Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136444 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Joko Kusmianto
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respons eksplan potongan daun Dendrobium antennatum Lindl. terhadap perlakuan 1 (1 mgl-1 TDZ), perlakuan 2 (1,5 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 4 (1,5 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP), dan perlakuan 5 (2 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP) dalam menginduksi tunas. Penelitian dilakukan di laboratorium Khansa Orchids Cimanggis Depok (september 2007--April 2008). Dua puluh lima potong daun dikultur pada 1 botol sampel perlakuan. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan cenderung menghasilkan respons pembentukan protocorm like bodies (plb) dan tunas pada eksplan. Data tersebut juga menunjukan bahwa pada perlakuan 2, 3, dan 4 terdapat sinergisme antara TDZ dan BAP, sedangkan perlakuan 5 tidak menunjukkan adanya sinergisme. Perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP) cenderung menghasilkan jumlah plb dan tunas terbanyak (49,1 ± 44,7 per botol), dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Eksplan mengawali respons induksi tunas dengan membengkak, dan kemudian membentuk plb atau tunas."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31535
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respons eksplan potongan daun Dendrobium antennatum Lindl. terhadap perlakuan 1 (1 mgl-1 TDZ), perlakuan 2 (1,5 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP), perlakuan 4 (1,5 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP), dan perlakuan 5 (2 mgl-1 TDZ dan 10 mgl-1 BAP) dalam menginduksi tunas. Penelitian dilakukan di laboratorium Khansa Orchids Cimanggis Depok (september 2007--April 2008). Dua puluh lima potong daun dikultur pada 1 botol sampel perlakuan. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan cenderung menghasilkan respons pembentukan protocorm like bodies (plb) dan tunas pada eksplan. Data tersebut juga menunjukan bahwa pada perlakuan 2, 3, dan 4 terdapat sinergisme antara TDZ dan BAP, sedangkan perlakuan 5 tidak menunjukkan adanya sinergisme. Perlakuan 3 (2 mgl-1 TDZ dan 7,5 mgl-1 BAP) cenderung menghasilkan jumlah plb dan tunas terbanyak (49,1 ± 44,7 per botol), dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Eksplan mengawali respons induksi tunas dengan membengkak, dan kemudian membentuk plb atau tunas."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Hilma Azzahro
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi media MS yang sesuai untuk multiplikasi tunas kultivar Ambon Kuning. Penelitian menggunakan 28 eksplan bonggol tanaman Pisang Ambon Kuning yang terseleksi penyakit layu Fusarium yang terdiri dari kontrol P1 yang ditanam pada media MS dasar tanpa zat pengatur tumbuh, dan media perlakuan dengan penambahan benzylaminopurin BAP P2, P3, P4 sebanyak 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan penambahan BAP dengan thidiazuron TDZ P5, P6, P7 dengan variasi konsentrasi BAP 5 ppm TDZ 0,1 ppm, BAP 10 ppm TDZ 0,1 ppm, dan BAP 15 ppm TDZ 0,1 ppm. Pengamatan dilakukan selama 9 pekan dengan parameter berupa jumlah tunas yang terbentuk. Hasil uji Anova satu arah P= 0,05 menunjukkan pertumbuhan jumlah tunas berbeda nyata antar perlakuan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan perlakuan optimum untuk multiplikasi tunas adalah pada MS BAP 10 ppm TDZ 0,1 ppm sebesar 9,75 tunas/biakan. Perkembangan biakan Pisang Ambon Kuning pada tiap perlakuan menunjukkan hasil yang beragam. Perlakuan P1 tidak menunjukkan multiplikasi tunas. Multiplikasi tunas ditunjukkan pada P2-P7 dengan perkembangan multiplikasi tunas yang berbeda. Perkembangan biakan P2, P3, dan P7 menunjukkan multiplikasi 2-4 tunas/biakan dengan perkembangan mutiplikasi berupa tunas yang memanjang. Multiplikasi pada P4, P5 dan P6 menunjukkan multiplikasi sebanyak 5-10 tunas/biakan dengan perkembangan multiplikasi berupa tunas berbentuk kumpulan nodul. Pengamatan perkembangan pada biakan didapatkan biakan pada P4 dan P7 menunjukkan abnormalitas berupa pertumbuhan tunas dan daun kerdil.

Study of in vitro shoot multiplication of banana cv. Ambon Kuning on various concentration of Benzylaminopurin and Thidiazuron had been done. Twenty eight Fusarium wilt disease resistant banana corm divided into 7 groups of treatment control treatment P1 inoculated in MS basal media, treatment groups P2, P3, P4 inoculated in MS basal media supplemented with 5, 10, and 15 ppm of BAP and other treatment groups inoculated in MS basal media supplemented with different concentration of BAP 5, 10, and 15 ppm with addition of 0.1 ppm TDZ each. Treatments incubated for 9 weeks. Parameter observed were the number of shoot produced. One way Anova test P le 0.05 showed there is significant difference of number of shoot produced on various concentration media in all treatments. Duncan test 0,05 showed the best treatment for shoot multiplication is MS 10 ppm of BAP 0.1 ppm of TDZ that produced 9.75 shoot culture. The development of banana culture cv. Ambon Kuning on each treatment showed different result. Control treatment P1 showed no multiplication shoot response, otherwise treatment groups P2-P7 showed various multiplication response. The culture development of P2, P3, and P7 resulted 2-4 elongated shoot culture. The culture development of P4, P5, and P6 resulted 5-10 bud culture. The culture development on P4 and P7 showed abnormal shoot formation that shown by development of stunted shoot and leaf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nauli
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman fitoremediasi. Perbanyakan tumbuhan M. malabathricum sebagai objek penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan potensi yang ada. Perbanyakan M. malabathricum dapat dilakukan melalui kultur daun secara in vitro pada medium MS dengan kombinasi Thidiazuron TDZ dan 1-Naphthaleneacetic Acid NAA . Penelitian dilakukan untuk mengetahui respons eksplan daun M. malabathricum yang dikultur pada medium MS dengan penambahan kombinasi TDZ 0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1; 2 mgl-1 dan NAA 0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1 . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eksplan daun M. malabathricum dapat merespons medium perlakuan dengan membentuk kalus, kecuali pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan pada pekan ke-8 setelah penanaman menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk cenderung memiliki tekstur remah kompak hingga kompak, dengan pencokelatan cenderung terjadi pada kalus yang terbentuk di medium dengan penambahan NAA tunggal 0,1 mgl-1; 1 mgl-1 . Penggunaan 1 mgl-1 NAA serta 0,1 mgl-1 TDZ memberikan hasil tertinggi dalam persentase eksplan yang membentuk kalus 100 . Rerata hari pembentukan kalus tercepat 6,25 hari terdapat pada medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus dan akar pada medium dengan penambahan NAA tunggal. Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA memberikan hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan akar pada eksplan daun M. malabathricum. Lebih lanjut, terdapat satu eskplan pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 0,1 mgl-1 yang mampu membentuk kalus dan tunas.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum L. is a plant that has the potential to be developed into phytoremediation plants. Propagation of M. malabathricum as a further research object is needed to develop the existing potential. Thus, can be done through in vitro culture of leaves in MS medium with the combination of Thidiazuron TDZ and 1 Naphthaleneacetic Acid NAA . This study was conducted to investigate the response of M. malabathricum leaf, when cultured on MS medium with the combination of TDZ 0 mgl 1, 0,1 mgl 1, 1 mgl 1 and 2 mgl 1 and NAA 0 mgl 1 0.1 mgl 1 and 1 mgl 1 . The results show that M. malabathricum leaf explants could respond to treatment medium by forming callus, except on medium with combination of 2 mgl 1 TDZ and 1 mgl 1 NAA. The results showed that the callus tended to have a friable compact and compact texture at 8th week, with browning tends to occur in callus formed on medium with the addition of single NAA 0.1 mgl 1 1 mgl 1 . The use of 1 mgl 1 NAA and 0.1 mgl 1 TDZ gave the highest results in the percentage of explants forming callus 100 . The average of the fastest callus forming time 6.25 days was found in the medium with the addition of 1 mgl 1 NAA. The result also show that explants could be forming callus and roots on a medium with the addition of a single NAA. Medium with addition of 1 mgl 1 NAA gave the best result in inducing root formation on M. malabathricum leaf explants. Moreover, there was one explant on the medium with a combination of 2 mgl 1 TDZ and 0.1 mgl 1 that capable to forming callus and shoots."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan anggota suku Melastomataceae yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator, sehingga perlu dikembangkan, salah satunya melalui kultur in vitro. Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ 0, 1, 2, dan 3 mgl-1 dan 2,4-D 0; 0,1; 0,2 mgl-1 secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan kisaran 75 mdash;95 , 95 mdash;100 , dan 45 mdash;90 eksplan yang membentuk kalus. Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 70 dan 0,2 mgl-1 2,4-D 60 . Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 15 , 2 mgl-1 5 dan 3 mgl-1 TDZ 5 . Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1 mgl-1 2,4-D 63 ; 0,2 mgl-1 2,4-D 50 ; 2 mgl-1 TDZ 42 dan 3 mgl-1 TDZ 50 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3 kategori jumlah kalus lsquo;sedang rsquo;. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif hanya pada medium TDZ tunggal.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae that is potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant. Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this research was to know effect of thidiazuron TDZ and 2,4 dichlorophenoxyacetic acid toward growth and development of the leaves culture of Melastoma malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or combination TDZ 0, 1, 2, 3 mgl 1 and 2,4 D 0 0,1 0,2 mgl 1 . Various color and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ, single 2,4 D, and both TDZ 2,4 D, about 75 mdash 95 , 95 mdash 100 , and 45 mdash 90 explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1 mgl 1 70 and 0,2 mgl 1 2,4 D 60 . Furthermore, shoot adventitious was initiated in 1 mgl 1 15 , 2 mgl 1 5 and 3 mgl 1 TDZ 5 . Percentage of callus quantification in treatment 0,1 mgl 1 2,4 D 63 0.2 mgl 1 2,4 D 50 2 mgl 1 TDZ 42 and 3 mgl 1 TDZ 50 were higher than other treatments. Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media containing single or combination TDZ 0 0,1 0,2 mgl 1 and 2,4 D 0, 1, 2, 3 mgl 1 has been conducted. Callus were induced on 12 different media, adventitious root were induced only on single 2,4 D media, and adventitious shoot were induced only on single TDZ media.Keywords thidiazuron 2,4 dichlorofenoxyacetid acid Melastoma malabathricum callus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
"Melastoma malabathricum merupakan anggota suku Melastomataceae yang
berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator. Oleh karena
itu, kultur in vitro dapat dilakukan untuk perbanyakan dan penelitian lanjutan.
Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui
respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ (0,1,2, dan 3
mgl-1) dan 2,4-D (0; 0,1; 0,2 mgl-1) secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang
terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada
perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan
kisaran 75-95 %, 95-100 %, dan 45-90 % eksplan yang membentuk kalus.
Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 (70 %) dan 0,2 mgl-1 2,4-D (60
%). Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 (15 %), 2 mgl-1
(5 %) dan 3 mgl-1 TDZ (5 %). Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1
mgl-1 2,4-D (63 %); 0,2 mgl-1 2,4-D (50 %); 2 mgl-1 TDZ (42 %) dan 3 mgl-1 TDZ
(50 %) cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3
kategori jumlah kalus sedang. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons
medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons
akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif
hanya pada medium TDZ tunggal
Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae family that is
potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant.
Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this
research was to know effect of 2,4-dichlorophenoxyacetic acid and thidiazuron
(TDZ) toward growth and development of the leaves culture of Melastoma
malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or
combination TDZ (0, 1, 2, 3 mgl-1) and 2,4-D (0; 0,1; 0,2 mgl-1). Various color
and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ,
single 2,4-D, and both TDZ & 2,4-D, about 75-95 %, 95-100 %, and 45-90
% explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1
mgl-1 (70 %) and 0,2 mgl-1 2,4-D (60 %). Furthermore, shoot adventitious was
initiated in 1 mgl-1 (15 %), 2 mgl-1 (5 %) and 3 mgl-1 TDZ (5 %). Percentage of
callus quantification in treatment 0,1 mgl-1 2,4-D (63%); 0.2 mgl-1 2,4-D (50%); 2
mgl-1 TDZ (42%) and 3 mgl-1 TDZ (50%) were higher than other treatments.
Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media
containing single or combination TDZ (0; 0,1; 0,2 mgl-1) and 2,4-D (0, 1, 2, 3
mgl-1) has been conducted. Callus were induced on 12 different media,
adventitious root were induced only on single 2,4-D media, and adventitious shoot
were induced only on single TDZ media"
2017
S70108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalia Zakayah
"Melastoma malabathricum (L.) merupakan tanaman yang memiliki potensi sebagai tanaman obat dan fitoremediasi. Oleh karena itu, diperlukan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan dan perbanyakan tanaman M. malabathricum (L.), khususnya secara in vitro. Penelitian kultur in vitro M. malabathricum (L.) dilakukan untuk melihat respons internodus terhadap medium MS modifikasi dengan penambahan TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) dan 2,4-D (0,5 dan 1 mgl-1), baik tunggal maupun modifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan dapat merespons medium dalam bentuk kalus. Seluruh variasi ZPT pada medium perlakuan dapat menginduksi eksplan dalam membentuk kalus, kecuali pada penambahan 0,5 mgl-1 2,4-D dengan 3 mgl-1 TDZ. Respons kalus pada eksplan paling banyak ditemukan pada medium dengan penambahan 2,4-D tunggal. Sementara itu, eksplan internodus pada kombinasi TDZ dengan 2,4-D menghasilkan respons kalus sedikit. Kalus yang terbentuk bertekstur kompak (medium TDZ tunggal dan kombinasi) dan semikompak (medium 2,4-D tunggal dan kombinasi). Kalus mulai terbentuk pada kisaran hari ke-5 hingga ke-19. Respons eksplan paling baik terbentuk pada medium ZPT tunggal pada pemberian 2,4-D. Sementara itu, medium perlakuan yang menunjukkan hasil respons eksplan yang sedikit teramati pada pemberian kombinasi ZPT (TDZ dan 2,4-D).

ABSTRACT
Melastoma malabatahirum (L.) is shrubs that have potential benefits as medical and phytoremedition plant. Thus, it requires further research and propagation of M. malabathricum benefical, especially in vitro culture. Research about in vitro culture from internode M. malabathricum has conducted to see its response on MS modified medium containing TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) and 2,4-D (0,5 and 1 mgl-1), single and combination dose. The result showed internodes could response by forming callus on all treatment mediums, except medium containing 0,5 mgl-1 2,4-D and 3 mgl-1 TDZ. Compact callus formed at single dose of TDZ (1, 2, dan 3 mgl-1) and combination of growth regulators. Meanwhile, semi-compact callus formed at single dose of 2,4-D (0,5 and 1 mgl-1) and combination of growth regulators. Generally, callus formed at 5th to 19th day after culture. Best explant response found in medium that contained single dose of 2,4-D. Meanwhile, internode explant in combination of TDZ with 2,4-D media showed less response at explants.
"
2017
S70118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nauli
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman fitoremediasi. Perbanyakan tumbuhan M. malabathricum sebagai objek penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan potensi yang ada. Perbanyakan M. malabathricum dapat dilakukan melalui kultur daun secara in vitro pada medium MS dengan kombinasi Thidiazuron (TDZ) dan 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA). Penelitian dilakukan untuk mengetahui respons eksplan daun M. malabathricum yang dikultur pada medium MS dengan penambahan kombinasi TDZ (0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1; 2 mgl-1) dan NAA (0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eksplan daun M. malabathricum dapat merespons medium perlakuan dengan membentuk kalus, kecuali pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan pada pekan ke-8 setelah penanaman menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk cenderung memiliki tekstur remah kompak hingga kompak, dengan pencokelatan cenderung terjadi pada kalus yang terbentuk di medium dengan penambahan NAA tunggal (0,1 mgl-1; 1 mgl-1). Penggunaan 1 mgl-1 NAA serta 0,1 mgl-1 TDZ memberikan hasil tertinggi dalam persentase eksplan yang membentuk kalus (100%). Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA membentuk kalus tercepat (6,25 hari). Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus dan akar pada medium dengan penambahan NAA tunggal. Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA memberikan hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan akar pada eksplan daun M. malabathricum. Lebih lanjut, terdapat satu eksplan pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 0,1 mgl-1 yang mampu membentuk kalus dan tunas

ABSTRACT
Melastoma malabathricum L. is a plant that has the potential to be developed into phytoremediation plants. Propagation of M. malabathricum as a further research object is needed to develop the existing potential. Thus, it can be done through in vitro culture of leaves in MS medium with the combination of Thidiazuron (TDZ) and 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA). This study was conducted to investigate the response of M. malabathricum leaf, when cultured on MS medium with the combination of TDZ (0 mgl-1, 0,1 mgl-1, 1 mgl-1 and 2 mgl-1) and NAA (0 mgl-1; 0.1 mgl-1 and 1 mgl-1). The results show that M. malabathricum leaf explants could respond to treatment medium by forming callus, except on medium with combination of 2 mgl-1 TDZ and 1 mgl-1 NAA. The results showed that the callus tended to have a friable-compact and compact texture at 8th week, with browning tends to occur in callus formed on medium with the addition of single NAA (0.1 mgl-1; 1 mgl-1). The use of 1 mgl-1 NAA and 0.1 mgl-1 TDZ gave the highest results in the percentage of explants forming callus (100%). The average of the fastest callus forming time (6.25 days) was found in the medium with the addition of 1 mgl-1 NAA. The result also show that explants could be forming callus and roots on a medium with the addition of a single NAA. Medium with addition of 1 mgl-1 NAA gave the best result in inducing root formation on M. malabathricum leaf explants. Moreover, there was one explant on the medium with a combination of 2 mgl-1 TDZ and 0.1 mgl-1 that capable to forming callus and shoots
"
2017
S70119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah Karimah
"ABSTRAK
Perbanyakan Melastoma malabathricum L. untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensinya dapat dilakukan melalui teknik in vitro. Melalui teknik tersebut, dapat dilakukan perbanyakan dan diperoleh eksplan yang bebas dari kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya optimasi medium kultur untuk perbanyakan M. malabathricum L. dari eksplan internodus yang ditumbuhkan secara in vitro dengan penambahan kombinasi Thidiazuron (TDZ) 0; 0,1; 1, dan 2 mgl-1 dan 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA) 0; 0,1, dan 1 mgl-1 ke dalam medium Murashige & Skoog (MS). Hasil penelitian dari 12 medium perlakuan menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus pada seluruh medium tersebut. Kalus yang diperoleh memiliki kecenderungan berwarna hijau dan tekstur remah-kompak. Persentase eksplan membentuk kalus tertinggi mencapai 100% pada pemberian tunggal TDZ 0,1 mgl-1, TDZ 1 mgl-1, NAA 0,1 mgl-1, NAA 1 mgl-1, dan 95% untuk kombinasi TDZ 0,1 mgl-1 serta NAA 0,1 mgl-1. Sementara itu, hasil rata-rata hari tumbuh kalus tercepat terdapat pada perlakuan MS tanpa ZPT adalah 16,79 hari setelah penanaman dan NAA 1 mgl-1 adalah 19,65 hari setelah penanaman. Oleh karena itu, dalam penelitian ini medium perlakuan yang paling optimal untuk menumbuhkan kalus berdasarkan persentase tumbuh dan rata-rata hari tumbuh kalus adalah NAA 1 mgl-1. Eksplan internodus M. malabathricum L. juga dapat membentuk kalus-akar pada perlakuan NAA 0,1 mgl-1 dan NAA 1 mgl-1. Kalus-akar yang terbentuk cenderung tumbuh optimal pada perlakuan NAA 0,1 mgl-1.

ABSTRACT
Propagation of Melastoma malabathricum L. to develop and maximize its potentials can be done through in vitro technique. Through that technique, a propagation and acquisition of contamination-free explants can be done. Therefore, an optimization of medium culture is required to propagate an in vitro grown internode of M. malabathricum L. with addition of Thidiazuron (TDZ) 0; 0,1; 1 & 2 mgl-1 and 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA) 0; 0,1 & 1 mgl-1 into the Murashige & Skoog (MS) medium. The results from the 12 medium treatment showed that explants were able to respond all medium by forming callus. The calluses obtained tend to have green colour and semi-compact texture. The highest percentage of explant forming callus reached 100% on medium with addition of single TDZ 0,1 mgl-1, TDZ 1 mgl-1, NAA 0,1 mgl-1, NAA 1 mgl-1, and 95% on combination of TDZ 0,1 mgl-1 with NAA 0,1 mgl-1. Meanwhile, the fastest average of callus growth were obtained on MS without growth hormone (16,79 days after planting) and MS with NAA 1 mgl-1 (19,65 days after planting) treatment. Therefore, in this research an addition of NAA 1 mgl-1 is the most optimal medium treatment to grow callus based on percentage of callus growth and average of callus growth. The internode explants of M. malabathricum L. were also able to form callus-roots on MS medium with NAA 0.1 mgl-1 and MS with NAA 1 mgl-1. The callus-roots formed tend grow optimally at NAA 0,1 mgl-1 treatment"
2017
S70125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perkasa RNT
"Produksi benih secara in vitro dapat dijadikan metode alternatif dalam perbanyakan benih sumber kultivar unggul, namun penelitian penggunaan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam mendukung regenerasi dan enkapsulasi pada kultivar ini belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi TDZ dan NAA pada media dasar MS dan vitamin dari media B5 terbaik dalam regenerasi eksplan embryonic axis dan menentukan apakah metode enkapsulasi yang digunakan dapat mengenkapsulasi eksplan kedelai kultivar Rajabasa secara in vitro dengan baik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, yang berlangsung dari bulan Mei hingga Agustus 2014. Eksplan yang digunakan adalah embrionic axis kedelai kultivar Rajabasa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Media yang digunakan adalah MS dan Vitamin dari media B5 dengan penambahan zat pengatur tumbuh TDZ (0 mg L-1; 0,01 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1) dan NAA (0 mg L-1; 0,01 mg L-1; 0,1 mg L-1; 1,0 mg L-1), kemudian tahap kedua dilakukan enkapsulasi pada eksplan hasil regenerasi menggunakan Na-Alginat 4% + CaCl2.2H2O 100 mM. Perlakuan yang terbaik diperoleh pada perlakuan TDZ 0,01 mgL-1 + NAA 0 mgL-1, tetapi tahap enkapsulasi yang dilakukan belum mampu mengenkapsulasi eksplan hasil regenerasi secara in vitro dengan baik.

In vitro seed production can be used as an alternative method in seed multiplication of superior cultivars sources, but the research concerning the use of the growth regulators to support regeneration and encapsulation in this cultivar has never been done. The objective of this experiments is to find out the best combination of TDZ and NAA on medium MS + vitamin from medium B5 in the regeneration of embryonic axis explant and determine the encapsulation method used in this research that can encapsulate soybean cv Rajabasa in vitro. Current research was carried out from May to August 2014 at Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The explants used in the research are embryonic axis of Rajabasa soybean cultivar. Its experimental design was a Completely Randomized Design (CRD). The used medium was MS and vitamin from medium B5 with the addition of growth regulators TDZ (0 mgL- 1; 0.01 mgL- 1; 0.1 mgL- 1; 1.0 mgL- 1) and NAA (0 mgL- 1; 0.01 mgL- 1; 0.1 mgL- 1; 1.0 mgL- 1). Second stage of encapsulation in explants regenerated using Na-Alginate 4% + CaCl2.2H2O 100 mM. The best treatment was obtained on combination of TDZ 0,01 mgL-1 + NAA 0 mgL-1, but the encapsulation stage in this research has not been able to encapsulates regenerated explants in vitro.
"
Bogor: Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>