Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ficky Fatturahman
"Persediaan alamat IPv4 semakin menipis. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah Network Address Translation (NAT). Dengan NAT, lebih dari satu host pada jaringan private dapat dihubungkan ke jaringan publik seperti Internet hanya dengan menggunakan satu alamat IP publik.
Sementara itu, migrasi menuju teknologi yang lebih maju yakni IPv6 sudah tidak terelakkan. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme transisi yang memungkinkan coexistence antara jaringan IPv6 yang akan dibangun dengan jaringan IPv4 yang telah ada, salah satunya adalah dengan tunneling.
Pada umumnya, sebagian besar metode tunneling yang ada tidak mendukung jaringan NAT IPv4. Hanya metode tunneling Teredo yang dapat menembus jaringan NAT. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian khusus mengenai kinerja jaringan yang menggunakan tunneling IPv6 Teredo pada aplikasi-aplikasi tertentu, terutama aplikasi yang populer digunakan seperti FTP untuk transfer file antar jaringan. Penelitian yang dilakukan adalah membandingkan kinerja aplikasi FTP server pada jaringan NAT full cone dengan tunneling IPv6 Teredo terhadap jaringan NAT full cone IPv4 murni dan jaringan IPv6 murni pada aplikasi yang sama. Parameter yang dibandingkan adalah latency (s) dan throughput (KBytes/s).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunneling Teredo memiliki kinerja lebih buruk dari jaringan NAT full cone IPv4 murni dan jaringan IPv6 murni pada aplikasi FTP server , namun demikian, tidak terlampau jauh kinerjanya dari jaringan IPv6 murni pada simulasi jaringan WAN sebenarnya, hanya sedikit lebih buruk dengan range latency lebih besar 7,4 - 28,08 % dan range throughput lebih kecil 2,89 - 16,55 % dari jaringan IPv6 murni, sehingga Teredo cocok digunakan untuk memberikan koneksi IPv6 kepada node jaringan di belakang NAT IPv4 pada periode transisi nanti ketika sebagian besar node telah bermigrasi ke IPv6.

Availability of IPv4 address has gone thinner. One of the solutions to overcome this problem is Network Address Translation (NAT). NAT can connect one or more hosts in private network to public network like Internet with just one public IP address.
Meanwhile, migration process into more advanced technology, which is IPv6, is inevitable. Therefore, we need transition mechanism that can provide coexistence between newly born IPv6 networks with old IPv4 networks, such as is tunneling.
Generally, most of available tunneling methods do not provide IPv4 NAT networks. Only Teredo tunneling method can penetrate NAT. Therefore, we need a research to examine Teredo IPv6 tunneling network performance on certain application, mostly on popular application like FTP which can transfer file between networks. The research is comparing FTP server application performance on full cone NAT configured network with IPv6 Teredo tunneling toward pure full cone NAT IPv4 network and pure IPv6 network with the same application. Parameters to be compared are latency (s) and throughput (KBytes).
The research done shows that Teredo tunneling performance on FTP application is lower than pure IPv4 full cone NAT network and pure IPv6 network, however, on real WAN simulated network, Teredo performance is only a little bit lower than pure IPv6 network, Teredo latency is higher between 7,4 - 28,08 % than pure IPv6 network and Teredo throughput is lower 2,89 - 16,55 % than pure IPv6 network, so it’s suitable to provide IPv6 connectivity for nodes that is located behind IPv4 NAT in this transition period when most of the node have migrate to IPv6.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Isa
"Mekanisme transisi IPv6 diperlukan untuk menjamin interoperabilitas jaringan antara IPv6 dengan IPv4 selama masa migrasi. Network Address Translation (NAT) dan sifatnya pada sebuah jaringan akan menjadi hambatan tersendiri bagi sebagian besar metode transisi IPv6, atau dikenal dengan istilah proto-41 forwarding. Diperlukan metode transisi khusus yang dapat menembus NAT untuk memberikan konektivitas IPv6 melalui infrastruktur IPv4. Teredo dan IPv6 VPN, dimana keduanya menggunakan tunneling berbasis UDP, merupakan solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut.
Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui metode dengan performa yang lebih baik antara Teredo dan IPv6 VPN, serta sejauh mana perbedaannya terhadap jaringan IPv4 murni (existing). Untuk itu dilakukan beberapa pengujian menggunakan jaringan test-bed secara lokal. Pengujian meliputi koneksi TCP dan UDP untuk memberikan gambaran umum performa jaringan, serta koneksi FTP untuk memberikan gambaran khusus performa aplikasi jaringan. Parameter yang diamati selama pengujian adalah throughput TCP, frame loss dan jitter UDP serta latency, transfer time, dan throughput FTP.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa IPv6 VPN memiliki performa yang lebih baik di seluruh parameter pengujian, dibandingkan Teredo. Perbedaan yang terjadi berkisar antara 286.18% - 458.64% untuk throughput TCP, 23.64% - 2088.69% untuk jitter UDP, 168.07% - 267.57% untuk latency FTP, 279.41% - 447.36% untuk transfer time FTP, dan 257.35% - 391.21% untuk throughput FTP. Selain itu, metode IPv6 VPN memiliki performa yang tidak jauh berbeda dengan jaringan IPv4 murni. Hal ini menjadikan metode IPv6 VPN sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan metode Teredo, dalam memberikan konektivitas IPv6 bagi jaringan private yang berada dibalik NAT melalui infrastruktur jaringan IPv4.

Transition mechanism is required to guarantee IPv4 and IPv6 interoperability during the migration period. Network Address Translation (NAT) and its behaviour would become a drawback to some usual IPv6 transition mechanism, this problem also known as proto-41 forwarding. Specific transition mechanism is required to pass NAT and gave IPv6 connectivity through current IPv4 backbone infrastructure. Teredo and IPv6 VPN, both are based on UDP tunneling mechanism, could exceed this problem.
This paper was made to examine which methods, between Teredo and IPv6 VPN, would have better performance. This paper also made to examine the effect of each method compare to existing IPv4 network. To answer that, some testing that based on local test-bed have been done. The test includes TCP and UDP connection to give an illustration of general network performance, and FTP connection to give an illustration of spesific internet application performance. Parameters to watch during the test are TCP throughput, UDP frame loss and jitter, then FTP latency, transfer time and throughput.
Overall result from the test indicates that IPv6 VPN gave a better performance than Teredo at all testing parameters. The differences occurred around 286.18% - 458.64% for TCP throughput, 23.64% - 2088.69% for UDP jitter, 168.07% - 267.57% for FTP latency, 279.41% - 447.36% for FTP transfer time and 257.35% - 391.21% for FTP throughput. IPv6 VPN’s performances also closed enough comparing to the existing native IPv4 network performances. From this paper and the test result, gave indication that IPv6 VPN would become a better solution than Teredo in relations to give IPv6 connectivity for a private network that stand behind NAT devices through IPv4 network infrastructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40498
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Internet Protocol yersion 6 (IPV6) telah menjadi standar baru bagi internet
di masa yang akan datang, untuk itu diperlukan metode transisi yang dapat
membantu pergantian protokol standar ini secara bertahap. Salah sam melodc
transisi yang dikenal adalah reling, yang memungkinkan sebuah jaringan IPv6
berkomunikasi dengan jaringan IPv6 yang lain melalui jaringan IPV4. Terdapat
beberapa macam metode tunneling, dua di antaranya adalah 6over4 dan 6to4.
Metode tunneling 6over4 dan 6to4 ini diuji coba pada sebuahjaringan rest
bed IPv6 yang dibuat terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan adalah
bagaimana pengaruh penerapan metode I zfrrr :eling terscbut dibandingkan dcngan
penggunaan IPv4 yang sudah ada sekarang dan IPv6 yang akan digunakan di
masa mendalang. Parameter yang .diamati adalah rhroughpnt dan laiency pada
aplikasi pengiriman file menggunakan File Transfer Protoco! (FTP).
Uji coba dilakukan dengan mengirimkan file antara dua host yang terletak
di jaringan yang berbeda pada jaringan test bed. Jaringan test bed ini dibuat
dengan menggunakan lima buah PC untuk mewakili kondisi jaringan internet
yang sesungguhnya. Penelitian dilakukan pada empat konfigurasi jaringan rest
bed, yailu IPv4 mumi, IPv6 mumi, metode 6over4 dan metodc 6to4. Data diambil
dari transfer rate dan waktu yang diperlukan untuk mengirimkan file. Pada
penelitian ini digunakan enam buah file dengan jenis dan ukuran yang berbeda
untuk saling ditukarkan melalui FTP.
Hasil uji coba menunjukkan penggunaan metode tunneling 6over4 dan
6to4 tidak mcngurangi kemampuan jaringan dalam hal pengiriman dam melalui
FTP, bahkan dapat meningkatkan throughpnr dan mengurangi latency jika
dibandingkan dengan menggunakan IPv4. Peningkatan yang diperoieh metode
60ver4 dan 6to4 jika dibandingkan dcngan IPv4 nyaris sama yaitu :t 4,64% untuk
throughput dan pengurangan +_ 2,92% untuk latency Penggunaan IPv6 secara
penuh juga meningkatkan kemampuan jaringan dalam hal throughput dan
Iatency, yaitu +_ 9,0S% untuk throughput dan :t 9,12 % untuk infancy."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Agung Trihasto
"Perkembangan internet yang tumbuh pesat, menyebabkan kebutuhan akan alamat IP semakin tinggi. Keterbatasan IPv4 mendorong penelitian dan pengembangan IPv6 sebagai sebuah solusi jangka panjang terhadap kelangkaan IPv4. Perubahan secara bertahap amat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan jaringan internet yang telah ada, untuk itu diperlukan berbagai metode transisi agar perpindahan menuju IPv6 berjalan mulus. Uji coba dilakukan dengan mengirimkan file antara client dan server yang terletak di jaringan yang berbeda pada jaringan test bed. Jaringan test bed ini dibuat dengan menggunakan lima buah PC untuk mewakili kondisi jaringan internet yang sesungguhnya. Penelitian dilakukan pada tiga konfigurasi jaringan test bed, yaitu IPv4 murni, IPv6 murni, metode ISATAP. Dalam skripsi ini konfigurasi IPv4 dan IPv6 digunakan sebagai pembanding terhadap metode ISATAP. Pengujian dilakukan untuk meneliti unjuk kerja dari metode ISATAP. Parameter yang diuji adalah throughput dan latency, sebagai tolak ukur utama dalam memberikan quality of service (QoS) yang baik. Pada pengujian untuk aplikasi file transfer protocol (FTP) didapatkan hasil bahwa metode ISATAP memiliki unjuk kerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan IPv4 murni. Perbaikan yang dihasilkan untuk throughput adalah sebesar 16,05 % terhadap IPv4 murni, sementara perbaikan yang dihasilkan untuk latency adalah sebesar 28,54 % terhadap IPv4 murni."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiffari Aulia
"Pada skripsi ini akan dibangun suatu jaringan sederhana untuk mengamati performansi aplikasi transfer file pada jaringan IPv6 tunneling GRE dan ISATAP beserta perbandingannya. Tunneling IPv6 adalah fitur pada jaringan IPv6 untuk membantu migrasi jaringan IPv4 ke IPv6 secara bertahap. Pada proses integrasi ke jaringan tunneling, pemilihan tipe tunneling harus berdasarkan aplikasi yang dijalankan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membandingkan kedua tipe tunneling (GRE dan ISATAP) pada FTP berdasarkan parameter-parameter QoS. Parameter-parameter QoS yang dibandingkan merupakan parameter penting untuk menentukan tunneling mana yang lebih baik dalam mengantarkan paket TCP.
Throughput pada jaringan tunneling ISATAP mengalami kenaikan sebesar 0,15% dari throughput pada jaringan tunneling GRE. Delay juga tidak banyak berbeda, pada tunneling ISATAP delay hanya menurun sebesar 0,98%. Perbedaan yang signifikan terjadi pada packet loss dimana ISATAP mempunyai packet loss yang lebih besar, yaitu 7,488% dibandingkan packet loss pada GRE yang bernilai 5,562%. Oleh karena itu, tunneling GRE lebih baik digunakan pada aplikasi FTP jika koneksi antar router yang membentuk tunnel tidak stabil dan sering mengalami gangguan interferensi yang menyebabkan paket hilang saat pengiriman file.

This thesis will design a testbed to measure file transfer performance on IPv6 tunneling GRE and ISATAP including the comparison. IPv6 tunneling is a feature in IPv6 to help network migrate from IPv4 network to IPv6 network gradually. In the process of integration, choosing the type of tunneling has to be based on running application on the network. This paper aims to compare two type of tunneling (GRE and ISATAP) on FTP by referring to their QoS parameters. These QoS parameters are important to select the best tunneling type between GRE and ISATAP when transporting TCP packets.
ISATAP tunneling throughput on the network has increased by 0.15% of the throughput on the network GRE tunneling. Delay is also not much different, the ISATAP tunneling delay only decreased by 0.98%. Significant differences occurred in which the ISATAP packet loss have a greater packet loss, which is 7.488% as compared to the GRE packet loss is 5.562%. Therefore, GRE tunneling is better used on FTP when connection between the routers making the tunnel is not stable and often get interference that can make packet lost during file transfer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Suryawan
"Pengalamatan IPv4 dianggap tidak akan mampu mencukupi kebutuhan penggunaan alamat IP akibat dari perkembangan Internet yang meningkat pesat dan membutuhkan alamat IP global yang unik. Untuk mengantisipasi masalah akibat kekurangan alamat IP, IETF mengusulkan IPv6 sebagai standar pengalamatan yang baru. Transisi dari IPv4 ke IPv6 merupakan hal yang penting, namun membutuhkan mekanisme yang tidak sederhana. Metode yang digunakan dalam proses transisi tersebut adalah dual-stack, translation, dan tunneling.
Dalam skripsi ini, diujikan salah satu metode transisi dengan translation, yaitu NAT-PT. Pengujian dilakukan untuk mengamati unjuk kerja transmisi data TCP/UDP serta aplikasi web server pada jaringan NAT-PT. Sarana pengujian berupa test bed yang terdiri dari tiga buah PC yang terdapat pada Pusat Komputer FTUI. Parameter yang mewakili dan dianalisis berupa throughput, jitter, packet loss, kecepatan transfer, jumlah permintaan per detik dan total waktu koneksi. Pengujian transmisi data TCP/UDP akan dibandingkan dengan pengujian pada jaringan IPv4 dan IPv6, sedangkan pengujian aplikasi web server pada NAT-PT akan diabandingkan dengan pengujian pada jaringan IPv4.
Hasil pengujian transmisi data TCP menunjukkan bahwa throughput TCP pada NAT-PT hanya 5,439 % lebih buruk daripada IPv6 dan 4,777 % lebih buruk daripada IPv4. Untuk UDP, throughput pada NAT-PT 0,505 % lebih baik dari IPv6 dan 0,042 % lebih buruk dari IPv4. Jitter pada jaringan NAT-PT 0,620 % lebih baik dari IPv6 dan 0,775 % lebih buruk dari IPv4. Packet loss pada jaringan IPv4 masih tetap paling baik, yaitu 16,058 kali lipat lebih baik dari IPv6 dan 19,663 kali lipat lebih baik dari NAT-PT. Pengujian web server menunjukkan bahwa aplikasi ini bekerja dengan cukup baik pada jaringan NAT-PT. Pengujian ini menunjukkan kecepatan transfer pada NAT-PT 8,502 % lebih buruk dari jaringan IPv4, jumlah permintaan per detik 5,203 % lebih buruk dari IPv4 dan total waktu koneksi 6,165 % lebih buruk dibanding pada jaringan IPv4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E Diamond C P
"ABSTRAK
Jaringan Mobile IPv6 mendukung Mobile Node untuk tetap terhubung kepada
titik akses jaringan dan berpindah ke titik akses lain tanpa harus melakukan
koneksi ulang. Pada jaringan vertical mobile, perpindahan titik akses disebut
handover yang dan didukung dengan dua jenis metode komunikasi antara
Correspondent Node dengan Mobile Node, yaitu Bidirectional Tunneling dan
Route Optimization. Untuk mengetahui performansi jaringan pada kedua jenis
metode komunikasi tersebut, dibuat suatu jaringan MIPv6 sederhana dan diukur
beberapa parameter performansi seperti transfer time, delay, dan throughput. Pada
skripsi ini akan digunakan aplikasi File Transfer Protocol (FTP).
Hasil pengukuran membuktikan bahwa transfer time dengan metode komunikasi
Route Optimization lebih cepat 8.82% pada Home Link dan lebih cepat 32.49%
pada Foreign Link, delay dengan metode komunikasi Route Optimization lebih
kecil 8.85% pada Home Link dan lebih kecil 32.50% pada Foreign Link, dan
throughput dengan metode komunikasi Route Optimization meningkat sebesar
9.71% pada Home Link dan meningkat sebesar 47.71% pada Foreign Link.

Abstract
Mobile IPv6 networks support Mobile Nodes to stay connected to the network
access point to another without having to do a connection reset. On the network
the mobile vertical displacement called handover and is backed with two methods
or communication between Mobile Node and Correspondent Node with
Bidirectional Tunneling and Route Optimization. To find out which network
performance on both types of communication methods, has made a simple MIPv6
network and be measured several parameter such as transfer time, delay, and
throughput. Here will be using File Transfer Protocol (FTP) application.
The result prove that the transfer time measurement with Route Optimization
method 8.82% faster on the Home Link and 32.49% faster on the Foreign Link,
delay measurement with Route Optimization method 8.85% faster on the Home
Link and 32.50% faster on the Foreign Link, throughput measurement with Route
Optimization method increase 9.71% on the Home Link and increase 47.71% on
the Foreign Link."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43313
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Hardiyani
"Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui kinerja dan menganalisa hasil simulasi perbandingan parameter kualitas layanan dari protokol OSPFv3 dan protokol RIPng pada aplikasi FTP (File Transfer Protocol) di jaringan Mobile IPv6 menggunakan OPNET. Setiap protokol akan dibagi menjadi 2 skenario, yaitu saat kondisi Akses Point sama (tidak terjadi perpindahan akses point) dan saat kondisi Akses Point berbeda (terjadi perpindahan akses point). Dengan hasil simulasi yang didapat dari kedua skenario, nilai dari parameter yang dihasilkan oleh protokol OSPFv3 dan protokol RIPng selalu menghasilkan nilai dengan selisih yang tidak berbeda jauh. Pada skenario 1, nilai yang dihasilkan pada parameter delay RIPng adalah 70% dari nilai OSPFv3, throughput RIPng adalah 41% dari nilai OSPFv3, traffic sent RIPng adalah 93% dari nilai OSPFv3, traffic received RIPng adalah 36% dari nilai OSPFv3, download response time RIPng adalah 98% dari nilai OSPFv3, dan upload response time RIPng 97% dari nilai OSPFv3. Pada skenario 2, parameter delay RIPng adalah 74% dari nilai OSPFv3, throughput RIPng adalah 71% dari nilai OSPFv3, traffic sent RIPng adalah 84% dari nilai OSPFv3, traffic received RIPng adalah 68% dari nilai OSPFv3, download response time OSPFv3 adalah 96% dari nilai RIPng, dan upload response time OSPFv3 adalah 79% dari nilai RIPng. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja protokol OSPFv3 dan protokol RIPng pada aplikasi FTP tidak memiliki perbedaan yang signifikan, tetapi hasil parameter yang ditunjukkan membuktikan bahwa kinerja protokol OSPFv3 lebih baik dari protokol RIPng.

The purpose of this thesis is to determine the performance and analyze the simulation results comparison of quality of service parameters of the protocol OSPFv and RIPng protocol on the application FTP (File Transfer Protocol) in Mobile Ipv6 networks using OPNET. Each protocol will be divided into two scenarios, which are at the same Access Point condition (no displacement access point) and the different Access Point condition (moving event access point). By the simulation results obtained from the two scenarios, the value of the parameter produced by the protocol OSPFv3 and RIPng protocol always produces a value that does not differ too much. In scenario 1, the value of RIPng delay parameter is 70% of the value of OSPFv3, RIPng throughput is 41% of the value of OSPFv3, RIPng traffic sent is 93% of the value of OSPFv3, RIPng received traffic is 36% of the value of OSPFv3, download response time RIPng is 98% of the value of OSPFv3, RIPng and upload response time 97% of the value of OSPFv3. In scenario 2, RIPng delay parameter is 74% of the value of OSPFv3, RIPng throughput is 71% of the value of OSPFv3, RIPng traffic sent is 84% of the value of OSPFv3, RIPng received traffic is 68% of the value of OSPFv3, download response time is 96% OSPFv3 of the value of RIPng, OSPFv3 and upload response time is 79% of the value of RIPng. It can be concluded that the performance of the protocol OSPFv3 and RIPng protocol on FTP application does not have a significant difference, but the parameter results proved OSPFv3 shows better performance than RIPng protocol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairil Irfan
"IPv6 adalah internet protokol generasi terbaru yang diciptakan oleh IETF untuk menggantikan IPv4. Kebanyakan jaringan saat ini masih menggunakan IPv4, dimana persediaan IPv4 sudah semakin menipis. Untuk mengatasi hal ini, IETF menciptakan IPv6 untuk mengatasi kekurangan IPv4 dan mengantisipasi kebutuhan jaringan internet masa depan. Walaupun IPv6 lebih unggul dalam hal routing, konfigurasi otomatis, keamanan, QoS dan mobilitas dibandingkan IPv4, peralihan menuju IPv6 tidak dapat dilakukan dengan instan. Jaringanjaringan yang ada saat ini akan melalui masa transisi yang akan memakan waktu hingga bertahun-tahun. Untuk itu diperlukan suatu cara agar masingmasing jaringan, IPv6 dan IPv4, dapat saling berkomunikasi. Ada banyak metode transisi yang telah dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Metode transisi yang utama adalah dual stack, tunneling, dan translation.
Skripsi ini akan menguji dan membandingkan unjuk kerja salah satu metode transisi, yaitu metode tunneling teredo, berdasarkan unjuk kerja aplikasi spesifik web server Apache. Parameter utama pengujian pada skripsi ini adalah total request/second, transfer rate, dan total waktu koneksi. Aplikasi pengujian yang digunakan yaitu perangkat lunak ApacheBench. Uji coba dilakukan pada jaringan test-bed lokal di Departemen Elektro FTUI dengan menggunakan 4 buah PC. Pengujian dilakukan dengan dua cara untuk mengetahui unjuk kerja teredo dibandingkan IPv4 murni dan IPv6 murni. Pengujian pertama dilakukan berdasarkan jumlah koneksi tertentu, dan pengujian kedua dilakukan berdasarkan waktu tanggapan maksimum tertentu.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa total request/s teredo lebih rendah 13.537% dibandingkan dengan IPv4 murni, dan lebih rendah 10.943% dibandingkan IPv6 murni. Transfer rate teredo didapat lebih rendah 17.036% dibandingkan IPv4 dan lebih rendah 15% dibandingkan IPv6. Pengujian juga memperlihatkan bahwa total waktu koneksi teredo lebih tinggi 24.164% dibandingkan dengan IPv4 dan lebih tinggi 13.605% dibandingkan IPv6. Walaupun hasil uji coba menunjukkan unjuk kerja paling rendah pada topologi teredo, hal ini masih dapat diterima mengingat teredo merupakan solusi terakhir konektivitas IPv6 bagi host IPv4 yang berada dibelakang NAT.

IPv6 is the next generation protocol designed by the IETF to replace the current version of the Internet Protocol, IPv4. Most of today's Internet uses IPv4, which have fundamental problems in todays network, specifically the growing shortage of IPv4 addresses. As a result, IETF defined IPv6 to fix the problems in IPv4 and to add many improvements to cater for the future Internet. These improvements come in different areas such as routing, autoconfiguration, security, QoS, and mobility. Despite of IPv6’s improvements, the migration to IPv6 will not happen over night. Many network will go through a transition period that might last several years. In this case communication should be possible across the boundary of the coexisting networks. Many transtition mechanism has been developed to make this communication possible. The main transition mechanisms are Dual Stack, Tunnelling and translation.
This research will evaluate the performance of one of the available tunneling mechanism, that is teredo, based on specific application Apache web server. The primary performance metrics in this research is the total request per second, transfer rate, and total connection time. ApacheBench is used for measuring performance. This research conducted using local network test-bed at Electrical Engineering Department, University of Indonesia, using 4 PC. The experiments were conducted in two ways to compare the performance of teredo with native IPv4 and native IPv6. First the performance metrics is measured based on maximum request. Second the performance metrics is measured based on maximum timelimit.
Experimental result from this research show that the teredo’s total request per second is lower by 13.537% compared with IPv4 and lower by 10.943% compared with IPv6. Furthermore, teredo transfer rate’s is lower by 17.036% compared with IPv4 and lower by 15% compared with IPv6. The experiment also show that teredo total connection time is higher by 24.164% compared with IPv4 and higher by 13.605% compared with IPv6. Despite of teredo’s lower performance, this value is still acceptable considering teredo is the last resort of getting IPv6 connectivity from IPv4 host behind NAT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahesa Adhitya Putra
"Jaringan Mobile Internet Protocol adalah suatu fitur yang terdapat pada IPv6 yang memungkinkan Mobile device dapat diidentifikasikan menggunakan IP tunggal walaupun terjadi perpindahan koneksi dari satu jaringan (Home Network) ke jaringan lain (Foreign Network) tanpa mengganggu proses aplikasi yang sedang berjalan. Performa jaringan akan diuji menggunakan threat (serangan) dan diukur dengan parameter transfer time, delay dan throughput. Aplikasi yang digunakan adalah FTP (File Transfer Protocol). Hasil penyerangan tersebut dibandingkan antara sebelum dan sesudah dilakukan penyerangan di Home Network dan Foreign Network. Serangan yang paling besar pengaruhnya adalah di Foreign Network dengan Denial of Service 24 thread, dimana transfer time meningkat 31.05%, delay meningkat 25.38% dan throughput menurun 18.97% dibandingkan dengan sebelum diserang.

Mobile Internet Protocol is a feature contained in IPv6 which enable Mobile device to be identified by using a single IP even though the connection is moved from a network (Home Network) to another network (Foreign Network) without intruding application processing. Network performance is tested using two threats and measured using transfer time, delay and throughput as parameters. The application used in the form is FTP (File Transfer Protocol). The results will be compared before and after attacked in Home Network and Foreign Network. The result shows that the most affected network is Foreign Network with 24 thread of Denial of Service, where transfer time increased 31.05%, delay increased 25.38% and throughput decreased 18.97% compared to before attack."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>