Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Irawan
"Die soldering merupakan hasil dari reaksi permukaan antara aluminium cair dengan material cetakan. Karena afinitas aluminium terhadap besi tinggi menyebabkan besi dari cetakan terdifusi kedalam aluminium cair dan membentuk lapisan intermetalik dari fasa binner Fe-Al dan ternary Fe-Al-Si di permukaan cetakan.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik yang terdiri dari ketebalan dan kekerasan lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses pencelupan. Benda uji yang digunakan yaitu baja perkakas H13 hasil annealing, yang dicelup pada Al-12%Si dengan temperature tahan 680°C, 700 °C dan 720 °C dengan dilakukan penambahan unsur Mn yang berbeda-beda, yaitu 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, dan 0.7%Mn. Dalam penelitian ini, dihasilkan dua lapisan intermetalik pada masing-masing pencelupan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan Mn akan menurunkan ketebalan compact layer pada fenomena die soldering. Pengaruh ini berlangsung sampai dengan penambahan kadar 0.1% Mn sampai dengan 0.7%Mn pada temperatur pencelupan 680°C, 700 °C dan 720 °C. Namun penambahan unsur Mn pada Al-12%Si tidak berpengaruh pada ketebalan broken layer. Kadar Al dan Fe yang terkandung pada compact layer berbeda dengan broken layer. Al akan lebih meningkat pada broken layer sedangkan Fe akan meningkat pada compact layer. Hal ini mempengaruhi kekerasan lapisan keduanya. Namun kadar Al dan Fe yang terkandung pada kedua lapisan intermetalik ini tidak dipengaruhi oleh penambahan unsur Mn.

Die soldering is the result of an interface between the molten aluminum and the die material. Due to high affinity that aluminum has for iron causes the iron from the steel diffuses into aluminum melt resulting in the formation of intermetalic layers of binary Fe-Al and ternary Fe-Al-Si phases on the die surface.
This research is done to study the mechanical and physical properties which consist of thickness and hardness the intermetallic layers formed during dipping test. The sample on this research is as anneal H13 tool steel that dipped into the molten Al-12%Si at dipping temperature 680°C, 700 °C,and 720 °C with different Mn content that is 0.1%Mn, 0.3%Mn, 0.5%Mn, and 0.7%Mn. This research resulted two intermetallic layers in the surface of H13 tool steel.
Result of research of showed that addition of Mn will reduce thickness of compact layer at die soldering phenomenon. This influence take place up to addition of rate of 0.1% Mn up to 0.7%Mn at dipping temperature 680°C, 700 °C and 720 °C. But addition of element Mn at Al-12%Si don't have an in with thickness of broken layer. Rate Al and Fe consisting in at compact layer differing from broken layer. Al would more increase at broken layer while Fe will increase at compact layer. This thing influence hardness of both layers. But rate Al and Fe consisting in at both this intermetallic layer be not influenced by addition of element Mn.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Kamiluddin
"Paduan Al-7wt%Si merupakan salah satu jenis paduan aluminium silikon yang memiliki aplikasi besar dalam dunia pengecoran khususnya proses die casting. Dalam aplikasi di dunia industri die casting terdapat problem yang disebut dengan die soldering. Die soldering adalah fenomena menempelnya aluminium cair pada permukaan material cetakan dan ada bagian benda casting yang tersisa ketika dikeluarkan dari cetakan. Reaksi die soldering biasanya terjadi pada pengecoran cetak tekan dengan tekanan tinggi dalam paduan aluminium dan membentuk lapisan intermetalik antara aluminium cair dan cetakan. Fenomena ini menyebabkan rusaknya cetakan serta mengakibatkan kualitas permukaan cetakan yang jelek, sedangkan biaya akan terus meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik pembentukan ketebalan dan kekerasan dari lapisan intermetlic selama proses pencelupan.
Dalam penelitian ini, ditemukan adanya lapisan fasa binary dari lapisan intermetalik FeAl2, Fe2Al5, and FeAl3 yang ditemukan di permukaan baja. Penelitian ini bertujuan untuk mencari morfologi dan karakteristik dari lapisan AlxFeySiz yang meliputi ketebalan dan kekerasan selama proses pencelupan. Material cetakan untuk penelitian ini adalah baja perkakas H13 yang dicelup dengan Al-7wt%Si dengan temperatur holding 700°C, 720°C, dan 740°C serta penambahan mangan dengan 0.1, 0.3, 0.5, dan 0.7 %.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan mangan diatas 0.3% pada temperatur 700°C efektif menurunkan die soldering dari ketebalan lapisan 101 mikron sampai 86 mikron di kadar 0,5%Mn dan 54 mikron pada kadar Mn 0,7%. Fenomena tersebut juga terjadi pada temperatur 740°C. Sedangkan pada temperatur 720°C, penambahan Mn efektif menurunkan fenomena die soldering setelah penambahan 0.5%Mn.
Adapun kekerasan lapisan intermetalik sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena ukuran kekerasan sangat tergantung terhadap kandungan paduan FexAly yang terdapat dalam lapisan. Semakin banyak kandungan Fe dalam paduan lapisan intermetalik FexAly, maka kekerasannya semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, penambahan mangan terhadap Al-7wt%Si tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan lapisan intermetalik.

Al-7wt%Si is one of aluminium alloys which have largest application in the world of casting, especially in die casting process. In the application of die casting technology, there is a dominant problem names die soldering. Die soldering is a phenomenon in which molten aluminium ?welds? to the die surface and remains there after the ejection of the part. Soldering reactions are commonly observed during high pressure die casting of aluminium alloys, and involve the formation and growth of interfacial intermetallic layers between the die and the cast alloy. This phenomenon resulting in damage to the die and poor surface quality of the casting, but increase the production cost. This research is done to study the thickness and hardness characteristic formation of the intermetallic layers during dipping test.
In this research, the appeared binary phase of intermetallic layer is FeAl2, Fe2Al5, and FeAl3 which available at steel?s surface. This research aim is investigating morphology and characteristic of AlxFeySiz intermetallic layer which consist thickness and hardness of the layer during immersing period. The testing material for this research is annealed tool steel H13 which is immersed at Al-7%Si with various holding temperature at 700°C, 720°C, and 740°C and also added by four types mangan (Mn) composition at each temperature. The compositions of this mangan are 0.1, 0.3, 0.5, and 0.7 %.
From the laboratory activity, it was clearly shown that additional Mn above 0.3% at 700°C can decrease die soldering effect significantly. This phenomenon can be seen from the intermetallic layer thickness formed with additional Mn at 101 to 86 micron for 0.5% Mn content and 54 micron for 0.7% Mn. This tendency is happen for 740°C reacting temperature also. But for 720°C reacting temperature, the effect of additional Mn for decreasing die soldering effect start from 0.5% Mn content.
Then, intermetallic layer formed are vary due to FexAly alloy content at layer itself. The more FexAly alloy content, the more hardness level formed; and vice versa. So that, additional Mn to Al-7wt%Si did not have significant effect to hardness of intermetallic layer formed due to spreading of random hardness level at each intermetallic layer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desrilia Nursyifaulkhair
"Paduan Al-Zn-Mg (Seri 7xxx) telah banyak dikembangkan dalam berbagai aplikasi, terutama dalam industri penerbangan sebab memiliki kekerasan yang tinggi sementara densitasnya rendah. Paduan tersebut umumnya diperkuat melalui perlakuan penuaan, di mana terjadi difusi atom-atom Zn dan Mg dari larutan padat sangat jenuh sehingga terbentuk presipitat metastabil. Selain itu, paduan dapat diperkuat pula dengan penambahan Ti yang akan memperhalus butir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ti dalam penguatan presipitasi paduan Al-5.1Zn-1.8Mg-0.4Ti (% berat) pada berbagai temperatur.
Paduan ini dibuat dengan proses squeeze casting. Kemudian dilakukan homogenisasi pada temperatur 400 oC selama 4 jam dan laku pelarutan pada 440 oC selama 1 jam yang dilanjutkan dengan pencelupan air hingga temperatur ruang. Penuaan dilakukan pada temperatur 90, 130 dan 200 oC selama 200 jam. Untuk mengetahui respon penuaan, dilakukan pengujian kekerasan Rockwell, sementara itu perubahan struktur mikro diamati dengan menggunakan Mikroskop Optik dan Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi dihasilkan setelah penuaan di temperatur 90 oC, bahkan pada temperatur ini, kekerasan terus meningkat setelah 200 jam. Semakin tinggi temperatur penuaan, semakin rendah kekerasan puncak yang dihasilkan, tapi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kekerasan puncak akan berkurang. Penambahan Ti diketahui dapat menahan penguatan dengan memperlambat kinetika presipitasi melalui penurunan jumlah kekosongan kompleks zat terlarut. Urutan presipitasi yang terbentuk adalah GP zone  ƞ?  ƞ (MgZn2).

Al-Zn-Mg alloys (7xxx series Al alloys) have been widely used in many applications, especially in aerospace industry because of their high strength and low density. These alloys are commmonly hardened upon ageing treatment, in which diffusion of Zn and Mg atoms from super saturated solid solution results in formation of metastable precipitates. To further increase the strength of the alloys, Ti is added to decrease the grain size. The objective of this study is to investigate the role of Ti in the precipitation strengthening of Al-5Zn-1.8Mg-0.4Ti (wt.%) alloy.
The alloy was fabricated by squeeze casting process. Then, the alloy was homogenized at 400 oC for 4 hours. Subsequent solution treatment was employed at 440 oC for 1 hour and followed by water quenching to room temperature. The ageing was conducted at 90, 130 and 200 oC for 200 hours. The ageing response was followed by Rockwell hardness testing, while the microstructural evolution was observed by using Optical Microscope (OM) and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS).
The results showed that the highest hardness was achieved after ageing at 90 oC, and even at this temperature, the hardness remained increase after 200 h of ageing. The higher the ageing temperature, the lower the achieved peak hardness but the time needed to peak hardness reduced. Addition of Ti retarded the strengthening by slowering kinetics of precipitation through decreasing number of solute-vacancy complexes. The suggested major precipitation sequence was GP zones  ƞ?  ƞ (MgZn2).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Edenbert Dormantua
"Pada industri bangunan kapal, pengelasan merupakan metode yang sangat umum dipakai untuk melakukan penyambungan pelat-pelat baja. Di galangan, juru las menggunakan besar arus dan kecepatan pengelasan yang bervariasi. Seringkali alasan yang sering dipakai adalah untuk mengejar deadline pengerjaan kapal sehingga sesuai dengan timeline yang telah direncanakan. Ada juga dengan motivasi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan, yaitu agar pekerjaan cepat selesai. Fenomena yang biasa terjadi adalah kuat arus dinaikkan dari standar galangan atau kecepatan pengelasan ditingkatkan menjadi lebih tinggi. Hal ini mempengaruhi kualitas sambungan akhir, seperti perbedaan struktur makro dan mikro hasil las yang selanjutnya berimplikasi pada sifat-sifat mekanis material.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara parameter proses MMAW terhadap struktur makro hasil las serta hubungannya dengan sifat mekanis material baja berkekuatan tarik tinggi setelah proses pengelasan. Parameter pengelasan yang dipakai adalah kuat arus dan kecepatan pengelasan. Arus las yang dipakai dalam penelitian ini adalah 110 A yang merupakan standar galangan, 120 A, dan 130 A sedangkan kecepatan pengelasan divariasikan berdasarkan kecepatan pengelasan normal (yang biasa dipakai juru las), dipercepat, dan diperlambat dari kecepatan pengelasan normal.
Hasil pengelasan tersebut diuji di laboratorium untuk memperoleh foto struktur makro sambungan material setelah melalui proses pengelasan. Dari foto struktur makro, akan diperoleh analisis perubahan struktur makro pada material yang selanjutnya akan dihubungkan terhadap sifat-sifat mekanis akhir material. Penelitian ini nantinya akan memperlihatkan parameter pengelasan optimum yang akan digunakan pada industri bangunan kapal (galangan) untuk membangun kapal.

In ship building industry, welding is a very common method used to establish joining plates of steel. In the shipyard, welder often use vary large current and travel speed. Frequently, the reason often used is to pursue the construction deadline so that the vessel in accordance with the timeline. There is also lack of motivation that can be accounted for, such as speedy completion. A common phenomenon is welding currents of shipyard standard raised or welding speed increased becomes higher than the normal. This affects the quality of the final joining, such as differences in the macro-structur and micro-structur of welds which would have implications for the mechanical properties of the material.
This study aimed to explore the relationship between process parameters MMAW against the macro-structure of welds and its relationship with the mechanical properties of high tensile strength steel material after the welding process. Welding parameters used are welding currents and welding speed. Welding currents used in this study was 110 A which is a standard of shipyard, 120 A, and 130 A while welding speed was varied by normal welding speed (which is usually used by welder), accelerated and slowed from the normal welding speed.
Welds are tested in the laboratory to obtain macro-structure photo of the joining after the welding process. From the photo, it will be obtained the analysis of changes macro-structure of the material which would be linked to the mechanical properties of the final material then. This study will show the optimum welding parameters to be used in the ship building industry (shipyard) to build the ship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Ekawati
"Material komposit matriks aluminium grafit saat ini banyak digunakan karena sifatnya yang ringan dan memiliki kekuatan mekanis yang baik. Salah satu aplikasi yang mulai dikembangkan adalah untuk aplikasi tribologi, yakni material self-lubricating bearing dimana keunggulan material komposit ini ialah memiliki berat jenis yang ringan dibandingkan dengan material bronze bearing sehingga mampu menghemat penggunaan bahan bakar dari kendaraan.
Pada penelitian ini digunakan material komposit matriks aluminium dengan penguat berupa grafit 1% Vf, dan tembaga 0,5% Vf sebagai wetting agent. Metode yang digunakan ialah metalurgi serbuk dengan tekanan kompaksi sebesar 300 bar, variabel temperatur sinter 500°C, 550°C, 600°C, 650°C, dan 700°C dengan waktu tahan sinter selama 60 menit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh temperatur sinter terhadap sifat mekanis dari material komposit aluminium grafit. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kekerasan (ASTM E-10), laju aus dengan metode Ogoshi, kuat tekan (ASTM E-9-89a), densitas dan porositas (ASTM 373-88), serta pengamatan struktur mikro dengan mikroskop optik dan SEM (Scanning Electron Microscope) dan uji komposisi dengan EDS (Energy Disperse Spectroscopy).
Dari hasil pengujian didapatkan kondisi optimum pada temperatur sinter 700°C dimana nilai kekerasan mencapai 78 BHN, nilai laju aus mencapai 13,8 x 10-6 mm³/mm, nilai kuat tekan mencapai 589 N/mm², nilai densitas mencapai 2,14 gram/cm³, dan nilai porositas mencapai 21,56%. Sedangkan dari hasil pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan SEM didapatkan adanya fasa intermetallic, dan pada pengujian komposisi menggunakan EDS didapatkan fasa matriks aluminium, Al2O3, dan intermetallic AlCu2. Hasil ini membuktikan bahwa sampel reinforced sinter memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan sampel unreinforced maupun reinforced non sinter.
Untuk aplikasi material bearing, nilai kekerasan dan laju aus yang didapat pada hasil penelitian ternyata masih belum memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan proses pengerasan lebih lanjut atau penambahan kadar grafit untuk meningkatkan sifat mekanis dari material komposit aluminium grafit.

Nowadays, aluminum graphite composite has been widely use because of lightweight and good mechanical properties. One of the applications of using aluminum graphite composite is for tribological application, such as self lubricating bearing which is having an advantage that aluminum graphite composite has lower density than bronze bearing, so that it can reduce the using of fuels on the vehicles.
Material used in this experiment is aluminum matrix composite with 1% Vf graphite as a reinforced, and 0.5% Vf copper as a wetting agent. Powder metallurgy was used as a method to make an aluminum graphite composite material. Using pressure of 300 bars and sintering temperature variable from 500°C, 550°C, 600°C, 650°C to 700°C for 60 minutes. The aim of experiment is to analyze the effect of sintering temperature on mechanical properties of aluminum graphite composite. Mechanical tests are hardness testing (ASTM E-10), wear rate testing with Ogoshi technique, compression testing (ASTM E-9-89a), density and porosity. Micro structure was analyzed both optical microscope and scanning electron microscope (SEM), while energy disperse spectroscopy (EDS) to analyze the chemical composition of phases produced during sintering.
The optimum condition was sintering temperature at 700°C with hardness of 78 BHN, wear rate of 13,8 x 10-6 mm3/mm, compression of 589 N/mm², density 2,14 gram/cm³, and porosity 21,56%. Meanwhile, micro structure analyzed using optical microscope and SEM found an intermetallic phase, it is confirmed by EDS which is the micro structure containing of aluminum matrix phase, Al2O3, and intermetallic AlCu2.
These results prove that reinforced sinter sample has better mechanical properties than unreinforced and reinforced non sinter sample. Indeed for bearing material application, the hardness and wear rate in this experiment has not yet achieved. That is why, need further process to harden the material or by increasing the graphite content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41754
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Abi Darmawan
"Friction stir welding merupakan jenis pengelasan solid state dengan memanfaatkan gesekan dari tool yang berputar sebagai sumber panas untuk menyambung logam. Selain metode pengelasan ini tidak memerlukan logam pengisi dan gas pelindung, metode ini efektif untuk mengelas logam berbeda, salah satunya adalah antara aluminium dengan tembaga yang akan sangat berguna untuk aplikasi komponen listrik. Friction stir welding pada penelitian ini diaplikasikan untuk mengelas aluminium 6061 dengan tembaga murni menggunakan variasi kecepatan putar tool sebesar 600, 1000, 1200, 2000 rpm. Perbedaan kecepatan putar tool tersebut diberikan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap makrostruktur, mikrostruktur, konduktivitas listrik, dan kekerasan sambungan. Mikrostruktur diamati menggunakan mikroskop optik. Uji konduktivitas listrik dilakukan menggunakan alat uji mikro ohmmeter dan pengujian kekerasan dilakukan menggunakan alat uji mikro-vickers. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semakin besar kecepatan putar tool, masukan panas yang terjadi semakin meningkat sehingga cacat void yang terbentuk semakin sedikit. Masukan panas yang semakin meningkat juga menghasilkan nilai konduktivitas listrik sambungan menurun. Selain itu, nilai kekerasan sambungan meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan putar tool. Hal ini terjadi akibat semakin banyaknya senyawa intermetalik yang terbentuk.

Friction stir welding is a solid-state welding method that utilizes friction from a rotating tool that becomes a heat source for joining the metals. Besides this welding method does not require filler metal and gas shielding, it is effective for welding dissimilar metals such as aluminium and copper which would be very useful in electrical components applications. Friction stir welding in this research was used for joining aluminium 6061 to pure copper using various tool rotational speed of 600, 1000, 1200, and 2000 rpm. Those different tool rotational speed was given to determine its effect on macrostructure, microstructure, electrical conductivity, and joints hardness. The microstructure was observed using an optical microscope. The electrical conductivity test was carried out using a micro ohmmeter and the hardness test was carried out using a microhardness vickers testing machine. The results shows that the higher the tool rotational speed applied, the higher heat input gained, so that fewer voids were formed. The increasing heat input also made the electrical conductivity value of the joints decreased. Besides that, the joints hardness value increased with the increasing tool rotational speed. It occurred because more intermetallic compounds formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriati Djaprie
Depok: Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadli
"ABSTRAK
Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki
sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang
tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan
sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat
bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan
yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled
Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan
dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh
karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat
untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.
Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60%
(30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih
dahulu pada temperatur 300oC dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan
120 menit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan
semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka
terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh
pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai
525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu
pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan
korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung
mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan
0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson?s
Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung
mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss
dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya
fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi
atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.

ABSTRACT
Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal
and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus,
used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component,
and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of
corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-
Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled
heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this
research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance
Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was
conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and
before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300oC with
different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as
the longer holding time of the heating and was continued by further deformation,
it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus
corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate
Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the
other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in
two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%),
brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404
mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the
ammoniacal environment (Mattsson?s Solution) brass tend to have higher
corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss
and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening
caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has
taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and
corrosion resistance of Cu-Zn 70/30."
2016
S65441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Muslim
"Penggunaan baja perkakas dalam aplikasi sebagai cetakan selalu diinginkan dapat menghasilkan cetakan yang berkualitas untuk dapat menghasilkan produkproduk yang berkualitas pula. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terus dilakukan penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuyk mendapatkan kualitas baja yang baik, dengan menggunakan susunan komposisi dan perlakuan khusus untuk mendapatkan kualitas baja yang baik.
Baja perkakas memiliki sifat-sifat khusus yang sesuai dengan kebutuhan proses dalam mengolah material dasar menjadi produk siap pakai atau jadi, sifatsifat khusus tersebut terpengaruhi oleh adanya unsur paduan dan perlakuan yang diberikan pada baja perkakas.
Pada penelitian ini, material baja perkakas diatur komposisi paduannya dengan menambahkan unsur paduan Si yang berbeda yaitu 0,8%wt, 2,0%wt, dan 3,0%wt Si pada setiap material baja perkakas dengan unsur paduan lainnya ditambahkan dengan perbandinganan tetap untuk setiap material baja perkakas dan tidak diberikannya unsur vanadium untuk material baja perkakas lainnya untuk mengetahui perbandingan sifat mekanis setelah ditambahkan unsur paduan Vanadium. Kemudian baja perkakas tersebut dilakukan perlakuan panas quenc temper dengan penggunaan temperatur temper yang berbeda yaitu 600°C, 640°C, dan 690°C dan sphroidized anneal dengan menggunakan temperatur 820°C.
Dengan variabel yang digunakan adalah penambahan unsur paduan dan perlakuan panas yang dilakukan maka akan diketahui pengaruhnya terhadap sifat mekanis, yaitu kekerasan, laju aus, dan kuat tarik serta struktur mikro material baja perkakas.
Dalam penelitian ini disimpulkan dengan penambahan unsur paduan Si maka sifat mekanis meningkat, dan untuk membandingkan baja perkakas yang diberikan unsur paduan vanadium dan yang tidak, baja dengan paduan vanadium sifat mekanis yang dimiliki lebih tinggi. Sedangkan untuk variable perlakuan panas yang diberikan dengan semakin tingginya temperatur temper maka sifat mekanis akan menurun sehingga didapati baja perkakas yang lebih tangguh.

Usage of tool steel in application as mold always is wanted able to make mold with quality to be able to make products that is with quality also. To fulfill the requirement, always is done research and development always is done for to get quality of good steel, by using arrangement of special composition and treatment to get quality of good steel.
Tool steel has special properties as according to requirement of process in processing fundamental material become ready for use product or thus, the special influenced by existence of alloying element and treatment passed to tool steel.
At this research, tool steel material is arranged by alloy composition adding alloying element Si which different composition there are 0,8%wt, 2,0%wt, and 3,0%wt for each tool steel material with other alloying element is added with balance comparison for every tool steel material and doesn't give of element of vanadium for other tool steel material to know comparison of mechanical properties after added alloying element Vanadium. Then the tool steel is done with heat treatment quench temper with usage of different temper temperature that is 600°C, 640°C, and 690°C and sphroidized anneal by using temperature 810°C. With variable applied is addition of unsure alloy and heat treatment done hence will be known the influence to mechanical properties, that is hardness, wear resistant, and tensile strength and tool steel material microstructure.
In this research concluded with addition of alloying element Si hence mechanical properties increases, and compare tool steel given alloying element of vanadium and another steel is not, steel with mechanical properties vanadium alloy owned higher. While for variable heat treatment given increasing height of temper temperature hence mechanical properties will decline causing is discovered tool steel which more tough.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41762
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Hanif
"Limbah plastik adalah salah satu permasalahan klasik yang dialami Negara dengan konsumsi plastik yang besar, seperti Indonesia. Selain itu, industri kertas Indonesia banyak menghasilkan limbah pengolahan kertas lignin yang tidak dimanfaatkan karena bernilai rendah. Oleh karena itu, metode baru diperlukan untuk mengurangi pencemaran plastik serta meningkatkan nilai lignin agar Industri tidak langsung membuangnya, yang salah satunya adalah mencampurkan kedua bahan ini sebagai bahan tambahan pada material penyusun aspal, yaitu bitumen. Bitumen yang ditambahkan polipropilena disebut polypropilene modified bitumen PPMB. Penelitian ini membahas pengaruh pencampuran bitumen dengan limbah plastik PP sebagai zat pengisi dan lignin termodifikasi sebagai coupling agent atau kompatibiliser. PPMB dibuat dengan menggunakan alat hot melt mixer dengan rasio masa 19:1 untuk bitumen dan PP yang diaduk dengan kecepatan 80 round per minute rpm. Pencampuran dilakukan pada temperatur 160oC, 180oC, dan 200oC selama 15, 30, dan 45 menit dengan penambahan komposisi lignin termodifikasi sebesar 0.1, 0.3, dan 0.5 berat. Kemudian sampel dianalisis kandungan senyawaan, morfologi, serta sifat mekanisnya menggunakan FT-IR, SEM, uji penetrasi dan daktilitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa lignin termodifikasi memiliki kompabilitas yang lebih baik dibanding lignin murni serta sifat mekanis PPMB yang lebih baik dibandingkan bitumen murni.

Plastic waste is one of classic problem which are experienced by Country with huge plastic consumption, like Indonesia. Other than that, Indonesias Paper Industries produce much paper processing waste lignin which isnt utilized because of its low value. Because of these reasons, a new method was needed to reduce plastic pollution and also to increase the value of lignin so industries wont throw it away, which one of the method is to mix these substances as an addition in asphalt material, that is bitumen. Bitumen, in which polypropylene is added is called polypropylene modified bitumen PPMB . This research discusses the effect of bitumen mixing with polypropylene as filler and modified lignin as coupling agent or compatibilizer. PPMB was created with hot melt mixer machine with mass ratio of 19 1 for bitumen and PP which are mixed in 80 rpm. Mixing was done at the temperature of 160oC, 180oC, and 200oC for 15, 30 and 45 minutes with 0.1, 0.3, and 0.5 total weight addition of modified lignin. Lastly, samples rsquo compound content, morphology, and mechanical properties were analyzed using FT IR, SEM, penetration and ductility test. Result showed that modified lignin has better compatibility compared to pure lignin, and also PPMB rsquo s mechanical properties are better than pure bitumen."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>