Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuda Rizky
"Safety Driving merupakan bagian dari budaya keselamatan jalan (road safety culture) yang melihat bagaimana perilaku aman (safety behavior) seseorang dalam mengemudi. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety driving), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah given factor yang berasal dari individu (human), sedangkan factor eksternal berasal dari lingkungan di luar individu. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut dapat diidentifikasi lebih lanjut sehingga kita dapat mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety driving).
PT. "X" merupakan salah satu perusahaan taksi swasta terbesar di Indonesia, yang bergerak di bidang pelayanan jasa transportasi darat dan telah memiliki banyak pool yang tersebar di beberapa wilayah, salah satunya di pool "Y", sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan karyawannya khususnya para pengemudi. Banyaknya jumlah pengemudi yang dipekerjakan oleh perusahaan sebanding dengan jumlah kendaraan yang digunakan untuk mendukung operasional kegiatan perusahaan. Interaksi antara kedua komponen tersebut merupakan risiko keselamatan yang dihadapi oleh perusahaan pada saat kegiatan operasional dijalankan.
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi taksi di PT. "X" pool "Y" berada pada kategori baik. Artinya bahwa sebagian besar dari jumlah pengemudi telah memilki kesadaran untuk berperilaku aman dalam berkendara. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi taksi di PT. "X" pool "Y", yaitu tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, dan keikutsertaan diklat (pendidikan dan pelatihan) safety driving.

Safety driving is part of road/street safety culture (road safety culture) what sees how safe behavior (safety behavior) someone in driving. There are two factors relating to safety behavior (driving), that is internal factor and external factor. Internal factor is given factor is coming from individual (human), while external factor comes from area of outside individual. Internal and external factors can be identified furthermore so that we can know about factors any kind of relating to safety behavior (driving).
PT. "X" be one of the biggest private sector taxi company in Indonesia, which active in transportation service activities of land and has owned many pool which spread over in some regions, one of them is in pool " Y", hardly pays attention to safety and health of its (the employee) is especially the drivers. The many driver amounts employed by proportional company with number of vehicles applied to support company activity operational. Interaction between both the components is safety risk faced by company at the time of operational activity is implemented.
In general research result done indicates that safety behavior (driving) at taxi driver in PT. "X" pool "Y" stays at good category. It`s mean that most of driver amounts have owned awareness for safety behavior (driving). Beside that, the result of research also indicates that there are some factors relating to safety behavior (diving) at taxi driver in PT. "X" pool "Y", that is level of education, experience of working, and taking part in education and training of safety driving."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyo Santoso
"

Perilaku aman berkendara (safety driving) merupakan bagian dari budaya keselamatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman dibagi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan sifat karakteristik seseorang meliputi pengetahuan dan motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi ketersediaan alat pelindung diri (APD), kondisi kendaraan, kondisi jalan raya, dan fasilitas rambu dan marka jalan. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif secara cross sectional. Hasil dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku aman berkendara pada pengemudi bus Luragung Termuda di sekitar jalur pantura jawa barat, serta hasil yang didapat digunakan untuk menilai apakah ada hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku aman berkendara.


Safe drive behavior is part of the safety cultures. The factors that influence safe behavior is divided into two main factors, internal factors and external factors. The internal factor is natural characteristics of persons including knowledge and motivation, and the external factors including the availability of personal protective equipment (PPE), the condition of the vehicle, road conditions, road signs and road markings. This study designed as quantitative study and cross-sectional study. The results of this study intends to describe the behavior of the Luragung Termuda bus driver's safety in Pantura west java Indonesia, and the results are used to make an assessment that may have any relationship between internal factors and external factors in safety driving behavior.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Hellyanti
"Perilaku Tidak Aman, yaitu tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Jenis perilaku tidak aman yang terjadi di Bogasari, yaitu akibat kelalaian dalam penggunaan APD, kelalaian dalam bekerja akibat kurangnya konsentrasi, kelalaian dalam melakukan pengamanan, dan ada beberapa yang melakukan pekerjaan pembersihan saat mesin masih sedang beroperasi. Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman di departemen utility and operation, di Bogasari pada tahun 2009. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain cross sectional (potong lintang) dengan pengambilan data menggunakan kuesioner.
Penelitian ini menggunakan variabel dari teori James E. Reason sebagai analisis perilaku tidak aman. Variabel yang diteliti yaitu faktor pekerja (usia, lama kerja, pengetahuan dan sikap), dan faktor manajemen (reward and punishment, pengawasan, safety promotion, standard operating procedure, dan pelatihan K3). Hasil penelitian yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pekerja mengenai K3 dengan perilaku tidak aman, dan terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak aman.

Unsafe behavior is the act or the act of someone or some people that employees increase the likelihood of employee accident. Type of unsafe behavior that occur at Bogasari, which is due to negligence in the use of APD, negligence in work due to a lack of concentration, neglecting to do security, and some who work at cleaning machines are still operating. This essay discusses the factors related to unsafe behavior in the Department of Utilities and Operation, in Bogasari on 2009. This research is a qualitative research design with a cross-sectional (transversal cut) with the data using the questionnaire.
This research uses variables from the theory of James E. Reason analysis of unsafe behavior. Variables examined the factors that workers (age, employment duration, knowledge and attitudes), and management factors (reward and punishment, supervision, safety promotion, standard operating procedure, training K3). Results of research that there is a meaningful relationship between knowledge workers with the unsafe behavior of K3, and there is a meaningful relationship between the training K3 with unsafe behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S5747
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprian Een Saputra
"PT.X District MTBU merupakan salah satu kontraktor pertambangan batubara untuk customer PT.B. Untuk mendukung proses produksi agar tercapai target produksi yang dipercayakan oleh PT.B kepada PT.X dalam hal penggarapan lokasi penambangan batubara seluas 145 hektar, maka dibutuhkan pekerja (pengemudi dump truck) yang bertugas untuk mengangkut tanah/batu dan batubara dari daerah penggarapan (loading) ke lokasi penumpukkan (disposal) dengan menggunakan unit dump truck (DT). Agar proses produksi berjalan dengan aman, maka pengemudi dump truck harus berperilaku aman dalam melaksanakan pekerjaan agar tidak terjadi kecelakaan. Sering terulang dan tingginya angka kecelakaan DT karena perilaku tidak aman pengemudi DT di PT.X District MTBU Tahun 2007-Pebruari 2008 (LPI PT.X MTBU 2007-Pebruari 2008) merupakan alasan penulis untuk menjadikan masalah tersebut menjadi sebuah penelitian. Menurut Heinrich (1928) menyatakan bahwa dari 75.000 kasus kecelakaan kerja sekitar 88 % akibat perilaku tidak aman (unsafe act) pekerja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aman.
Penelitian ini dilakukan di PT.X District MTBU dari tanggal 10 Maret-12 Juni 2008. Populasi penelitian adalah seluruh pengemudi DT (± 110 orang) dan sampel yang diambil sebanyak 80 orang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilandata yaitu kuesioner. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan untuk pengambilan data. Peneliti mencoba melakukan analisa univariat untuk menggambarkan variabel independen (umur, pendidikan, lama kerja, pelatihan K3, motivasi keselamatan, iklim K3, beban kerja, peranan kerja, pengembangan karir dan peran atasan) dan variabel dependen (perilaku aman). Selain itu peneliti juga melakukan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-Square.
Dari hasil analisa univariat peneliti mendapatkan bahwa hampir semua responden berperilaku aman saat bekerja yaitu sebesar 92,5%, rata-rata responden berada pada kelompok umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 43,75%, kebanyakan responden berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 87,5%, sebagian besar memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun yaitu sebesar 70%, lebih dari 70% responden telah mendapatkan pelatihan K3 dalam kelompok baik yaitu sebesar 73,75%, umumnya responden memiliki motivasi keselamatan cukup baik terhadap pekerjaannya yaitu sebesar 53,75%, hampir semua responden menganggap iklim K3 di PT.X MTBU tinggi yaitu sebesar 88,75 %, rata-rata responden menganggap beban kerja mereka sudah sesuai yaitu sebesar 42,5 %, kebanyakan responden sudah memiliki peranan jelas sebagai pengemudi DT yaitu sebesar 76,25%, sebagian besar responden menganggap pengembangan karir di PT.X MTBU baik yaitu sebesar 71,25% dan rata-rata menganggap peran atasan mereka sudah baik sebesar 68,75%. Dari hasil analisa bivariat peneliti mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja, beban kerja dan pengembangan karir dengan perilaku aman. Ada hubungan antara pelatihan K3, motivasi keselamatan, iklim K3, peranan kerja dan peran atasan dengan perilaku aman. Oleh sebab itu, disarankan bagi perusahaan agar lebih memfokuskan lagi pada faktor pelatihan K3, motivasi keselamatan pekerja, iklim K3 perusahaan, peranan kerja dan peran atasan dalam mengembangkan perilaku aman para pekerja khusunya pengemudi DT."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Gede Panca Wiadnyana
"Latar belakang: Profesi pengemudi taksi merupakan profesi yang unik, lingkungan kerja luas, jam kerja panjang, sistem pcnggajian yang fluktuatif, dan risiko kecelakaan di jalan raya. Pada PT X 60% kccelakaan dikarenakan mengantuk. Salah satu penyebab kondisi mengantuk adalah adanya kemungkinan obstructive sleep apnea (OSA). Bcbcrapa faktor risiko kemungkinan OSA seperti kegemukan dan hipertensi dijumpai pada pengemudi PT X.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada pengemudi taksi X Mampang Jakana Selatan, pada bulan November»Desember 2008. Pengumpulan dilakukan dengan pengisian Kuesioner Berlin, dan pemeriksaan fisik (tekanan darah, bcrat, badan, tinggi badan, dan lingkar leher) pada 280 orang pengemudi.
Hasil: Jumlah responden sebanyak 280 orang, didapatkan 70 orang (25%) kemungkinan OSA. Kemungkinan OSA pada pengemudi dipcngaruhi olch bcbcrapa faktor yaitu: IMT 325 (acyusred OR 4.29, p <0.001, 95% Cl 2.04 - 9.05) riwayat keluarga mendengkur (aafiusled OR 2,34, p <0.00l, 95% Cl 1.45 - 3.78), lingkar leher 3 40 cm (afyusred OR 3.37, p 0.002, 95% Cl 1.58 - 7.19), umur 3 36 tahun (argusted OR 2.47, p 0.027, 95% CI I.ll - 5.48) dan jadwal keija tinggi (ac§usted OR 3.07, p 0.0l6, 95% Cl L23 - 7.66).
Kesimpulan: Didapat prevalensi kemungkinan OSA pada pengemudi Taksi X sebesar 25%. Kemungkinan OSA pada pcngcmudi Taksi X dipengaruhi oleh faktor indeks massa tubuh 325, riwayat keluarga mendengkur, Iingkar leher 540 cm, umur 336 tahun serta jadwal kerjatinggi.

Background: Taxi Driver is an unique profession because of the wide environment, the long hours working duration, the fluctuation wages, and the accidental risks. About 60% taxi's accidents in Company X were caused by sleepy conditions. Sleepy conditions may be caused by obstructive sleep apnea (OSA). Some factors that increase the prevalence of suspected OSA, like obesity and hypertension were founded among the taxi drivers in this company.
Method: This study was conducted with cross sectional design. The data was collected from November until December 2008 in Mampang, Jakarta Selatan. Data collection used Berlin's Questionnaire and Physical examinations (blood pressure, weight, height, neck circumference) to 280 drivers.
Result: This research showed that there are 25%, it?s mean 70 respondents from 280 respondents have OSA prevalence. Prevalence of OSA among taxi?s drivers is caused by several factors. The factors are Body Mass index (BMI) 3 25 (adjusted OR 4.29, p < 0.00l, 95% Cl 2.04 - 9.05), snoring historical in family (adjusted OR 2.34, p < 0.001 , 95% CI 1.45 - 3.78), neck circumference 3 40 cm (adjusted OR 3.37, p 0.002, 95% CI 1.58 - 7.l9), age 2 36 years old (adjusted OR 2.47, p 0.027, 95% Cl 1.ll - 5.48) and high work schedule (adjusted OR 3.07, p 0.0l6, 95% Cl 1.23 - 7.66).
Conclusion: This research has founded that there are 25%, it?s mean 70 respondents from 280 respondents have suspected OSA. Prevalence of suspected OSA among taxi?s drivers is caused by BMI 2 25, snoring historical in family, neck circumference 5 40 cm, age 3 36 years old and high work schedule.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32302
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Januardi Putra
"Perilaku tidak selamat adalah perilaku yang dapat mengizinkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden. Perilaku tidak selamat merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya kecelakaan. Jenis perilaku tidak selamat yang terjadi di PT X Tahun 2014, yaitu gagal dalam mengamankan, tidak disiplin dalam pekerjaan, gagal dalam memberi peringatan, menggunakan peralatan yang tidak sesuai dan posisi atau sikap tubuh yang salah. Penelitian ini menggunakan kerangka konsep yang bedasarkan teori dari teori Lawrence Green dan E Soot Geller. Variabel yang diteliti yaitu faktor internal (persepsi,pengetahuan dan motivasi) dan faktor eksternal (pengawasan, peraturan K3 dan pelatihan K3). Hasil penelitian yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku tidak selamat, dan juga terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak selamat.

Unsafe behavior is behavior that may permit the occurrence of an accident or incident. Unsafe behavior is one of the direct causes of accidents. Type of unsafe behavior that occur at PT X, failed to securing, no discipline in work, failed to give a warning, using wrong equipment and posture. This research uses variables from the theory of Lawrance Green and E Scoot Geller. analysis of unsafe Behavior. The variables studied were Internal factors (perception, knowledge and motivation) and external factors (supervision, regulation and training ). The result show is relationship between perceptions with the unsafe behavior, and relationship between the training K3 with unsafe behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Nuraprilyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku ibu dan faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi di Kec.Pancoran Mas, Depok tahun 2009.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dimana setiap subjek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 9 sampai dengan 15 bulan di Kec. Pancoran Mas Depok. Pemilihan sampel menggunakan rancangan klaster dimana populasi dipilih berdasarkan dari subjek atau kesatuan analisis yang berdekatan satu dengan yang lain secara geografis dengan jumlah 100 ibu.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan program komputer, disajikan secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian adalah persentase ibu yang memberikan imunisasi campak sebesar 81,5% dan yang tidak memberikan imunisasi campak sebesar 18,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna secara statistik antara pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, sarana, dukungan suami, dan keterpaparan informasi terhadap perilaku ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi.
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak, disarankan agar Dinas Kesehatan Kec. Pancoran Mas Depok meningkatkan kegiatan pelatihan pada petugas Puskesmas yang nantinya petugas Puskesmas dapat melakukan pelatihan bagi kader sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan kesadaran dalam mengimunisasi campak anaknya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novan Hendra Hariyanto
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26426
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Melisa
"Perilaku berkendara aman(safety riding) merupakan bagian dari budaya keselamatan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku aman berkendara (safety riding), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan yang meliputi pengetahuan, motivasi, dan sikap sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang meliputi penggunaan alat pelindung diri, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan fasilitas rambu dan marka jalan. Desain peneltian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini ingin menunjukkan gambaran perilaku aman berkendara pada pengandara ojek di Universitas Indonesia, sedangkan hasil yang didapat untuk melihat adakah hubungan antara faktor internal dengan perilaku dan faktor eksternal dengan perilaku adalah terdapatnya hubungan antara pengetahuan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku aman berkendara, terdapatnya hubungan yang bermakna antara motivasi dengan perilaku aman berkendara, terdapatnya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku aman berkendara, terdapatnya hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri dengan perilaku aman berkendara, dan terdapatnya hubungan yang bermakna antara kondisi kendaran dengan perilaku berkendara aman.

Safe riding behavior is a part of the culture of safety. There are two factors that affect safey riding behavior, the internal factors and external factors. Internal factors are those characteristics that are innate in question includes the use of knowledge, motivation, and attitude while the external factors is the environment such as use of personal protective equipment, vehicle condition, road conditions, and facility signs and road markings. The design of this research using quantitave research with cross sectional design. The result of this study to demonstrate safe riding behavior pictures of ojek at the University of Indonesia, while the result obtained to see is there a relationship between internal factors and external factors to the behavior with the behavior is the presence of a significant relationship between knowledge of safe riding behavior, motivation of safe riding behavior, attitude of safe riding behavior, personal protective equipment of safe riding behavior, vehicle condition of safe riding bahavior, road condition of safe riding behavior, and facility signs and road markings of safe riding behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Dharmasari
"Penanganan gejala penyakit tanpa melalui sumber pelayanan medis telah menjadi kegiatan rutin sehari-hari bagi penduduk. Tindakan pertama yang dilakukan untuk mengatasi penyakit adalah dengan pengobatan sendiri (self-medicated). Di Provinsi Lampung sebesar 66,48% masyarakatnya melakukan pengobatan sendiri dan sebesar 87,33% dari masyarakat Kota Bandar Lampung melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat modern. Pengobatan sendiri oleh masyarakat tersebut jika dilakukan secara aman, tepat dan rasional akan membantu mengatasi masalah kesehatan ringan atau membantu masyarakat yang tinggal jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan sedangkan penggunasalahan obat (drug misuse) justru dapat mengakibatkan ketidakefektifan pengobatan, obat menjadi tidak berguna atau bahkan membahayakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional pada masyarakat Kota Bandar Lampung tahun 2003. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan unit analisa rumah tangga, data primer didapatkan dari responden dengan wawancara menggunakan pedoman kuisioner. Sampel penelitian adalah 170 rumah tangga yang melakukan pengobatan sendiri dalam 3 bulan terakhir di Kota Bandar Lampung pada tahun 2003 yang diambil secara cluster.
Variabel dependent adalah perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional dan sebagai variabel independent adalah faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang pengobatan sendiri, keyakinan sakit dan keyakinan pengobatan), faktor pemungkin (pengeluaran), dan faktor penguat (keterpaparan iklan). Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, mean, median, standar deviasi, dan nilai minimum-maksimum, bivariat dengan uji t independent, uji anova dan regresi tinier sederhana dan multivariat menggunakan regresi liner berganda.
Ditemukan bahwa responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga, berusia antara 23 tahun sampai 65 tahun, sebagian besar berpendidikan tamat SLTA, dan sebagian besar kepala rumah tangga yang bekerja sebagai wiraswasta dengan pengeluaran keluarga rata-rata Rp. 828.088; (95% C1765.517 - 890.659).
Dari interval nilai skor perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat-dan rasional yaitu 24 - 72, basil penelitian menunjukan bahwa tidak satupun masyarakat mencapai skor tertinggi clan perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional dan sebanyak 49,5% dad masyarakat Kota Bandar Lampung mempunyai skor perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional dibawah rata-rata. Variabel yang masuk dalam model setelah dikontrol dengan variabel lain, yang berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional adalah tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, pengetahuan tentang pengobatan sendiri dan keyakinan pengobatan dengan variabel yang paling dominan adalah tingkat pendidikan.
Dengan hasil penelitian ini dapaf disarankan tentang perlunya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengobatan sendiri melalui kampanye (pemasaran sosial) pengobatan sendiri yang aman, tepat dan rasional secara lebih meluas dengan lebih memperhatikan tingkat pendidikan terutama pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, dan masyarakat dengan pendapatan yang rendah. lnformasi yang disertakan dalam kemasan obat (patient package insert) hendaknya berisi informasi yang bisa dimengerti oleh masyarakat bukan merupakan istilah medis.
Daftar Pustaka: 59 (1971-2002)
Factors Related to the Safe, Accurate, and Rational Self Medication Within Community Bandar Lampung City in The Year 2003 Self-medication for symptoms has become common behavior among the member of community. The first health seeking action undertaken by most people to overcome disease is through self-medication. In the Province of Lampung about 66,8% of household undertake self medication and about 87,33% at Bandar Lampung City has used modern medicine as self medication. This self-medication, if performed safely, accurately, and rationally, would help to overcome mild health problems or help the people who live far from the health facilities. The misuse of drugs could cause ineffective medication; drugs become useless and could even become dangerous.
The objectives of this study are to find out the factors related to safe, accurate, and rational self-medication behaviors. This study employed cross sectional approach design with households as the unit of analysis. Primary data are acquired from the respondents through interviews using questionnaire as the guidelines. The sample of this study are 170 households who perform self medication in the recent three months in Bandar Lampung City in 2003 which are taken through cluster sampling method.
The dependent variable is safe, accurate, and rational self-medication behaviors and as the independent variables are: predisposing factors (age, sex, marital status, family members' number, education level, job, knowledge of self medication, perceived illness and medication assurance), enabling factors (i.e., household expenditure), and reinforcing factors (i.e., advertisement influence). Data analysis consist of statistics distribution of frequency, mean, median, standard deviation, and minimum and maximum values, bivariat analysis is using independent t test, ANOVA test, and simple linier regression, and multivariate analysis is using multiple limier regression.
It is discovered that most of the respondents are mothers, aged between 23 to 65 years old, most with high school educational background, and most are head of the families working in the public sectors with average household expenditure around Rp. 828.088, - (95% CI between 765.517-890.659).
Behavior score interval of the safe, accurate and rational self-medication is 24 -72. The result of the study shows that none of the respondent acquired the maximum score of safe, accurate, and rational self-medication and about 49,5% of the respondent have the score below the average. The variables which enter the model after being controlled by other variables, which relates to safe, accurate, and rational self medications are educational level, knowledge of self medication, and medication belief The level of education has been found to be the most determinant factor.
From the result of this study it could be advised of the needs to improve the public knowledge of self medication through a safe, accurate, and rational self medication campaign (social marketing) by giving more attention to those of lower educational level and the with low income. The information embedded on the patient package insert should better consist of information that could be understood by the public, using common terminology/language.
Bibliography List: 59 (1971-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>