalam hal ini Digital Signal Processing dapat dikembangkan menjadi suatu perangkat optimisasi yang dapat membedakan suatu kanal suara berisikan informasi atau tidak berisi informasi.
Teknologi optimisasi yang berkembang sekarang ini dapat di aplikasikan kedalam suatu jaringan telekomunikasi. Sehingga lebar pita yang digunakan sebagai media penyampaian data dapat dihemat. Penghematan ini sangat penting, karena adanya keterbatasan sumber daya dalam hal ini frekuensi. Semakin besar lebar pita yang akan digunakan, maka semakin tinggi pula frekuensi kerjanya.
Indosat sebagai salah satu oprator GSM di Indonesia dan penyedia layanan satelit, berupaya untuk memperluas jaringan dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Frekuensi transponder yang semakin kecil sebisa mungkin di optimalkan penggunaanya agar perluasan jaringan dapat berlanjut tanpa adanya pengurangan kualitas di jaringan yang sudah ada.

Great phenomenon in voice communication is silence condition during conversation where another people become listening and the other is speaking. In other hand, communication system pass all the information to transmision link without filtering. Thanks to development of Digital Signal Processing for the main idea optimization technique that filtering information in voice channel.
Optimization techniques become implementation in telecommunication network to reduce bandwidth for transmission. This saving become more important since the resources is limited in this case frequency.
Indosat, one of the GSM provider in Indonesia and also satellite provider make serious effort to reduce the bandwidth consumption in order to expand the network with this limited resources. Palapa C2 transponder bandwidth remains small space to provide all the network demand. And for the solution, Abis optimizer equipment become a solution for this problem. Others issue is how to maintain the quality of the existing network and keep the network operational running well.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Sabilal Muchtadin
"Pada suatu perusahaan operator telekomunikasi diperlukan suatu media untuk mengetahui kualitas dari jaringan telekomunikasi yang dimiliki oleh operator tersebut. Media tersebut dapat berupa perngkat keras rnaupun perangkat 1Lll'l&k. Dalam Tugas Akhir ini penulis mengangkat topik mengenai aplikasi web yang digunakan untuk mengetahui kualitas jaringan di PT Indosat.
PT Indosat telah memiliki suatu tools yang bekerja pada sistem operasi Unix yang bemama Metriea Web dimana di ldalarn terdapat database yang sistemnya relatif kompleks. Narnun diperlukan cara lain yang dianggap lebih praktis dalam mengamati kualitas jaringan GSM dari PT Indosat. Pada Tugas Akhir ini dibuat aplikasi yang berdasar pada web (Web Based) untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang bemama Smartview.
Aplikasi ini nantinya akan bekeija pada server dengan sistem operasi windows 200012003 dengan menggunakan SQL server database dan bahasa xml. Secara garis besar sistem kerjanya ada1al1 sebagai berikut, untuk tiap-tiap laporan yang akan ditampilkan berupa performansi dari Base Station System (BSS) dan Network Switching System (NSS) akan dibuatkan suatu database yang menjadi aeuan. Pengisian database tersebut akan dilakukan dengan menggunakan bahasa xml dan dilakukan secara otomatis (menggunakan scheduler). Data-data mentah yang akan diisikan ke database SQL berasal dari Metrica yang diambil dengan menggimakan File Transfer Protocol (FTP) dari server Unix yang bersanglcutan. Setelah data-data yang dibutuhkan berada pada database SQL maka digunakan bahasa xml kembali untuk menampilkannya pada web.
Dengan tools ini clients dapat melihat data-data perforrnansi jaringan Base Station System (BSS) dan Network Switching System (NSS) dengan cara mengakses ke server. Pada Tugas Akhir ini dilakukan perancangan dan implementasi sistem. Dari hasil pengukuran kineija yang dilakukan terhadap aplikasi Smartview dan Metrica Web, didapat bahwa akses clients ke Smartview lebih cepat, dan tidak terbatas pada user-lisence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Mayasari
"Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat, berdampak pada semakin berkembangnya bisnis telepon seluler di Indonesia. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi tersebut, perlu dilakukan pembangunan infrastruktur dan noninfrastruktur telekomunikasi. Pembangunan fasilitas - fasilitas penunjang tersebut membutuhkan investasi yang sangat besar, namun tetap harus dilakukan karena pertumbuhan pasar pun sangat pesat.
Salah satu operator telepon seluler yang sangat berkembang di Indonesia adalah PT Indosat M3 . Perusahaan tersebut didirikan pada bulan Agustus 2001 oleh PT Indosat Tbk, berdasarkan Keputusan No. KP.247. Sebagai pendatang baru PT Indosat M3 telah mampu memposisikan dirinya pada peringkat keempat operator telepon seluler yang mempunyai pelanggan terbanyak di Indonesia. Potensi profit yang menjanjikan berdasarkan analisis industri yang telah dilakukan dan gambaran kondisi ekstemal di Indonesia menunjukkan prospek pertumbuhan industri telepon seluler di Indonesia yang sangat cerah. Hal ini menjadi dasar yang kuat bagi PT Indosat M3 untuk masuk dan mengembangkan usaha dalam bisnis ini.
Analisis SWOT terhadap PT Indosat M3 dilakukan untuk dapat menentukan altematif strategi yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan. Penerapan strategi tersebut salah satunya akan direalisasikan melalui pelaksanaan pengembangan usaha. Perusahaan berencana untuk melakukan proyek pengembangan jaringan XYZ pada bulan September 2003 ( selambat - lambatnya dilaksanakan awal tahun 2004 ).
Proyek pengembangan jaringan XYZ dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas layanan dan memperluas kapasitas cakupan pelanggan dengan menggunakan teknologi terbaru (upgrade site) di Jabotabek, Bandung, Jawa Tengah dan Batam. Pada karya akhir ini dihitung kelayakan proyek pengembangan jaringan XYZ tersebut, sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi perusahaan. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan mengolah data, baik yang berupa data primer maupun data sekunder yang diperoleh melalui riset kepustakaan dan riset lapangan. Data - data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui besamya cash flow, yang kemudian dihitung kclayakan proyek dengan metode capital budgeting.
Analisis kelayakan penambahan investasi dilakukan berdasarkan tiga skenario kondisi yang mungkin dihadapi oleh perusahaan. Penggunaan skenario tersebut dimaksudkan agar perusahaan lebih fleksibel dan siap dalam menghadapi kondisi terbaik maupun terburuk di masa yang akan datang. Penulis juga mengajukan tiga altematif proporsi sumber pembiayaan agar perusahaan dapat memilih altematif yang paling menguntungkan bagi perusahaan dengan mempertimbangkan berbagai risikonya.
Perhitungan dengan metode capital budgeting dilakukan dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Perhitungan dengan ketiga metode tersebut menunjukkan indikasi positif, o;eh karena itu dapat disimpulkan bahwa proyek XYZ layak dilaksanakan. Adapun proporsi pembiayaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan adalah dengan altematif 60% dari pinjaman dan 40% dari modal sendiri."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osphanie Mentari Primadianti
"Long Term Evolution (LTE) merupakan evolusi dari teknologi Global System for Mobile Communications (GSM) menuju Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) kemudian High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) dengan peningkatan kecepatan dari Kbps menuju Mbps. Kebutuhan akan kecepatan tinggi dan sifat konsumtif akan paket data yang terus meningkat, sehingga diperlukanlah kesiapan regulasi. Dalam memperbesar kapasitas diperlukan teknologi LTE dengan frekuensi yang lebih tinggi seperti frekuensi 5GHz.
Di Indonesia, PM no 35/2015 dan PM no 28/ 2015 mengenai aturan untuk teknologi Short Range Distance di frekuensi 5 GHz dan batasan band. Di Indonesia, LTE memerlukan penyusunan skema baru di frekuensi tidak berlisensi dan lisensi di frekuensi 5 GHz. Dengan menggunakan metode Regulator Impact Analysis yaitu analisis hasil ujicoba pada frekuensi 5GHz, indepth interview stakeholder dan tekno ekonomi untuk mengukur kelayakan implementasi teknologi ini.
Tesis ini merumuskan skema baru pada frekuensi 5-5,3 GHz dengan bandwidth 40 Mhz, teknik time division duplexing (TDD), modulasi 256 QAM, antenna 4T4R berdasarkan hasil uji coba yang menggunakan teknologi Listen Before Talk dan indepth interview stakeholder, dan teknologi ini layak dilanjutkan dengan nilai NPV 247 Milyar, IRR sebesar 48% dan payback period selama 2.69 tahun.

Long Term Evolution (LTE) is an evolution from technology Global System for Mobile Communications (GSM) then Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) and then High Speed Downlink Packet Access (HSDPA), which is enhancement of speed from just a few Kbps to Mbps. Necessity of the high speed and consumption of the data packets always continue increasing, so it requires readiness of regulation. Enlarge capacity requires new LTE with higher frequency such as frequency at 5 GHz.
In Indonesia, PM no. 35/2015 and PM no. 28/2015 is regulated technology Short Range Distance in frequency 5 GHz and limitation band. In Indonesia, LTE need new scheme Unlisenced and licensed at Frequency 5 GHz. New scheme with Regulatory Impact Analysis method is analysis result of trial at frequency 5Ghz, indepth interview of stakeholders and techno economy for measuring the feasibility of this implementation.
This thesis formulates a new scheme at frequencies from 5-5.3 GHz with bandwidth of 40 MHz, TDD duplexing technique, 256 QAM modulation, antenna 4T4R based on performance of the trial, which is use Listen Before Talk technology and indepth interview stakeholders, and the new scheme feasible for implementating with 247 billion NPV, IRR of 48% and the payback period being 2.69 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desritayanti
"Indosat mengembangkan layanan FWA, StarOne, sejak 2004 namun dilihat dari pertumbuhan jumlah pelanggannya sangatlah kecil dibandingkan dengan kompetitor layanan sejenis, padahal kapasitas jaringan yang tersedia untuk jumlah pelanggan StarOne cukup besar. Terkait dengan hal tersebut maka perlu di lakukan satu kajian pengembangan StarOne khususnya dalam peningkatan jumlah pelanggan. Pertumbuhan pelanggan CDMA Indosat saat ini pada posisi yang terendah dibandingkan operator FWA lainnya. Sebagai operator yang memiliki lisensi penyelenggaraan jaringan lokal, maka Indosat memiliki komitmen terhadap Pemerintah untuk turut meningkatkan teledensitas jaringan fixed. Untuk itu Indosat perlu meningkatkan strategi untuk mengejar ketertinggalan dalam pencapaian jumlah pelanggan CDMA-nya. Terkait dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis terhadap kemungkinan pengembangan layanan FWA Indosat sehingga jumlah pelanggan Indosat tidak tertinggal jauh dibandingkan para pesaingnya.
Dari hasil analisis SWOT yang dilakukan pada pengembangan FWA Indosat melalui survei dengan menyebarkan kuesioner, didapatkan hasil bahwa StarOne berada pada kuadran 2 dimana artinya adalah bahwa StarOne dapat dikembangkan dengan strategi yang turn-around, yaitu untuk menghadapi berbagai ancaman Indosat masih memiliki kekuatan dengan memanfaatkan peluang jangka panjang. Hasil pengujian ini juga menunjukan bahwa pada matrik daya tarik industri, StarOne yang berada pada sel 6 yaitu melakukan strategi "retrenchement" artinya perlu dilakukan konsentrasi terus menerus melalui strategi ekspansi dengan pelanggan baru, pasar baru dan akuisisi untuk memperkuat daya saing. Dari kedua kondisi tersebut maka strategi bersaing yang dapat dilakukan oleh StarOne agar memperoleh keunggulan bersaing adalah Cost Leadership, differensiasi dan strategi fokus.

Since 2004, Indosat has been developing the FWA service, StarOne. Till now, it is not giving good result on numbers of customers compared with competitor which has similar services. Whereas the capacity of Starone network are provided more bigger than number of subscriber starone. In relation to that point, it requires detail analysis on which posibilities of development for StarOne, especially for increase numbers of customer. The growth for Indosat CDMA subscribers has not increased so well, compared with other FWA operators, and even now having the lowest numbers of subscribers. Having the license for implementation of local network, Indosat has commitment to the regulator (government) to increase fixed teledensity network. In accordance with that point, Indosat needs to find the right strategy for posibilities of development for StarOne, FWA Indosat. So that, numbers of customer can increase significantly compared with the competitors.
Based on SWAT analysis through questionnaires, the result is saying that starone has stayed at 2nd quadrant. This means that starone can be developed using turn-around strategy which will be able to retain long term opportunity. This analysis also says that in matrix of industry interests, starone is at cell 6 implementing the "retrenchment" strategy which needs to continuously focus on how to strengthen and increase the number of customers, new captive market, and acquisition in order to gain competitive advantages. According to these 2 conditions, the strategy to get competitive advantage is Cost Leadership, differentiation dan focus strategy."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24621
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hazni Wekiardi
"Perkembangan teknologi informasi khususnya dalam bidang telekomunikasi selular berjalan begitu cepat. Dalam perkembangannya teknologi seluler yang dalam hal ini teknologi GSM, tidak hanya menawarkan fungsi dasar dari telepon dengan pertukaran informasi suara (voice). Tetapi selain layanan suara, teknologi seluler GSM juga dapat melakukan pertukaran informasi data. Adapun jenis layanan data yang ditawarkan kepada pengguna jasa seluler ini adalah layanan data sirkit (CSD) dan layanan pesan pendek (SMS). Pesan pendek (SMS) adalah suatu layanan Instan Messaging (IM) yang memungkinkan pengguna untuk saling bertukar pesan pendek kapanpun dan dimanapun dalam jangkauan jaringan seluler yang digunakan.
Tugas Akhir ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisa penyebab terjadinya kegagalan pengiriman sms untuk pelanggan prabayar IM3 yang merupakan salah produk layanan dari PT Indosat. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh solusi yang praktis dan efisien yang dapat diterapkan untuk mengatasi kegagalan pengiriman sms dan dapat meningkatkan performansi tingkat keberhasilan pengiriman sms.
Data performansi yang dianalisa merupakan data performansi sms IM3 pada jaringan GSM PT Indosat dan data performansi dari iSMSC Jakarta yang digunakan untuk pelanggan IM3 daerah layanan Jabotabek."
2008
S40441
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifki Nugroho
"Industri telekomunikasi memiliki peluang di bidang IoT dengan menggelar teknologi LPWA sebagai jaringan aksesnya. Teknologi LPWA yang dapat diterapkan oleh operator telekomunikasi adalah teknologi NB-IoT. Teknologi NB-IoT merupakan pengembangan dari teknologi LTE dan dapat diterapkan dalam blok frekuensi LTE dengan mode inband atau guardband dan dapat juga diterapkan dengan mode outband yang menempati blok frekuensi tersendiri yang terpisah dari LTE. NB-IoT dengan mode inband dan guardband memiliki kendala dari sisi penentuan harga BHP yang nilainya berdasarkan harga BHP untuk LTE karena NB-IoT menempati blok frekuensi yang sama.
Pembebanan harga BHP layanan legacy untuk NB-IoT menjadi masalah karena BHP masih dihitung dengan skema industri legacy yang berbasis layanan untuk manusia sedangkan pada NB-IoT layanannya digunakan oleh mesin. Perbedaan model bisnis ini membuat harga BHP yang diterapkan belum tentu sesuai untuk bisnis layanan NB-IoT. Permasalahan kedua adalah pada penerapan BHP frekuensi NB-IoT dengan mode outband yang belum memiliki regulasi untuk menentukan besaran BHP-nya. Oleh karena itu, penelitian ini akan melakukan pengujian terhadap kelayakan investasi NB-IoT mode inband yang terbebani dengan harga BHP legacy dan melakukan penghitungan harga BHP frekuensi yang sesuai untuk NB-IoT mode outband.
Pengujian dilakukan dengan pendekatan tekno ekonomi untuk menghasilkan angka net present value (NPV) sebagai indikator kelayakan investasi teknologi. Nilai NPV didapat dengan membuat cashflow investasi NB-IoT yang berdasarkan pada proyeksi kebutuhan spektrum, biaya CAPEX dan OPEX serta proyeksi revenue NB-IoT. Pengujian dilakukan dengan periode investasi di tahun 2018 hingga tahun 2022 di wilayah DKI Jakarta. Uji investasi NB-IoT mode inband memberikan nilai NPV sebesar -27.817.011.428 dengan harga BHP mengacu pada harga lelang frekuensi 2,1 GHz di tahun 2017.
Uji NPV yang kedua memberikan hasil sebesar -4.018.684 dengan harga BHP mengacu pada harga lelang frekuensi 2,3 GHz di tahun 2017. Nilai NPV pada investasi NB-IoT mode outband diuji menggunakan harga BHP ISR dengan pilihan aplikasi jasa wirelss data primer dan hasil NPV yang didapat adalah sebesar 35.466.419.374. Penelitian ini juga melakukan penghitungan untuk mendapatkan harga BHP yang sesuai untuk bisnis LPWA yaitu sebesar Rp. 1.156.833.369,- per MHz.

The telecommunication industry has an opportunity in the field of IoT by deploying LPWA technology as its access network. LPWA technology that can be applied by telecommunication operators is NB-IoT technology. NB-IoT technology is a development of LTE technology and can be implemented in LTE frequency blocks with inband or guardband modes and can also be implemented with outband mode that occupies separate frequency blocks from LTE. NB-IoT with inband and guardband modes have constraints from the BHP pricing whose value is based on BHP price for LTE because NB-IoT occupies the same frequency block.
The imposition of legacy BHP service prices for NB-IoT is a problem because BHP is still calculated by the legacy industry-based service scheme for humans while in NB-IoT its services are used by machines. This business model difference makes BHP price applied not necessarily suitable for NB-IoT service business. The second problem is the application of BHP frequency NB-IoT with outband mode that has not been regulated to determine the price of BHP. Therefore, this research will examine the feasibility of investment in NB-IoT loaded with legacy BHP price and calculate the corresponding BHP frequency price for NB-IoT outband mode.
The test is done with techno economic approach to generate net present value (NPV) as an indicator of technological investment feasibility. NPV value is obtained by making cashflow of NB-IoT investment based on spectrum requirement projection, CAPEX and OPEX cost and NB-IoT revenue projection. The test is done with the investment period in 2018 until 2022 within the area of DKI Jakarta. The investment test of NB-IoT inband mode gives the NPV value of -27.817.011.428 with BHP price referring to the 2.1 GHz frequency auction price in 2017.
The second NPV test gives a result of -4.018.684 with BHP price referring to the frequency auction price 2.3 GHz in 2017. The NPV value of the NB-IoT outband mode investment is tested using the BHP ISR price with the application choice of primary data wirelss services and the NPV yield obtained is 35,466,419,374. This research also does the calculation to get the appropriate BHP price for LPWA business which is Rp. 1.156.833.369, - per MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadil
"Drop call pada kanal trafik menimbulkan kerugian karena terjadi pemutusan pendapatan operator seluler oleh sistem diluar kehendak pelanggan. Drop call dapat diatasi atau dikurangi dengan kegiatan pemeliharaan yang baik pada jaringan seluler.
Penelitian ini mengambil studi kasus pada jaringan GSM PT. XYZ area Bandung, yang pemeliharaannya saat ini dilakukan dengan metode korektif. Pada metode tersebut pemeliharaan dilakukan jika masalah drop call sudah terjadi, sehingga kerugian telah terjadi.
Penelitian ini mengukur risiko masalah drop call dengan metode value at risk menggunakan simulasi Monte Carlo. Hal ini dilakukan dengan mengolah data-data historis kinerja jaringan secara statistik, sehingga dapat memperkirakan munculnya masalah sebelum masalah tersebut benar-benar terjadi. Dengan ini operator dapat melakukan pemeliharaan prediktif sebagai metode tambahan untuk memperkuat metode pemeliharaan korektif.
Kesimpulan dari hasil pengujian backtesting membuktikan bahwa metode value at risk dapat digunakan untuk memprediksi drop call rate dengan tingkat kepercayaan 92%, dengan nilai kegagalan prediksi konvergen terhadap nilai kepercayaannya.

Drop call on the traffic channel raises revenue loss of mobile operators. Such condition caused by system disconnection outside the customer desires. Drop call can be overcome or reduced by good maintenance activities on the cellular network.
This research took a case study on the GSM network of PT. XYZ Bandung area, in which the maintenance is currently performed by a corrective method. Such method the maintenance is when a drop call problem has occurred, therefore loss has occurred.
This research measure the drop call risk by using the method of value at risk using Monte Carlo simulations. It is performed by processing historical data network performance statistics, to predict problems before occur. By using this method, operator can perform predictive maintenance as an additional method to strengthen the corrective maintenance methods.
The conclusion based on backtesting result prove that value at risk method with a confidence level 92% can be use to predict the drop call rate, with the proportion of failure will converges to the confidence level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feisal Rizky Dhika Hidayat
"Fast Moving Consumer Goods FMCG merupakan industri ritel yang membutuhkan rantai suplai dengan kemampuan traceability untuk memudahkan konsumennya mengetahui informasi dan menjaga sekuritas dengan menambahkan sistem identifikasi. Sistem identifikasi lokasi objek secara aktual dapat dilakukan oleh beberapa teknologi diantaranya yaitu RFID. Saat ini pendeteksian banyak dilakukan oleh RFID karena cocok untuk dipakai pada sistem yang berjalan secara otomatis. Namun RFID memiliki beberapa kekurangan seperti kebutuhan khusus untuk pembacaan jarak jauh, efektifitas yang rendah pada beberapa orang yang tidak paham, dan kebutuhan perbaikan yang sulit. Dibutuhkan sebuah metode yang dapat dijadikan sebagai alternatif RFID. Salah satu diantaranya yaitu sensor GPS pada smartphone. GPS pada smartphone dapat dimanfaatkan dengan membuat aplikasi untuk smartphone berbasis android. Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrogramman Java. Aplikasi juga dilengkapi dengan metode geofencing untuk menambah fitur dalam memberikan notifikasi dan data lokasi. Geofence yang digunakan dapat dijadikan sebagai sistem untuk mengaktivasi program agar dapat mengirim data berupa koordinat latitude dan longitude serta waktu ke database. Sebelum diimplementasi, sensor GPS perlu dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan berbagai varian GPS pada perangkat smartphone. Pengujian yang dilakukan berupa akurasi pembacaan lokasi disuatu tempat secara terus menerus pada kondisi yang sama antar alat uji. Selain itu dilakukan pengujian waktu jeda yang dibutuhkan untuk mengirim data setelah masuk area yang dibubuhkan geofencing.

Fast Moving Consumer goods FMCG are retail industri which needs suplay chain with the necessity of traceability to make consumer know the information and protect security by implemented identification system. Identification of objects location in real time is used within Objects realtime location. Real time Locating system is one of system which could be done by RFID. Recently, RFID is used as real time locating system because it rsquo s very realible for automation system. RFID have several disadvantages such as a special treatment to do a long range detection, low effectiveness for people who have lack of knowledge, and the difficulty of maintenance. It need an alternative method as a replacement of RFID. It could be a GPS sensor in smartphone. GPS within smartphone could be used as the application is created in Android operating system. The app is reinforced with geofencing to limit the identification process so it only works within the area which is settled. Geofence can be used as a trigger to send the data in database. GPS sensor in smartphone should be tested before the implementation. The test used several GPS in smartphone device. with different specification to observe the clear difference between maximum and minimum value. One of the test is to observe the accuracy of detection on a location repetitively. The other one is to observe the delay time needed "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>